Anda di halaman 1dari 6

PEDOMAN PENSKORAN TUGAS TUTORIAL KE-1

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH

Nama Mata Kuliah : PENGANTAR EKONOMI MAKRO ISLAM


Kode Mata Kuliah : EKSA4104
Jumlah sks : 3 SKS

No Aspek/Konsep yang Dinilai Skor Maksimal


1 Jelaskan konsep uang dalam ekonomi Islam 20
2 Jelaskan yang dimaksud dengan Filsafat Ekonomi Islam 20
3 Jelaskan Macam-macam riba menurut ilmu Fiqh ! 20
4 Jelaskan prinsip ekonomi islam disertakan dengan ayat alquran dan 20
hadisnya.
5 Jelaskan yang anda ketahui dari zakat 20

1. Uang merupakan objek yang berperan penting dalam perekonomian. Uang merupakan
media yang digunakan untuk memperlancar transaksi ekonomi dalam kehidupan manusia.
Tanpa adanya uang, akan menyulitkan manusia dalam melakukan aktivitas transaksi sehari-
hari. Sehingga peran uang dalam suatu perekonomian dapat diibaratkan sebagai aliran darah
dalam tubuh, yang tanpanya aktivitas ekonomi dapat sangat terhambat bahkan terhenti.
Secara umum, ekonom membagi fungsi uang kedalam 4 fungsi yaitu:
a. Sebagai alat tukar,
b. Sebagai unit penghitung,
c. Sebagai alat penyimpan nilai/daya beli, dan
d. Sebagai standar pembayaran yang tertangguhkan.

Uang sebagai alat tukar yaitu uang berfungsi sebagai alat mediasi pertukaran antara satu
pihak dengan pihak lainnya, sehingga manusia tidak harus menggunakan sistem barter dalam
pertukaran barang atau jasa. Sebagai unit penghitung, uang berfungsi untuk menjadi standar
penilaian moneter terhadap barang atau jasa. Sedangkan, sebagai alat penyimpan nilai/daya
beli uang berfungsi sebagai media untuk menyimpan nilai kekayaan yang diperoleh manusia
dalam aktivitas ekonomi sehari-hari. Terakhir sebagai standar pembayaran tertangguhkan,
uang berfungsi sebagai patokan nilai pada transaksi-transaksi yang waktunya tertangguhkan
(transaksi kredit).Dalam ekonomi Islam, uang memiliki fungsi utama sebagai alat tukar
(medium of exchnges) dan alat satuan hitung (unit of account). Meskipun pada prakteknya
tetap diperbolehkan untuk menggunakan uang sebagai penyimpan nilai dan standar
pembayaran yang ditangguhkan, selama tetap menganggap uang hanya sebatas alat tukar,
bukan komoditas yang diperdangkan.

Ekonomi Islam berbeda dengan ekonomi konvensional dalam memandang istilah uang dan
kapital. Dalam pandangan ekonomi konvensional, istilah uang dan kapital seringkali digunakan
secara sama (interchangeable). Sebab dalam ekonomi konvensional uang identik dengan
kapital. Sedangkan ekonomi Islam membedakan secara tegas antara uang dan kapital.
Konsekuensi dari pembedaan ini, secara lebih jauh kemudian dapat dibedakan uang sebagai
barang publik (publik goods) dan kapital sebagai barang private (private goods). Selain itu,
uang merupakan sesuatu yang bersifat flow concept sedangkan kapital bersifat stock concept.
Sehingga dalam ekonomi Islam, uang harus mengalir dan beredar dimasyarakat atau tidak
boleh diendapkan dan ditimbun.
Konsekuensi lainnya dari adanya pemisahan antara konsep uang dan kapital adalah, uang
tidak dapat menjadi sumber pendapatan sebelum dibelanjakan untuk keperluan yang
produktif (investasi). Sehingga untuk mendapatkan hasil, seseorang yang memiliki uang harus
“menukarnya” dengan kapital (berupa barang-barang modal) sehingga menjadi barang
private yang produktif untuk menghasilkan pendapatan. Hal ini juga berkaitan dengan
larangan riba dalam Islam, dimana seorang muslim dilarang untuk mendapatkan keuntungan
dari uang yang dipinjamkannya kepada pihak lain.

