Anda di halaman 1dari 14

KONSEP NEGARA DALAM HUKUM ISLAM

AL MAIDAH NURKARIMAH

Sekolah Tinggi Agama Islam Al Ma’arif Ciamis

Email: almaidahnurkarimah60@gmail.com

Abstrak

Sebagian besar bangsa-bangsa di dunia didirikan sesuai dengan sejarahnya masing-


masing, dan negara adalah lembaga yang berkembang dari kesepakatan komunal.
Untuk mengatur dan melaksanakan tindakan negara secara efektif dan efisien, suatu
bangsa harus mempertimbangkan berbagai faktor. Banyak cendekiawan sejarah
global telah mengungkapkan keraguan tentang faktor-faktor ini karena betapa
rumitnya faktor-faktor tersebut. Konsep" suatu negara tentunya yang diprioritaskan
dalam situasi saat ini. Selain itu, Islam adalah agama yang "sempurna" yang sudah
banyak mengajarkan berbagai pelajaran.

Al-Qur'an dan Al-Hadits sebagai sumber hukum islam yang didalamnya terdapat
hukum-hukum dalil mengenai suatu ke tatanegaran, termasuk yang terkait dengan
keberadaan manusia sebagai "khalifah" di bumi dan ajaran Islam pada umumnya.
pelajaran tentang bagaimana menjaga ketertiban di koloni manusia untuk
mendapatkan ridha Allah SWT, di antara topik-topik lainnya. Oleh karena itu, Islam
menghadirkan berbagai ajaran umum atau khusus, khusus yang membahas masalah
pengaturan/pengaturan dalam mengembangkan, mengolah, dan menyelenggarakan
kegiatan pemerintahan dari suatu negara hukum.

Kata Kunci: Konsep, Negara, Hukum, Islam

A. Pendahuluan
Manusia juga dikenal sebagai zoon politicon karena tidak dapat bertahan
hidup sendirian dan bergantung satu sama lain untuk mendapatkan bantuan.
Untuk memenuhi kebutuhan mereka di planet ini, manusia membuat koloni
tempat mereka bekerja sama untuk menemukan solusi untuk setiap masalah,
dan dari kelompok ini terbentuk Negara.
Salah satu cara kebutuhan manusia agar terpenuhi yaitu kebutuhan rohani
atau kebutuhan spiritual dengan melalui iman kepada suatu kekuatan yang
lebih besar dari kekuatan manusia. Beberapa keyakinan menjadi panduan
tentang bagaimana orang harus mati, dan ide ini menjadi panduan tentang

1
bagaimana orang harus menjalani hidup mereka. Islam adalah agama
samawi, artinya diturunkan dari langit dan berasal dari Allah SWT, dan
dengan demikian ada hubungannya dengan panduannya . Islam adalah
agama yang "sempurna" jika dibandingkan dengan agama-agama sebelum
keyakinannya. Islam terus-menerus memerintahkan para pengikutnya untuk
berbuat baik dan menjauhi kejahatan. Muslim adalah orang-orang yang telah
diselamatkan karena dalam pandangannya kata "Islam" berarti
"diselamatkan".
Dalam kehidupan sehari-hari, manusia yang berada dalam lingkungan
negaranya tidak bisa melepaskan diri dari aktivitas-aktivitas yang bernuansa
hukum. Selama melakukan aktivitasnya, manusia berarti melakukan tindakan
hukum.
Negara hukum dalam islam merupakan bentuk Nikmat atau karunia Allah
SWT adalah kekuasaan. Ini menunjukkan bahwa itu adalah kasih sayang dan
sumber keberuntungan bagi warganya dan mereka yang menerima
pengaruhnya. Ketika otoritas dijalankan sesuai dengan tuntunan Al-Qur'an
dan hadis Nabi Muhammad SAW, hal ini mungkin terjadi. Di sisi lain, otoritas
yang sebenarnya akan hilang jika digunakan dengan cara yang tidak sesuai
dengan ajaran dasar Al-Qur'an dan hadist nabi. Dalam kondisi seperti ini,
memiliki wewenang bukan lagi merupakan pemberian atau tindakan rahmat
Allah SWT. Namun, kekuatan seperti itu akan berbahaya dan berada di
bawah murka Allah SWT.
B. Pengertian konsep negara
Zaman Yunani kuno dan Romawi tidak mengenal peristilahan Negara atau
State. Hal ini karena di Yunani, ukuran wilayahnya yang kecil dan lebih
menekankan kepada pemilikan hak dan bukan pada keunggulan dalam
ketaatan.1 Begitu pula di Romawi yang merupakan a closed corporation dan
penduduknya memelihara budak-budak (mengenal perbudakan). Di Romawi
lebih dikenali istilah civitas atau res publica, kemudian disebut imperium dan
beberapa istilah lainnya yang berbeda dengan state.2
Kata negara mempunyai dua arti. Pertama, negara adalah masyarakat atau
wilayah yang merupakan satu kesatuan politis Dalam arti ini India, Korea
Selatan, atau Brazilia merupakan negara. Kedua, negara adalah lembaga
pusat yang menjamin kesatuan politis itu, yang menata dan dengan demikian
menguasai wilayah itu.3

