Anda di halaman 1dari 25

Lembaga Ekonomi dan

Keuangan Syariah
Oleh :
Rafiq Azzam Al Afif, S.E.,S.H.,M.E.

Pertemuan 1: Asas-Asas Keuangan Syariah


Definisi Ekonomi

• Alfred Marshall’s mendefinisikan ilmu ekonomi sebagai ilmu yang mempelajari tentang umat
manusia dalam urusan hidup yang biasa.
• Ilmu ekonomi adalah sebagai ilmu yang menerangkan cara-cara menghasilkan, mengedarkan,
membagi dan memakai barang dan jasa dalam masyarakat sehingga kebutuhan materi
masyarakat dapat terpenuhi sebaik-baiknya.
• Dalam perspektif Islam, An-Nabhani mengambil makna istilah ekonomi sebagai kegiatan
mengatur urusan harta kekayaan baik menyangkut kepemilikan, pengembangan maupun
distribusi.
• Islam menekankan kegiatan ekonomi manusia merupakan salah satu perwujudan dari
pertanggungjawaban manusia sebagai khalifah di bumi agar keseimbangan dalam kehidupan
dapat terus terjaga.
• “Ekonomi Islam adalah kumpulan prinsip-prinsip umum tentang ekonomi yang diambil dari Al-
Qur’an dan Sunnah, dan pondasi ekonomi yang dibangun diatas dasar pokok-pokok tersebut
dengan mempertimbangkan kondisi lingkungan dan waktu” Muhammad bin Abdullah al Arabi
Definisi Ekonomi Islam Berdasarkan Tujuan
• Ekonomi Islam adalah pengetahuan bagaimana menggali dan mengimplementasi sumber daya
material untuk memenuhi kebutuhan dan kesejahteraan manusia, di mana penggalian dan
penggunaan itu harus sesuai dengan syariat Islam
• Ekonomi Islam merupakan bagian dari bentuk usaha duniawi yang bernilai ibadah, juga
merupakan suatu amanah, yaitu amanah dalam melaksanakan kewajiban kepada Allah
(habbumminallah) dan kewajiban kepada sesama manusia (hablumminannas).
• Ekonomi Islam adalah tata aturan yang berkaitan dengan cara berproduksi, distribusi, dan
konsumsi serta kegiatan lain dalam kerangka mencari ma’isyah (penghidupan individu maupun
kelompok atau Negara) sesuai dengan ajaran Islam.
• ekonomi Islam berkaitan dengan seluruh kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh individu,
masyarakat, dan negara yang berdasarkan pada aturan Islam
Sumber Hukum Ekonomi
• Hukum ekonomi di suatu negara tumbuh dan berkembang seiring dengan pertumbuhan
perekonomiannya. Semakin berkembang ekonomi suatu negara maka semakin banyak pula
tuntutan pengaturannya.
• Soemantoro merumuskan hokum ekonomi sebagai “seperangkat norma-norma yang mengatur
hubungan kegiatan ekonomi dan secara substansiil sangat dipengaruhi oleh sistem yang
digunakan oleh negara yang bersangkutan (liberalis, sosialis, atau campuran)
• hukum ekonomi Islam adalah sebagai keseluruhan norma-norma hukum yang dibuat oleh
pemerintah atau penguasa untuk mengatur berbagai kegiatan di bidang ekonomi untuk
mewujudkan kepentingan individu, masyarakat, dan negara yang berlandaskan kepada hukum
Islam.
• Perwujudan tujuan hukum harus dijiwai oleh budaya masyarakat itu sendiri (volgaeist).
• Sumber Hukum Ekonomi Konvensional : KUHPerdata, Hukum Dagang, Peraturan Lembaga
Ekonomi
• Hukum ekonomi Islam bersumber pada aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh Allah Swt (Al
Quran dan Sunnah) dan hasil ijtihad (akal pikiran manusia).
Pandangan Islam Terhadap Harta dan
Ekonomi
1) Pemilik mutlak terhadap segala sesuatu di muka bumi adalah milik
Allah Swt.
2) Status harta yang dimiliki manusia sebagai amanah, perhiasan hidup
yang memungkinkan manusia bisa menikmati dengan baik dan tidak
berlebih-lebihan, ujian keimanan, dan bekal ibadah.
3) Pemilikan harta dilakukan melalui usaha yang halal dan sesuai
aturan Allah Swt.
Nilai – nilai Sistem Ekonomi Islam
• Proses pembangunan perekonomian akan mencapai tujuan apabila
caracara yang dilakukan tersebut adalah benar, yaitu sesuai dengan
syara’ atau hukum Islam
• Nilai-nilai sistem ekonomi di dalam Islam menganjurkan caracara yang
baik, tidak bathil, tidak berlebih-lebihan, jauh unsur riba, maisir
(spekulasi), dan gharar (tidak jelas) dalam mendapatkan harta
• Setiap perolehan harta harus mempertimbangkan antara kehidupan
dunia dan akhirat, sehingga nilai-nilai Ilahiyah tidak diabaikan.
• nilai-nilai sistem ekonomi Islam mengandung nilai keadilan dan
persaudaraaan menyeluruh, antara lain adalah:
1. Keadilan sosial, yaitu mempunyai derajat yang sama, nilai yang
membedakannya yaitu ketaqwaan, ketulusan hati, kemampuan dan
pelayanan kemanusiaan.
2. Keadilan ekonomi, yaitu setiap individu mendapatkan haknya sesuai
dengan kontribusi masing-masing, dan tidak mengambil hak orang lain.
3. Keadilan distribusi pendapatan, yaitu pendistribusian pendapatan dan
kekayaan alam yang kepada masyarakat dengan adil. Misalnya,
menghapuskan monopoli, menjamin hak dalam proses ekonomi,
distribusi dan lain lain
4. Kebebasan individu dalam konteks kesejahteraan sosial, yaitu hanya
tunduk kepada Allah
Asas – Asas Hukum Ekonomi Islam
• Pasal 33 ayat (1) Undang-Undang Dasar (UUD) 1945, menyatakan
bahwa perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan
asas kekeluargaan.
• Lebih lanjut, pada Pasal 33 ayat (4) menyatakan bahwa perekonomian
nasional diselenggarakan berdasarkan demokrasi ekonomi dengan
prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan,
berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga
keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional
• Nilai-nilai kebersamaan tersebut terdapat dalam ayat-ayat Alquran

