PENDAHULUAN
Untuk memberikan informasi mengenai daulah secara luas menurut para ahli
dan bagaimana kita dapat mendirikan daulah islam.
BAB II
PEMBAHASAN
Daulah berasal dari bahasa Arab dari asal kata dala-yadulu-daulah sama dengan
bergilir, beredar, dan berputar. Kelompok sosial yang menetap pada suatu wilayah
tertentu dan di organisir oleh suatu pemerintahan yang mengatur kepentingan dan
kemaslahatan mereka. Daulat dapat di artikan negara, pemerintahan, kerajaan atau dinasti
(Az-Zuhaili, 2011: 6304). Daulah didefinisikan Sebuah sistem kekuasaan yang
didalamnya terdapat unsur-unsur kepemimpinan, perundang-undangan, wilayah tertentu,
warga masyarakat, dan ideologi yang dianut sebagai pandangan hidup berbangsa dan
bernegara (Qardhawi, 2007: 34). Jika kata Daulah digabungkan dengan kata al-Islam,
maka menjadi kata majemuk Daulah Islam. Artinya sebuah bentuk kekuasaan yang
dilaksanakan dengan sistem Dienul Islam. Islam 14 adalah suatu sistem Ideologi yang
berdasarkan kepada keterangan ayat-ayat al-Qur’an dan Hadits Rasulullah SAW
(Qardhawi, 2007: 34).
Al-Daulah al-Islamiyah berdiri ditas pilar pilar baru yang inovatif dan kreatif
yang berbeda dengan pilar pilar yang menjadi landasan Byzantium dan Persia. Di
anataranya bahwa islam mengahpus konsepsi dominasi hakim ( pemerintahan, kekuasaan
) dan menghapus kosepsi ketundukan rakyat dalam urusan agama dan dunia kepada
selain prinsip prinsip islam. Hanya Allah zat yang pemilik kekuasaan dalam urusan
akhirat berupa pahala dan siksa. Sistem pemerintahan dalam urusan duniawi
berlandaskan pada kaidah kaidah syara’ dalam menjaga kemaslahatan dan menolak
mufsadat sesuai dengan kondisi ruang dan waktu, juga berlandaskan pada asas-asas
keadilan, syura’, persamaan, kesetaraan, memperlakukan sama, moral, serta anati
terhadap semua paham di kotomi dan dikiriminasiberdasarkan ras, etnis, bahasa, warna
kulit, ataupun kedaerahan.
Elemen dasar atau unsur-unsur dan ciri-ciri khas tersebut telah terpenuhi di dalam
pemerintahan Nabawi yang didirikan oleh Rasulullah saw. di Madinah.
1. Kaum Muslimin generasi pertama, yaitu sahabat Muhajirin dan sahabat Anshar,
adalah rakyatnya.
2. Syariat Islam adalah tatanan hukumnya.
3. Madinah adalah wilayah teritorialnya.
4. Nabi Muhammad saw. adalah sultan atau pemimpinnya yang tidak ada suatu
kekuasaan lain yang ikut terlibat di dalamnya.
5. Sedangkan komunitas islam memerankan personalitas maknawi atau semu dan
abstrak Negara tersebut sehingga memiliki hak dan beban kewajiban.
Baiat Aqabah Pertama dan kedua yang terjadi sebelum hijrah untuk beriman
kepada Allah dan rasul-Nya serta patut dan taan kepada Rasulullah, melindunginya dan
menolongnya, kedua baiat itu merupakan pilar pertama dalam kesepakatan untuk
2
membentuk Negara Madinah. Jadi, pemeraintahan Nabawi di Madinah itu sudah layak,
pantas, dan memiliki kapasitas untuk disebut al-Daulah al-Islamiyah. Hal ini di perkuat
oleh berbagai langkah yang di tempuh oleh nabi Muhammad saw. berupa berbagai
langkah reformasi social dan poltik sesaaat setelah hijrah. Beliau menyatukan dan
mempersaudarakan antara sahabat muhajirin dan sahabat anshar serta membuat perjanian
damai dan kompromi politik dengan penduduk yahudi madinah. Perjanjian antara kaum
muslimin dan kaum nonmuslim sebagai dikatakan sebagai dustur atau dasar konstitusi
yang mengatur urusan kaum muslimin dan hubungan mereka dengan masyarakat
nonmuslim di Madinah dan Luar Madinah yang mirip dengan apa yang pada masa
sekarang di kenal dengan piagam nasiaonal.
