Anda di halaman 1dari 12

KLIPING

SISTEM EKONOMI

Nama Kelompok :
1. Lubna Zain Luqyana
2.Lulu Il Jannah
3.Lulu Lutfiatul
4.Luluil Fataya
5.Luluul Asfa Hanik
6.Miftahul Jannah

MA AN-NAWAWI BERJAN PURWOREJO


TAHUN AJARAN
2023/2024
Definisi Sistem Ekonomi Syariah dan Prinsipnya

Sistem ekonomi syariah merupakan sistem ekonomi yang dilandaskan


oleh nilai-nilai Islam, yaitu nilai Al-Qur’an, Sunnah, Hadits, Ijma’, dan
Qiyas, sehingga ekonomi syariah biasa disebut sebagai ekonomi
Islam.

Sistem ini mengacu pada konsep akidah dan keimanan seorang umat
muslim kepada Tuhannya. Kemudian, iman tersebut terwujud dalam
bentuk syariah, perilaku, akhlak, sikap, etika, dan semua tindakan
nyata seorang umat muslim.

Ekonomi syariah dihadirkan dengan tujuan mewujudkan keadilan


yang merata, dan kebebasan terhadap kekangan, sehingga tercipta
kehidupan ekonomi masyarakat yang lebih sejahtera.

Sistem ekonomi syariah memiliki beberapa prinsip dasar, di


antaranya:

 Tidak ada kepemilikan yang mutlak atas sesuatu


 Seluruh sumber daya yang tersedia merupakan titipan dari Allah
S.W.T
 Ekonomi digerakkan secara berjamaah (bersama-sama)
 Berfokus pada usaha menjamin kepemilikan dari masyarakat
dan perencanaannya untuk kemaslahatan banyak orang
 Pemerataan dari kekayaan
 Wajib mengeluarkan zakat bagi yang telah memiliki tingkat
kekayaan tertentu dan sudah mencapai nasab
 Pelarangan riba dalam bentuk apa pun
Nilai-Nilai Dasar Sistem Ekonomi Syariah

Nilai dasar pada sistem ekonomi syariah diturunkan secara langsung


dari inti ajaran Islam yaitu tauhid. Prinsip tauhid ini melahirkan
keyakinan bahwa kebaikan dari perilaku manusia sepenuhnya karena
Allah. Segala aktivitas yang dikerjakan manusia di dunia ini termasuk
kegiatan ekonomi, dilakukan karena semata-mata untuk mengikuti
petunjuk Allah.

Nilai tauhid ini dapat diterjemahkan menjadi empat nilai dasar yang
membedakan ekonomi syariah dengan sistem ekonomi lainnya, yakni:

1. Kepemilikan

Dalam konsep Islam, segala sesuatu pada hakikatnya adalah


kepemilikan absolut dari Allah (QS Yunus (10): 55). Manusia berperan
sebagai khalifah (pengelola), yang diberikan kepercayaan oleh Allah
dalam mengelola Bumi dan segala isinya, sebagaimana tercantum
dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah (2): 19, Allah berfirman:

“Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah


kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat
baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
berbuat baik.”

Memang pada hakikatnya segala harta yang ada di dalam kehidupan


ini milik Allah, tetapi manusia juga diberikan hak oleh Allah atas
kepemilikan pribadi terhadap hasil dari usaha, tenaga, dan pemikiran,
berupa harta baik yang didapatkan melalui proses pemindahan
kepemilikan berdasarkan transaksi ekonomi, hibah, maupun warisan.
Islam sangat menjunjung tinggi dan menghormati atas hak
kepemilikan pribadi sekaligus menjaga keseimbangan antara hak
pribadi, kolektif, dan negara. Pemahaman tentang hakikat harta
adalah milik Allah ini sangat penting, karena agama Islam sangat
menganjurkan kegiatan ekonomi yang diiringi dengan kegiatan
kedermawanan.

2. Keadilan dalam Berusaha

Arti keadilan dalam Islam bukanlah sama rata, melainkan suatu


keadaan di mana setiap individu akan memperoleh hak dan
kewajibannya secara sama. Hakikat derajat manusia adalah sama,
khususnya antara satu mukmin dengan mukmin yang lain, tetapi
terdapat perbedaan yaitu adalah tingkat ketakwaan dari setiap
mukmin tersebut.