1
Muhammad junaidi, ilmu negara, sebuah konstruksi ideal negara hukum, (malang: Setara Press, 2016) hal 1-2

2
Muhammad junaidi, ilmu negara, sebuah konstruksi ideal negara hukum, (malang: Setara Press, 2016) hal 1-2

3
Dody Nur Andrian, ilmu negara, sejarah, teori, dan filosofi tujuan negara, (yogyakarta: pustaka ilmu,2021) hal
10 dalam Suseno, Franz Magnis. Etika Politik Prinsip-Prinsip Moral Dasar Kenegaraan Modern. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama. 1990) hal 170

2
Sementara itu, dalam ilmu politik, istilah negara adalah agency (alat) dari
masyarakat yang mempunyai kekuasaan untuk mengatur hubungan-
hubungan manusia dalam masyarakat dan menerbitkan gejala-gejala
kekuasaan dalam masyarakat.4
Ada sejumlah pendapat yang disampaikan oleh para ahli mengenai definisi
negara :5
1. Menurut Poulantzas, negara merupakan badan yang dominan,
hegemonik, dan mandiri dalam membuat kebijakan.
2. Menurut Anthony Gidden, negara merupakan badan yang kuat ntuk
menggapai tujuan jangka panjang guna melindungi sistem produksi
kapitalis.
3. Menurut Harold J. Laski, negara adalah suatu masyarakat yang
diintegrasikan karena mempunyai wewenang yang bersifat memaksa
dimana individu atau kelompok merupakan dari bagian masyarakat itu.
4. Menurut Max Weber, negara adalah suatu masyarakat yang mempunyai
monopoli dalam penggunaan kekerasan fisik secara sah dalam suatu
wilayah.
5. Menurut Robert Mac Iver, negara adalah asosiasi yang diselenggarakan
penertiban di dalam suatu masyarakat pada suatu wilayah yang
berdasarkan sistem hukum yang diselenggarakan oleh pemerintah.
6. Menurut Woodrow Wilson, negara merupakan orang-orang yang
diorganisasikan dalam suatu wilayah tertentu.
7. Menurut Miriam Budiardjo, negara merupakan suatu daerah yang
rakyatnya diperintah oleh pejabat yang menuntut kepatuhan warganya
menurut aturan serta melalui kontrol dan kekuasaan yang sah
Jika dapat diperhatikan dari banyaknya berbagai sudut pandang pakar yang
ditampilkan di atas, bisa disimpulkan bahwasanya bisa melihat bagaimana
spekulasi filosofis telah digunakan untuk membenarkan penggunaan negara
sebagai alat atau agen dengan kekuatan untuk mengelola masalah di area
atau wilayah tertentu. Singkatnya, negara adalah alat untuk mencapai tujuan,
dan alat itu berupa lembaga yang kuat.
Adapun konsep negara menurut Tokoh Islam:
a) Menurut Al-Maududi, Pemikiran politik al-Maududi tentang negara
adalah akomodasi dari dua konsep yaitu demokrasi dan teokrasi yang
menghasilkan konsep baru yaitu teodemokrasi.6 Al-Maududi menegaskan,

4
Dody Nur Andrian, ilmu negara, sejarah, teori, dan filosofi tujuan negara, (yogyakarta: pustaka ilmu,2021) hal 10
dalam Suseno, Franz Magnis. Etika Politik Prinsip-Prinsip Moral Dasar Kenegaraan Modern. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama. 1990) hal 38

5
Isharyanto, Ilmu negara, Ilmu Negara, (karanganyar: oase pustaka, 2016) hal 32-33

6
Agustina Damanik, konsep negara menurut abi a'la al-maududi, jurnal al-maqasid vol 5, no.1, edisi (januari-juni
2019) hal 106

