Anda di halaman 1dari 10

KONSEP NEGARA DALAM FIKIH SIYASAH

MAKALAH
Disusun dan diajukan untuk memenuhi salah satu tugas terstruktur pada mata
kuliah Fikih Siyasah
Dosen Pengampu : Ahmad Zayyadi

Disusun Oleh :

Kelompok 4
Ahmad Arza Kuzaman: (224110302049)
Candra Cahyanto: (224110302055)
Diva Najma Suroya: (224110302059)

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM


FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
PROFESOR KIAI HAJI SYAIFUDDIN ZUHRI PURWOKERTO
2023
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap negara memiliki sistem politik yang berbeda-beda. Namun, Islam telah
memiliki sistem politik yang disebut dengan fiqh siyasah. Di mana tujuan dari aturan
fiqh siyasah tersebut merupakan salah satu instrumen untuk mewujudkan negara yang
adil dan terpenuhinya hak-hak rakyat. Instrumen fiqh siyasah dalam sistem negara
Islam sebetulnya refleksi atas perbedaan dari beberapa firqoh dan perbedaan pendapat.
Pada gilirannya, membuat satu dimensi utuh yang sudah menjadi keharusan adanya
sistem yang mengikat dalam kelembagaan bangsa dan negara. Mendefinisikan sistem
politik Islam merupakan cara untuk mewujudkan tatanan masyarakat madani, dalam
rangka mewujudkan peradaban lengkap yang mampu membedakan antara agama
dengan negara. Di titik inilah Islam bukan hanya sekedar teologi atau moralitas, tapi
sebuah sistem menyeluruh yang tidak dikotomikan antara yang sifatnya profan dan
sakral, kekal dan temporal, spiritual dan mistik, baik dan buruk namun Islam mengatur
semua aspek kehidupan.1
Indonesia sebagai negara dengan mayoritas penduduknya beragama Islam, pada
prakteknya, menuntut pemeluk agama agar mengimplementasikan fiqh siyasah secara
komprehensif dalam sistem negara dan pemerintahan. Sistem perpolitikan kita, sejak
zaman Orde Baru hingga Reformasi, dengan berbagai perangkatnya, termasuk UU
Partai Politik dan UU Pemilu, tampak masih belum bisa menjadi alat yang ampuh untuk
melakukan perbaikan sistem, sebagaimana cita-cita dari falsafah fiqh siyasah itu
sendiri. Kondisi ini membawa arah baru dalam transformasi pergumulan perpolitikan
nasional dengan sekian level, eksekutif-legislatif-yudikatif, yang mengharuskan
memiliki jawaban alternatif di atas permasalahan politik dan pemerintahan negeri ini.2

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Konsep Negara dalam Fikih Siyasah?
2. Apa saja tugas dan tujuan negara dalam fikih siyasah?
3. Apa saja hak dan kewajiban warga negara dalam fikih siyasah?

1
Muhammad Natsir, Islam Sebagai Dasar Negara, (Jakarta: Media Dakwah, 2000), hlm. 70-72
2
Zainuddin Maliki, Politikus Busuk Fenomena Insenbilitas Moral Elite Politik, (Yogyakarta: Galang Press, 2004),
blm. 8

1
BAB II
PEMBAHASAN

Islam tidak memisahkan antara urusan akhirat dengan urusan dunia; dan juga tidak
membedakan antara maslahat pribadi dengan maslahat orang banyak. tetapi justru
berusaha menciptakan kebahagian dunia akhirat baik secara individual maupun
kelompok. Islam adalah agama yang membawa hukum dan aturan yang dapat
membahagiakan manusia dalam kehidupan dunia seperti hukum muamalah, hukum
pidana, hukum bisnis, hukum perdata, hukum internasional, dan sistem hukum yang
meliputi masalah kebebasan, persamaan hak, musyawarah, keadilan dan kepedulian
sosial. Sebagaimana konsep negara yang terdapat dalam piagam madina, sebagai
berikut:

A. Piagam Madinah Sebagai Konsep Negara dalam Fikih Siyasah


Nabi Muhammad SAW telah menyatakan berdirinya negara Madinah sebagai
implementasi dari unsur pokok dalam mendirikan negara sebagaimana dikenal
dalam hukum tata negara konvensiaonal yakni harus ada masyarakat, ada tatanan
hukum yang mengatur, ada wilayah, dan ada pemimpin. Semua unsur yang
disebutkan itu telah terpenuhi dan tertera dalam pidato Nabi Muhammad SAW pada
saat memproklamerkan berdirinya negara Madinah. Berikut cuplikan deklarasi
Nabi Muhammad SAW yang lebih dikenal dengan mitsaq madinah atau piagam
Madinah.3
Piagam Madinah oleh para sarjana muslim dianggap sebagai konstitusi pertama
yang menekankan pentingnya saling membantu, bekerjasama dan tidak saling
memusuhi. Selain itu, perjanjian tersebut juga sebagai bukti bahwa Islam adalah
agama yang toleran dan tidak membedakan antara seorang muslim dengan non-
muslim. Muhammad Hamidullah menuliskan beberapa pernyataannya terkait
dengan piagam Madinah. Menurutnya, Undang Undang Dasar Negara tertulis
pertama yang pernah dikemukakan oleh penguasa dalam sejarah ummat manusia
ternyata diumumkan oleh Nabi Muhammad SAW, yakni pada tahun pertama Hijriah
(622 M), dan sekarang Undang Undang Dasar tersebut telah sampai di tangan kita.
Ia juga menyatakan bahwa fakta pertahanan ini sangat diperlukan. untuk

3
Muhammad Nur Murdan, "Membangun Hubungan Antara Umat Dan Kekuasaan, Konsep Negara Dalam
Piagam Madinah," Jurnal Pappasang: Jurnal Studi Al-Qur'an-Hadis dan Pemikiran Islam 1. (2019) 44-67.

2
membentuk negara di Madinah yang berasaskan persekutuan dengan otonomi yang
sangat luas bagi setiap unitnya.
Hasan Ibrahim Hasan, seorang pemikir Islam Mesir juga menyatakan bahwa
Piagam Madinah secara resmi menandakan berdirinya suatu negara, yang isinya
dapat disimpulkan menjadi empat pokok, yaitu:
1. Mempersatukan segenap kaum muslimin dari berbagai suku menjadi satu
ikatan.
2. Menghidupkan semangat gotong royong, hidup berdampingan, saling
menjamin di antara sesama warga.
3. Menetapkan bahwa setiap warga masyarakat mempunyai kewajiban
memanggul senjata, mempertahankan keamanan dan melindungi Madinah.
dari serbuan luar.
4. Menjamin persamaan dan kebebasan bagi kaum Yahudi dan pemeluk-
pemeluk agama lain dalam mengurus kepentingan mereka.

Di dalam piagam tersebut terdapat ketentuan yang secara tegas menyatakan


bahwa kedaulatan negara atas semua kelompok masyarakat yang menjalin
hubungan bilateral dengan masyarakat muslim. Demikian juga dalam hubungan
antar kelompok masyarakat dengan kelompok yang lain. Bahkan, jika ditelusuri
lebih dalam lagi, piagam itu memuat juga ketentuan tentang aliansi militer
sebagaimana negara serikat dalam memerangi musuh negara. Menurut ketentuan
dalam piagam madina, orang-orang Yahudi wajib menanggung pendanaan
bersama-sama dengan orang Islam selama dalam pertempuran. Orang- orang
Yahudi berkewajiban membiayai orang-orang Islam. Kedua belah pihak sama-
sama berkewajiban membela Yastrib dari serangan musuh.4

