Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

AKUNTANSI PERBANKAN SYARIAH

Oleh Kelompok 2 :

Afifah Kamilia Batubara (41902059)

Amalia Putri (41902025)

Dosen Pengampu

M. Haidir Ali, SEI

Program Studi Manajemen Perbankan Syariah

MPS19A
Sekolah Tinggi Ekonomi Islam SEBI
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan Hidayah-Nya serta
shalawat beriring salam dihaturkan kepada Nabi Muhammad SAW, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah Akuntansi Syariah dengan judul “ Kerangka Dasar Penyusunan dan
Penyajian Laporan Keuangan Syariah “ . Kami juga Berterima Kasih kepada Bapak M. Haidir Ali,
SEI, yang telah memberikan kami tugas dan membimbing kami dalam menyelesaikan makalah
ini. Makalah ini dibuat dalam rangka menyelesaikan tugas yang diberikan serta untuk menambah
pengetahuan kami mengenai Akuntansi Syariah.

Makalah ini tentu jauh dari kata sempurna tapi kami tentunya bertujuan untuk menjelaskan
materi sesuai dengan pengetahuan yang kami peroleh, baik dari buku maupun sumber-sumber
yang lain.kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih jauh sekali dari kesempurnaan dan
masih banyak sekali kekurangan dan kelemahan. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
bagi semua pihak .

Depok, 30 Maret 2022

Kelompok 2 PS19A

2|Makalah Akuntansi Perban kan Syariah


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Proses akuntansi yang dimulai dari identifikasi kejadian dan transaksi hingga penyajian dalam
laporan keuangan, memerlukan sebuah kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan
keuangan. Kerangka dasar atau kerangka konseptual akuntansi, adalah suatu sistem yang melekat
dengan tujuan-tujuan serta sifat dasar yang mengarah pada standar yang konsisten dan terdiri atas
sifat, fungsi dan batasan dari akuntansi dan laporan keuangan.

Pembahasan diawali dengan perkembangan Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian


Laporan Keuangan Syariah (KDPPLKS) dan diikuti dengan tujuan KDPPLKS, pemakai laporan
keuangan syariah, tujuan laporan keuangan, asumsi dasar, unsur-unsur laporan keuangan, dan
pengakuan serta pengukuran unsur-unsur laporan keuangan tersebut. Relevansi bab ini adalah
sebagai dasar dalam memahami landasan yang digunakan oleh penyusun standar dalam membuat
standar akuntansi standar.

Telah banyak peneliti di bidang akuntansi, baik muslim maupun nonmuslim yang menelaah
teori maupun penelitian tentang tujuan maupun kerangka dasar atas laporan keuangan syariah..
Misalnya Dewan Standar Akuntansi Indonesia menyusun PSAK Syariah tentang kerangka dasar
penyusunan dan penyajian laporan keuangan.

3|Makalah Akuntansi Perban kan Syariah


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Tujuan Kerangka Dasar Transaksi Syariah

2.1.1 Tujuan Kerangka Dasar

Kerangka dasar ini menyajikan konsep yang mendasari konsepn yang mendasari penyusunan dan
penyajian laporan keuangan bagi para penggunanya. Kerangka ini berlaku untuk semua jenis
transaksi syariah yang dilaporkan oleh entitas syariah maupun entitas konvensional baik sektor
publik maupun sektor swasta (Wasilah 2015)

Tujuan kerangka dasar ini adalah untuk digunakan sebagai acuan bagi:

1. Penyusunan standar akuntansi keuangan syariah, dalam pelaksanaan tugasnya


2. Penyusunan laporan keuangan, untuk menggulangi masalah akuntansi syariahyang belum
diatur dalam standar akuntansi keunagan syariah
3. Auditor, dalam memberikan pendapat mengenai apakah laporan keuangan di susun sesuai
dengan prinsip akuntansi syariah yang berlaku umum
4. Para pemakai laporan keuangan, dalam menafsirkan informasi yang disajikan dalam
laporan keuangan yang disusun sesuai dengan standar akuntansi keuangan syariah

