Anda di halaman 1dari 10

BAB I

1.1 Latar belakang

Ekonomi Syariah adalah suatu cabang ilmu pengetahuan yang berupaya untuk
memandang, menganalisis, dan akhirnya menyelesaikan permasalahan-permasalahan
ekonomi dengan cara-cara Islam, yaitu berdasarkan atas ajaran agama Islam, yaitu Al
Qur’an dan Sunnah Nabi (P3EI, 2012:17).
Definisi ekonomi syariah berdasarkan pendapat Muhammad Abdullah Al-Arabi
(1980:11), Ekonomi Syariah merupakan sekumpulan dasar-dasar umum ekonomi yang
kita simpulkan dari Al Qur’an dan As-sunnah, dan merupakan bangunan perekonomian
yang kita dirikan di atas landasan dasar-dasar tersebut sesuai dengan tiap lingkungan dan
masa.
Tujuan Ekonomi Syariah selaras dengan tujuan dari syariat Islam itu sendiri (maqashid
asy syari’ah), yaitu mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat (falah) melalui suatu tata
kehidupan yang baik dan terhormat (hayyah thayyibah). Tujuan falah yang ingin dicapai
oleh Ekonomi Syariah meliputi aspek mikro ataupun makro, mencakup horizon waktu
dunia atau pun akhirat (P3EI, 2012:54).

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dan Prinsip Ekonomi Islam ?


2. Bagaimana Sistem Ekonomi Islam ?
3. Apa itu Manajemen Zakat ?
4. Apa itu Manajemen Waqaf ?

1.3 Manfaat
Adapun manfaat yang ingin dicapai penulis adalah untuk memberikan informasi
kepada pembaca tentang Pandangan Islam tentang Ekonomi

1.4 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dan Prinsip Ekonomi Islam ?
2. Untuk mengetahui Sistem Ekonomi Islam ?
3. Untuk mengetahui apa itu Manajemen Zakat ?
4. Untuk mengetahui apa itu Manajemen Waqaf ?

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian dan Prinsip Ekonomi Islam

Ekonomi Islam dapat didefinisikan sebagai sebuah studi tentang pengelolaan harta
benda menurut perspektif Islam. Ekonomi Islam merupakan ilmu yang mempelajari perilaku
ekonomi manusia yang perilakunya diatur berdasarkan peraturan agama Islam dan didasari
dengan tauhid sebagaiman dirangkum dalam rukun Islam dan rukun iman.

Secara epistimologis ekonomi Islam dibagi menjadi dua disiplin ilmu, yang pertama
yaitu ekonomi Islam normatif, yaitu studi tentang hukum-hukum syariah Islam yang
berkaitan dengan urusan harta benda. Cakupannya adalah kepemilikan, pemanfaatan
kepemilikan, dan distribusi kekayaan kepada masyarakat. Bagian ini merupakan pemikiran
yang terikat nilai, karena diperoleh dari sumber nilai Islam yaitu Al-Qur’an dan As-Sunnah
melalui metode istinbat hukum. Segala aturan yang diturunkan Allah SWT dalam system
Islam mengarah pada tercapainya kebaikan, kesejahteraan, keutamaan, serta menghapuskan
kejahatan, kesengasaraan dan kerugian pada seluruh ciptaan-Nya. Demikian halnya dalam hal
ekonomi, tujuannya adalah membantu manusia mencapai kemenangan di dunia dan akhirat.

Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam

Menurut Yusuf Qardhawi, ilmu ekonomi Islam memiliki tiga prinsip dasar yaitu
tauhid, akhlak, dan keseimbangan. Dua prinsip yang pertama yaitu tauhid dan akhlak, itu
tidak ada dalam landasan dasar ekonomi konvensional. Prinsip keseimbanganpun dalam
praktiknya justru yang membuat ekonomi konvensional semakin dikritik dan ditinggalkan
orang. Ekonomi Islam bisa bisa dikatakan memiliki dasar sebagai ekonomi insane karena
system ekonomi ini dilaksanakan dan ditujukan untuk kemakmuran manusia. Sedangkan
menerut Chaptra disebut sebagai ekonomi tauhid. Keimanan memiliki peran penting dalam
dalam ekonomi Islam, karena secara langsung akan mempangaruhi cara pandang dalam
membentuk kepribadian, perilaku, gaya hidup, selera, dan sikap-sikap terhadap manusia,
sumberdaya serta lingkungannya.

