Anda di halaman 1dari 12

BAB II

ISI

A. Pengertian Kerja Sama Ekonomi Islam

Dalam ajaran Islam semua manusia setara di hadapan Allah Swt., hanya amal dan
perbuatan yang membedakan derajatnya di sisi Allah Swt.. Jika ada di antara umat Islam yang
mengalami kesusahan, maka sebagian yang memiliki kelebihan rezeki berkewajiban membantu
saudaranya yang kesusahan tersebut. Dengan demikian kerja sama dapat pula diartikan dengan
tolong-menolong. Allah berfirman dalam sebuah ayat berikut.

َ ‫َما لَـ ُكمۡ اَل تَنَا‬


َ‫صر ُۡون‬

Artinya: "(Mereka lalu dikecam,) Mengapa kamu tidak tolong-menolong (sebagaimana kamu di
dunia)?" (QS ash-Shaffat [37]: 25).

Sistem ekonomi Islam secara sederhana merupakan sebuah peraturan, dimana


pelaksanaannya berlandaskan dengan berbagai syariat. Yaitu Islam dan selalu berpedoman pada
Al Qur’an maupun AL-Hadis. Hal ini meliputi kegiatan seperti simpan-pinjam, investasi dan
bermacam kegiatan lain. Sistem ekonomi ini diciptakan agar umat Islam bisa tetap melakukan
kegiatan ekonomi dengan baik dan benar dan terhindar dari semua sifat yang buruk seperti riba,
dzalim, ikhtikar, haram, dan masih banyak lagi. Semuanya dijelaskan dan diatur secara terperinci
dalam sistem ekonomi Islam.

B. Kelebihan Kerja Sama Ekonomi Islam

Ekonomi Islam menjadi sistem alternatif atas sistem ekonomi yang hingga saat ini masih
dipergunakan yakni sistem ekomoni kapitalis dan sistem ekonomi sosialis. Secara tidak langsung
praktik dan tujuan ekonomi Islam sendiri pada dasarnya sudah diterapkan sejak munculnya
Agama Islam di dunia. Beberapa kelebihan-kelebihan dari ekonomi Islam atau diantaranya
adalah sebagai berikut:
 Terdapat Moral dan Etika: Hal ini karena Islam mengajarkan proses konsumsi yang
tidak hanya mementingkan kepada aspek kepuasan materi saja tetapi juga digunakan
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Saat melakukan proses jual beli misalnya,
Islam mengajarkan beberapa norma yang seharusnya ditaati oleh para pelaku
ekonomi.
 Proses Distribusi yang Berasaskan kepada Keadilan: Islam memberikan batasan-
batasan dalam distribusi fungsional agar tercipta kestabilan dalam suatu kesejahteraan
ekonomi. Hal tersebut jelas berbeda dengan prinsip kapitalisme dan sosialisme yang
cenderung menimbulkan kesenjangan serta menikmati kemiskinan bersama-sama.
 Kebebasan dalam Pengambilan Keputusan: Islam memberikan kebebasan kepada
manusia untuk mengambil keputusan yang dilandaskan pada nilai-nilai tauhid.
Kebebasan ini kemudian akan mengoptimalkan kemampuan dan keputusannya yang
berhubungan dengan ekonomi tanpa didasari paksaan siapapun.
 Sistem Pemasukan Aman: Pemasukan tersebut dilandaskan pada aktivitas yang
menghasilkan laba dan modal. Karenanya tujuan ekonomi Islam yaitu menghilangkan
sistem bunga hingga penghasilan tetap dari berjalannya suatu aktivitas ekonomi.

C. Prinsip-prinsip Kerja Sama Ekonomi Islam

Ekonomi Islam meyakini bahwa harta dalam perekonomian sejatinya hanyalah milik
Allah. Sehingga dalam menjalankan perekonomian akan selalu disesuaikan dengan ajaran islam.
Tujuan perekonomian syariah untuk mendapatkan ketenangan batin dalam hidup. Ekonomi Islam
hadir membantu perekonomian nasabah untuk mendapatkan keuntungan namun tetap dalam
aturan dan ajaran Islam. Berikut ini prinsip-prinsip ekonomi Islam yang perlu diketahui:

1. Memberi Ruang pada Negara dan Pemerintah


Pemilikan masyarakat dan penggunaannya direncanakan untuk kepentingan orang banyak
dijamin dalam ekonomi Syariah. Perekonomian syariah juga memberi ruang kepada
negara sebagai penengah apabila terjadi suatu permasalahan.
2. Melarang Praktik Riba
Perekonomian syariah melarang praktik riba. Seperti halnya sistem asuransi secara Islam
yang didasari prinsip yang menggabungkan usaha mencari keuntungan yang halal dan
niat untuk berama melalui sumbangan dengan sistem tabarru’ untuk membantu peserta
asuransi.

