Anda di halaman 1dari 3

A.

UTANG PUBLIK DALAM PERSPEKTIF ISLAM

Islam sebagai al-din dan sekaligus sebagai al-daulah, disamping mengatur


hubungan manusia dengan Allah , Islam juga sangat berkepentingan meletakkan basis-
basis etika dan moral pada hubungan manusia dengan sesama lembaga politik dan
kekuasaan yang bernama negara (al daulah). Seperti diketahui, masalah ketidak adilan
dan kedzaliman yang paling masif dan universal adalah kedzaliman yang dilakukan
oleh negara/pemerintah. Semua ikhtiar memerangi kedzaliman dan menegakkan
keadilan tanpa menyentuh negara/ pemerintah/penguasa adalah sia-sia. Bahwa dalam
sejarah, negara selalu dipakai oleh penguasa untuk menindas rakyat, itulah tantangan
kemanusian yang paling besar yang dengan dalih apapun syariat Islam tidak boleh lari
padanya. 1
Pemerintah sebagai pembawa amanat Allah, amanat keadilan (al-adalah) dan
kemaslahatan segenap rakyat (Masalah Al Rai'yah), negara/ pemerintah berkewajiban
menegakkan ketertiban umum, melindungi keamanan seluruh rakyat, dan
menegakkan keadilan bagi kemaslahan semua pihak, tanpa pembedaan warna kulit,
suku bangsa, golongan maupun keyakinan agamanya. Sebagaimana firman Allah
dalam surat An-Nisa [4]: 58: "Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan
amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila
menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil.
Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaikbaiknya kepadamu.
Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha Melihat". Juga sebagaimana
ungkapan dalam Kaidah Fiqih yang artinya : “Kebijakan seorang pemimpin terhadap
rakyatnya harus berorientasi/mengacu kepada kemaslahatan". 2

Dalam ekonomi islam terdapat dua pandangan berbeda tentang hutang luar negeri
sebagai alternatif untuk menutupi defisit anggaran negara. Dapat dijelaskan sebagai
berikut:

Pandangan pertama berpendapat membolehkan adanya budget deficit yang ditutup


dengan external financing, selama bentuk dan mekanismenya disesuaikan dengan
ketentuan dan prinsip syariah yang ada. Dilatar belakangi oleh fakta historis
bahwa bekerjasama dengan pihak lain dalam suatu usaha diperbolehkan, bahkan
dianjurkan. Dalam hal ini akad atau kerjasama yang dapat dipergunakan ialah
1
Mohammad sholahudin, Lembaga Keuangan dan Ekonomi Islam, Penerbita Ombak 2014
2
Widiastuti, Tika, et al. "KeuanganPublik Syariah: Teori dan Praktik.",2020.
mudharabah, musyarakah, murabahah, dan lain-lain, dapat dikembangkan sebagai
bentuk external financing dalam anggaran negara. Bentuk-bentuk tersebut pada
prinsipnya bersifat flow creating equity dari pada flow creating debt, dimana
mulai banyak diimplementasikan oleh lembaga-lembaga keuangan internasional.
Islamic Development Bank (IDB) telah banyak membiayai proyek di negara-
negara Islam dengan menggunakan skema tersebut. Dibandingkan dengan hutang,
penyertaan modal dipandang lebih, konstruktif, proporsional dan fair dalam
pembiayaan, karena terdapat pembagian perolehan dan resiko (profit-loss
sharing).3

Pandangan kedua, mengatakan bahwa negara tidak diperbolehkan menutup budget


deficit dengan melakukan hutang luar negeri. Hal ini didasari pada pertimbangan
preventif bahwa mekanisme pinjaman hutang luar negeri menggunakan sistem
bunga, sedangkan dalam islam, bunga dalam bentuk apapun baik konsumsi atau
produksi dan besar atau kecil secara tegas dilarang.

3
Vina Sri Yuniaarti, Ekonomi Makro Syariah, Penertbit pustaka setia Bandung, 2016

Anda mungkin juga menyukai