Dalam ajaran Islam, keadilan merupakan salah satu nilai paling


mendasar sesuai dengan Al-Qur’an surat Al-Maidah (5): 8, Allah
berfirman:

“Wahai orang-orang yang beriman! Jadilah kamu sebagai penegak


keadilan karena Allah, (ketika) menjadi saksi dengan adil. Dan
janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum, mendorong kamu
untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah. Karena (adil) itu lebih dekat
kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sungguh, Allah Maha
Teliti terhadap apa yang kamu kerjakan.”

Nilai keadilan harus selalu diterapkan dalam setiap kegiatan ekonomi


syariah, salah satunya dalam hal berusaha. Islam juga mendorong
manusia untuk berusaha dan bekerja sesuai dengan firman Allah di
dalam Al-Qur’an surah Al-Jumuah (62):10 yang berbunyi:
“Apabila salat telah dilaksanakan, maka bertebaranlah kamu di bumi;
carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak agar kamu
beruntung.”

Adanya hasil dari usaha ekonomi sebaiknya perlu dibatasi agar tidak
berlebihan, dan tidak adanya kepemilikan pribadi berlebihan berupa
penimbunan harta kekayaan. Hal ini juga sesuai dengan Al-Qur’an
surat Al-Humazah (104): 1-3, Allah berfirman:

“Celakalah bagi setiap pengumpat lagi pencela, yang mengumpulkan


harta dan menghitung-hitungnya, dia (manusia) mengira bahwa
hartanya itu dapat mengekalkannya.’’

Kelebihan harta dari hasil usaha ekonomi harus dinafkahkan sebagian


hartanya sesuai dengan ketentuan yang berlaku untuk kepentingan
bersama. Hal ini bertujuan untuk tercapainya prinsip keadilan sesuai
dengan Al-Qur’an surat Al-Baqarah (2):267. Allah berfirman:

“Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah SWT)


sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa
yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. Dan janganlah kamu
memilih yang buruk-buruk lalu kamu menafkahkan daripadanya,
padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan
memincingkan mata terhadapnya. Dan ketahuilah, bahwa Allah SWT
Maha Kaya lagi Maha Terpuji.”

3. Kerja Sama dalam Kebaikan

Kegiatan ekonomi syariah individu maupun berjamaah (berkelompok)


sangat didorong oleh pengaruh Islam. Ekonomi yang dilakukan secara
berjamaah dijalankan atas dasar kerja sama dan dilandasi dengan
semangat tolong menolong dalam kebaikan. Hal ini sesuai dengan
firman Allah dalam Al-Qur’an Surat Al-Maidah (5): 2 yang berbunyi:

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi’ar-


syi’ar Allah, dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram,
jangan (mengganggu) binatang-binatang had-ya, dan binatang-
binatang qalaa-id, dan jangan (pula) mengganggu orang-orang yang
mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari karunia dan keridhaan
dari Tuhannya dan apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji,
maka bolehlah berburu. Dan janganlah sekali-kali kebencian(mu)
kepada sesuatu kaum karena mereka menghalang-halangi kamu dari
Masjidil Haram, mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). Dan
tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa,
dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.
Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat
siksa-Nya.”

Kerja sama dalam Islam ini mencakup kerja sama yang mengandung
kompetisi (cooperative competition) dengan semangat berlomba-
lomba dalam kebaikan. Landasan cooperative competition juga telah
tercantum dalam Al-Qur’an Surat Al Baqarah (2): 148, yang berbunyi:

“Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap


kepadanya. Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan. Di
mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu
sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas
segala sesuatu.”

4. Pertumbuhan yang Seimbang

Pertumbuhan finansial masyarakat dalam ekonomi syariah sangatlah


penting, dalam rangka mewujudkan keberadaan manusia untuk
memberikan manfaat sebanyak-banyaknya kepada manusia lain dan
alam semesta dalam perannya sebagai rahmatan lil’alamin (rahmat
bagi alam). Pertumbuhan finansial tersebut harus diiringi dengan
pertumbuhan spiritual manusia dan kelestarian alam sekitarnya,
sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an Surat Al Baqarah (2): 11,
yang berbunyi:

“Dan bila dikatakan kepada mereka: ”Janganlah kamu membuat


kerusakan di muka bumi.” Mereka menjawab: “Sesungguhnya kami
orang-orang yang mengadakan perbaikan.”