2. Filsafat ekonomi, merupakan dasar dari sebuah sistem ekonomi yang dibangun. Berdasarkan
filsafat ekonomi yang ada dapat diturunkan tujuan-tujuan yang hendak dicapai, misalnya
tujuan kegiatan ekonomi konsumsi, produksi, distribusi, pembangunan ekonomi, kebijakan
moneter, kebijakan fiskal, dsb.
Filsafat ekonomi Islam didasarkan pada konsep triangle: yakni filsafat Tuhan, manusia dan
alam. Kunci filsafat ekonomi Islam terletak pada manusia dengan Tuhan, alam dan manusia
lainnya. Dimensi filsafat ekonomi Islam inilah yang membedakan ekonomi Islam dengan
sistem ekonomi lainnya kapitalisme dan sosialisme. Filsafat ekonomi yang Islami, memiliki
paradigma yang relevan dengan nilai-nilai logis, etis dan estetis yang Islami yang kemudian
difungsionalkan ke tengah tingkah laku ekonomi manusia. Dari filsafat ekonomi ini
diturunkan juga nilai-nilai instrumental sebagai perangkat peraturan permainan (rule of
game) suatu kegiatan.
3. Pengertian riba merujuk pada tradisi transaksi yang dilakukan oleh masyarakat jahiliah.
Adapun riba dalam transaksi jual beli bisa terjadi saat ada penjadwalan kembali utang
pembelian yang disertai dengan penetapan harga tambahan yang melebihi harga yang
disepakati.Menurut Abdurrahman Al-Jaziri dalam kitab Al-Fiqh ala al-Madzahib al-Arba’ah,
riba adalah bertambahnya salah satu daru dua penukaran yang sejenis tanpa adanya
imbalan untuk tambahan ini. Sehingga para ulama semua sepakat bahwa riba merupakan
suatu kegiatan yang haram.
Macam-macam riba umumnya dibagi menjadi dua, yaitu riba tentang jual beli dan riba yang
terkait dengan utang piutang. Adapun riba tentang jual belu terbagi menjadi riba Fadhl dan
riba Nasi’ah.Sedangkan riba utang piutang dibagi menjadi riba Qard dan riba Jahiliyah.
Berikut ini macam-macam riba berdasarkan pengertiannya:
1. Riba Jual Beli
Riba jual beli terbagi menjadi dua, yaitu riba Fadhl dan riba Nasi’ah. Adapun keduanya
memiliki pengertian sebagai berikut:
• Riba Fadhl
Riba Fadhl yaitu pertukaran antara barang-barang sejenis dengan kadar atau takaran
yang berbeda dan barang yang dipertukarkan termasuk dalam jenis 'barang ribawi
• Riba Nasi’ah
Riba Nasi’ah merupakan penangguhan penyerahan atau penerimaan jenis barang ribawi
dengan jenis barang ribawi lainnya.
2. Riba Utang Piutang
Riba utang piutang terbagi menjadi 2 macam, yaitu riba Qard dan riba Jahiliyah.
• Riba Qard
Riba Qard yaitu suatu manfaat atau tingkat kelebihan tertentu yang disyaratkan
terhadap yang berhutang.
• Riba Jahiliyah
Riba Jahiliyah yaitu utang yang dibayar lebih dari pokoknya, karena si peminjam tidak
mampu bayar utangnya pada waktu yang ditetapkan
4. Prinsip-prinsip Ekonomi Islam dalam islam yang senantiasa ada dalam aturan islam.
 Tidak Menimbulkan Kesenjangan Sosial
Prinsip dasar islam dalam hal ekonomi senantiasa berpijak dengan masalah keadilan.
Islam tidak menghendaki ekonomi yang dapat berdampak pada timbulnya kesenjangan.
Misalnya saja seperti ekonomi kapitalis yang hanya mengedepankan aspek para
pemodal saja tanpa mempertimbangkan aspek buruh, kemanusiaan, dan masayrakat
marginal lainnya. LUntuk itu, islam memberikan aturan kepada umat islam untuk saling
membantu dan tolong menolong. Dalam islam memang terdapat istilah kompetisi atau
berlomba-lomba untuk melaksanakan kebaikan. Akan tetapi, hal tersebut tidak berarti
mengesampingkan aspek keadilan dan peduli pada sosial.
Hal ini sebagaimana perintah Allah, “Dan dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat, dan
taatlah kepada rasul, supaya kamu diberi rahmat.” (QS An-Nur : 56)
Zakat, infaq, dan shodaqoh adalah jalan islam dalam menyeimbangkan ekonomi. Yang
kaya atau berlebih harus membantu yang lemah dan yang lemah harus berjuang dan
membuktikan dirinya keluar dari garis ketidakberdayaan agar mampu dan dapat
produktif menghasilkan rezeki dari modal yang diberikan padanya.

