Dosen Pengajar:
Dr. Inten Meutia, M.Acc., Ak., CA., CSRA
Oleh:
Ira Hutami Putri 01022682024020
Miranda Septy Andini 01022682024009
Siti Wulandari 01022682024006
1. Latar Belakang
Ajaran Islam mengatur dan mengarahkan kehidupan umat Muslim, bahkan syariah atau hukum Islam menjadi pedoman umat
Muslim di seluruh aspek kehidupan baik dalam ekonomi, politik agama, dan kehidupan sosialnya, termasuk Akuntansi. Dalam
hubungannya dengan praktik Akuntansi berdasarkan syariah, Islam telah membuat pedoman tentang tata kelola perusahaan, dan
bagaimana seharusnya keuangan dan perbankan harus dikelola, dimana semua hal tersebut menghadapi berbagai tantangan tersendiri
bagi akuntansi berbasis ajaran Islam. Setiap tindakan seseorang harus sesuai dengan hukum Islam dan mematuhi standar etika yang
berasal dari prinsip-prinsip Islam (Lewis, 2001).
Hubungan antara islam dan Akuntansi dibentuk oleh dua aspek, yaitu syariah yang mengatur seluruh aspek kehidupan umat
islam dan prinsip-prinsip islam tentang ekonomi serta keuangan yang memiliki imbas langsung terhadap praktik dan kebijakan
akuntansi. Melihat keberadaan Akuntansi Konvensional memiliki beberapa kelemahan dan keterbatasan menurut pandangan masyarakat
Islam, untuk meleraikan kekusutan problema tersebut, maka diusulkanlah syariah sebagai dasar dalam membangun kerangka konspetual
akuntansi yang dapat dijadikan pijakan dalam pengembangan format akuntansi yang lebih sesuai.
Dalam hal ini masyarakat Muslim menilai
bahwa syariah dapat menjadi paradigma yang
sesuai untuk pengembangan Akuntansi Syariah.
Dasar-dasar paradigma syariah dapat dilihat pada
Gambar 1 dibawah ini (Junery, 2019):
Paradigma tersebut menggambarkan bahwa syariah
diturunkan dari tiga sumber, yaitu: Al-Quran, Al-
Hadist dan Fiqh. Sumber-sumber tersebut secara
hirarki tidak dapat didahulukan antara satu sumber
dengan sumber yang lain. Tujuan syariah adalah
mendidik setiap manusia, memantapkan keadilan
dan merealisasikan keuntungan bagi setiap manusia
di dunia maupun akhirat. Syariah berkaitan erat
dengan peningkatan keadilan dan kesejahteraan
masyarakat, dengan menjadikan aspek moral,
sosial, politik dan filsafat ekonomi sebagai pondasi.
Pembahasan
2.1. Etika Bisnis Dalam Islam
Berikut ini etika bisnis menurut syariah, dan secara tidak langsung akan mempengaruhi perlakuan akuntansinya.
● Perdagangan dan perniagaan; aktivitas ekonomi ini sangat dianjurkan dalam Islam karena kegiatan perdagangan yang sah
dapat membantu seseorang mencari nafkah untuk menghidupi keluarganya dan bersedekah kepada yang kurang mampu.
● Produksi; agama Islam mengajarkan seseorang untuk terus produktif dan membenci sifat-sifat malas, sehingga pencapaian
ekonomi dipandang sebagai hasil kerja keras dan perhitungan terhadap risiko, bukan merupakan sesuatu yang hanya
diwariskan.
● Distribusi; di sini yang dimaksud distribusi adalah pemerataan pendapatan dan kesejahteraan, yang dilandasi konsep utama
berupa keharusan untuk bersikap sederhana dan seimbang dalam menghabiskan pendapatan, dan larangan untuk hidup
bermewah-mewahan dan berlebihan, juga untuk bertahan dalam kemiskinan.