2.1.2 Pemakai dan kebutuhan informasi

1. Investor sekarang dan investor potensial, hal ini karena mereka harus memutuskan apakah
akan membeli, menahan atau menjual investasi atau penerimaan dividen.
2. Pemilik dana qardh, untuk mengetahui apakah dana qardh dapat dibayar pada saat jatuh
tempo
3. Pemilik dana syirkah temporer, untuk mengambil keputusan pada investasi yang
memberikan tingkat pengembalian yang bersaing dan aman
4. Pemilik dana titipan, untuk memastikan bahwa titipan dana dapat diambil setiap saat

4|Makalah Akuntansi Perban kan Syariah


5. Pembayar dan penerima zakat, infak, sedekah, dan wakaf, untuk informasi tentang sumber
dan penyaluran dan tersebut
6. Pengawas syariah, untuk menilai kepatuhan pengelolaan lembaga syariah terhadap prinsip
syariah
7. Karyawan, untuk memperoleh informasi tentang stabilitas dan profitabilitas entitas syariah
8. Pemasok dan mitra usaha lainnya, untuk memperoleh informasi tentang kemampuan
entitas membayar utang pada saat jatuh tempo.
9. Pelanggan, untuk memperoleh informasi tentang kelangsungan hidup entitas syariah
10. Penerima serta lembaga-lembaganya, untuk memperoleh informasi tentang aktivitas
entitas syariah, perpajakan serta kepentingan nasional lainnya.
11. Masyarakat, untuk memperoleh informasi tentang kontribusi entitas terhadap masyarakat
dan Negara.

2.1.2 Paradigma Transaksi Syariah

Transaksi syariah didasarkan pada paradigma dasar bahwa alam semesta diciptakan oleh Tuhan
sebagai amanah dan sarana kebahagiaan hidup bagi seluruh umat manusia untuk mencapai
kesejahteraan hakiki secara material dan spiritual. Substansinya adalah bahwa setiap aktivitas
umat manusi memiliki akuntabilitas dan nilai illahiah yang menempatkan perangkat syariah dan
akhlak sebagai parameter baik dan buruk, besar dan salahnya aktivitas usaha. (Wasilah 2015)

2.2 Asas, Karakteristik, dan Asumsi Dasar Transaksi Syariah

2.2.1 Asas Transaksi Syariah

Transaksi syariah berdasarkan pada prinsip berikut ((IAI) 2007) :

1. Persaudaraan (ukhuwah), yang berarti bahwa transaksi syariah menunjung tinggi nilai
kebersamaan dalam memperoleh manfaat, sehingga seseorang tidak mendapatkan
keuntungan di atas kerugian orang lain.
2. Keadilan (‘adalah), yang berarti selalu menempatkan sesuatu hanya pada yang berhak dan
sesuai dengan posisinya. Realisasi prinsip ini dalam bingkai aturan muamalah adalah
melarang adanya unsur berikut ini.

5|Makalah Akuntansi Perban kan Syariah


a) Riba/bunga dalam segala bentuk dan jenis, baik riba naslah atau fadhl. Riba sendiri
diterjemahkan sebagai tambahan pada pokok piutang yang dipersyaratkan dalam
transaksi pinjam-meminjam serta derivasinya dan transaksi tidak tunai lainnya, atau
transaksi antarbarang, termasuk pertukaran uang sejenis secara tunai maupun
tangguh dan yang tidak sejenis secara tidak tunai
b) Kezaliman, baik terhadap diri sendiri, orang lain, atau lingkungan.
c) Judi atau bersikap spekulatif dan tidak berhubungan dengan produktivitas
d) Unsur ketidakjelasan, memanipulasi dan eksploitasi informasi serta tidak adanya
kepastian pelaksanaan akad.
e) Haram/segala unsur yang dilarang tegas dalam Al-Quran dan As-Sunah, baik dalam
barang/jasa atau pun aktivitas operasional baik.
3. Kemaslahatan (maslahah), yaitu segala bentuk kebaikan dan manfaat yang berdimensi
duniawi dan ukhrawi, material dan spiritual, serta individual dan kolektif.
4. Keseimbangan (tawazun), yaitu keseimbangan antara aspek material dan spiritual, antara
aspek privat dan publik, antara sektor keuangan dan sektor riil, antara bisnis dan social
serta antara aspek pemanfaatan serta pelestarian.
5. Universalisme, dimana esensinya dapat dilakukan oleh, dengan dan untuk semua pihak
yang berkepentingan tanpa membedakan suku, agama, ras, dan golongan sesuai dengan
semangat kerahmatan semesta.

