Anda di halaman 1dari 4

2.

TUJUAN BISNIS ISLAM


Bisnis Syariah memeiliki tujuan tertentu yaitu :
• Target Hasil; Profit Materi dan Benefit Nonmateri
Tujuan Biisnis Tidak selalu mencari Profit (Qimah Maddiyah atau nilai materi ), tetapi harus
dapat memperoleh dan memberikan benefit (keuntungan atau manfaat ) nonmateri,baik bagi
si pelaku bisnis sendiri maupun pada lingkungan yang lebih luas, seperti terciptanya suasana
persaudaraan, kepedulian social dan sebagainya. Di samping untuk mencari qimah maddiyah,
juga masih ada orientasi lainnya yaitu qimah khuluqiyahdan ruhuhiyah.
Qimah khuluqiyah yaitu nilai-nilai akhlak mulia yang menjadi suatu kemestian yang muncul
dalam kegiatan bisnis, sehingga tercipta hubungan persaudaraan yang islami, baik antara
majikan dengan buruh, maupun antara penjual dengan pembeli, bukan hanya hanya sekedar
hubungan fungsional maupun professional semata.
Qimah Ruhuhiyah, berarti perbuatan tersebut di maksudkan untuk mendekatkan diri kepada
Allah. Dengan kata lain, ketika melakukan suatu aktivitas bisnis, maka harus di sertai dengan
kesadaran hubungannya dengan Allah SWT. Inilah yang di maksud, bahwa setiap perbuatan
muslim adalah ibadah. Amal perbuatannya bersifat materi, sedangkan kesabaran akan
hubungannya dengan Allah ketika melakukan bisnis di namakan ruhnya.
Dalam bisnis, mencari keuntungan harus di syariatkan, Kecuali apabila di lakukan dengan
cara yang bertentangan dengan ketentuan hokum syara’. Jadi prinsipnya, setiap keuntungan
berasal dari usaha bisnis yang legal di halalkan. Bisnis Apapun yang bersumber dari kegiatan
Ilegal, jelas di haramkan.
Legalitas suatu usah bisnis menurut Abdullah abdul Husain At- tariqi, Dapt di lakukan
dengan tujuh syarat :
1. Kerelaan dari dua belah pihak yang melakukan transaksi.
2. Pihak yang merelakan transaksi merupakan orang yang di izinkan secara syar’i.
3. Barang yang di perniagakan merupakan barang yang memiliki nilai guna
sekaligus di perbolehkan perdagangannya.
4. Barang yang di perniagakan adalah barang yang menjadi miliknya.
5. Barang yang di perniagakan dapat di perkirakan masa penyerahannya.
6. Di ketahui harga umum di pasaran dan barang itu sendiri di beri patokan harga.
7. Barang yang di perniagakan merupakan barang yang dapat di identifikasi cirri-ciri
fisiknya.
Mengenai cara-cara haram dalam mengeruk keuntungan di antaranya :
• Keuntungan dari memperdagangkan komoditi haram.
• Keuntungan dari perdagangan curang dan manipulasi.
• Keuntungan melalui penyamaran harga yang tidak wajar.
• Keuntungan melalui penimbunan barang dagangan.
Soal keuntungan dalam bisnis tidak ada standarisasinya, baik bersifat minimal maupun
maksimal.
• Pertumbuhan
Jika profit materi dan benefit non materi telah di raih, maka di upayakan pertumbuhan atau
kenaikan akn terus-menerus meningkat setiap tahunnya dari profit dan benefit tersebut.
Upaya pertumbuhan ini tentu dalam koridor syariat. Misalnya, dalam meningkatkan jumlah
produksi, seiring dengan perluasan pasar dan peningkatan inovasi agar bias menghasilkan
produk baru dan sebagainya.
• Keberlangsungan
Pencapaian target hasil dan pertumbuhan terus di upayakan keberlangsungannya dalam
kurunwaktu yang cukup lama dan dalam menjaga keberlangsungan itu dalam koridor syariat
islam.
• Keberkahan dari Allah SWT
Faktor keberkahan atau upaya menggapai ridho ALLAH SWT, merupakan puncak
kebahagiaan hidup setiap umat muslim. Para pengelola bisnis harus mematok orientasi
keberkahan ini menjadi visi bisnisnya, agar senantiasa dalam kegiatan bisnis selalu berada
dalam kendali syariat dan diraihnya keridhoan ALLAH.

