oleh :
Asma Nur Khoiriyah
120110120006
Fathiyah Nuramaliya
120110120018
Arinda Widyaswara
120110120169
BANDUNG
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan
makalah yang berjudul Konsep laba, asset, dan modal dalam akuntansi syariah
Makalah ini terdiri atas pembahasan mengenai konsep laba, asset, dan
modal dalam akuntansi syariah. Penulis berharap makalah ini dapat memberikan
informasi kepada kita semua untuk lebih mengetahui bagaimana konep laba, asset,
dan modal dalam akuntansi syariah.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihakpihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Apabila terdapat
kesalahan dalam penulisan makalah ini, Penulis menerima kritik dan saran untuk
kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
konvensional
menerapkan
prinsip
laba
universal,
mencakup laba dagang, modal pokok, transaksi, dan juga uang dari
sumber yang haram, sedangkan dalam konsep Islam dibedakan antara
laba dari aktivitas pokok dan laba yang berasal dari kapital (modal
pokok) dengan yang berasal dari transaksi, juga wajib menjelaskan
pendapatan dari sumber yang haram jika ada, dan berusaha
menghindari serta menyalurkan pada tempat-tempat yang telah
ditentukan oleh para ulama fiqih. Laba dari sumber yang haram tidak
boleh dibagi untuk mitra usaha atau dicampurkan pada pokok modal;
Konsep konvensional menerapkan prinsip bahwa laba itu hanya ada
ketika adanya jual-beli, sedangkan konsep Islam memakai kaidah
bahwa laba itu akan ada ketika adanya perkembangan dan
pertambahan pada nilai barang, baik yang telah terjual maupun yang
belum. Akan tetapi, jual beli adalah suatu
keharusan untuk menyatakan laba, dan laba tidak boleh dibagi
sebelum nyata laba itu diperoleh.
Piutang
Piutang termasuk salah satu pos dalam Aset. Piutang adalah hak
yang berhak untuk ditagih oleh pihak satu ke pihak lainnya karena
terjadinya suatu transaksi, biasanya karena transaksi penjualan secara
kredit. Dalam pengertian akuntansi secara konvensional, terdapat beberapa
macam piutang, yaitu piutang dagang, piutang wesel, piutang gaji,dll.
Piutang ini dapat termasuk dalam Aset Lancar jika diperkirakan dapat
ditagih dalam waktu kurang dari satu tahun. Piutang yang termasuk dalam
Aset Lancar adalah piutang dagang, piutang wesel dan piutang lain-lain
(yang jatuh tempo dalam waktu kurang dari satu tahun). Sedangkan untuk
piutang yang jatuh tempo pada lebih dari satu tahun digolongkan dalam
Aset Tidak Lancar.
Bagi Entitas Syariah, dimana Entitas menggunakan prinsip-prinsip
Akuntansi Syariah yang telah diatur dalam PSAK no. 59, 101-106, piutang
digolongkan pula berdasarkan asal terjadinya. Diantara jenis-jenis piutang
tersebut adalah sebagai berikut:
1) Piutang Murabahah, piutang murabahah timbul akibat adanya
murabahah, yaitu akad jual beli barang dengan margin keuntungan
yang telah disepakati oleh pihak penjual dengan pembeli dan pihak
Metode
Penghapusan
Langsung,
dalam
metode
ini,
tangguhhan.
Pengukuran
Pengukuran asset murabahah setelah perolehan diakui pada
saat:
a) Murabahah pesanan mengikat
b) Murabahah tanpa pesanan atau murabahah pesanan
tidak mengikat.
syirkah temporer.
Pengakuan Akuntansi untuk mitra pasif
Investasi diakui saat membayar kepada mitra aktif, biaya yang
dikeluarkan untuk investasi tidak dapat diakui sebagai beban
(kecuali ada kesepakatan), saak masa akad berakhir namun
Pengakuan
1.
Akuntansi Syariah
pengakuan dan pengukuran ditentukan 1.
Akuntansi Umum
hanya terdiri atas akun-akun: aset,
dari awal.
kewajiban, penghasilan, dan beban.
2. memiliki pengakuan dan pengukuran 2.
berlaku untuk semua jenis
yang berbeda sesuai dengan jenis transaksi yang terkait tidak terikat
akuntansinya.
perjanjian
3. Ada dua pengakuan yaitu :
3.
untuk ekonomi masa yang akan
pengakuan akuntansi pembeli dan
datang dan yang bisa diukur secara
penjual (murabahah, salam, istihna),
handa
akuntansi pemilik dan akuntansi
4.
Orentasi pengakuan untuk
pengelola (mudharabah)
penyusunan laporan keuangan neraca
akuntansi aktif dan akuntansi mitra pasif
dan L/R.
(musyarakah)
akuntansi pemilik dan penyewa (ijarah)
4. akuntansi transaksi asuransi syariah
tidak terbagi atas dua pengakuan tapi
5.
Pengukuran
Akuntansi Syariah
Akuntansi Umum
menurut jenis masing-masing berbeda:
berdasarkan empat item yaitu :
berdasarkan pesanan (murabahah, biaya historis
biaya kini
salam, istishna)
nilai realisasi/penyelesaian
berdasarkan investasi (mudharabah)
nilai sekarang
berdasarkan kas dan non kas
(murabahah,
salam,
istishna),
berdasarkan
investasi
tujuan
mengembangkannya
syariat
melalui
Islam
jalur-jalur
ialah
menjaga
yang
syari,
dan
untuk
itu
harus
dapat
memberikan
nilai,
yaitu
2. Mutaqawwim (Bernilai)
Modal itu harus bernilai, artinya dapat dimanfaatkan
secara syari. Jadi, harta-harta yang tidak mengandung nilai
tidak
termasuk
dalam
wilayah
akuntansi
yang
sedang
sunnahnya
sebelum
ia
menerima
amalan-amalan
berkata.
orang
yang
beruntung
dalam