2.2.2 Karakteristik Transaksi Syariah

1. Transaksi hanya dilakukan berdasarkan prinsip saling paham dan saling riba.
2. Prinsip kebebasan bertransaksi diakui sepanjang objeknya halal dan baik
3. Uang hanya berfungsi sebagai alat tukar dan satuan pengukur nilai, bukan sebagai
komoditas
4. Tidak mengandung unsur riba
5. Tidak mengandung unsur kezaliman
6. Tidak mengandung unsur maysir
7. Tidak mengandung unsur gharah
8. Tidak mengandung unsur haram

6|Makalah Akuntansi Perban kan Syariah


9. Tidak menganut prinsip nilai waktu dari uang karena keuntungan yang di dapat dalam
kegiatan usaha terkait dengan risiko yang melekat pada kegiatan usaha tersebut sesuai
dengan prinsip al-ghunmu bil ghurmi
10. Transaksi dilakukan berdasarkan suatu perjanjian yang jelas dan benar serta untuk
keuntungan semua pihak
11. Tidak ada distorsi harga melalui rekayasa permintaan
12. Tidak mengandung unsur kolusi dengan suap-menyuap (risywah). ((IAI) 2007)

2.2.3 Tujuan Laporan Keuangan dalam Akuntansi Syariah

Tujuan utama laporan keuangan adalah untuk menyediakan informasi, menyangkut posisi
keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu syariah yang bermanfaat bagi sejumlah
besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomik.

1. Meningkatkan kepatuhan terhadap prinsip syariah dalam semua transaksi dan kegiatan
usaha
2. Informasi kepatuhan entitas syariah terhadap prinsip syariah, serta informasi aset, liabilitas,
pendapatan, dan beban yang tidak sesuai dengan prinsip syariah
3. Informasi untuk membantu mengevaluasi pemenuhan tanggung jawab entitas syariah
terhadap amanah dalam mengamankan dana, menginvestasikannya pada tingkat
keuntungan yang layak.
4. Informasi mengenai tingkat keuntungan investasi yang diperoleh penanam modal dan
pemilik dana syirkah temporer.

Laporan keuangan yang disusun untuk tujuan ini memenuhi kebutuhan bersama sebagian
besar pernakai. Namun. demikian, laporan keuangan tidak menyediakan semua inforrnasi yang
mungkin dibutuhkan pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi karena secara umum
menggambarkan

pengaruh keuangan dari kejadian di masa lalu, dan tidak diwajibkan untuk menyediakan
informasi nonkeuangan. Laporan keuangan juga menunjukan apa yang telah dilakukan
manajemen (stewardship), atau pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang
dipercayakan kepadanya. Pemakai yang ingin menilai apa yang telah dilakukan atau
pertanggungjawaban manajemen berbuat demikian agar mereka dapat membuat ke putusan

7|Makalah Akuntansi Perban kan Syariah


ekonomi: keputusan ini mungkin mencakup, misalnya, keputusan untuk menahan atau menjual
investasi .mereka dalam perbankan syari'ah atau keputusan untuk rnengangkat kembali atau
mengganti manajemen.