1. Rakyat
Rakyat merupakan salah satu prinsip yang esensi terwujudnya daulat. Rakyat
merupakan gabungan individu yang berdomilsili di wilayah daulat. Tidak semua
yang menetap di wilayah daulat di anggap sebagai warga. Daulat islam
membedakan antara oaring islam dana kaum Zimmi, nonmuslim yang
mendapatkan peerlindungan di Darul Islam. Kaum zimmi yang bermukim di
daerah islam di haruskan membayar jizyah ( pajak yang di pungut dari rakayat
nonmuslim dalam Negara islam ), yang dengan mereka terjamin memperoleh
perlindungan dari Negara ( QS.9:29 ).
Kaum zimmi terikat dengan hukum pidana yang sam dengan warga muslim.
Demikian juga dengan hukum perdata, harta kekayaan apapuan bentuk, dan alat
perdagangannya yang dilarang bagi muslim juga terlarang bagi kaum zimmi.
Dalam hukum keluarga (perkawinan, perceraian, dan warisan) mereka di
perbolehkan memberlakukan agama mereka, seperti pernikahan tanpa saksi, tanpa
penetapan mahar, dan sebagainya.
2. Wilayah
Yang dimaksud dengan wilayah di sini mencakup wilayah darat, laut, dan udara.
Untuk mewujudkan daulat, sekelompok orang harus menetap pada suatu wilayah
tertentu. Suku suku yang selalu berpindah tempat tidak mempunyai wilayah
sendiri dan tidak dianggap sebagai daulat.
3. Pemerintahan
Pemerintahan merupakan unsur utama dalam pembentukan daulat. Ia berkuasa
menjalankan urusan daulat, mengurus oraganisasinya, dan menangani urusan
rakyatnya. Dalam perkembangan sejarah islam para ahli politik islam sepakat
menyatakan bahwa Rasulullah saw telah mendirikan daulat Islam pertama di
madinah pada tahun pertama Hijriyah ( 622 M ). Dengan terbentuknya komunitas
muslim di Madinah. Maka rasulullah SAW sekaligus menjadi pemimpin agama
dan pemimipin Negara. Pengukuhan kekuasaan dinyatakan dalam konstitusi
3
tertulis yang dikenal dengan piagam madinah. Dengan piagam ini Rsulullah saw
mempunyai kekuasaan untuk menyatakan perang atau damai, menyelsaikan
konflik antar warga masyarakat, dan menentukan kebijakan menyangkut masalah
ekonomi, politik dan lain.
Dari definisi di atas dapat diambil kesimpulan bahwasanya negara itu terdiri dari
tiga unsur yaitu, wilayah, rakyat dan pemerintahan. Dalam mengkaji ketiga unsur pokok
sebuah negara tersebut, para fuqaha ahli tata negara telah menjabarkannnya di dalam
tema pembahasan hukum dar al Islam. Wahbah Zuhaily berkata : hijrahnya Nabi saw dari
kota Mekah menuju kota Madinah yang merupakan titik awal berdirinya sebuah Daulah
Islamiyah oleh kalangan fuqaha dimasa awal-awal Islam belum digunakan sebagai
sebuah terminologi umum, melainkan mengungkapkannya dengan istilah dar al Islam,
karena kalimat daulah belum banyak digunakan ulama saat itu. Disisi lain terdapat
korelasi makna yang bersifat talazum antara istilah kalimat Daulah dan Dar al-Islam (Az-
Zuhaili, 2011: 6304).
Beliau juga menambahkan, walaupun ada ketalazuman pengertian antara kedua
istilah tersebut, namun bila ditinjau dari sudut wilayah kekuasaan terdapat titik perbedaan
antara masing-masing istilah tersebut, pengertian istilah dari Islam lebih terfokus pada
pokok unsur yang bersifat materi (maksudnya tanah kekuasaan atau kawasan) sedangkan
konotasi istilah Daulah Islamiyah lebih bersifat sebagai sebuah instusi kekuasaan yang 15
bersifat independen. Pengertian Dar al Islam dengan ketiga unsur pokoknya sebagai
definisi sebuah negara adalah sesuai dengan pengertian negara yang dikemukakan para
ahli tata negara modern pada saat masa ini (Az-Zuhaili, 2011: 6305).
4
2.2 Definisi Daulah Menurut Para Ahli
Allah Swt. memberikan perintah kepada Rasulullah Saw. agar memberlakukan hukum di
tengah-tengah kaum muslimin dengan apa yang diturunkan oleh Allah. Perintah Allah
kepada Rasul tersebut berbentuk tegas (thalaban jaziman). Seruan untuk Rasulullah juga
merupakan seruan bagi umatnya, selama tidak ada (dalil) yang men-takhsis-nya. Dan di sini
tidak terdapat dalil apapun (untuk mentakhsis), maka dalil tersebut juga merupakan seruan
bagi kaum muslimin agar menegakkan pemerintahan (sesuai dengan apa yang diturunkan
Allah). Sedangkan mendirikan khilafah itu hanya bisa diartikan sebagai menegakkan hukum
dan kekuasaan.