Disisi lain, ada yang menjelaskan bahwa rinsip ekonomi Islam ada dua, yaitu; pertama
ialah prinsip umum, yaitu Aqidah Islamiyah yang menjadi landasan pemikiran bagi segala
pemikiran Islam, seperti system ekonomi Islam, system politik Islam, system pendidikan
Islam, dan sebagainya. Aqidah Islamiyah disini dipahami bukan sekedar sebagai aqidah
Ruhiyah, yakni aqidah yang menjadi landasan aktivitas-aktivitas spiritual murni seperti
ibadah, namun juga sebagai aqidah siyasah, yakni aqidah yang menjadi landasan untuk
mengelola segala aspek kehidupan manusia tanpa kecuali termasuk ekonomi.

Kedua, prinsip khusus (cabang), yaitu sejumlah kaidah umum dan mendasar dalam
syariah Islam yang lahir dari aqidah Islam, yang secara khusus menjadi landasan bangunan
system ekonomi Islam. Prinsip khusus ini terdiri dari tiga asas, yaitu: kepemilikan sesuai
syariah, pemanfaatan kepemilikan sesuai syariah dan pendistribusian kekayaan kepada
masyarakat.Dalam system ekonomi Islam, tiga asas tersebut tidak boleh tidak terikat dengan

2
syariat Islam, sebab segala aktivitas manusia wajib terikat atau tunduk kepada syariat Islam.

Secara garis besar ekonomi Islam memiliki beberapa prinsip dasar, antara lain

1. Seorang muslim dalam kehidupan berekonomi tidak berhubungan dengan bunga. Allah
SWT berfirman, “Allah Telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba…. Allah
memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah”. (QS. Al Baqoroh:256-257). “Hai orang-
orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah
kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan”. (QS. Ali Immron: 130).
Larangan yang terdapat dalam ayat di atas tertuju pada transaksi yang berbasis riba, baik
memberi maupun menerima, baik berhubungan dengan sesama muslim maupun non muslim.
Dan diriwayatkan bahwa Nabi Muhammad SAW mengutuk orang yang membayar bunga,
mereka yang menerima, orang yang menuliskan kontrak perjanjiannya dan orang yang
menjadi saksi transaksi tersebut.

2. Seorang muslim tidak boleh mendapatkan harta atau kekayaan dengan jalan penipuan,
pemalsuan, pencurian dan tindakan kriminal lainnya. “Maka sempurnakanlah takaran dan
timbangan dan janganlah kamu kurangkan bagi manusia barang-barang takaran dan
timbangannya, dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi sesudah Tuhan
memperbaikinya. yang demikian itu lebih baik bagimu jika betul-betul kamu orang yang
beriman.” (Qs.Al-A’raf: 85)

3. Seorang muslim tidak boleh mengambil harta anak yatim yang berada di bawah
perwaliannya. “Dan berikanlah kepada anak-anak yatim (yang sudah balig) harta mereka,
jangan kamu menukar yang baik dengan yang buruk dan jangan kamu makan harta mereka
bersama hartamu. Sesungguhnya tindakan-tindakan (menukar dan memakan) itu, adalah dosa
yang besar”. (QS. An Nisa’: 2)

4. Seorang muslim dilarang untuk mendapatkan penghasilan dari hasil perjudian, lotre,
dari hasil produksi, penjualan dan distribusi alkohol. “Hai orang-orang yang beriman,
Sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib
dengan panah[434], adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan
itu agar kamu mendapat keberuntungan”. (QS. Al Maidah: 90).

5. Seorang muslim hendaknya mengambil barang sesuai dengan kebutuhan. Karena


menimbun makanan dan kebutuhan dasar lainnya merupakan bentuk pelanggaran hukum
dalam islam yang sangat merugikan orang banyak. “Sekali-kali janganlah orang-orang yang
bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari karuniaNya menyangka, bahwa
kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. harta
yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat. dan kepunyaan
Allah-lah segala warisan (yang ada) di langit dan di bumi. dan Allah mengetahui apa yang
kamu kerjakan”.(QS. Ali Imron: 180).