Sedangkan dalam PSAK 101 disebutkan bahwa Laporan keuangan adalah suatu penyajian
terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas syariah. Tujuan laporan
keuangan adalah untuk memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan
dan arus kas entitas syariah yang bermanfaat bagi sebagian besar pengguna laporan keuangan
dalam membuat keputusan ekonomik. Laporan keuangan juga menunjukkan hasil
pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada
mereka. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, suatu laporan keuangan menyajikan
informasi mengenai entitas syariah yang meliputi:

1. aset;

2. kewajiban;

3. dana syirkah temporer;

4. ekuitas;

5. pendapatan dan beban termasuk keuntungan dan kerugian;

6. arus kas;

7. dana zakat; dan

8. dana kebajikan. ((IAI) 2014)

2.2.4 Bentuk Laporan Keuangan

Laporan keuangan entitas syariah terdiri atas berikut ini.

1. Posisi Keuangan Entitas Syariah, disajikan sebagai neraca.


2. Informasi Kinerja Entitas Syariah, disajikan dalam laporan laba rugi
3. Informasi Perubahan Posisi Keuangan Entitas Syariah
4. Informasi Lain.

8|Makalah Akuntansi Perban kan Syariah


5. Catatan dan Skedul Tambahan

2.2.5 Asumsi Dasar

1. Dasar Akrual

Laporan keuangan disajikan atas dasar akrual, maksudnya bahwa pengaruh transaksi dan peristiwa
lain diakui pada saat kejadian dan diungkapkan dalam catatan akuntansi serta dilaporkan dalam
laporan keuangan pada periode yang bersangkutan.

2. Kelangsungan Usaha

Laporan keuangan biasanya disusun atas dasar asumsi kelangsungan usaha entitas syariah yang
akan melanjutkan usahanya di masa depan.

Untuk mencapai tujuannya, laporan keuangan disusun atas dasar akrual. Dengan dasar ini,
pengaruh transaksi dan peristiwa lain diakui pada saat kejadian (dan bukan pada saat kas atau
setara kas diterima atau dibayar) dan diungkapkan dalam catatan akuntansi serta dilaporkan dalam
laporan keuangan pada periode yang bersangkutan. Laporan keuangan yang disusun atas dasar
akrual memberikan informasi kepada pemakai tidak hanya transaksi masa lalu yang melibatkan
penerimaan dan pembayaran kas tetapi juga kewajiban pembayaran kas di masa depan serta
sumber daya yang merepresentasikan kas yang akan diterima di masa depan. Oleh karena itu,
laporan keuangan menyediakan jenis informasi transaksi masa lalu dan peristiwa lainnya yang
paling berguna bagi pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.

Penghitungan pendapatan untuk tujuan pembagian hasil usaha menggunakan dasar kas. Dalam
hal prinsip pembagian hasil usaha berdasarkan bagi hasil, pendapatan atau hasil yang dimaksud
adalah keuntungan bruto (gross profit).

Penentuan pendapatan dan biaya dari posisi harta dan kewajiban ditetapkan tanpa melihat
transaksi kas telah dilakukan atau tidak. Penentuannya buka keterlibatan kas, tetapi didasarkan
pada faktor legalnya apakah memang sudah merupakan hak (pendapatan) atau kewajiban (biaya)
perusahaan atau belum. Kalau sudah, harus dicatat tanpa menunggu pembayaran atay peneriman
kas. (Ikhsan 2015)

9|Makalah Akuntansi Perban kan Syariah


Penyusunan atau pencatatan laporan keuangan yang disusun berdasarkan accrual basis
dinyatakan juga dalam Fatwa DSN No.14 tahun 2000 yang menyatakan bahwa:

1. Pada prinsipnya, LKS boleh menggunakan sistem Accrual Basis maupun Cash Basis dalam
pencatatan administrasi keuangan.
2. Dilihat dari segi kemaslahatan (al-ashlah), dalam pencatatan sebaiknya digunakan sistem
acrual basis, akan tetapi dalam distribusi hasil usaha hendaknya ditentukan atas dasar
penerimaan yang benar-benar terjadi (cash basis).
3. Penetapan sistem yang harus dipilih harus disepakati dalam akad. (MUI 2014)

2.2.6 Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan

Terdapat empat karakteristik kualitatif pokok, yaitu: dapat dipahami, relevan, keandalan, dan dapat
diperbandingkan.