3. Tidak Melakukan Penimbunan Atau Ikhtiar


Ikhtiar merupakan suatu perbuatan membeli barang dagangan dengan tujuan menyimpan
barang dalam jangka waktu lama sehingga barang tersebut dinyatakan langka atau
memiliki harga yang mahal.

4. Memiliki Tanggung Jawab Sosial


Tanggung jawab seharusnya dimiliki oleh setiap pelaku ekonomi. Sebab, dengan
menerapkan tanggung jawab sosial maka secara langsung dirinya juga telah bersedekah
terhadap sesama dan yang membutuhkan, hal ini sesuai dengan nilai-nilai yang diajarkan
oleh Agama Islam.

5. Menerapkan Sistem Bagi Hasil


Ekonomi Islam sendiri menerapkan Sistem bagi hasil yang mengedepankan keadilan
sebagai salah satu prinsip ekonomi Syariah. Setiap keuntungan dari setiap aktivitas
ekonomi akan dibagi secara adil, misalnya dalam perbankan syariah ada bagian
keuntungan untuk bank dan nasabah.

6. Kebebasan Ekonomi yang Teratur


Allah SWT menjamin kebebasan dan ruang gerak ekonomi manusia dengan seluas-
luasnya. Artinya adalah Allah memberikan jaminan kebebasan selama kegiatan ekonomi
tetap sesuai dengan syariat dan nilai-nilai Agama Islam.

7. Dualisme Kepemilikan
Ekonomi Islam menganut Dualisme Kepemilikan, yaitu kepemilikan pribadi dan
kepemilikan umum secara bersamaan. Secara lebih lanjut, hak kepemilikan pribadi
kemudian tidak lantas membebaskan penggunanya. Kegiatan jual beli tetaplah harus
dilakukan secara wajar dan tidak berlebih-lebihan.

8. Memberikan Kebebasan sesuai Ajaran Islam


Ekonomi Islam membebaskan para pelaku ekonomi untuk bertindak sesuai hak dan
kewajibannya dalam menjalankan perekonomian sesuai ajaran yang berlaku dengan
mempertanggungjawabkan juga apa yang telah dilakukan.

9. Tidak Melakukan Monopoli


Monopoli adalah perbuatan menahan keberadaan barang untuk tidak dijual di pasaran
agar harganya menjadi lebih tinggi. Selain itu juga menghindari Jual Beli yang
diharamkan Aktivitas jual beli yang sesuai dengan prinsip Islam, adil, halal dan tidak
merugikan pembeli adalah jual beli yang di ridhai oleh Allah SWT.

D. Bank Konvensional dan Bank Islam

Ekonomi Islam didasarkan kepada wahyu Allah. Sedangkan ekonomi konvensional tidak
memiliki referensi dalam memecahkan masalah ekonomi. Perbedaan referensi ini dengan
ekonomi konvensional mempengaruhi tujuannya. Sistem Islam menekankan pada kegiatan yang
mendasarinya sementara pada sistem keuangan konvensional di harga sumber daya keuangan
atau suku bunga adalah fokus dari setiap kegiatan pembiayaan. Pada suatu sistem ekonomi
Islam, pertumbuhan penghasilan harus disertai juga dengan peningkatan kegiatan ekonomi yang
produktif.

Dua aspek tersebut kemudian menjadi prinsip dasar perbedaan ekonomi konvensional
dan syariah. Dari perbedaan ini kemudian berkembang ketentuan lebih jauh termasuk soal akad
transaksi dan banyak aspek lainnya. Penerapannya itu yang kemudian menjadi bentuk dari
banyak produk keuangan syariah saat ini.

Bank Islam adalah bank yang tata cara beroperasinya didasarkan pada tata cara
bermuamalah sesuai ajaran agama Islam serta tidak menggunakan sistem bunga dan
menggantinya dengan sistem bagi hasil. Bunga uang dalam Islam hukumnya haram karena
menyerupai riba. Bank Islam merupakan lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan
kredit dan jasa-jasa lain dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang
pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip syariat Islam. Dalam sistem pengoperasian bank
Islam, nasabah boleh mengajukan pinjaman uang, modal, atau produk jasa lainnya. Seiring
berjalannya waktu, perkembangan bank Islam sudah sangat banyak bermunculan baik itu di
negara Islam, maupun di negara yang mayoritas penduduknya muslim.