6. Zakat merupakan kewajiban yang berkaitan dengan harta seorang muslim. Bila telah
sampai nisabnya atau kadar tertentu dari harta yang wajib untuk dizakatkan, seorang muslim
harus mengeluarkannya. Allah SWT berfirman, "Padahal mereka tidak disuruh kecuali

3
supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan)
agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang
demikian Itulah agama yang lurus".(QS. Al Bayyinah: 5). Setiap muslim yang memiliki
kekayaan yang lebih dari jumlah tertentu untuk memenuhi kebutuhannya harus membayar
zakat kepada orang yang membutuhkannya. Zakat adalah sarana untuk mempersempit
kesenjangan antara si kaya dan si miskin, dan untuk menjamin kebutuhan semua orang
terpenuhi.

7. Setiap muslim dianjurkan untuk memberi sedekah. “Sesungguhnya hartamu dan anak-
anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan di sisi Allah-lah pahala yang besar. Maka
bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu dan dengarlah serta taatlah dan
nafkahkanlah nafkah yang baik untuk dirimu. dan barangsiapa yang dipelihara dari kekikiran
dirinya, Maka mereka Itulah orang-orang yang beruntung”. (QS. At Taghobun: 15-16)

2.2 Sistem Ekonomi Islam

Sistem Ekonomi Islam adalah suatu sistem ekonomi dimana dalam pelaksanaannya
berlandaskan syariat Islam dengan berpedoman kepada Al-quran dan Al Hadis.

berikut ini adalah beberapa definisi ekonomi Islam menurut para ahli:

1. Hasanuzzaman
Menurut Hasanuzzaman (1986), pengertian ekonomi Islam adalah suatu ilmu dan
aplikasi petunjuk dan aturan syari’ah yang mencegah ketidak adilan dalam memperoleh
dan menggunakan sumber daya material agar memnuhi kebutuhan manusia dan agar
dapat menjalankan kewajibannya kepada Allah dan masyarakat.
2. Shidqi
Menurut Shidqi (1992), pengertian ekonomi Islam adalah tanggapan pemikir-pemikir
muslim terhadap tantangan ekonomi pada zamannnya. Dalam upaya ini mereka dibantu
oleh Al-Qur’an dan Hadist, serta alasan dan pengalaman.

Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam


1. Mencegah Kesenjangan Sosial
2. Tidak Bergantung Kepada Nasib atau Keberuntungan
3. Mencari dan Mengelola Kekayaan Alam
4. Melarang Praktik Riba
5. Membuat Catatan Transaksi dengan Jelas
6. Mengutamakan Keadilan dan Keseimbangan dalam Berniaga.

Adapun ciri-ciri sistem ekonomi Islam adalah sebagai berikut:


1. Adanya pengakuan terhadap hak individu, namun dibatasi agar tidak terjadi monopoli
yang merugikan masyarakat umum.
2. Adanya pengakuan akan hak umat atau umum dimana hak umat lebih diutamakan
dibanding hak lainnya.
3. Adanya keyakinan bahwa manusia hanya memegang amanah dari yang Maha Kuasa.
Segala kelimpahan harta yang dimiliki manusia adalah berasal dari Allah sang maha
segalanya.

4
4. Adanya pengakuan terhadap hak individu, namun dibatasi agar tidak terjadi monopoli
yang merugikan masyarakat umum.
5. Adanya pengakuan akan hak umat atau umum dimana hak umat lebih diutamakan
dibanding hak lainnya.
6. Adanya konsep halal dan haram dimana semua produk (barang dan jasa) harus bebas
dari unsur haram yang dilarang dalam Islam.
7. Adanya sistem sedekah, yaitu distribusi kekayaan secara merata dari yang kaya
kepada yang kurang mampu.
8. Tidak memperbolehkan adanya bunga atau tambahan dari suatu pinjaman sehingga
hutang-piutang hanya memperbolehkan konsep bagi hasil.
9. Adanya larangan menimbun harta kepada umat Islam. Hal ini dianggap menghambat
aliran harta dari yang kaya kepada yang miskin dan dianggap sebagai kejahatan besar

2.3 Manajemen Zakat

Zakat dalam pengertian syara’adalah sebagian harta yang wajib diberikan kepada
orang-orang yang tertentu,dengan syarat-syarat yang tertentu pula.Secara teknis, zakat berarti
menyucikan harta milik seseorang dengan cara pendistribusian oleh kaum kaya kepada kaum
miskin sebagai hak mereka, dengan membayaran zakat, maka seseorang memperoleh
penyucian hati dan dirinya serta melakukan tindakan yang benar dan memproleh rahmat
selain hartanya selain hartanya akan bertambah.