1. Dapat dipahami
Kualitas penting informasi yang ditampung dalam laporan keuangan adalah
kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh pemakai. Untuk maksud ini, pemakai
diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai tentang aktivitas ekonomi dan bisnis,,
akuntansi, serta kemauan untuk mempelajari informasi dengan ketekunan yang wajar.

2. Relevan
Agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pemakai dalam
proses pengambilan keputusan.
3. Keandalan
Andal diartikan sebagai bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material, dan
dapat diandalkan pemakainya sebagai penyajian yang tulus atau jujur dari yang seharusnya
disajikan atau secara wajar diharapkan dapat disajikan.
4. Dapat dibandingkan
Pemakai harus dapat membandingkan laporan keuangan entitas syariah antarperiode untuk
mengidentifikasi kecenderungan posisi dan kinerja keuangan.

10 | M a k a l a h A k u n t a n s i P e r b a n k a n S y a r i a h
2.3 Kendala Informasi dan Unsur Unsur Laporan Keuangan

2.3.1 Kendala Informasi yang Relevan dan Andal

Kendala informasi yang relevan dan andal terdapat dalam hal sebagai berikut

1. Tepat Waktu
Jika terdapat penundaan yang tidak semestinya dalam pelaporan, maka informasi yang
dihasilkan akan kehilangan relevansinya. Manajemen mungkin perlu menyeimbangkan
manfaat relative antara pelaporan tepat waktu dan ketentuan informasi andal.
2. Keseimbangan antara biaya dan manfaat
Keseimbangan antara biaya dan manfaat lebih merupakan suatu kendala yang dapat terjadi
(pervasive) dari suatu karakteristik kualitatif. Manfaat yang dihasilkan informasi
seharusnya melebihi biaya penyusunannya. Dalam praktik, keseimbangan atau trade-off di
antara berbagai karakteristik kualitatif sering diperlukan. Pada umumnya, tujuan untuk
mencapai suatu keseimbangan yang tepat di antara berbagai karakteristik adalah untuk
memenuhi tujuan laporan keuangan.

2.3.2 Unsur-Unsur Laporan Keuangan

Sesuai karakteristik, laporan keuangan entitas syariah, antara lain meliputi:

1. Komponen laporan keuangan yang mcncerminkan kegiatan komersial yang terdiri atas
laporan posisi keuangan, laporan laba rugi, laporan arus kas, serta laporan perubahan
ekuitas.

Posisi keuangan

Unsur yang berkaitan secara langsung dengan pengukuran posisi keuangan adalah aset,
kewajiban, dana syirkah temporer dan ekuitas. Pos-pos ini didefinisikan sebagai berikut.

11 | M a k a l a h A k u n t a n s i P e r b a n k a n S y a r i a h
a) Aset adalah sumber daya yang dikuasai oleh entitas syariah sebagai akibat dari peristiwa
masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi di masa depan diharapkan akan diperoleh
entitas syariah.
b) Kewajiban merupakan utang entitas syariah masa kini yang timbul dari peristiwa masa
lalu, penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan arus keluar dari sumber daya entitas
syariah yang mengandung manfaat ekonomi.
c) Dana syirkah temporer adalah dana yang diterima sebagai investasi dengan jangka
waktu tertentu dari individu dan pihak lainnya di mana entitas syariah mempunyai hak
untuk mengelola dan menginvestasikan dana tersebut dengan pembagian basil investasi
berdasarkan kcsepakatan.
Dana syirkah temporer tidak dapat digolongkan sebagai kewajiban, karena
entitas syariah tidak berkewajiban untuk mengembalikan dana awal dari pemilik dana
ketika mengalami kerugian kecualj akibat kelalaian atau wanprestasi entitas syariah.
Namun demikian, dia juga tidak dapat digolongkan sebagai ekuitas karena mempunyaj
waktu jatuh tempo dan tidak memiliki hak kepemilikan yang sama dengan pemegang
saham.
d) Ekuitas adalah hak residual atas aset entitas syariah setelah dikurangi semua kewajiban
dan dana syirkah temporer. Ekuitas dapat disubldasitikasikan menjadi setoran modal
pemegang saham, saldo laba, penyisihan saldo laba, dan penyisihan penyesuaian
pemeliharaan modal.