● Tanggung jawab sosial; di mana Islam mengajarkan bahwa seorang manusia bertanggungjawab terhadap lingkungan
sosialnya, dan sistem ekonomi Islam menganjurkan seseorang untuk mencari nafkah secara adil dan menguntungkan tanpa
menyalahgunakan orang lain, sehingga seluruh masyarakat mendapatkan keuntungan, dan dengan lebih memperhatikan
kepentingan bersama dibandingkan kepentingan pribadi.
2.1. Etika Bisnis Dalam Islam
• Kaidah-kaidah Usaha; di dalam Islam, inti dari peraturan-peraturan untuk melaksanakan usaha adalah
kejujuran dan keadilan dalam melaksanakan perjanjian.
• Hak milik; yaitu hak seseorang untuk menggunakan dan menikmati apa yang dimilikinya dengan tetap
berlaku amanah dan sesuai syariah; karena pada dasarnya Islam menganggap seluruh harta benda yang
dimiliki oleh manusia hanyalah titipan, dan pemilik sesungguhnya adalah Allah SWT.
• Hukum perjanjian; yaitu hukum yang mengatur tentang al-‘aqd atau persetujuan antara dua orang atau lebih
untuk melakukan sesuatu, baik yang sifatnya percuma, atau yang dilakukan dengan sejumlah jaminan atau
pemberian.
• Organisasi bisnis; berdasarkan hubungan kemitraannya, organisasi bisnis menurut syariah.
• Etika manajerial; sebagaimana syariah Islam mengatur semua aspek kehidupan manusia, maka dalam dunia
bisnis syariah juga mengatur tentang manajerial atau orang-orang yang menjalankan organisasi bisnis.
2.2. Accounting and Auditing Organisation for Islamic Financial Institutions (AAOIFI)
Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial Institutions (AAOIFI) adalah badan perusahaan nirlaba internasional
otonom Islam yang mempersiapkan standar akuntansi, audit, tata kelola, etika, dan Syariah untuk lembaga keuangan Islam dan
industrinya. Didirikan pada tahun 1991 dan sejauh ini telah mengeluarkan total 100 standar yang mencakup bidang Syariah, akuntansi,
audit, etika, dan tata kelola untuk lembaga keuangan Islam.
Visi AAOIFI : ● Untuk memandu operasi pasar Keuangan Islam dan pelaporan keuangan pada prinsip dan aturan
Syariah.
● Untuk menyediakan pasar Keuangan Islam dengan standar dan pedoman yang dapat mendukung
pertumbuhan industri.
Misi AAOIFI : Standardisasi dan harmonisasi praktik keuangan Islam internasional dan pelaporan keuangan sesuai
syariah.
2.3. Asas Transaksi Syariah
Asas yang digunakan dalam melakukan transaksi syariah dilandaskan pada prinsip:
No Prinsip Keterangan
3 Kemaslahatan Segala bentuk kebaikan dan manfaat yang berdimensi duniawi dan ukhrawi,
(maslahah) material dan spiritual, serta individual dan kolektif
4 Keseimbangan Keseimbangan keseimbangan antara aspek material dan spiritual, antara
(tawazun) aspek privat dan publik, antara sektor keuangan dan sector riil, antara bisnis
dan sosial serta antara aspek pemanfaatan serta pelestarian
5 Universalisme Esensinya dapat dilakukan oleh, dengan dan untuk semua pihak yang
(syumuliyah) berkepentingan tanpa membedakan suku, agama, ras dan golongan sesuai
dengan semangat kerahmatan semesta.
