Anda di halaman 1dari 5

Ekonomi Islam merupakan istilah yang sering digunakan untuk mendeskripsikan sistem ekonomi

yang berbasis pada Al Quran dan Hadis. Nama lain dari ekonomi Islam adalah ekonomi syariah.
Sebutan ekonomi syariah juga tak lepas dari sumber sistem ekonomi yang berbasis syariah, yaitu Al
Quran dan As Sunnah.

Pengertian ekonomi Islam

Keberadaan ekonomi Islam dapat dilihat sebagai seperangkat prinsip ekonomi alternatif yang
menantang sistem ekonomi dominan yang berlaku saat ini. Kita tidak bisa memahami definisi
ekonomi Islam tanpa memahami prinsip-prinsipnya.

Salah satu dimensi penting yang perlu dipahami terlebih dahulu di sini adalah prinsip ekonomi.
Dalam sistem ekonomi konvensional, sebutlah sistem ekonomi yang kapitalistik, prinsip ekonomi
merupakan suatu pengetahuan. Namun dalam ekonomi Islam, prinsip ekonomi adalah produk dari
pengetahuan yang sumbernya Al Quran dan As Sunnah.

Apa bedanya? Cara lain memahaminya begini; dalam ekonomi konvensional, sumber pengetahuan
ekonomi adalah prinsip-prinsip ekonomi yang sudah menjadi pengetahuan itu sendiri. Dalam
ekonomi Islam, sumber pengetahuan ekonomi adalah Wahyu.

Prinsip ekonomi dalam ekonomi Islam merupakan produk dari wahyu (dari Allah yang disampaikan
pada Nabi saw). Dengan demikian pengertian ekonomi islam bisa dideskripsikan sebagai sistem
ekonomi yang prinsip-prinsipnya bersumber dari Al Quran dan Hadis.

Prinsip ekonomi Islam

Allah menentukan mana yang baik dan yang buruk

Sisem ekonomi syariah pertama-tama harus menentukan apa yang diharuskan dan apa yang
dilarang dalam Islam, apa yang halal dan apa yang haram, dan juga apa yang boleh dan apa yang
sebaiknya tidak dilakukan.

Prinsip pertama ini sebenarnya berlaku lebih luas dari sekadar ranah ekonomi. Dalam masyarakat
yang menerapkan prinsip syariah, kekuatan Allah yang menentukan benar dan salah berlaku di
semua aspek kehidupan.

Asas manfaat
Selain menentukan mana yang halal dan mana yang haram, Allah juga membolehkan manusia untuk
menikmati apa yang sudah diberikan oleh Allah sejauh memberi manfaat baginya. Namun demikian,
asas manfaat ini tidak boleh diselewengkan melampaui batas.

Segala sesuatu yang diciptakan oleh Allah memiliki manfaat untuk digunakan atau dikonsumsi oleh
manusia. Manahan diri dari tidak menggunakan atau mengonsumsi padalah sudah disediakan
dengan alasan mencapai tingkat spiritualitas yang tinggi tidak dibolehkan. Oleh karena itu orang
yang menahan diri dari makan dan minum diwajibkan untuk berbuka ketika waktunya tiba.

Asas pertengahan

Dalam memproduksi dan mengonsumsi, hendaknya penganut prinsip Islam tidak kekurangan dan
tidak berlebihan. Di sini manusia dianjurkan untuk berada pada posisi yang moderat dalam
melakukan kegiatan ekonomi. Kesalehan hendaknya tidak membawa diri pada kefakiran yang
ekstrim, namun juga tidak membawa diri pada sifat materialistik yang rakus.

Kekayaan bukanlah larangan dalam Islam sejauh diperoleh dengan cara yang halal. Namun
menumbun kekayaan secara berlebihan dilarang. Oleh karena itu, redistribusi kekayaan dianjurkan
melalui beberpa saluran, misalnya zakat, hibah dan sedekah. Perlu dicatat pula, redistribusi
kekayaan tidak boleh membawa kita pada kesengsaraan.

Asas kebebasan

Prinsip ini berkaitan dengan prinsip sebelumnya yaitu, manusia memiliki kebebasan untuk memiliki
harta yang menjadi hak milik pribadi dan kekayaannya. Namun demikian, kebebasan yang
diterapkan bukan kebebasan tanpa batas. Batasan ini bisa berupa halal dan haram sebagaimana
yang sudah disinggung di atas.

Prinsip kebebasan ini membedakan ekonomi Islam dengan sistem ekonomi komunis. Komunisme
tidak mengakui hak kepemilikan pribadi. Tetapi prinsip kebebasan ini juga tidak berarti
diperbolehkannya praktik akumulasi kapital tanpa batas oleh individu.