 Tidak Bergantung Kepada Nasib yang Tidak Jelas


“Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah: “Pada keduanya
terdapat dosa yang besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya
lebih besar dari manfaatnya.”…” (QS Al-Baqarah : 219)
Islam melarang umatnya untuk menggantung nasib kepada hal yang sangat tidak jelas,
tidak jelas ikhtiarnya, dan hanya mengandalkan peruntungan dan peluang semata.
Untuk itu islam melarang perjudian dan mengundi nasib dengan anak panah sebagai
salah satu bentuk aktivitas ekonomi.

 Mencari dan Mengelola Apa yang Ada di Muka Bumi


“Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah
karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.” (QS Al
Jumuah : 10)
Allah memberikan perintah kepada manusia untuk dapat mengoptimalkan dan mencari
karunia Allah di muka bumi. Hal ini seperti mengoptimalkan hasil bumi,
mengoptimalkan hubungan dan transaksi dengan sesama manusia. Untuk itu, jika
manusia hanya mengandalkan hasil ekonominya dari sesuatu yang tidak jelas atau
seperti halnya judi, maka apa yang ada di bumi ini tidak akan teroptimalkan. Padahal,
ada sangat banyak sekali karunia dan rezeki Allah yang ada di muka bumi ini. Tentu akan
menghasilkan keberkahan dan juga keberlimpahan nikmat jika benar-benar
dioptimalkan.
 Larangan Ekonomi Riba
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang
belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman.” (QS Al-Baqarah :278)
Prinsip Islam terhadap ekonomi yang lainnya adalah larangan riba. Riba adalah
tambahan yang diberikan atas hutang atau transaksi ekonomi lainnya. Orientasinya
dapat mencekik para peminam dana, khususnya orang yang tidak mampu atau tidak
berkecukupan. Dalam Al-Quran Allah melaknat dan menyampaikan bahwa akan
dimasukkan ke dalam neraka bagi mereka yang menggunakan riba dalam ekonominya.
 Transaksi Keuangan yang Jelas dan Tercatat
Transaksi keuangan yang diperintahkan islam adalah transaksi keuangan yang tercatat
dengan baik. Transaksi apapun di dalam islam diperintahkan untuk dicatat dan ditulis
diatas hitam dan putih bahkan ada saksi. Dalam zaman moderen ini maka ilmu
akuntansi tentu harus digunakan dalam aspek ekonomi. Hal ini tentu saja menghindari
pula adanya konflik dan permasalahan di kemudian hari. Manusia bisa saja lupa dan
lalai, untuk itu masalah ekonomi pun harus benar-benar tercatat dengan baik.
Hal ini sebagaimana Allah sampaikan, “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu
bermu’amalah[179] tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu
menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan
benar” (QS Al Baqarah : 282)
 Keadilan dan Keseimbangan dalam Berniaga
“Dan sempurnakanlah takaran apabila kamu menakar, dan timbanglah dengan neraca
yang benar. Itulah yang lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (QS Al Isra : 35)