Piagam Madinah dianggap sebagai suatu kebijaksanaan politik yang luar biasa
dari Nabi Muhammad SAW dalam mengantisipasi terjadinya berbagai
kemungkinan yang tidak diinginkan dalam suatu masyarakat yang heterogen.
beraneka ragam warna kulit, ras, dan bahkan agama. Secara implisit dapat
disimpulkan bahwa piagam Madinah mencakup seluruh aspek dan tatanan
kehidupan manusia dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara karena piagam
Madinah telah menjelaskan tentang pembentukan ummat, hak asasi manusia,

4
Gaffar Aziz, Berpolitik Untuk Agama (Yogyakarta Pustaka Pelajar, 2000).

3
persatuan negara, persatuan segenap warga negara, golongan minoritas, tugas
warga negara, melindungi negara, pimpinan negara, dan politik perdamaian.5

Nabi Muhammad SAW tidak pernah merumuskan secara konstan mengenai


bentuk negara/pemerintahan yang harus diikuti oleh para pemimpin yang datang
kemudian. Tetapi bukan berarti bahwa ia sama sekali tidak mengusung mekanisme
politik yang dijadikan sebagai standar. Justru beliau telah berhasil menggagas
sekaligus membumikan banyak konsep dan teori tentang kehidupan berbangsa dan
bernegara. Bukankah Nabi Muhammad SAW telah berbicara banyak soal keadilan,
kesejahteraan, musyawarah, penerapan hukum pidana, persamaan hak dan
kewajiban, toleransi, pengangkatan aparat negara, para pemimpin pasukan, dan
bahkan masalah-masalah sosial politik yang berkaitan dengan hubungan luar
negeri misalnya pengutusan delegasi ke beberapa negeri tetangga untuk
menyampaikan risalah Islam atau bertujuan menjalin hubungan kerjasama dalam
berbagai bidang.

B. Tugas dan Tujuan Negara dalam Fikih Siyasah


Pada hakikatnya, fungsi (tugas) negara tidak bisa dipisahkan dari tujuan negara
itu sendiri. Antara keduanya mempunyai hubungan timbal balik. Tujuan negara
adalah harapan atau cita-cita yang hendak dicapai, sedangkan fungsi (tugas) negara
ialah kegiatan untuk mewujudkan harapan atau cita-cita negara menjadi kenyataan
atau dengan kata lain, fungsi (tugas) negara adalah sebagai alat untuk mencapai
tujuan negara.6
Pada dasarnya, suatu negara mempunyai tujuan masing-masing, namun tujuan
yang ada pada akhirnya sama yaitu menciptakan kebahagian pada rakyatnya.
Dengan tujuan negara harus melaksanakan dua tugas umum yaitu: (a) harus
mengatur penghidupan dalam negara dengan sebaik-baiknya, (b) harus mengatur
dan menyelenggarakan pemerintahan melalui aparatur yang berkuasa dengan
sebaik-baiknya.7

5
Muhammad Latif Fauzi, "KONSEP NEGARA DALAM PERSPEKTIF PIAGAM MADINAH DAN PIAGAM
JAKARTA," Al-Mawarid, 110. (2005): 85-101.
6
Imam Al-Mawardi, Ahkam Sulthaniyah: Sistem Pemerintahan Khilafah Islam (Jakarta: Qisthi Press, 2014).
7
Sigit Ridwan Abdullah, "Tujuan Negara Dalam Islam Menurut Yusuf Al-Qardhawi," Asy- Syari'ah 19. (2017):
15-36.