Kinerja

Unsur yang langsung berkaitan dengan pengukuran penghasilan bersih (laba) adalah
penghasilan dan beban. Unsur penghasilan dan beban didefinisikan berikut ini.

a) Penghasilan (income) adalah kenaikan manfaat ekonomi selama suatu periode


akuntansidalam bentuk pemasukan atau penambahan aset atau penurunan kewajiban
yang mengakibatkan kcnaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanam
modal. Penghasilan (income) meliputi pendapatan (revenues) maupun keuntungan
(gain).

12 | M a k a l a h A k u n t a n s i P e r b a n k a n S y a r i a h
b) Bcban (expenses) adalah penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi
dalam bcntuk arus keluar atau berkurangnya aset atau terjadinya kewajiban yang
mengaldbatkan pcnurunan ekuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada penanam
modal, termasuk di dalamnya beban untuk pelaksanaan aktivitas entitas syariah maupun
kerugian yang timbul.
c) Hak pihak ketiga atas bagi basil dana syirkah temporer adalah bagian bagi basil pemilik
dana atas keuntungan dan kcrugian hasil investasi bersama entitas syariah dalam suatu
periode laporan keuangan.

Hak pihak ketiga atas bagi hasil tidak bisa dikelompokkan sebagai beban (ketika untung)
atau pendapatan (ketika rugi).

2. Komponen laporan keuangan yang mencerminkan kegiatan sosial, meliputi laporan


sumber dan penggunaan dana zakat serta laporan sumber dan penggunaan dana kebijakan
3. Komponen laporan keuangan lainnya yang mencerminkan kegiatan dan tanggung jawab
khusus entitas syariah tersebut.

2.3.3 Pengukuran Unsur Laporan Keuangan

Sejumlah dasar pengakuan yang berbeda digunakan dalam derajat dan kombinasi yang berbeda
dalam laporan keuangan. Berbagai dasar pengukuran tersebut adalah sebagai berikut.

1. Biaya Historis (historical cost)


Aset dicatat sebesar pengeluaran kas (atau setara kas) yang dibayar atau sebesar nilai wajar
dari imbalan (consideration) yang diberikan untuk memperoleh aset tersebut pada saat
perolehan. Kewajiban dicatat sebesar jumlah yang diterima sebagai penukar dari kewajiban
(obligation), atau dalam keadaan tertentu, dalam jumlah kas yang diharapkan akan
dibayarkan untuk memenuhi kewajiban dalam pelaksanaan usaha normal
2. Biaya Kini (current cost)
Aset dinilai dalam sejumlah kas (atau setara kas) yang seharusnya dibayar bila aset yang
sama atau setara aset diperoleh sekarang. Kewajiban dinyatakan dalam jumlah kas yang
tidak didikontokan yang mungkin akan diperlukan untuk menyelesaikan kewajiban.
3. Nilai Realisasi/Penyelesaian

13 | M a k a l a h A k u n t a n s i P e r b a n k a n S y a r i a h
Aset dinyatakan dalam jumlah kas yang dapat diperoleh sekarang dengan menjual aset
dalam pelepasan normal (orderly disposal). Kewajiban dinyatakan dinyatakan sebesar nilai
penyelesaian yaitu jumlah kas yang tidak didiskontokan yang diharapkan akan dibayarkan
untuk memenuhi kewajiban dalam pelaksanaan usaha normal.