Sejarah zakat ini pada mulanya berupa infaq yang harus dikeluarkan seseorang
kepada fakir miskin dan kepentingan pembelaan agama. Sementara jumlah banyak dan
sedikitnya sendiri tidak atau belum ada batasan.Baru pada tahun ke dua setelah Hijrah, zakat
kemudian dijadikan pokok ibadah yang harus dilakukan oleh setiap muslim apabila telah
memiliki harta pada batas-batas yang ditetapkan.

Perintah wajib zakat mal ini telah disampaikan semenjak permulaan Islam (sebelum
Hijrah) hanya saja pada saat itu belum ditentukan macam-macam harta maupun kadar harta
yang harus dizakati, berupa jumlah zakatnya dan mustahiknya. Pada saat itu baru
diperuntukkan bagi fakir dan miskin saja.Baru pada tahun ke dua Hijriyah, macam-macam
harta yang wajib dizakati serta jumlah prosentase zakat dari harta masing-masing, kemudian
ditetapkan secara spesifik.

Zakat hanya diwajibkan bagi orang Islam saja; Hamba sahaya tidak wajib
mengeluarkan zakat kecuali zakat fitrah, sedangkan tuannya wajib mengeluarkannya. Di
masa sekarang persoalan hamba sahaya tidak ada lagi. Bagaimanapun syarat merdeka tetap
harus dicantumkan sebagai salah satu syarat wajib mengeluarkan zakat karena persoalan
hamba sahaya ini merupakan salah satu syarat yang tetap ada.Milik sepenuhnya; Harta yang
akan dizakati hendaknya milik sepenuhnya seorang yang beragama Islam dan harus merdeka.
Bagi harta yang bekerjasama antara orang Islam dengan orang bukan Islam, maka hanya
harta orang Islam saja yang dikeluarkan zakatnya.

Cukup haul maksudnya harta tersebut dimiliki genap setahun, selama 354 hari
menurut tanggalan hijrah atau 365 hari menurut tanggalan mashehi.Cukup nisab; Nisab

5
adalah nilai minimal sesuatu harta yang wajib dikeluarkan zakatnya. Kebanyakan standar
zakat harta (mal) menggunakan nilai harga emas saat ini, jumlahnya sebanyak 85 gram/93,6
gram. Nilai emas dijadikan ukuran nisab untuk menghitung zakat uang simpanan, emas,
saham, perniagaan, pendapatan dan uang dana pensiun.

Syarat Zakat MaalMilik Penuh (Almilkuttam), yaitu : harta tersebut berada dalam
kontrol dan kekuasaanya secara penuh, dan dapat diambil manfaatnya secara penuh. Harta
tersebut didapatkan melalui proses pemilikan yang halal tidak dengan cara
haram.Berkembang, yaitu : harta tersebut dapat bertambah atau berkembang bila diusahakan
atau mempunyai potensi untuk berkembang.Cukup Nishab, yaitu harta tersebut telah
mencapai jumlah tertentu sesuai dengan ketetapan syara'. Sedangkan harta yang tidak sampai
nishabnya terbebas dari Zakat

2.4 Manajemen Waqaf

Pengertian waqaf

Wakaf dalam terminologinya adalah menahan hak milik atas harta benda untuk
dikelola secara produktif dan didistribusikan hasilnya. Wakaf juga diartikan secara etimologi
dari kata Waqf yang berarti menahan,berhenti atau diam[2]. Jadi, harta benda yang
diwakafkan tidak boleh berkurang sedikitpun, karena itu harus dikelola dan hasilnya
dipergunakan untuk kesejahteraan dan kemashlahatan umat. Untuk lebih jelasnya Wakaf
adalah

Dasar Hukum waqaf

1. Al-Qur’an

”Kamu sekali-kali tidak mencapai kebajikan yang sempurna, sebelum kamu


menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai. Dan sesungguhnya Allah akan mengetahui
apa saja yang kamu nafkahkan”. (QS. Ali Imran : 92).

2. As-Sunnah

”Apabila manusia wafat, terputuslah amal perbuatannya, kecuali dari tiga hal: shadaqoh
jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau anak sholeh yang mendoakan kedua orang tuanya”.
(HR. Muslim).

6
Ketentuan Wakaf

Syarat-syarat wakaf[6].

- Waqif (orang yang mewakafkan) Orang merdeka, berakal, baligh, rosyid (bukan orang yang
tercegah tasarrufnya) dan Syafiiyyah, Malikiyyah dan Hanafiyyah menambahi dengansatu
syarat yaitu ihtiyar (tidak dalam keadaan terpaksa).

