MAKALAH
Disusun dan diajukan untuk memenuhi salah satu tugas terstruktur pada mata
kuliah Fikih Siyasah
Dosen Pengampu : Ahmad Zayyadi
Disusun Oleh :
Kelompok 4
Ahmad Arza Kuzaman: (224110302049)
Candra Cahyanto: (224110302055)
Diva Najma Suroya: (224110302059)
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Konsep Negara dalam Fikih Siyasah?
2. Apa saja tugas dan tujuan negara dalam fikih siyasah?
3. Apa saja hak dan kewajiban warga negara dalam fikih siyasah?
1
Muhammad Natsir, Islam Sebagai Dasar Negara, (Jakarta: Media Dakwah, 2000), hlm. 70-72
2
Zainuddin Maliki, Politikus Busuk Fenomena Insenbilitas Moral Elite Politik, (Yogyakarta: Galang Press, 2004),
blm. 8
1
BAB II
PEMBAHASAN
Islam tidak memisahkan antara urusan akhirat dengan urusan dunia; dan juga tidak
membedakan antara maslahat pribadi dengan maslahat orang banyak. tetapi justru
berusaha menciptakan kebahagian dunia akhirat baik secara individual maupun
kelompok. Islam adalah agama yang membawa hukum dan aturan yang dapat
membahagiakan manusia dalam kehidupan dunia seperti hukum muamalah, hukum
pidana, hukum bisnis, hukum perdata, hukum internasional, dan sistem hukum yang
meliputi masalah kebebasan, persamaan hak, musyawarah, keadilan dan kepedulian
sosial. Sebagaimana konsep negara yang terdapat dalam piagam madina, sebagai
berikut:
3
Muhammad Nur Murdan, "Membangun Hubungan Antara Umat Dan Kekuasaan, Konsep Negara Dalam
Piagam Madinah," Jurnal Pappasang: Jurnal Studi Al-Qur'an-Hadis dan Pemikiran Islam 1. (2019) 44-67.
2
membentuk negara di Madinah yang berasaskan persekutuan dengan otonomi yang
sangat luas bagi setiap unitnya.
Hasan Ibrahim Hasan, seorang pemikir Islam Mesir juga menyatakan bahwa
Piagam Madinah secara resmi menandakan berdirinya suatu negara, yang isinya
dapat disimpulkan menjadi empat pokok, yaitu:
1. Mempersatukan segenap kaum muslimin dari berbagai suku menjadi satu
ikatan.
2. Menghidupkan semangat gotong royong, hidup berdampingan, saling
menjamin di antara sesama warga.
3. Menetapkan bahwa setiap warga masyarakat mempunyai kewajiban
memanggul senjata, mempertahankan keamanan dan melindungi Madinah.
dari serbuan luar.
4. Menjamin persamaan dan kebebasan bagi kaum Yahudi dan pemeluk-
pemeluk agama lain dalam mengurus kepentingan mereka.
Piagam Madinah dianggap sebagai suatu kebijaksanaan politik yang luar biasa
dari Nabi Muhammad SAW dalam mengantisipasi terjadinya berbagai
kemungkinan yang tidak diinginkan dalam suatu masyarakat yang heterogen.
beraneka ragam warna kulit, ras, dan bahkan agama. Secara implisit dapat
disimpulkan bahwa piagam Madinah mencakup seluruh aspek dan tatanan
kehidupan manusia dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara karena piagam
Madinah telah menjelaskan tentang pembentukan ummat, hak asasi manusia,
4
Gaffar Aziz, Berpolitik Untuk Agama (Yogyakarta Pustaka Pelajar, 2000).
3
persatuan negara, persatuan segenap warga negara, golongan minoritas, tugas
warga negara, melindungi negara, pimpinan negara, dan politik perdamaian.5
5
Muhammad Latif Fauzi, "KONSEP NEGARA DALAM PERSPEKTIF PIAGAM MADINAH DAN PIAGAM
JAKARTA," Al-Mawarid, 110. (2005): 85-101.
6
Imam Al-Mawardi, Ahkam Sulthaniyah: Sistem Pemerintahan Khilafah Islam (Jakarta: Qisthi Press, 2014).