E. Macam-macam Riba

Di dalam perdagangan sesuai syariat Islam, riba terbagi menjadi lima jenis, yaitu riba
fadhl, riba yad, riba nasi’ah, riba qardh, dan riba jahilliyah. Berikut ini penjelasan lengkapnya.

1. Riba Fadhl
Riba adalah kegiatan transaksi jual beli maupun pertukaran barang-barang yang
menghasilkan riba, namun dengan jumlah atau takaran berbeda. Contoh riba pada jenis
ini yaitu penukaran uang Rp100 ribu dengan pecahan Rp2 ribu, akan tetapi totalnya 48
lembar saja, sehingga jumlah nominal uang yang diberikan hanya Rp96 ribu. Selain itu
juga penukaran emas 24 karat menjadi 18 karat.

2. Riba Yad
Pada jenis ini, riba adalah hasil transaksi jual-beli dan juga penukaran barang yang
menghasilkan riba maupun non ribawi. Namun, waktu penerimaan serah terima kedua
barang tersebut mengalami penundaan. Contoh riba yad dalam kehidupan sehari-hari
yaitu penjualan motor dengan harga Rp12 juta jika dibayar secara tunai dan Rp15 juta
melalui kredit. Baik pembeli maupun penjual tidak menetapkan berapa nominal yang
harus dilunaskan hingga transaksi berakhir.

3. Riba Nasi'ah
Riba adalah kelebihan yang didapatkan dari proses transaksi jual-beli dengan jangka
waktu tertentu. Adapun transaksi tersebut menggunakan dua jenis barang yang sama,
namun terdapat waktu penangguhan dalam pembayarannya. Contoh riba nasi’ah yaitu
penukaran emas 24 karat oleh dua pihak berbeda. Saat pihak pertama telah menyerahkan
emasnya, namun pihak kedua mengatakan akan memberikan emas miliknya dalam waktu
satu bulan lagi. Hal ini menjadi riba karena harga emas dapat berubah kapan saja.

4. Riba Qardh
Pada jenis qardh, riba adalah tambahan nilai yang dihasilkan akibat dilakukannya
pengembalian pokok utang dengan beberapa persyaratan dari pemberi utang. Contoh riba
di kehidupan sehari-hari yaitu pemberian utang Rp100 juta oleh rentenir, namun disertai
bunga 20% dalam waktu 6 bulan.

5. Riba Jahilliyah
Riba adalah tambahan atau kelebihan jumlah pelunasan utang yang telah melebihi pokok
pinjaman. Biasanya, hal ini terjadi akibat peminjam tidak dapat membayarnya dengan
tepat waktu sesuai perjanjian. Contoh riba jahilliyah adalah peminjaman uang sebesar
Rp20 juta rupiah dengan ketentuan waktu pengembalian 6 bulan. Jika tidak dapat
membayarkan secara tepat waktu, maka akan ada tambahan utang dari total pinjaman.
F. Syirkah

Syirkah secara bahasa berarti persekutuan atau perseroan, yaitu persekutuan antara dua
orang atau lebih yang bersepakat untuk melakukan kerja sama dalam suatu usaha yang hasilnya
dibagi bersama. Syirkah bertujuan untuk menyejahterakan sesama dan ta'awun (tolong-
menolong) dalam kebaikan. Sebagaimana yang dijelaskan dalam ayat berikut.

‫ْض اِ َّل‬ ٰ ُ ‫… َواِ َّن َكثِ ْيرًا ِّمنَ ْال ُخلَطَ ۤا ِء لَيَب ِْغ ْي بَ ْع‬
ٍ ‫ضهُ ْم عَلى بَع‬

…‫ت َوقَلِ ْي ٌل َّما هُ ۗ ْم‬ ّ ٰ ‫الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُوْ ا َو َع ِملُوا ال‬


ِ ‫صلِ ٰح‬

Artinya: “…sesungguhnya banyak di antara orang-orang yang berserikat itu benar-benar saling
merugikan satu sama lain, kecuali orang-orang yang beriman dan beramal saleh, dan sedikit
sekali mereka itu..." (QS. Sad [38]: 24)
Lafaz "al-khulatha" dalam ayat tersebut bisa diartikan saling bersekutu atau berpartner
dalam sebuah permufakatan. Bersekutu dalam konteks ini adalah kerja sama dua atau lebih pihak
untuk melakukan usaha perniagaan. Berdasarkan pemahaman ini, jelas sekali bahwa pelaksanaan
syirkah antar manusia mendapat legalitas dalam Islam.