Asas keadilan

Prinsip kelima ini disebut ”justice” dalam bahasa Inggris atau ”adl” dalam bahasa Arab. Keadilan
dalam ekonomi Islam menjadi etika dasar segala bentuk kegiatan ekonomi. Keadilan, dengan kata
lain, memandu aspek dasar ekonomi seperti produksi, distribusi, konsumsi dan pertukaran.
Dengan asas keadilan berarti tidak ada seorangpun yang bekerja demi memenuhi kebutuhan
ekonominya dengan berada dibawah praktik eksploitasi. Pekerja harus terpenuhi haknya sebelum
keringatnya kering, artinya upah sesuai dengan tenaga dan pikiran yang dikeluarkannya sebagai
tenaga kerja.

Beberapa contoh institusi ekonomi Islam

Bank Syariah

Sistem bank syariah sering pula diterjemahkan menjadi Islamic banking. Kita tidak bisa menyatakan
bahwa semua bank syariah pasti menerapkan prinsip ekonomi Islam, namun eksistensi bank syariah
pasti dipengaruhi oleh adanya prinsip ekonomi Islam.

Baitul Mal

Baitul mal pada awalnya adalah rumah untuk menempatkan harta rampasan perang pada masa Nabi
saw. Pada masa kekhalifahan, baitul mal berfungsi mirip departemen keuangan, dimana memiliki
tugas mengelola keuangan umat.

Ada sejumlah prinsip dalam Islam yang mendasari produk dan kegiatan perbankan syariah. Apa saja
itu?

1. Mudharabah

Adalah akad kerja sama antara shahibul maal (pemilik modal) dan mudharib (pengelola dana) yang
pembagian keuntungannya berdasarkan bagi hasil menurut kesepakatan awal.

Apabila usaha yang dijalankan mengalami kerugian, seluruh kerugian ditanggung shahibul maal,
kecuali ditemukan adanya kelalaian atau kesalahan yang diperbuat mudharib, seperti
penyelewengan, kecurangan, dan penyalahgunaan dana. Prinsip mudharabah dibagi menjadi dua,
yakni mudharabah mutlaqah dan mudharabah muqayyadah.

2. Musyarakah

Musyarakah adalah akad kerja sama di antara dua atau lebih shahibul maal untuk mendirikan usaha
bersama dan bersama-sama mengelolanya. Perihal keuntungan dibagi sesuai kesepakatan,
sedangkan kerugiannya ditanggung menurut kontribusi modal masing-masing. Jenis-jenisnya ada
empat, yakni Syirkah Mufawadhah, Syirkah ‘inan, Syirkah a’mal, dan Syirkah Wujuh.
3. Wadiah

Adalah titipan murni dari satu pihak ke pihak lain. Prinsip wadiah digolongkan menjadi dua macam,
yakni Wadiah Yad Amanah dan Wadiah Yad dhamanah. Keduanya berbeda: Wadiah Yad
Amanah bisa diartikan si penerima wadiah tidak bertanggung jawab jika ada kehilangan dan
kerusakan pada wadiah yang bukan disebabkan kelalaian atau kecerobohan penerima wadiah.

Sementara dalam Wadiah Yad dhamanah, si penerima wadiah boleh menggunakan wadiah atas


seizin pemiliknya dengan syarat dapat mengembalikan wadiah secara utuh kepada pemiliknya.

4. Murabahah

Murabahah berarti akad jual beli yang melibatkan bank dengan nasabah yang disepakati kedua
belah pihak.

5. Salam

Adalah transaksi jual beli suatu barang tertentu antara pihak penjual dan pembeli dengan harga
yang terdiri atas harga pokok barang dan keuntungan yang ditambahkannya telah disepakati
bersama.

6. Istishna

Bisa diartikan sebagai transaksi jual beli yang hampir sama dengan prinsip salam, yakni jual beli dan
penyerahan yang dilakukan kemudian, sedangkan penyerahan uangnya bisa dicicil atau
ditangguhkan.

7. Ijarah

Prinsip ijarah merupakan akad pemindahan hak guna barang atau jasa dengan pembayaran upah
sewa tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan.

8. Qardh

Prinsip yang satu ini merupakan perjanjian pinjam-meminjam uang atau barang yang dilakukan
tanpa ada orientasi keuntungan. Namun, pihak bank sebagai pemberi pinjaman boleh meminta
ganti biaya yang diperlukan dalam kontrak Qardh.

9. Hawalah/Hiwalah
Prinsip hawalah diartikan sebagai pengalihan utang dari orang yang berutang kepada orang lain yang
wajib menanggungnya.

10. Wakalah

Prinsip wakalah timbul karena salah satu pihak memberikan suatu objek perikatan yang berbentuk
jasa atau dapat juga disebut sebagai meminjamkan dirinya untuk melakukan sesuatu atas nama diri
pihak lain

Anda mungkin juga menyukai