2.4. Karakteristik Transaksi Syariah
Implementasi transaksi yang sesuai dengan paradigma dan asas transaksi syariah haruslah memenuhi karakteristik
dari persyaratan berikut:
1. Hanya dilakukan berdasarkan prinsip saling paham dan saling ridha;
2. Prinsip kebebasan bertransaksi diakui sepanjang objeknya halal dan baik (thayyib);
3. Uang hanya berfungsi sebagai alat tukar dan satuan pengukur nilai, bukan sebagai komoditas;
4. Tidak mengandung unsur riba, kezaliman, maysir, gharar, dan haram;
5. Tidak menganut prinsip nilai waktu dari uang (time value of money) karena keuntungan yang didapat dalam
kegiatan usaha terkait dengan risiko yang melekat pada kegiatan usaha tersebut sesuai dengan prinsip al-
ghunmu bil ghurmi (no gain without accompanying risk);
6. Dilakukan berdasarkan suatu perjanjian yang jelas dan benar serta untuk keuntungan semua pihak tanpa
merugikan pihak lain sehingga tidak diperkenankan menggunakan standar ganda harga untuk satu akad serta
tidak menggunakan dua transaksi bersamaan yang berkaitan (ta'alluq) dalam suatu akad;
7. Tidak ada distorsi harga melalui rekayasa permintaan (najasy), maupun melalui rekayasa penawaran
(ihtikar);dan
8. Tidak mengandung unsur kolusi dengan suap menyuap (risywah)
2.5.Laporan Keuangan Syariah
Tujuan laporan keuangan syariah sebagaimana tujuan laporan keuangan konvensional, yaitu menyediakan informasi terkait
posisi keuangan, kinerja dan perubahan posisi keuangan, namun dalam hal ini spesifik untuk entitas syariah. Oleh karena itu,
memberikan manfaat bagi pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi, diantaranya:
1. Meningkatkan kepatuhan terhadap prinsip syariah dalam kegiatan usaha dan keseluruhan transaksi;
2. Memberikan informasi kepatuhan syariah;
3. Informasi tentang aset, liabilitas, pendapatan dan beban yang tidak memenuhi prinsip syariah (bila ada) serta bagaimana
perolehan dan penggunaannya;
4. Informasi untuk membantu pengguna dalam mengevaluasi pemenuhan tanggung jawab entitas syariah terkait amanah yang
diterima dalam mengamankan dana, menginvestasikannya pada tingkat keuntungan yang layak.
5. Informasi terkait tingkat keuntungan investasi, pemenuhan kewajiban fungsi sosial entitas syariah, termasuk pengelolaan dan
penyaluran zakat, infak, sedekah, dan wakaf .
2.5.3. Asumsi Dasar
Menurut asumsi dasar yang digunakan dalam menyusun laporan keuangan entitas syariah antara lain:
1. Dasar Akrual
Laporan keuangan disajikan atas dasar akrual, sehingga pengaruh transaksi dan peristiwa lain diakui pada saat kejadian (dan bukan
pada saat kas atau setara kas diterima atau dibayar). Pengungkapan berada dalam catatan akuntansi serta dilaporkan dalam laporan
keuangan pada periode bersangkutan. Dasar akrual memberikan informasi kepada pemakai tidak hanya transaksi masa lalu yang
melibatkan penerimaan dan pembayaran kas, akan tetapi juga kewajiban dan hak yang akan diterima di masa depan. Namun dalam
penghitungan pendapatan untuk tujuan bagi hasil menggunakan dasar kas.
Penghitungan pendapatan untuk tujuan pembagian hasil usaha menggunakan dasar kas. Dalam hal prinsip pembagian hasil usaha
berdasarkan bagi hasil, pendapatan atau atau hasil yang dimaksud adalah keuntungan bruto (gross profit).
2. Kelangsungan Usaha
Laporan keuangan biasanya umumnya atas dasar asumsi kelangsungan usaha entitas syariah. Dengan demikian diasumsikan entitas
syariah tidak bermaksud melikuidasi atau mengurangi secara material skala usahanya.
2.5.4. Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan
Karakteristik kualitatif merupakan ciri khas yang membuat informasi dalam laporan keuangan berguna bagi
pengguna. Terdapat empat karakteristik kualitatif pokok yaitu:
1. Dapat dipahami
2. Relevan
3. Dapat diandalan
4. Dapat Dibandingkan
5. Penyajian Wajar
Dengan penerapan karakteristik kualitatif pokok dan standar akuntansi, umumnya akan menghasilkan laporan
keuangan yang menggambarkan kondisi apa adanya, yang mana hal ini sering kali sudah dianggap sebagai
suatu pandangan penyajian wajar.
2.5.5. Unsur Laporan Keuangan Syariah