Adapun rukun dan syarat syirkah sebagai berikut:

1) Objek akad, syaratnya adalah benda atau harta yang dikelola harus halal dan
diperbolehkan dalam agama, serta pengelolaannya dapat diwakilkan.

2) Dua belah pihak yang telah berakad, syarat orang yang melakukan akad syirkah harus
memiliki kecakapan dalam melakukan pengelolaan harta (tasharruf).

3) Sigat (akad), syarat sah akad harus adanya tasharruf, yakni aktivitas pengelolaan.

Macam-macam Syirkah

1) Syirkah Abdan yakni kerja sama antara dua orang atau lebih yang masing-masing hanya
memberikan kontribusi kerja, tanpa kontribusi modal. Misalnya kerja fisik (tukang batu)
atau kerja pikiran (pembuat naskah).

2) Syirkah 'Inan adalah kerja sama antara dua belah pihak atau lebih yang masing-masing
memberi kontribusi kerja dan modal. Apabila terjadi kerugian maka ditanggung sesuai
porsi modal yang diberikan.

3) Syirkah Wujuh adalah kerja sama antara dua pihak yang sama-sama memberikan
kontribusi kerja dengan pihak ketiga yang memberikan kontribusi modal. Kerugian dan
keuntungan ditanggung dan dibagi sesuai persentase barang dagangan yang dimiliki.
4) Syirkah Muwafadah adalah kerja sama antara dua pihak atau lebih yang menggabungkan
semua jenis syirkah.

5) Muzaraah dan Mukhabarah


Muzaraah adalah bentuk kerja sama dalam bidang pertanian antara pemilik tanah (sawah
atau ladang) dan penggarap tanah dengan cara bagi hasil menurut kesepakatan, seperti
benih yang digunakan dari penggarap sawah.. Mukhabarah adalah bentuk kerja sama
dalam bidang pertanian antara pemilik tanah dan penggarap tanah dengan cara bagi hasil
menurut menurut kesepakatan seperti benih yang digunakan berasal dari pemilik tanah.
Adapun rukun muzaraah dan mukhabarah sebagai berikut.

 Lahan, merupakan lahan yang menghasilkan, jelas batas-batasnya, dan diserahkan


sepenuhnya kepada penggarap.

 Benih yang akan ditanam harus jelas penghasilannya.

 Pemilik tahan dan penggarap, keduanya harus orang yang berakal dan balig.

 Jangka waktunya harus jelas menurut kebiasaan.

 Bagi hasil, pembagian hasil untuk masing-masing harus jelas jumlahnya.


Misalnya setengah, seertiga, dan sebagainya.

6) Mudarabah adalah pemberian modal oleh seseorang kepada orang lain untuk usaha.
Sedangkan keuntungan dan kerugian dibagi bersama sesuai dengan perjanjian ketika
akad. Adapun rukun mudarabah sebagai berikut.

 Pemilik dan penerima modal.

 Modal berupa uang tunai yang diketahui jumlahnya.


 Pekerjaan atau usaha, hal-hal mengenai usaha atau pekerjaan, seperti tempat
waktu, dan jenisnya harus jelas.

 Keuntungan, yaitu keuntungan dari pekerjaan yang dilakukan harus ditentukan


besaran dan cara pembagiannya.

7) Musaqah adalah bentuk kerja sama dalam bidang perkebunan, yaitu kerja sama antara
pemilik dan penggarap kebun dengan perjanjian bagi hasil, Jumlah keuntungan
ditentukan sesuai kesepakatan pada waktu berlangsungnya akad. Musaqah merupakan
sebuah upaya untuk mengatasi kemiskinan dan pemerataan penghasilan. Dalam
melakukan kerja sama musaqah, setiap pihak yang bersangkutan harus memenuhi rukun
musaqah, sebagai berikut.

 Pihak yang berakad, dua pihak yang berakad harus memenuhi beberapa syarat,
yaitu balig, berakal, dan merdeka.

 Masa perjanjian, ditentukan menurut waktu kegiatan panen.

 Hasil, besaran hasil yang dibagikan harus ditentukan saat terjadinya akad.

G. Asuransi

Menurut Dewan Syariah Nasional, asuransi syariah merupakan suatu usaha tolong
menolong dan saling melindungi antara sejumlah orang dengan melakukan investasi yang
berbentuk dana sosial (tabarru) yang akan memberikan pengembalian melalui suatu perikatan
(akad) demi menghadapi resiko tertentu sesuai dengan syariah Islam.
Perbedaan Asuransi Syariah dengan Asuransi Konvensional

 Prinsip Dasar Pengelolaan Resiko

Pada asuransi syariah, prinsip pertanggungan resiko dibagi antara perusahaan asuransi
dengan pemegang polis. Sekumpulan pemegang polis ini akan saling tolong menolong
dalam mengumpulkan dana hibah sebagai biaya yang akan digunakan untuk menanggung
resiko. Sedangkan dalam asuransi konvensional, seluruh pertanggungan resikonya akan
dibebankan kepada perusahaan asuransi.

