Anda di halaman 1dari 6

Nama :Pramayuda Aprila

NPM: 223401100
BAB VII
DISTRIBUSI ISLAMI

Distribusi berarti penyaluran, penyerahan, pembagian, penyampaian. Dalam perekonomian,


kegiatan distribusi dimaknai sebagai penyaluran sumber daya ekonomi yang dapat berupa
aset, kepemilikan, pendapatan maupun kesempatan kerja dari suatu pihak kepada pihak
lainnya. Secara makro ekonomi, distribusi dilakukan oleh pemerintah (government) kepada
masyarakat secara luas. Adapun dari aspek pemasaran, distribusi berarti suatu proses dan alur
penyampaian barang atau jasa dari produsen kepada konsumen dan para pemakai.
landasan pokok dalam kegiatan distribusi menurut Islam antara lain yang pertama, tauhid,
yakni konsep ketuhanan yang Maha Esa artinya tidak ada tuhan yang disembah selain Allah
Swt. dan tidak pula menyekutukan- Nya. Landasan inilah yang menjadi dasar dan fondasi
utama dari segala kegiatan termasuk distribusi. Landasan yang kedua adalah konsep keadilan
yakni menghindarkan diri dari perilaku curang yang dapat menyebabkan kezaliman bagi
orang lain. Kegiatan distribusi islami haruslah berbasis pada konsep keadilan. Landasan
ketiga adalah kejujuran yakni transparansi dan akuntabilitas dimana proses distribusi
dilakukan secara riil tanpa ada hal-hal yang disembunyikan yang dapat merugikan pihak lain.
● Tujuan distribusi dalam Islam dapat dibagi menjadi 4 sebagai berikut:
1. Tujuan dakwah
2. Tujuan pendidikan
3. Tujuan sosial
4. Tujuan ekonomi
● DISTRIBUSI KEPEMILIKAN DALAM ISLAM
1. Ikhraj al-Mubahah
2. Al-Tawallud Minal Mamluk
3. Al-Khalafiyah
4. Al-Aqd
● Instrumen diatribusi dalam islam
1. Zakat
2. Ujrah(upah)
3. Waris
4. Instrumen lain