Allah memerintahkan manusia ketika melaksanakan perniagaan maka harus dengan


keadilan dan keseimbangan. Hal ini juga menjadi dasar untuk ekonomi dalam islam.
Perniagaan haruslah sesuai dengan neraca yang digunakan, transaksi keuangan yang
digunakan, dan juga standar ekonomi yang diberlakukan. Jangan sampai ketika
bertransaksi kita membohongi, melakukan penipuan, atau menutupi kekurangan atau
kelemahan dari apa yang kita transaksikan. Tentu saja, segalanya akan dimintai
pertanggungjawaban oleh Allah SWT.
5. Zakat merupakan salah satu rukun Islam. Zakat adalah jumlah harta tertentu yang wajib
dikeluarkan oleh orang yang beragama Islam dan diberikan kepada golongan yang berhak
menerimanya (fakir miskin dan sebagainya) menurut ketentuan yang telah ditetapkan.
Dalam Al-Quran disebutkan, “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu
kamu membersihkan dan menyucikan mereka” (QS. at-Taubah [9]: 103).
 Hukum Zakat
Hukum zakat adalah wajib (fardu) atas setiap muslim yang telah memenuhi syarat-syarat
tertentu. Dasar hukumnya antara lain Surat Al-Baqarah ayat 110.
‫هّٰللا‬ ‫هّٰللا‬
ِ َ‫اِل َ ْنفُ ِس ُك ْم ِّم ْن خَ ي ٍْر ت َِج ُدوْ هُ ِع ْن َد ِ ۗ اِ َّن َ بِ َما تَ ْع َملُوْ نَ ب‬
‫ص ْي ٌر‬
Artinya: “Dan laksanakanlah salat dan tunaikanlah zakat. Dan segala kebaikan yang kamu
kerjakan untuk dirimu, kamu akan mendapatkannya (pahala) di sisi Allah. Sungguh, Allah
Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.”

Zakat juga diatur dalam Surat At-Taubah ayat 103 sebagai berikut.
‫ك َسك ٌَن لَّهُ ۗ ْم َوهّٰللا ُ َس ِم ْي ٌع َعلِ ْي ٌم‬
َ َ‫ص ٰلوت‬
َ ‫ص ِّل َعلَ ْي ِه ۗ ْم اِ َّن‬ َ ‫ْذ ِم ْن اَ ْم َوالِ ِه ْم‬
َ ‫ص َدقَةً تُطَهِّ ُرهُ ْم َوتُزَ ِّك ْي ِه ْم بِهَا َو‬
Artinya: “Ambillah zakat dari harta mereka, guna membersihkan dan menyucikan mereka,
dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doamu itu (menumbuhkan) ketenteraman
jiwa bagi mereka. Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui.”
 Golongan Penerima Zakat

Berdasarkan Surat At-Taubah ayat 60, terdapat delapan golongan penerima zakat.

‫َار ِم ْينَ َوفِ ْي َسبِ ْي ِل هّٰللا ِ َوا ْب ِن‬


ِ ‫ب َو ْالغ‬ ِ ‫ت لِ ْلفُقَ َر ۤا ِء َو ْال َم ٰس ِكي ِْن َو ْال َعا ِملِ ْينَ َعلَ ْيهَا َو ْال ُمَؤ لَّفَ ِة قُلُوْ بُهُ ْم َوفِى ال ِّرقَا‬
ُ ‫صد َٰق‬
َّ ‫اِنَّ َما ال‬
‫هّٰللا‬ ‫هّٰللا‬ ً
‫ضة ِّمنَ ِ ۗ َو ُ َعلِ ْي ٌم َح ِك ْي ٌم‬ َ ‫ال َّسبِ ْي ۗ ِل فَ ِر ْي‬
Artinya: “Sesungguhnya zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orang miskin, amil
zakat, yang dilunakkan hatinya (mualaf), untuk (memerdekakan) hamba sahaya, untuk
(membebaskan) orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk orang yang sedang
dalam perjalanan, sebagai kewajiban dari Allah. Allah Maha Mengetahui, Maha Bijaksana.”