 Perjanjian (Akad)

Perjanjian atau akad dalam asuransi syariah berlandaskan tolong menolong. Peserta lain
akan bahu membahu dalam membantu salah satu peserta yang mengalami suatu resiko.
Dalam asuransi konvensional, bentuk perjanjiannya berupa perjanjian jual beli. Dalam
hal ini, pihak asuransi dan pemegang polis akan secara sadar ketika melakukan sebuah
transaksi.

 Pengelolaan Dana

Pengelolaan dana dalam asuransi syariah dilakukan secara transparan sesuai syariat Islam
dan hukum negara yang berlaku dengan mengedepankan keuntungan para peserta
asuransi. Peserta ini sepenuhnya memiliki dana, sementara, perusahaan asuransi hanya
berperan sebagai pengelola dana. Sedangkan, perusahaan asuransi konvensional akan
menentukan besaran premi yang wajib dibayar sendiri, tanpa campur tangan dari
pemegang polis. Selain itu, mereka juga menentukan bagaimana pertimbangan
pengalihan biaya yang sesuai jenis produk asuransi dengan tujuan utama untuk
menguntungkan perusahaannya sendiri.

 Pembagian Keuntungan

Dalam asuransi syariah, pembagian keuntungan yang diperoleh perusahaan terkait


dengan kegiatan asuransi akan dibagi rata kepada seluruh anggota asuransi itu. Berbeda
dengan perusahaan asuransi konvensional, mereka mendapatkan hak milik atas
keuntungan yang diperoleh terkait dana asuransi nasabahnya

 Dana Hangus

Sistem dana pada asuransi konvensional yaitu, jika dana tidak diklaim dalam jangka
waktu yang telah ditentukan, maka dana akan langsung hangus. Istilah dana hangus ini
tidak berlaku pada asuransi syariah. Dalam asuransi syariah, premi yang telah dibayarkan
tetap dapat diklaim dan pada umumnya dana tersebut akan dipotong sedikit sebagai dana
tabarru (dana sosial).

Beberapa pendapat ulama terkait hukum asurasi

1. Asuransi Mubah
Alasan bagi golongan yang membolehkan asuransi diadakan sebagai berikut.
 Tidak ditemukan dalil Al-Qur'an dan hadis yang melarangnya.
 Terdapat kesepakatan antara kedua belah pihak.
 Saling menguntungkan.
 Akad mudarabah, yaitu akad kerja sama bagi hasil antara pemegang polis (surat
perjanjian) dengan pihak perusahaan atas dasar untung rugi.
 Koperasi.
 Sama dengan sistem pensiun, seperti taspen.

2. Asuransi Haram
Beberapa alasan bagi golongan yang mengharamkan asuransi, sebagai berikut.
 Sama dengan judi.
 Mengandung ketidakjelasan dan ketidakpastian.
 Mengandung riba.
 Mengandung unsur eksploitasi karena pemegang polis (surat perjanjian) yang
tidak melanjutkan pembayaran uang preminya akan hilang.
 Premi dari para pemegang polis (surat perjanjian) diputar untuk praktik riba.
 Menjadikan hidup dan mati manusia sebagai objek bisnis yang berarti mendahului
takdir Allah Swt..

3. Syubhat artinya ketidakjelasan atau kesamaran, sehingga masih sulit untuk mengetahui
halal dan haram secara jelas. Asuransi diragukan hukumnya halal ataukah haram karena
tidak ada dalil syara' yang menetapkannya.

4. Membolehkan asuransi yang bersifat sosial dan mengharamkan asuransi yang bersifat
komersial.

Sistem kerja dari asuransi tolong-menolong sesuai syariah islam adalah para peserta asuransi
sudah menyepakati untuk menyerahkan sejumlah uang kepada perusahaan asuransi. Pihak
perusahaan asuransi nantinya akan menyerahkan sejumlah uang tersebut jika salah seorang
peserta mengalami musibah. Musibah yang dimaksud misalnya, kecelakaan, kebanjiran,
kecurian, dan hal lain yang telah disepakati bersama. Besar jumlah pengeluaran dan penyerahan
uang tersebut berdasarkan kesepakatan awal.

Anda mungkin juga menyukai