Latihan soal
1. Tujuan distribusi dalam Islam dapat dibagi menjadi 4 sebagai berikut:
● Tujuan DakwahDalam sistem ekonomi Islam, distribusi dilakukan sebagai
sarana dakwah Islam yakni kegiatan distribusi yang dilakukan bertujuan untuk
memajukan syiar ajaran Islam dan meningkatkan nilai-nilai keimanan diantara
manusia. Contohnya distribusi zakat bagi mualaf, distribusi zakat,
infak,sedekah bagi kemajuan pembangunan Islam.
● Tujuan Pendidikan Distribusi dilakukan dalam rangka mewujudkan
pendidikan terhadap akhlak terpuji seperti sikap dermawan, suka memberi,
menolong dan mengutamakan orang lain. Distribusi juga dilakukan dengan
tujuan sebagai sarana mendidik dan membersihkan diri dari akhlak tercela
seperti sikap pelit, kikir dan egois
● Tujuan Sosial Salah satu tujuan sosial dari kegiatan distribusi adalah untuk
membantu memenuhi kebutuhan masyarakat yang secara luas dan
menggalakkan nilai solidaritas dan ukhuwah sesama manusia .
● Tujuan EkonomiTujuan ekonomi dalam kegiatan distribusi tentu dilakukan
untuk pengembangan harta agar tercipta perputaran barang dan jasa secara adil
dan merata. Kegiatan distribusi juga dilakukan untuk meningkatkan
pertumbuhan ekonomi dan kemandirian umat.
2. Dalam Islam, ada beberapa bentuk distribusi yang dilarang, termasuk:
● Riba (bunga atau keuntungan riba): Mendapatkan keuntungan dari pinjaman
uang dengan cara menambahkan bunga adalah dilarang dalam Islam.
● Maysir (perjudian): Aktivitas perjudian dianggap haram dalam Islam karena
dianggap merugikan individu dan masyarakat.
● Gharar (ketidakpastian berlebihan): Transaksi yang mengandung tingkat
ketidakpastian yang tidak dapat diterima juga dihindari.
● Maisir (perjudian): Perjudian dan segala bentuk taruhan yang tidak memiliki
manfaat nyata dihindari.
● Makanan dan minuman yang haram: Dalam distribusi makanan dan minuman,
harus dihindari produk yang dianggap haram dalam Islam, seperti daging babi
atau minuman beralkohol.6. Distribusi yang tidak adil: Distribusi yang tidak
adil atau merugikan pihak-pihak yang lemah juga dihindari. Penting untuk
diingat bahwa prinsip-prinsip distribusi dalam Islam didasarkan pada keadilan,
keseimbangan, dan kebaikan sosial, dengan tujuan memastikan bahwa
keuntungan dan kerugian didistribusikan secara adil di dalam masyarakat.
3. Hadiah adalah pemberian sesuatu kepada seseorang dengan maksud untuk
memuliakan atau memberikan penghargaan. Keutamaan memberi hadiah untuk tujuan
kebaikan terdapat pada Hadis Rasulullah Saw. yang artinya “Saling
memberihadiahlah diantara kalian, agar kalian saling menyayangi”.Saling memberi
hadiah untuk tujuan kebajikan adalah hal yang diajurkan dalam ajaran Islam karena
dapat menumbuhkan kecintaan dan saling menghormati antara sesama. Adapun
hukum asal hadiah adalah mubah.
4. Ikhraj al-Mubahah adalah cara pemilikan melalui penguasaan terhadap harta yang
belum dikuasai atau dimiliki oleh orang lain. Al-Mubahat sendiri adalah harta benda
bebas dan boleh dimiliki yang bukan merupakan kepemilikan yang dilindungi
(dikuasai oleh orang lain) dan tidak ada larangan hukum untuk memilikinya. Misalnya
ikan dan hasil laut yang berada didalam lautan, air yang masih berada dalam
sumbernya, tumbuhanatau sayuran yang ada di alam bebas, pohon kayu di hutan, dan
sebagainya.
5. Hak milik (kepemilikan) dalam Islam adalah hubungan antar manusia dengan harta
yang telah ditetapkan oleh Allah Swt., dimana manusia memiliki kewenangan untuk
melakukan transaksi terhadap harta tersebut selama tidak ditemukan syariat yang
melarangnya. Kepemilikan adalah sesuatu yang dimiliki oleh manusia baik berupa
harta benda (materi) atau nilai manfaat. Seseorang dapat memiliki hak milik terhadap
sesuatu barang dikarenakan sebab-sebab:
● Ikhraj al-Mubahah
● Al-Tawallud Minal Mamluk
● Al-Khalafiyah
● Al-Aqd
6. Hubungan antara keadilan distribusi dan kemakmuran suatu negara sangat erat.