7
Sigit Ridwan Abdullah, "Tujuan Negara Dalam Islam Menurut Yusuf Al-Qardhawi," Asy- Syari'ah 19. (2017):
15-36.
4
1. Tugas Negara
a. Melaksanakan ketertiban, untuk menciptakan suasana dan lingkungan
yang kondusif dan damai diperlukan pemeliharaan ketertiban umum
yang didukung sepenuhnya oleh masyarakat.
b. Mensejahterakan serta memakmurkan rakyat, negara yang sukses dan
maju adalah negara yang bisa membuat masyarakat bahagia secara
umum dari sisi ekonomi dan sosial kemasyarakatan.
c. Pertahanan dan keamanan, negara harus bisa memberi rasa aman serta
menjaga dari segala macam gangguan dan ancaman yang datang dari
dalam maupun dari luar.
d. Menegakkan keadilan, negara membentuk lembaga-lembaga peradilan
sebagai tempat warganya meminta keadilan di segala bidang
kehidupan.8
2. Tujuan Negara
Ada beberapa pendapat mengenai tujuan negara menurut para ahli pikir
non muslim antara lain:
a. Shang Yang di China yaitu, mendapatkan kekuasaan negara.
b. Macchiavelli yaitu, mendapatkan kekuasaan negara yang
dimaksudkan untuk kehormatan dan kebahagiaan bangsa.
c. Roger H. Soltau yaitu, memungkinkan rakyat berkembang serta
mengungkapkan daya ciptanya sebebas mungkin.
d. Dante Alleghiere (1265-1321) Dalam bukunya "De Monarchia Libri
III", yaitu untuk mewujudkan perdamaian dunia.
e. Immanuel Kant (1724-1804), yaitu melindungi dan menjamin
ketertiban hukum agar hak dan kemerdekaan warga negara terbina
dan terpelihara.
f. Kranenburg, yaitu bukan sekadar memelihara ketertiban hukum,
melainkan juga aktif mengupayakan kesejahteraan warganya.9
8
Arake, "Agama Dan Negara Perspektif Fiqh Siyasah.”
9
Abdullah, "Tujuan Negara Dalam Islam Menurut Yusuf Al-Qardhawi."
5
C. Hak dan Kewajiban Warga Negara dalam Fikih Siyasah
1. Hak dan Kewajiban Warga Negara
Hak dan Kewajiban merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan, akan
tetapi terjadi pertentangan karena hak dan kewajiban tidak seimbang. Bahwa
setiap warga negara memiliki hak dan kewajiban untuk mendapatkan
penghidupan yang layak, tetapi pada kenyataannya banyak warga negara yang
belum merasakan kesejahteraan dalam menjalani kehidupannya. Semua itu
terjadi karena pemerintah dan para pejabat tinggi lebih banyak mendahulukan
hak daripada kewajiban. Padahal menjadi seorang pejabat itu tidak cukup hanya
memiliki pangkat akan tetapi mereka berkewajiban untuk memikirkan diri
sendiri. Jika keadaannya seperti ini, maka tidak ada keseimbangan antara hak
dan kewajiban. Jika keseimbangan itu tidak ada akan terjadi kesenjangan sosial
yang berkepanjangan. Hak dan Kewajiban Warga Negara Indonesia Hak
kewajiban warga negara Indonesia tercantum dalam pasal 27 sampai dengan
pasal 34 UUD 1945.10
a. Hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak "Tiap warga negara
berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan"
(pasal 27 ayat 2).
b. Hak untuk hidup dan mempertahankan kehidupan: "setiap orang berhak
untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan
kehidupannya."(pasal 28A).
c. Hak untuk membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui
perkawinan yang sah (pasal 28B ayat 1).
d. Hak atas kelangsungan hidup. "Setiap anak berhak atas. kelangsungan
hidup, tumbuh, dan Berkembang"
e. Hak untuk mengembangkan diri dan melalui pemenuhan kebutuhan
dasarnya dan berhak mendapat pendidikan, ilmu pengetahuan dan
teknologi, seni dan budaya demi meningkatkan kualitas hidupnya demi
kesejahteraan hidup manusia. (pasal 28C ayat 1).