Menurut penjelasan Badan Amil Zakat Nasional (Baznas), delapan golongan tersebut adalah:
 Fakir, mereka yang hampir tidak memiliki apa-apa sehingga tidak mampu
memenuhi kebutuhan pokok hidup.
 Miskin, mereka yang memiliki harta namun tidak cukup untuk memenuhi
kebutuhan dasar kehidupan.
 Amil, mereka yang mengumpulkan dan mendistribusikan zakat.
 Mualaf, mereka yang baru masuk Islam dan membutuhkan bantuan untuk
menguatkan dalam tauhid dan syariah.
 Riqab, budak atau hamba sahaya yang ingin memerdekakan dirinya.
 Gharimin, mereka yang berhutang untuk kebutuhan hidup dalam mempertahankan
jiwa dan izzahnya.
 Fisabilillah, mereka yang berjuang di jalan Allah dalam bentuk kegiatan dakwah,
jihad dan sebagainya.
 Ibnu Sabil, mereka yang kehabisan biaya di perjalanan dalam ketaatan kepada Allah.
 Macam-Macam Zakat
Dalam UU No. 23 Tahun 2011 dijelaskan, macam-macam zakat terdiri dari zakat mal dan
zakat fitrah
a. Zakat harta atau zakat mal adalah harta yang dikeluarkan oleh muzaki (orang yang berzakat)
melalui amil zakat resmi untuk diserahkan kepada mustahik (orang yang berhak menerima
zakat).
Zakat mal meliputi:
 Emas, perak, dan logam mulia lainnya.
 Uang dan surat berharga lainnya.
 Perniagaan.
 Pertanian, perkebunan, dan kehutanan.
 Peternakan dan perikanan.
 Pertambangan.
 Perindustrian.
 Pendapatan dan jasa.
 Rikaz.
 Syarat Wajib Zakat Mal

Syarat wajib zakat mal bagi adalah sebagai berikut.


 Beragama Islam.
 Aqil. Artinya seorang muslim dapat menggunakan akalnya dan sehat secara fisik dan
mental.
 Baligh. Seorang muslim telah memasuki usia wajib untuk zakat. Memiliki harta yang
mencapai nisab (perhitungan minimal syarat wajib zakat).
 Persyaratan tersebut dimuat dalam buku Fikih Zakat, Sedekah, dan Wakaf.

Adapun syarat harta yang dikenakan zakat mal sebagai berikut.


Milik penuh.
 Halal.
 Cukup nisab.
 Haul.
 Nisab adalah batas minimal dari jumlah harta kekayaan yang harus dikeluarkan zakatnya
setelah memenuhi syarat tertentu. Sedangkan haul adalah batas waktu minimal harta
kekayaan yang harus dikeluarkan zakatnya.
 Syarat haul zakat mal tidak berlaku untuk zakat pertanian, perkebunan dan kehutanan,
perikanan, pendapatan dan jasa, dan zakat rikaz
b. Zakat Fitrah
Zakat fitrah adalah yang wajib dikeluarkan oleh setiap muslim laki- laki, perempuan, besar
atau kecil, merdeka atau budak pada awal bulan Ramadan sampai menjelang salat Idul Fitri.
Besarnya zakat fitrah adalah sebanyak 2,5 kg atau 3,5 liter bahan makanan pokok untuk
setiap orang.
Berdasarkan publikasi Baznas, para ulama, diantaranya Syaikh Yusuf Qardawi telah
membolehkan zakat fitrah ditunaikan dalam bentuk uang yang setara dengan satu sha’
gandum, kurma atau beras. Nominal zakat fitrah yang ditunaikan dalam bentuk uang,
menyesuaikan dengan harga beras yang dikonsumsi.
 Syarat Wajib Zakat Fitrah
Syarat wajib zakat fitrah adalah sebagai berikut.
 Islam, orang yang tidak beragama Islam tidak wajib membayar zakat fitrah.
 Masih hidup ketika matahari terbenam di akhir bulan Ramadan. Apabila di akhir bulan
Ramadan sebelum matahari terbenam seseorang sudah meninggal, maka ia tidak wajib
menunaikan zakat fitrah.
 Memiliki kelebihan makan untuk dirinya dan keluarganya pada malam hari raya dan
siangnya.
Waktu Zakat Fitrah
Terdapat beberapa waktu zakat fitrah di mana umat Islam dapat memberikanya, yaitu:
 Awal atau pertengahan bulan Ramadan.
 Akhir bulan Ramadan hingga waktu subuh.
 Setelah salat subuh pada akhir Ramadan atau sebelum salat Idulfitri.
 Manfaat Zakat Fitrah
Hasbiyallah dalam buku Fiqih menjelaskan manfaat zakat fitrah sebagai berikut.
 Membahagiakan orang yang kurang mampu (mustahik) saat Idulfitri.
 Menghilangkan sifat egois.
 Sebagai rasa syukur kepada Allah SWT atas nikmat yang diberikan.
 Menolak musibah.
 Mempererat silaturahmi antara orang yang mampu dan tidak mampu.

Anda mungkin juga menyukai