Keadilan distribusi adalah prinsip yang menciptakan dasar bagi kemakmuran yang
berkelanjutan. Ketika sumber daya dan kekayaan didistribusikan secara adil dalam
masyarakat, hal ini dapat membawa manfaat sebagai berikut:
7. Peningkatan stabilitas sosial: Keadilan distribusi mengurangi ketidaksetaraan
ekonomi yang dapat menyebabkan ketegangan sosial. Masyarakat yang merasa adil
dan setara dalam distribusi kekayaan cenderung lebih stabil.Pengurangan kemiskinan:
Dengan distribusi yang lebih adil, lebih banyak orang memiliki akses ke sumber daya
ekonomi, yang dapat mengurangi tingkat kemiskinan.Peningkatan kualitas hidup:
Keadilan distribusi dapat memastikan bahwa lebih banyak orang memiliki akses ke
pendidikan, layanan kesehatan, dan peluang ekonomi yang dapat meningkatkan
kualitas hidup mereka. Pertumbuhan ekonomi berkelanjutan: Distribusi yang adil
dapat mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dengan memberikan
akses ke sumber daya dan peluang kepada lebih banyak orang.
8. Dalam banyak yurisdiksi, termasuk dalam Islam, menunda pembayaran gaji pekerja
adalah tindakan yang tidak dianjurkan dan dalam beberapa kasus dapat dianggap
melanggar hukum atau etika tertentu. Keterlambatan pembayaran gaji dapat
merugikan pekerja secara finansial dan dapat menyebabkan masalah keuangan serta
ketidakstabilan keuangan pribadi mereka. Oleh karena itu, banyak negara telah
mengatur peraturan yang mengharuskan pengusaha untuk membayar gaji karyawan
mereka secara teratur dan tepat waktu.Dalam Islam, gaji pekerja harus dibayar sesuai
dengan kesepakatan yang telah ditetapkan antara pengusaha dan pekerja. Ada prinsip
keadilan dan etika dalam Islam yang mendukung pembayaran gaji dengan tepat
waktu. Menunda atau tidak membayar gaji pekerja tanpa alasan yang jelas dan sah
dapat dianggap melanggar prinsip keadilan.Penting untuk memahami bahwa hukum
dan peraturan yang mengatur pembayaran gaji dapat berbeda-beda di berbagai negara.
Oleh karena itu, jika ada perselisihan atau masalah terkait pembayaran gaji,
disarankan untuk berkonsultasi dengan pihak berwenang atau pengacara yang
memahami hukum ketenagakerjaan di yurisdiksi yang relevan.
9. Ujrah adalah biaya atau bayaran yang dibayarkan dalam kontrak jual beli, sewa, atau
pinjaman dalam Islam. Rukun ujrah adalah syarat-syarat yang harus ada dalam
transaksi ujrah agar sesuai dengan prinsip-prinsip syariah. Rukun ujrah melibatkan
beberapa elemen utama, yaitu:
● Al-Mutanaqisat: Pihak-pihak yang terlibat dalam transaksi harus saling
mengetahui dan menyetujui rincian dan syarat-syarat yang terlibat dalam
perjanjian ujrah.
● Al-Aqd: Perjanjian yang sah dan jelas antara pihak-pihak yang terlibat.
● Al-Ijbar dan Al-Qabul: Penawaran (ijbar) dan penerimaan (qabul) dalam
perjanjian harus dilakukan dengan penuh kesadaran dan persetujuan.
● Al-Wadh': Kesepakatan mengenai jumlah, besaran, dan rincian ujrah harus
jelas dan sah.
● Al-Takarrur: Dalam perjanjian ujrah, harus ada jelasnya waktu atau periode
pembayaran dan juga jumlah pembayaran.
Berakhirnya ujrah dapat terjadi karena beberapa alasan, antara lain:
1. Pencabutan perjanjian: Jika salah satu pihak mencabut atau mengakhiri
perjanjian ujrah, maka ujrah tersebut berakhir.
2. Pemenuhan kontrak: Ujrah berakhir ketika semua persyaratan kontrak telah
dipenuhi sesuai dengan yang disepakati.
3. Waktu habis: Jika ujrah memiliki jangka waktu tertentu dan waktu tersebut
habis, maka ujrah berakhir.
4. Perubahan syarat: Jika ada perubahan syarat dalam perjanjian ujrah yang
disetujui oleh kedua belah pihak, maka ujrah bisa berakhir atau
berubah.Penting untuk memahami bahwa dalam Islam, transaksi ujrah harus
mematuhi prinsip-prinsip syariah, dan pemenuhan persyaratan kontrak adalah
suatu kewajiban. Kesepakatan bersama dan keadilan sangat penting dalam
transaksi ini.
10. Syarat-syarat wakaf dan waris dalam Islam adalah sebagai berikut:

Syarat-syarat Wakaf:

1. Niat Suci:Orang yang melakukan wakaf harus memiliki niat yang tulus dan suci untuk
mendedikasikan harta atau properti tersebut demi kebaikan umat atau tujuan yang sah.

2. Kepemilikan Sah:Harta atau properti yang akan diwakafkan harus dimiliki oleh individu
atau entitas yang sah, dan tidak dalam sengketa atau harta ghaib.

3. Kepemilikan Langsung:Harta yang diwakafkan harus dimiliki secara langsung dan tidak
boleh dalam hutang atau beban finansial yang signifikan.

4. Penetapan Tujuan:Tujuan dari wakaf harus jelas dan sesuai dengan prinsip-prinsip Islam.
Ini bisa berupa pembangunan masjid, rumah sakit, sekolah, atau tujuan amal lainnya.

5. Kepatuhan Hukum:Wakaf harus mematuhi hukum syariah dan peraturan yang berlaku
dalam yurisdiksi yang relevan.

Syarat-syarat Waris:

1. Kematian Seseorang:Waris terkait dengan seseorang yang telah meninggal. Sehingga,


syarat pertama adalah adanya kematian individu tersebut.

2. Hukum Syariah:Sistem warisan dalam Islam diatur oleh hukum syariah. Oleh karena itu,
individu yang meninggal harus beragama Islam, dan hukum waris berlaku untuk mereka.
3. Ahli Waris yang Ditetapkan:Hukum waris Islam menetapkan siapa saja yang berhak
menerima warisan dan dalam proporsi berapa. Ini termasuk suami, istri, anak-anak, orangtua,
dan saudara-saudara yang masih hidup.

4. Tidak Ada Wakaf atau Wasiat yang Menghalangi:Warisan yang diatur oleh hukum waris
tidak boleh bertentangan dengan wakaf atau wasiat yang sah. Wakaf memiliki prioritas
tertinggi dalam penentuan distribusi harta setelah kematian individu.

Perlu dicatat bahwa detail warisan dalam Islam dapat bervariasi berdasarkan situasi dan
yurisdiksi tertentu. Sebaiknya berkonsultasi dengan seorang cendekiawan Islam atau ahli
waris jika ada pertanyaan khusus tentang waris atau wakaf

11. Syarat zakat mal dalam Islam adalah sebagai berikut:

Kepemilikan Sah: Seseorang harus memiliki harta atau kekayaan yang mencapai nisab
(ambang batas) untuk wajib membayar zakat. Nisab adalah jumlah minimal harta yang harus
dimiliki sebelum zakat dikenakan.

Nisab: Nisab adalah ambang batas kekayaan yang harus dicapai sebelum seseorang wajib
membayar zakat. Jumlah nisab dapat bervariasi tergantung pada jenis harta yang dimiliki.
Misalnya, nisab untuk zakat emas dan perak berbeda.

Haul: Haul adalah syarat waktu atau periode yang harus berlalu sebelum zakat dikenakan
pada harta tersebut. Artinya, seseorang harus memiliki harta selama satu tahun penuh (hijri)
sebelum zakat menjadi wajib. Jika harta tersebut tidak mencapai nisab selama satu tahun
hijri, maka zakat tidak wajib.

Jadi, zakat mal menjadi wajib jika seseorang memiliki harta yang mencapai nisab dan telah
dimilikinya selama setahun penuh dalam periode haul. Setelah memenuhi syarat-syarat ini,
seseorang diwajibkan untuk mengeluarkan zakat, yang biasanya sebesar 2,5% dari total harta
yang memenuhi syarat untuk dikenakan zakat. Zakat mal bertujuan untuk mendistribusikan
kekayaan dan membantu mereka yang membutuhkan dalam masyarakat.

12. Infak, sedekah, hibah, dan hadiah adalah konsep yang berbeda dalam Islam dan memiliki
persamaan serta perbedaan sebagai berikut:

● Infak:Infak adalah tindakan memberikan harta atau sumber daya untuk tujuan yang
bermanfaat dan pahala di mata Allah. Biasanya, ini melibatkan memberikan sebagian
dari harta atau pendapatan seseorang, terutama dalam bentuk amal jariah (amal yang
berlanjut) seperti membangun masjid atau sekolah.
● Sedekah:Sedekah adalah tindakan pemberian, sering dalam bentuk uang atau barang,
kepada mereka yang membutuhkan. Sedekah biasanya diberikan kepada individu atau
kelompok yang memerlukan bantuan, dan tujuannya adalah untuk membantu mereka
yang kurang beruntung.
● Hibah:Hibah adalah pemberian harta atau sumber daya yang diberikan kepada orang
lain tanpa harapan pengembalian. Hibah dapat diberikan kepada individu, organisasi,
atau entitas lain dan dapat berupa properti, uang tunai, atau aset lainnya. Ini seringkali
merupakan pemberian seumur hidup, dan pemiliknya tidak berharap pengembalian.
● Hadiah:Hadiah adalah pemberian yang diberikan kepada seseorang sebagai ekspresi
cinta, persahabatan, atau dalam kesempatan khusus seperti ulang tahun. Hadiah bisa
berupa barang, uang, atau apapun yang dianggap sesuai oleh pemberi hadiah.
Seringkali, hadiah diberikan tanpa harapan balasan, tetapi itu lebih berkaitan dengan
hubungan personal daripada kewajiban agama.

Selain perbedaan di atas, penting untuk diingat bahwa baik infak, sedekah, hibah, maupun
hadiah adalah tindakan pemberian yang dapat memiliki dampak positif dalam masyarakat dan
berkontribusi pada kebaikan dan kesejahteraan sesama.

Anda mungkin juga menyukai