Hanya saja Allah SWT. memfardlukan kepada kaum muslimin untuk mentaati ulil-
amri atau para penguasa. Hal itu membuktikan adanya ulil-amri adalah wajib bagi kaum
muslimin. Allah SWT. berfirman:
Seruan dalam ayat pertama (58) ditunjukan kepada para ulil amri dan penguasa, agar
mereka memperhtikan amanat dan menetapkan hukum secara adil. Mensiasiakan amanat
dan kedilan merupakan ancaman yang ditandai dengan kehancuran umat dan negara. Di
dalam As-sahih disebutkan (yang dimaksud):
“jika amanat disiasiakan, maka tunggulh kehancurannya. Ada yang bertanya: bagaimana
mensiasiaakannya? Baginda menjawab: jika urusan diserahkan kepada yang bukan ahlinya,
maka tnggulah saat kehancuran.” (diriwayatkan Al-Bukhari)
Sedangkan seruan pada ayat kedua (59) ditunjukan kepada rakyat yang mukmin,
bahwa mereka harus taat kepada “ulil-amri”. Tetapi dengan syarat, ketaatan ini dilakukan
setelah ada ketaatan (Sebagian diantara ulil-Amri) kepada Allah dan Rasul-Nya. Diamping
itu, adapun perintah untuk kembali keepada Al-Qur’an dan Sunnah. Hal ini mengharuskan
orang-orang muslim memiliki daulah yang ditaati. Jika tidak urusan ini pun menjadi sia-
sia.9
Allah tidak pernah memerintahkan taat kepada orang yang tidak ada. Termasuk tidak
mengharuskan taat kepada orang yang keberadaannya hanya sunnah, maka ini
membuktikan bahwa mewujudkan waliyul-amri hukumnya adalah wajib. Sehingga ketika
Allah memerintahkan taat kepada waliyul amri, berarti itu juga merupakan perintah agar
mewujudkannya. Sedangkan adanya waliyul amri tersebut memiliki konsekuensi tegaknya
hukum syara', dan diam tidak mewujudkan waliyul amrimembawa konsekuansi lenyapnya
hukum syara', maka hukum mewujudkannya adalah wajib. Dan karena meninggalkannya
membawa konsekuensi tidak terwujudnya hukum syara', maka hukum meninggalkannya
adalah haram. Karena hal itu bisa melenyapkan hukum syara'.
Sedangkan mereka yang tidak terlibat dalam aktivitas menegakkan khilafah, akan tetap
menanggung dosa sejak tiga hari setelah tidak adanya khilafah. Dosa itu akan tetap
dipikulnya hingga hari pengangkatan khilafah yang baru. Sebab, Allah SWT. telah
mewajibkan kepada mereka suatu kewajiban tetapi mereka tidak mengerjakannya, bahkan
tidak terlibat dalam upaya-upaya yang menyebabkan terlaksanakannya kewajiban tersebut.
Oleh karena itu, mereka layak menanggung dosa; layak menerima siksa Allah dan kehinaan
baik di dunia maupun di akhirat. Kelayakan mereka menanggung dosa ini adalah suatu hal
yang jelas dan pasti sebagaimana seorang muslim yang layak menerima siksa karena
meninggalkan suatu kewajiban yang telah diperintahkan oleh Allah. Apalagi kewajiban
tersebut merupakan tumpuan pelaksaan kewajiban-kewajiban lain; tumpuan penerapan
syari'at Islam secara menyeluruh, bahkan menjadi tumpuan eksistensi tegaknya Islam
sehingga panji Allah dapat berkibar di negeri-negeri Islam dan seluruh penjuru dunia.
7
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Jadi, Daulah adalah suatu kekuasaan yang mencakup pemerintahan, hukum, dan
politik. Apabila Daulah itu dijalankan dengan berlandaskan agama Islam, maka suatu negara
atau daulah dapat menjalankan pemerintahannya dengan baik, dengan dipimpin oleh
pemimpin yang beriman dan dapat mensejahterakan rakyat yang dipimpinnya.
Maka dari itu, dalam menjalankan suatu pemerintahan seharusnya dan sebaiknya
memang kembali lagi pada hukum-hukum Islam. Karena bila kita membiarkan suatu negara
dipimpin oleh orang-orang yang tidak beriman, maka negara tersebut tidak akan baik-baik
saja. Pemimpinnya hanya akan mementingkan diri dan golongannya sendiri dibanding
dengan kepentingan pengikutnya. Sungguh rugi apabila kita tidak menerapkan Daulah Islam
tersebut.
8
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an