Prinsip Bisnis islam


Ada empat prinsip (aksioma) dalam ilmu ekonomi Islam yang mesti diterapkan dalam bisnis
syari’ah, yaitu: Tauhid, Keseimbangan (Equilibrium), Kehendak Bebas, dan Tanggung Jawab
(Responsibility).
1. Tauhid mengantarkan manusia pada pengakuan akan keesaan Allah selaku Tuhan
semesta alam. Dalam kandungannya meyakini bahwa segala sesuatu yang ada di
alam ini bersumber dan berakhir kepada-Nya. Dialah pemilik mutlak dan absolut
atas semua yang diciptakannya. Oleh sebab itu segala aktifitas khususnya dalam
muamalah dan bisnis manusia harus mengikuti aturan-aturan yang ada jangan
sampai menyalahi batasan-batasan yang telah ditetapkan.
2. Keseimbangan (Equilibrium) merupakan konsep yang menunjukkan adanya
keadilan sosial bagi sesama pelaku usaha bisnis.
3. Kehendak bebas, yakni manusia mempunyai suatu potensi dalam menentukan
pilihan-pilihan yang beragam, karena kebebasan manusia tidak dibatasi. Tetapi
dalam kehendak bebas yang diberikan Allah kepada manusia haruslah sejalan
dengan prinsip dasar diciptakannya manusia yaitu sebagai khalifah di bumi.
Sehingga kehendak bebas itu harus sejalan dengan kemaslahatan kepentingan
individu telebih lagi pada kepentingan umat.
4. Tanggung Jawab (Responsibility) terkait erat dengan tanggung jawab manusia
atas segala aktifitas yang dilakukan kepada Tuhan dan juga tanggung jawab
kepada manusia sebagai masyarakat. Karena manusia hidup tidak sendiri dia tidak
lepas dari hukum yang dibuat oleh manusia itu sendiri sebagai komunitas sosial.
Tanggung jawab kepada Tuhan tentunya diakhirat, tapi tanggung jawab kepada
manusia didapat didunia berupa hukum-hukum formal maupun hukum non formal
seperti sangsi moral dan lain sebagainya.
Sebetulnya ada satu lagi aksioma dalam ekonomi islam. yaitu benovelence atau dalam istilah
lebih familiar dikenal dengan Ihsan.
Ihsan adalah kehendak untuk melakukan kebaikan hati dan meletakkan bisnis pada tujuan
berbuat kebaikan. Kelima prinsip tersebut secara operasional perlu didukung dengan suatu
etika bisnis yang akan menjaga prinsip-prinsip tersebut dapat terwujud.

Tujuan Ekonomi Syariah.


Tujuan Ekonomi Syariah selaras dengan tujuan dari syariat Islam itu sendiri (maqashid asy
syari’ah), yaitu mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat (falah) melalui suatu tata
kehidupan yang baik dan terhormat (hayyah thayyibah). Tujuan falah yang ingin dicapai oleh
Ekonomi Syariah meliputi aspek mikro ataupun makro, mencakup horizon waktu dunia atau
pun akhirat (P3EI, 2012:54).
Seorang fuqaha asal Mesir bernama Prof. Muhammad Abu Zahrah mengatakan ada tiga
sasaran hukum Islam yang menunjukkan bahwa Islam diturunkan sebagai rahmat bagi
seluruh umat manusia, yaitu (Rahman, 1995:84):
• Penyucian jiwa agar setiap muslim bisa menjadi sumber kebaikan bagi masyarakat
dan lingkungannya.
• Tegaknya keadilan dalam masyarakat. Keadilan yang dimaksud mencakup aspek
kehidupan di bidang hukum dan muamalah.
• Tercapainya maslahah (merupakan puncaknya). Para ulama menyepakati bahwa
maslahah yang menjad puncak sasaran di atas mencakup lima jaminan dasar,
yaitu: keselamatan keyakinan agama (al din), kesalamatan jiwa (al nafs),
keselamatan akal (al aql), keselamatan keluarga dan keturunan (al nasl) dan
keselamatan harta benda (al mal).

Prinsip-prinsip Ekonomi Syariah


Pelaksanaan ekonomi syariah harus menjalankan prinsip-prinsip sebagai berikut (Sudarsono,
2002:105):
• Berbagai sumber daya dipandang sebagai pemberian atau titipan dari Allah swt
kepada manusia.
• Islam mengakui pemilikan pribadi dalam batas-batas tertentu.
• Kekuatan penggerak utama Ekonomi Syariah adalah kerja sama.
• Ekonomi Syariah menolak terjadinya akumulasi kekayaan yang dikuasai oleh
segelintir orang saja.
• Ekonomi Syariah menjamin pemilikan masyarakat dan penggunaannya
direncanakan untuk kepentingan banyak orang.
• Seorang muslim harus takut kepada Allah swt dan hari penentuan di akhirat nanti.
• Zakat harus dibayarkan atas kekayaan yang telah memenuhi batas (nisab).
• Islam melarang riba dalam segala bentuk.
Layaknya sebuah bangunan, sistem ekonomi syariah harus memiliki fondasi yang berguna
sebagai landasan dan mampu menopang segala bentuk kegiatan ekonomi guna mencapai
tujuan mulia. Berikut ini merupakan prinsip-prinsip dasar dalam ekonomi syariah,
diantaranya adalah (Zainuddin Ali, 2008):
Tidak melakukan penimbunan (Ihtikar). Penimbunan, dalam bahasa Arab disebut dengan al-
ihtikar. Secara umum, ihtikar dapat diartikan sebagai tindakan pembelian barang dagangan
dengan tujuan untuk menahan atau menyimpan barang tersebut dalam jangka waktu yang
lama, sehingga barang tersebut dinyatakan barang langka dan berharga mahal.
Tidak melakukan monopoli. Monopoli adalah kegiatan menahan keberadaan barang untuk
tidak dijual atau tidak diedarkan di pasar, agar harganya menjadi mahal. Kegiatan monopoli
merupakan salah satu hal yang dilarang dalam Islam, apabila monopoli diciptakan secara
sengaja dengan cara menimbun barang dan menaikkan harga barang.
Menghindari jual-beli yang diharamkan. Kegiatan jual-beli yang sesuai dengan prinsip Islam,
adil, halal, dan tidak merugikan salah satu pihak adalah jual-beli yang sangat diridhai oleh
Allah swt. Karena sesungguhnya bahwa segala hal yang mengandung unsur kemungkaran
dan kemaksiatan adalah haram hukumnya.

Anda mungkin juga menyukai