QS. Al Hujurat: 10
“Sesungguhnya orang-orang mu'min adalah bersaudara karena itu damaikanlah
antara kedua saudaramu dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu mendapat
rahmat “
QS. Ar – Ruum: 31-32
“…Janganlah kamu menjadi orang yang musyrik, yaitu orang yang menjadikan
agama berpecahbelah, dan masing-masing kelompok berbangga-bangga dengan
kelompoknya"
QS. Ali Imran: 103
“…dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah dan janganlah
kamu bercerai berai”
• Hikmah di balik kebersamaan adalah mendapatkan rahmat Allah karena
Allah telah menjanjikan orang-orang yang selalu dalam kebersamaan
diberikan tempat yang baik di sisi-Nya
• Syariah Islam merupakan aturan yang komprehensif dan universal
• Komprehensif berarti syariah Islam dapat mengatur umat manusia dalam
pelbagai bidang, termasuk di bidang ibadah ‘ubudiyah/mahdhah dan ibadah
muamalah
• Ibadah ‘ubudiyah adalah ibadah yang dikerjakan atas segala sesuatu karena
diperintahkan oleh Allah SWT
• ibadah muamalah adalah perbuatan yang dilakukan oleh setiap muslim yang
mempunyai kebebasan untuk menentukannya, sepanjang tidak
bertentangan dengan aturanaturan yang telah ditetapkan dalam Alquran
dan As-Sunnah
• Universal mempunyai pengertian bahwa syariat Islam di bidang
muamalat dapat diterapkan dalam setiap saat
• Selain itu, syariat Islam mempunyai cakupan luas dan fleksibel, yang
ditujukan kepada seluruh umat manusia tanpa membeda-bedakan
antara muslim dengan nonmuslim.
KAIDAH MUAMALAH

“al-ashlu fil mu’amalatil ibahah illa anyadulla dalilun ‘ala


tahrimiha.”