Pengembangan Sistem Ekonomi Syariah di Berbagai Negara

Hingga saat ini, sejumlah negara dengan kategori minoritas muslim,


sudah banyak yang mengaplikasikan serta menganut sistem ekonomi
syariah untuk dijadikan sistem perekonomian yang menunjang
kesejahteraan negaranya. Hal ini ditandai dengan mulai maraknya
lembaga-lembaga keuangan syariah di negara Singapura, Filipina,
Inggris, hingga Amerika Serikat.

Menurut Siti Mujiatun (2014), dalam Jurnal Analytica Islamica, tiga


sistem ekonomi dunia yakni, kapitalis, sosialis, dan mix
economic yang dianut negara-negara tersebut telah dianggap tidak
berhasil, karena memiliki lebih banyak kekurangan dibandingkan
kelebihannya. Ketiga sistem ekonomi tersebut memiliki masalah
pokok yang sama, yaitu bergantung pada macam-macam tingkah laku
dari setiap individu yang diperhitungkan menggunakan persyaratan
masyarakat.

Oleh karena itu, kehadiran sistem ekonomi syariah yang bersifat


universal muncul sebagai harapan baru bagi banyak negara. Sistem
ini diharapkan menjadi sistem ekonomi solutif dari ekonomi kapitalis
dan sosialis, termasuk negara Indonesia.

Penerapan sistem ekonomi syariah yang baik di suatu negara


termasuk Indonesia akan memberikan dampak yang positif untuk
kemaslahatan masyarakat. Sistem ini dapat meumbuhkan rasa
kekeluargaan dan kebersamaan, menghapus kemiskinan, keadilan
untuk semua kalangan dengan tidak menguntungkan satu pihak saja,
transparan, dan dapat memberikan manfaat dan kesejahteraan bagi
masyarakat Indonesia secara keseluruhan.

Keuntungan dan Tantangan dalam Mengadopsi Sistem Ekonomi


Syariah

Ekonomi syariah memiliki beberapa manfaat bagi yang


menjalankannya. Manfaat tersebut dapat dirasakan tidak hanya
nasabah, tetapi juga lembaga keuangan yang menggunakan sistem
ini. Berikut 4 keuntungannya:

1. Angsuran pembiayaan tanpa riba, dengan kata lain sistem


syariah mengganti sistem riba menjadi bagi hasil
atau murabahah (prinsip jual beli). Contohnya, peminjam
membutuhkan kredit sebesar 500 juta rupiah untuk membeli
rumah. Kemudian lembaga keuangan syariah akan membeli
rumah yang diinginkan debitur, dan pihak lembaga akan menjual
kembali rumah tersebut kepada peminjam seharga 510 juta
rupiah.
2. Sistem yang digunakan tidak merugikan kedua belah pihak,
karena menggunakan metode bagi hasil atau murabahah.
Sistem bagi hasil juga memiliki nominal yang lebih ringan jika
dibandingkan dengan bunga.
3. Pada sistem ekonomi syariah terdapat keuntungan pelunasan
sebelum jatuh tempo. Beberapa lembaga keuangan syariah
biasanya tidak memberikan denda apa pun pada saat kita
berencana melakukan pelunasan lebih awal.
4. Simpanan nasabah dijamin oleh Lembaga Penjamin Simpanan
(LPS). Campur tangan LPS dalam kewenangannya untuk
menetapkan dan memungut premi penjaminan, membuat
lembaga keuangan berbasis syariah memiliki stabilitas ekonomi
yang lebih terpelihara.

Ekonomi syariah berpotensi menggantikan posisi ekonomi


konvensional. Namun, dalam penerapannya banyak kendala dan
tantangan yang dihadapi, antara lain:

 Masih diberlakukannya pajak ganda di perbankan syariah.