4
1. Tugas Negara
a. Melaksanakan ketertiban, untuk menciptakan suasana dan lingkungan
yang kondusif dan damai diperlukan pemeliharaan ketertiban umum
yang didukung sepenuhnya oleh masyarakat.
b. Mensejahterakan serta memakmurkan rakyat, negara yang sukses dan
maju adalah negara yang bisa membuat masyarakat bahagia secara
umum dari sisi ekonomi dan sosial kemasyarakatan.
c. Pertahanan dan keamanan, negara harus bisa memberi rasa aman serta
menjaga dari segala macam gangguan dan ancaman yang datang dari
dalam maupun dari luar.
d. Menegakkan keadilan, negara membentuk lembaga-lembaga peradilan
sebagai tempat warganya meminta keadilan di segala bidang
kehidupan.8
2. Tujuan Negara
Ada beberapa pendapat mengenai tujuan negara menurut para ahli pikir
non muslim antara lain:
a. Shang Yang di China yaitu, mendapatkan kekuasaan negara.
b. Macchiavelli yaitu, mendapatkan kekuasaan negara yang
dimaksudkan untuk kehormatan dan kebahagiaan bangsa.
c. Roger H. Soltau yaitu, memungkinkan rakyat berkembang serta
mengungkapkan daya ciptanya sebebas mungkin.
d. Dante Alleghiere (1265-1321) Dalam bukunya "De Monarchia Libri
III", yaitu untuk mewujudkan perdamaian dunia.
e. Immanuel Kant (1724-1804), yaitu melindungi dan menjamin
ketertiban hukum agar hak dan kemerdekaan warga negara terbina
dan terpelihara.
f. Kranenburg, yaitu bukan sekadar memelihara ketertiban hukum,
melainkan juga aktif mengupayakan kesejahteraan warganya.9

8
Arake, "Agama Dan Negara Perspektif Fiqh Siyasah.”
9
Abdullah, "Tujuan Negara Dalam Islam Menurut Yusuf Al-Qardhawi."

5
C. Hak dan Kewajiban Warga Negara dalam Fikih Siyasah
1. Hak dan Kewajiban Warga Negara
Hak dan Kewajiban merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan, akan
tetapi terjadi pertentangan karena hak dan kewajiban tidak seimbang. Bahwa
setiap warga negara memiliki hak dan kewajiban untuk mendapatkan
penghidupan yang layak, tetapi pada kenyataannya banyak warga negara yang
belum merasakan kesejahteraan dalam menjalani kehidupannya. Semua itu
terjadi karena pemerintah dan para pejabat tinggi lebih banyak mendahulukan
hak daripada kewajiban. Padahal menjadi seorang pejabat itu tidak cukup hanya
memiliki pangkat akan tetapi mereka berkewajiban untuk memikirkan diri
sendiri. Jika keadaannya seperti ini, maka tidak ada keseimbangan antara hak
dan kewajiban. Jika keseimbangan itu tidak ada akan terjadi kesenjangan sosial
yang berkepanjangan. Hak dan Kewajiban Warga Negara Indonesia Hak
kewajiban warga negara Indonesia tercantum dalam pasal 27 sampai dengan
pasal 34 UUD 1945.10
a. Hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak "Tiap warga negara
berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan"
(pasal 27 ayat 2).
b. Hak untuk hidup dan mempertahankan kehidupan: "setiap orang berhak
untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan
kehidupannya."(pasal 28A).
c. Hak untuk membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui
perkawinan yang sah (pasal 28B ayat 1).
d. Hak atas kelangsungan hidup. "Setiap anak berhak atas. kelangsungan
hidup, tumbuh, dan Berkembang"
e. Hak untuk mengembangkan diri dan melalui pemenuhan kebutuhan
dasarnya dan berhak mendapat pendidikan, ilmu pengetahuan dan
teknologi, seni dan budaya demi meningkatkan kualitas hidupnya demi
kesejahteraan hidup manusia. (pasal 28C ayat 1).

Herman Ardiansyah, “Tinjauan Fiqh Siyasah Terhadap Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 Terhadap
10

Warga Negara Indonesia, (Lampung, 2022). Hlm. 56-59.

6
f. Hak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya secara
kolektif untuk membangun masyarakat, bangsa, dan negaranya. (pasal
28C ayat 2).
g. Hak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang
adil serta perlakuan yang sama di depan hukum.(pasal 28D ayat 1).
h. Hak untuk mempunyai hak milik pribadi Hak untuk hidup, hak untuk tidak
disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati nurani,hak beragama, hak
untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi di hadapan
hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut
adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan
apapun. (pasal 281 ayat 1).