- Mauquf (barang yang di wakafkan )18: Harta benda yang bernilai (mal mutaqowwam),
dapat diketahui (ma’lum ) dan milik sempurna (tidak dalam keadan khiyar).

- Mauquf ‘Alaih (orang yang di wakafi)19: yaitu adakalanya orang tertentu dan adakalanya
umum.

- Shighot : Apakah akad wakaf membutuhkan ijab dan qobul?. Ulama sepakat bahwa akad
wakaf hanya membutuhkan ijab saja jika untuk wakaf yang ditujukan bagi pihak yang tidak
tertentu.(ghoiru mu’ayyan). Adapun wakaf yang ditujukan bagi pihak tertentu (mu’ayyan)
ulama berbeda pendapat : Menurut Hanafiyyah dan Hanabilah dalam keadaan seperti itu
wakaf hanya membutuhkan ijab saja. Sedangkan menurut Syafiiyyah dan Malikiyyah,
mereka masih tetap mensyaratkan adanya ijab dan qobul.

Adapun syarat shigot dalam wakaf adalah: Ta’bid (untuk selama-lamanya), tanjiz (tidak
digantungkan kepada kejadian tertentu), ilzam (tidak ada khiyar), tidak disertai syarat yang
membatalkan wakaf dan menurut Syafi’iyyah dalam qoul adharnya di tambah dengan adanya
penjelasan tentang mashrof wakaf (orang yang di beri wakaf).

Rukun Wakaf

* Pelaku terdiri dari orang yang mewakafkan harta (wakif/pewakaf). Namun ada pihak
yang memiliki peranan penting walaupun diluar rukun wakaf yaitu pihak yang diberi wakaf/
diamanahkan untuk mengelola wakaf yang disebut nazhir.

* Barang atau harta yang diwakafkan (mauquf bih)

* Peruntukan wakaf (mauquf’alaih)

* Shighat (pernyataan atau ikrar sebagai suatu kehendak untuk mewakafkan sebagian
harta bendanya termasuk penetapan jangka waktu dan peruntukan)

. Pengelola Wakaf

a. Melakukan pengelolaan dan pemeliharaan barang yang diwakafkan,


b. Melaksanakan syarat dari pewakaf., boleh dilanggar jika:
c. Adanya maslahat
d. Perkara diajukan pada hakim
e. Membela dan mempertahankan kepentingan harta wakaf.
f. Melunasi utang wakaf dengan menggunakan pendapatan atau hasil produksi harta
wakaf tersebut.

7
g. menunaikan hak-hak mustahik dari harta wakaf, tanpa menundanya, kecuali terjadi
sesuatu yang mengakibatkan pembagian tersebut tertunda.

Sifat Wakaf

Waqaf adalah aqad yang lazimah artinya tidak bisa dibatalkan oleh siapapun, dan tidak boleh
dijual, tidak boleh dihibahkan dan tidak boleh diwariskan. Bila waqaf berupa masjid namun
ternyata tidak digunakan dan hancur, maka boleh dijual dan harganya digunakan untuk
pembangunan masjid lagi.

8
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Sistem ekonomi Islam atau dikenal sebagai mu'amalah adalah suatu sistem yang baik
karena berdasarkan wahyu yang jelas dari Yang Maha Kuasa yaitu Allah SWT. Namun akhir-
akhir ini menjadi dikompilasi karena terikut dengan rentak dan cara hidup juga pendidikan
Barat yang malah aspek yang pagar penting kepadamanusia yaitu pembangunan manusia
hakiki berdasarkan paradigma Tauhid bagi menuju pengiktirafanAllah SWT bagi mencapai
Al-Falah (kemenangan dan kejayaan) dan bukansemata-matabangunan yang barangkali di
diami oleh manusia-manusia yang tertandus jiwadan

9
DAFTAR PUSTAKA

Sudarsono, M.B, Hendri. 2002. Pengantar Ekonomi Mikro Islam. Yogyakarta, Ekonosia.

Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI). 2012. Ekonomi Islam.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Al Arif, M. Nur Rianto dan Euis Amalia. 2010. Teori Mikroekonomi: Suatu
Perbandingan Ekonomi Islam dan Ekonomi Konvensional. Jakarta, Kencana.

10

Anda mungkin juga menyukai