 Belum siapnya dukungan SDM ekonomi syariah.
 Tidak ada kurikulum ekonomi syariah di sekolah umum,
sehingga pemahaman, kesadaran, serta kepedulian masyarakat
rendah.
 Persepsi negatif sekelompok muslim dan non-muslim yang takut
mengaplikasikan hukum syariah.
 Belum kuatnya dukungan parpol Islam untuk menerapkan
ekonomi syariah.
 Meningkatnya apresiasi masyarakat dan kegairahan
memperluas pasar ekonomi syariah belum diikuti dengan
edukasi yang memadai.
Potensi Pertumbuhan Sistem Ekonomi Syariah pada Masa Depan

Sistem ekonomi syariah adalah industri baru yang telah sukses


mendapatkan daya tarik di tingkat global. Aspek dalam sistem
tersebut khususnya keuangan Islam, didasarkan pada prinsip-prinsip
hukum Islam (Syariah) dan melarang transaksi berbasis bunga,
spekulasi, dan perjudian. Keuangan Islam mempromosikan
pembagian risiko, investasi etis, dan tanggung jawab sosial.

Pada tahun 2021, industri keuangan syariah secara global


berhasil telah tumbuh pada tingkat rata-rata 10 - 15% per tahun.
Pertumbuhan ini didorong oleh beberapa faktor, termasuk
meningkatnya permintaan akan tanggung jawab etis dan sosial,
pilihan investasi, pertumbuhan populasi muslim, dan kebangkitan
pusat keuangan Islam di negara-negara seperti Malaysia, Arab Saudi,
dan Indonesia.

Prospek Industri Ekonomi Syariah di Tingkat Nasional

Jumlah penduduk muslim di Indonesia adalah 87,2% dari populasi.


Dengan jumlah ini, Indonesia memiliki potensi yang sangat besar
untuk mengembangkan sektor keuangan dan ekonomi syariah yang
dapat memberikan kontribusi dalam mencapai target pengembangan
keuangan syariah yang lebih signifikan.

Saat ini, Indonesia telah naik ke peringkat 4 dari peringkat 5 dunia


dalam hal pengembangan keuangan syariah setelah Malaysia, Saudi
Arabia dan Uni Emirat Arab. Sementara, aset keuangan syariah di
Indonesia menempati peringkat 7 dunia dengan total aset sebesar
USD99 miliar.
Prospek Industri Ekonomi Syariah di Tingkat Global

Selain itu, terdapat ada lebih dari 1,8 miliar umat muslim secara
global, dan ekonomi syariah memberikan mereka pilihan investasi
yang sejalan dengan keyakinan agama mereka. Seiring
bertambahnya populasi umat muslim, permintaan akan produk
keuangan Islam juga meningkat.

Prospek lainnya adalah kegiatan investasi yang etis dan bertanggung


jawab secara sosial. Pendekatan ini menarik khalayak yang lebih luas
pada populasi non-muslim, khususnya yang mencari opsi investasi
yang selaras dengan nilai-nilai mereka. Fokus pada investasi etis juga
membantu mendorong pertumbuhan dan pembangunan ekonomi
yang berkelanjutan.

Pembahasan di atas menunjukkan bahwa sistem ekonomi syariah


berpotensi untuk diaplikasikan di negara-negara seluruh dunia. Jika
diaplikasikan secara tepat, sistem ini juga akan memainkan peranan
penting terhadap kesejahteraan kita sebagai umat Islam yang
menjalankannya. Maka dari itu, Prudential Syariah mendirikan Sharia
Knowledge Centre (SKC).

Sharia Knowledge Centre (SKC) merupakan kanal informasi, inovasi,


dan kolaborasi seputar informasi syariah. SKC bertujuan untuk
meningkatkan literasi dan inklusi keuangan syariah sekaligus untuk
bergotong-royong memajukan ekonomi syariah dan menjadikan
Indonesia sebagai pusat perkembangan ekonomi syariah global.

Untuk mencapai tujuan tersebut, SKC bekerja sama


dengan berbagai pemain industri ekonomi syariah melalui
berbagai program kemitraan strategis. Anda bisa mendapatkan
informasi seputar kinerja keuangan syariah dengan
mengunjungi Sharia Knowledge Centre.

Anda mungkin juga menyukai