2.5 KONSEP DASAR AKUNTANSI MENURUT PEMIKIR ISLAM

2.5.7 Bentuk Laporan Menurut Pemikir Islam

Berdasarkan dinamika pemikiran konsep-konsep di atas, ada sebagian pemikir akuntansi Islam
yang mengusulkan terobosan pemikiran yang agak berbeda, di antaranya:

1. Neraca yang Menggunakan Nilai Saat Ini (Current Value BalanceSheet)


untuk mengatasi kelemahan dari historical cost yang kurang cocok dengan pola
perhitungan zakat yang mengharuskan perhitungan kekayaan dengan nilai sekarang.
Alasan lainnya, adalah dengan menggunakan nilai sekarang akan mempermudah pengguna
laporan keuangan untuk mcngambil keputusan karena nilai yang disajikan lebih relevan
dibanding nilai historical cost.
IFRS (International Financial Reporting Standard) juga telah merekomendasikan
nilai saat ini (current value) untuk aset yang disajikan dalam laporan keuangan, dan negara-
negara di dunia sedang dalam proses untuk mengadopsi IFRS sebagai standar pelaporan di
negara masing-masing
2. Laporan Nilai Tambah (Value Added Statement) sebagai pengganti laporan laba atau
sebagai laporan tambahan atas neraca dan laporan laba rugi. Usulan ini didasarkan atas
pertimbangan bahwa unsur terpenting di dalam akuntansi syariah bukanlah kinerja
operasional, tetapi kinerja dari sisi pandang para stakeholders. (Mook 2003)

14 | M a k a l a h A k u n t a n s i P e r b a n k a n S y a r i a h
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan penjelasan diatas yang diuraikan pada Bab II, Maka dapat disimpulkan sebagai
berikut:

1. Tujuan dari Kerangka Dasar sebagai acuan dari bagi penyusun standar akuntansi syariah,
penyusun laporan keuangan, dalam auditor, dan juga bagi para pemakai laporan keuangan
2. Asas yang digunakan berdasarkan prinsip Persaudaraan (ukhuwah), Keadilan (‘adalah),
Kemaslahatan, Keseimbangan dan Univeraslime. sedangkan Karakteristik dan Asumsi Dasar
berdasarkan Implementasi transaksi yang sesuai dengan paradigm dan juga berdasarkan
Dasar Akrual dan kelangsungan usaha
3. Kendala dari Laporan Keuangan yaitu Ketepatan Waktu dan juga Keseimbangan antara
biaya dan manfaat sedangkan unsur-unsurnya disesuaikan dengan karakteristik dari laporan
keuangan entitas syariah.
4. Bentuk Laporan Keuangan menurut ED PSAK 101 terdapat beberapa laporan keuangan
yaitu, Laporan Keuangan Entitas Syariah, Laporan Keuangan Bank Syariah, Laporan
Keuangan Asuransi Syariah, Laporan Keuangan AMil
5. Konsep dasar menurut AAOIFI yaitu menjelaskan bagaimana tujuan, pemakaian dan
kebutuhan informasi, paradigm, bentuk laporan, dan syarat kualitatif berdasarkan asas-asas
syari’ah dan juga PSAK. Pemikir Islam bahkan ada yang setuju dan tidak setuju dengan
beberapa aspek

15 | M a k a l a h A k u n t a n s i P e r b a n k a n S y a r i a h
DAFTAR PUSTAKA

Wasilah dan Sri Nurhayati. 2015. Akuntansi Syariah di Indonesia. Edisi 4. Jakarta: Salemba
Empat

Walter T. Harrison Jr dkk., 2011.Akuntansi Keuangan Edisi Kedelapan Jilid I. Jakarta:


Erlangga

Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan
Keuangan Syariah (KDPPLKS), Tahun 2007.

Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), PSAK 101 Penyajian Laporan Keuangan Syariah, 2014

Ikhsan, Arfan dkk, Teori akuntansi, Bandung, Citapustaka Media, 2015.

Dewan Syariah Nasional MUI, Himpunan Fatwa Keuangan Syariah, Jakarta, Erlangga,
2014.

Az Zuhaili Wahbah, 1996. Al-Quran dan Paradigma Peradaban. Yogyakarta: Dinamika

Ony Warsono dan Ratna Chandrasari, 2013.Dasar-Dasr Akuntansi TPA. Yogyakarta: AB


Publisher

Syarifuddin Amir, Prof. DR. H., Ushul Fiqh Jilid 1, Logos, Jakarta: 2005 M.

16 | M a k a l a h A k u n t a n s i P e r b a n k a n S y a r i a h

Anda mungkin juga menyukai