• Maksudnya, segala sesuatu perbuatan yang berkaitan dengan bidang


muamalah pada dasarnya boleh dilakukan, kecuali ada dalil yang
mengharamkannya.
• Berdasarkan kaidah tersebut, setiap orang mempunyai kebebasan
dalam menjalankan kegiatan usaha di bidang muamalah dengan
batasan-batasan yang telah ditentukan dalam syariat Islam.
Prinsip Lembaga Keuangan Islam
• Non riba
• Perniagaan halal dan tidak haram
• Prinsip keridaan para pihak dalam berkontrak
• Prinsip pengurusan dana yang amanah, jujur, dan bertanggung jawab
Perbedaan Pembiayaan Islam dengan
Konvensional
Keuangan Islam Keuangan Konvensional
• Sumber prinsip: • Sumber prinsip:
Berdasarkan pedoman dari Al- Murni buatan manusia.
Qur'an dan Sunnah serta Konvensional. Sistem keuangan
ikembangkan dengan ijtihad, yaitu pada dasarnya bersifat sekuler
penalaran dan upaya para ahli dan dan agama juga demikian benar-
cendekiawan benar terpisah dari perdagangan
dan perniagaan.
Perbedaan Pembiayaan Islam dengan
Konvensional
Keuangan Islam Keuangan Konvensional
• Sifat kontrak: • Sifat kontrak:
Hubungan hukum tersebut tidak Hubungan hukum biasanya
boleh bersifat riba atau berdasarkan berupa hubungan kreditur-
bunga dan harus mengandung unsur peminjam dimana kreditur dijamin
pembagian keuntungan dan resiko, akan riba atau bunga yang telah
kemitraan atau investasi. Dalam ditentukan sebelumnya.
pinjaman, tingkat bunga tidak boleh
ditentukan dalam perjanjian.
Perbedaan Pembiayaan Islam dengan
Konvensional
Keuangan Islam Keuangan Konvensional
• Tujuan: • Tujuan:
Maksimalisasi keuntungan sesuai Maksimalisasi keuntungan.
dengan prinsip Islam
Perbedaan Pembiayaan Islam dengan
Konvensional
Keuangan Islam Keuangan Konvensional
• Default dan penalti: • Default dan penalti:
Lembaga keuangan Islam tidak dapat Merupakan hal yang umum untuk
menerima riba dan denda sering kali mengenakan denda jika terjadi
ditafsirkan secara ketat sebagai riba wanprestasi. Hukuman ini dapat menjadi
jika diambil. Oleh karena itu, jika sumber pendapatan yang
terjadi wanprestasi, denda akan menguntungkan, misalnya. untuk
perusahaan kartu kredit, dengan
disumbangkan ke badan amal dan kreditur mendapatkan keuntungan
tidak ada pihak yang diuntungkan dari ketika peminjam gagal bayar (melalui
wanprestasi tersebut. bunga).
Perbedaan Pembiayaan Islam dengan
Konvensional
Keuangan Islam Keuangan Konvensional
• Hubungan dengan produktivitas: • Hubungan dengan produktivitas:

Pertumbuhan dan produktivitas sangatlah


penting, dan karena tujuan utamanya Perhatian utama kreditur adalah
adalah keuntungan, keuntungan harus pembayaran kembali pinjaman
dihasilkan dari perdagangan dan dan bunganya. Kinerja peminjam,
perdagangan riil sekaligus mendorong mis. sebuah bisnis atau
semua pihak untuk mengalami
pertumbuhan dan produktivitas. perusahaan, bukanlah perhatian
utama.
Perbedaan Pembiayaan Islam dengan
Konvensional
Keuangan Islam Keuangan Konvensional
• Sifat produk: • Sifat produk:

Hanya produk sesuai syariah yang Semua produk keuangan legal


dapat digunakan. dapat digunakan
Perbedaan Pembiayaan Islam dengan
Konvensional
Keuangan Islam Keuangan Konvensional
• Pemilihan klien: • Pemilihan klien:
Kelayakan kredit klien Fokus utamanya adalah kelayakan
dipertimbangkan, namun fokus kredit klien.
utamanya adalah kelayakan dan
profitabilitas proyek
Perbedaan Pembiayaan Islam dengan
Konvensional
Keuangan Islam Keuangan Konvensional
• Sifat alokasi risiko: • Sifat alokasi risiko:
Konsepnya harus berupa investasi, Konsep ini didasarkan pada
pembagian risiko atau kemitraan, transfer risiko
atau kontrak lain yang
diperbolehkan.
Perbedaan Pembiayaan Islam dengan
Konvensional
Keuangan Islam Keuangan Konvensional
• Jaminan Keuntungan: • Jaminan Keuntungan/Bunga:
Menjamin keuntungan atau Menjamin bunga merupakan ciri
pendapatan di masa depan sering umum lembaga keuangan
kali dilarang. Titipan dapat dijamin konvensional.
dengan akad tertentu seperti
waadiah, namun keuntungan hanya
dapat dibagi jika ada dan tidak
dapat dijamin terlebih dahulu.
Perbedaan Pembiayaan Islam dengan
Konvensional
Keuangan Islam Keuangan Konvensional
• Volatilitas: • Volatilitas:
Meskipun keuangan Islam tidak terlalu Keuangan konvensional bisa
bergejolak karena adanya larangan
terhadap kegiatan spekulatif, keuangan menjadi sangat tidak stabil dan
Islam masih dapat terkena dampak aset rapuh akibat aktivitas spekulatif
dan gelembung lainnya. Lebih lanjut, yang berlebihan.
karena terkena sistem moneter
konvensional, permasalahan pada sistem
konvensional tersebut berdampak pada
keuangan Islam
Kegiatan Usaha Mengacu Prinsip
• prinsip bagi hasil (profit and loss sharing) dengan kemitraan,
• kesetaraan (equality),
• keadilan (fairness), dan
• kejujuran (transparency)
• prinsip syariah mendukung kewirausahaan, membagi risiko dan
keterlibatan orang miskin untuk ikut bersama
Misi Perbankan Syariah
• tim pengembangan perbankan syariah menyatakan bahwa perbankan
syariah secara makro mempunyai misi ke depan. Misi tersebut adalah
pembinaan manajemen keuangan masyarakat (proses tarbiyah),
pengembangan kompetisi yang sehat, pengembangan lembaga zakat,
dan pembentukan ukhuwah (networking) dengan lembaga keuangan
Islam lainnya.

Anda mungkin juga menyukai