Kewajiban warga negara adalah sebagai berikut:

a. Wajib menaati hukum dan pemerintahan. Pasal 27 ayat (1) UUD 1945
b. Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan
pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan
tidak ada kecualinya.
c. Wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara. Pasal 27 ayat (3) UUD
1945 menyatakan setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam
upaya pembelaan negara".
d. Wajib menghormati hak asasi manusia orang lain. Pasal 28J ayat 1
mengatakan Setiap orang wajib menghormati hak asai manusia orang lain.
e. Wajib tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-
undang. Pasal 28J ayat 2 menyatakan: "Dalam menjalankan hak dan
kebebasannya, setiap orang wajib tunduk kepada pembatasan yang
ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud untuk menjamin
pengakuan serta penghormatan atas hak kebebasan orang lain dan untuk
memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan moral, nilai-
nilai agama, keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu masyarakat
demokratis."
f. Wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara. Pasal 30
ayat (1) UUD 1945. menyatakan: "tiap-tiap warga negara berhak dan
wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara.

7
BAB III
KESIMPULAN

Islam tidak memisahkan antara urusan akhirat dengan urusan dunia; dan juga
tidak membedakan antara maslahat pribadi dengan maslahat orang banyak. tetapi justru
berusaha menciptakan kebahagian dunia akhirat baik secara individual maupun
kelompok.
Pada hakikatnya, fungsi (tugas) negara tidak bisa dipisahkan dari tujuan negara
itu sendiri. Antara keduanya mempunyai hubungan timbal balik. Tujuan negara adalah
harapan atau cita-cita yang hendak dicapai, sedangkan fungsi (tugas) negara ialah
kegiatan untuk mewujudkan harapan atau cita-cita negara menjadi kenyataan.
Hak dan Kewajiban merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan, akan tetapi
terjadi pertentangan karena hak dan kewajiban tidak seimbang. Bahwa setiap warga
negara memiliki hak dan kewajiban untuk mendapatkan penghidupan yang layak, tetapi
pada kenyataannya banyak warga negara yang belum merasakan kesejahteraan dalam
menjalani kehidupannya.

8
DAFTAR PUSTAKA

Muhammad Natsir, Islam Sebagai Dasar Negara, (Jakarta: Media Dakwah, 2000), hlm.
70-72
Zainuddin Maliki, Politikus Busuk Fenomena Insenbilitas Moral Elite Politik,
(Yogyakarta: Galang Press, 2004), blm. 8
Muhammad Nur Murdan, "Membangun Hubungan Antara Umat Dan Kekuasaan,
Konsep Negara Dalam Piagam Madinah," Jurnal Pappasang: Jurnal Studi Al-
Qur'an-Hadis dan Pemikiran Islam 1. (2019) 44-67.
Gaffar Aziz, Berpolitik Untuk Agama (Yogyakarta Pustaka Pelajar, 2000).
Muhammad Latif Fauzi, "KONSEP NEGARA DALAM PERSPEKTIF PIAGAM
MADINAH DAN PIAGAM JAKARTA," Al-Mawarid, 110. (2005): 85-101.
Imam Al-Mawardi, Ahkam Sulthaniyah: Sistem Pemerintahan Khilafah Islam (Jakarta:
Qisthi Press, 2014).
Sigit Ridwan Abdullah, "Tujuan Negara Dalam Islam Menurut Yusuf Al-Qardhawi,"
Asy- Syari'ah 19. (2017): 15-36.
Arake, "Agama Dan Negara Perspektif Fiqh Siyasah.”
Abdullah, "Tujuan Negara Dalam Islam Menurut Yusuf Al-Qardhawi."
Herman Ardiansyah, “Tinjauan Fiqh Siyasah Terhadap Undang-Undang Nomor 12
Tahun 2006 Terhadap Warga Negara Indonesia, (Lampung, 2022). Hlm. 56-59.

Anda mungkin juga menyukai