Herman Ardiansyah, “Tinjauan Fiqh Siyasah Terhadap Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 Terhadap
10
6
f. Hak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya secara
kolektif untuk membangun masyarakat, bangsa, dan negaranya. (pasal
28C ayat 2).
g. Hak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang
adil serta perlakuan yang sama di depan hukum.(pasal 28D ayat 1).
h. Hak untuk mempunyai hak milik pribadi Hak untuk hidup, hak untuk tidak
disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati nurani,hak beragama, hak
untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi di hadapan
hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut
adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan
apapun. (pasal 281 ayat 1).
a. Wajib menaati hukum dan pemerintahan. Pasal 27 ayat (1) UUD 1945
b. Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan
pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan
tidak ada kecualinya.
c. Wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara. Pasal 27 ayat (3) UUD
1945 menyatakan setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam
upaya pembelaan negara".
d. Wajib menghormati hak asasi manusia orang lain. Pasal 28J ayat 1
mengatakan Setiap orang wajib menghormati hak asai manusia orang lain.
e. Wajib tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-
undang. Pasal 28J ayat 2 menyatakan: "Dalam menjalankan hak dan
kebebasannya, setiap orang wajib tunduk kepada pembatasan yang
ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud untuk menjamin
pengakuan serta penghormatan atas hak kebebasan orang lain dan untuk
memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan moral, nilai-
nilai agama, keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu masyarakat
demokratis."
f. Wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara. Pasal 30
ayat (1) UUD 1945. menyatakan: "tiap-tiap warga negara berhak dan
wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara.
7
BAB III
KESIMPULAN
Islam tidak memisahkan antara urusan akhirat dengan urusan dunia; dan juga
tidak membedakan antara maslahat pribadi dengan maslahat orang banyak. tetapi justru
berusaha menciptakan kebahagian dunia akhirat baik secara individual maupun
kelompok.
Pada hakikatnya, fungsi (tugas) negara tidak bisa dipisahkan dari tujuan negara
itu sendiri. Antara keduanya mempunyai hubungan timbal balik. Tujuan negara adalah
harapan atau cita-cita yang hendak dicapai, sedangkan fungsi (tugas) negara ialah
kegiatan untuk mewujudkan harapan atau cita-cita negara menjadi kenyataan.
Hak dan Kewajiban merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan, akan tetapi
terjadi pertentangan karena hak dan kewajiban tidak seimbang. Bahwa setiap warga
negara memiliki hak dan kewajiban untuk mendapatkan penghidupan yang layak, tetapi
pada kenyataannya banyak warga negara yang belum merasakan kesejahteraan dalam
menjalani kehidupannya.
8
DAFTAR PUSTAKA
Muhammad Natsir, Islam Sebagai Dasar Negara, (Jakarta: Media Dakwah, 2000), hlm.
70-72
Zainuddin Maliki, Politikus Busuk Fenomena Insenbilitas Moral Elite Politik,
(Yogyakarta: Galang Press, 2004), blm. 8
Muhammad Nur Murdan, "Membangun Hubungan Antara Umat Dan Kekuasaan,
Konsep Negara Dalam Piagam Madinah," Jurnal Pappasang: Jurnal Studi Al-
Qur'an-Hadis dan Pemikiran Islam 1. (2019) 44-67.
Gaffar Aziz, Berpolitik Untuk Agama (Yogyakarta Pustaka Pelajar, 2000).
Muhammad Latif Fauzi, "KONSEP NEGARA DALAM PERSPEKTIF PIAGAM
MADINAH DAN PIAGAM JAKARTA," Al-Mawarid, 110. (2005): 85-101.
Imam Al-Mawardi, Ahkam Sulthaniyah: Sistem Pemerintahan Khilafah Islam (Jakarta:
Qisthi Press, 2014).
Sigit Ridwan Abdullah, "Tujuan Negara Dalam Islam Menurut Yusuf Al-Qardhawi,"
Asy- Syari'ah 19. (2017): 15-36.
Arake, "Agama Dan Negara Perspektif Fiqh Siyasah.”
Abdullah, "Tujuan Negara Dalam Islam Menurut Yusuf Al-Qardhawi."
Herman Ardiansyah, “Tinjauan Fiqh Siyasah Terhadap Undang-Undang Nomor 12
Tahun 2006 Terhadap Warga Negara Indonesia, (Lampung, 2022). Hlm. 56-59.