3
bahwa pembentukan suatu negara merupakan sebagian dari misi Islam
yang agung sebab membangun negara merupakan salah satu kewajiban
agama.7 Pemikiran al-Maududi tentang teori politik Islam atau dalam hal
ini konsep konsep negara, yang landasan filosofinya adalah kedaulatan
rakyat.8
Tetapi yang terpenting menurut al-Maududi dalam Islam adalah tauhid,
sebab doktrin- doktrin yang terkandung dalam ajaran tauhid sangat
revolusioner dan mempunyai implikasi sangat jauh dalam mengubah tata
sosial, tata politik, tata ekonomi, yang sudah ada yang tidak bersendikan
tauhid. Dari dasar utama tauhid ini, maka lembaga negara atau konsep
negara yang dikemukakan al-Maududi dikenal dengan nama theokrasi,
Namun disini al-Maududi memakai istilah konsep negara dengan
teodemokrasi yaitu suatu sistem pemerintahan demokrasi ilahi,
karenanya kaum Muslim diberi Kedaulatan yang terbatas dibawah
pengawasan hukum dan norma Tuhan. Dalam pengertian ini, politik Islam
disebut juga sebuah demokrasi.9
Pemikiran Al-Maududi yang dikemukakan di atas telah menunjukkan
bahwa negara hanyalah alat untuk pembaharuan terus-menerus yang
dibangun di atas hukum yang telah ada yang diberikan Allah SWT kepada
umat manusia melalui Rasulullah SAW. Ketika bertindak sesuai dengan
kapasitasnya sebagai agen politik yang didirikan untuk membela aturan
Tuhan, otoritas penguasa (imam) diberi hak untuk dapat dipatuhi.
b) Menurut Al-Mawardi, Mengutip Abdul Qadim Zalum, definisi negara
menurut al-Mawardi adalah alat atau sarana untuk menciptakan dan
memelihara kemaslahatan. Karena Islam sudah menjadi ideologi politik
bagi masyarakat dalam kerangka yang lebih konkret, bahwa Islam
memerintahkan kaum Muslimin untuk menegakkan negara dan
menerapkan aturan berdasarkan hukum-hukum Islam. Masalah politik,
ekonomi, sipil, militer, pidana, dan perdata diatur jelas oleh Islam. Hal itu
membuktikan bahwa Islam merupakan sistem bagi negara dan
pemerintahan, serta untuk mengatur masyarakat, umat, dan individu-
individu.10

7
Agustina Damanik, konsep negara menurut abi a'la al-maududi, jurnal al-maqasid vol 5, no.1, edisi (januari-juni
2019) hal 99

8
Agustina Damanik, konsep negara menurut abi a'la al-maududi, jurnal al-maqasid vol 5, no.1, edisi (januari-juni
2019) hal 5 dalam Abu al-A’la Maududi, al-Khilafah wa al-mulk, hlm. 45 juga terdapat pada Muhammad Iqbal,
Pemikiran Politik Islam dari Klasik Hingga Indonesia dan Kontemporer, hlm. 174.

9
Agustina Damanik, konsep negara menurut abi a'la al-maududi, jurnal al-maqasid vol 5, no.1, edisi (januari-juni
2019) hal 9

10
Rashda Diana, Al-mawardi dan konsep Kenegaraan dalam islam, Tsaqafah vol 13, No.1, (mei 2017) hal 164
dalam Abdul Qadim Zallum, Pemikiran Politik Islam, (Bangil: al-Izzah, 2001), hal 155.

4
Lahirnya sebuah negara berawal dari keinginan manusia untuk
mempertemukan kebutuhan-kebutuhan umum mereka, dan juga berasal
dari tuntutan akal sehat mereka yang memberi inspirasi untuk hidup
saling membantu dan mengelola kelompoknya.11
Al-Mawardi sendiri tidak menjelaskan tentang definisi negara Islam secara
rinci. Namun menurutnya bentuk sebuah negara adalah khilâfah.
Pemikiran ini dipengaruhi bahwa al-Mawardi hidup dalam sistem
pemerintahan khilâfah yang berlaku pada saat itu. Baginya, khilâfah
mendekati sistem demokrasi tidak langsung 12
C. Pengertian Hukum Islam
Al-Quran dan literatur hukum Islam sama sekali tidak menyebutkan kata
hukum Islam sebagai salah satu istilah. Yang ada di dalam al-Quran adalah
kata syarî’ah, fiqh, hukum Allah, dan yang seakar dengannya. Secara
Etimologi kata Hukum berasal dari akar kata bahasa Arab, yaitu - ‫َح َك َم‬
‫يَحْ ُك ُم‬hakama-yahkumu yang kemudian bentuk mashdar-nya menjadi
‫ ُح ْك ًما‬hukman. Lafadz ‫اَ ْل ُح ْك ُم‬al-hukmu adalah adalah bentuk tunggal dari bentuk
jamak ‫ا الحكام‬al-ahkam.13
Berdasarkan akar kata ‫ َح َك َم‬hakama tersebut kemudian muncul kata ُ‫ اَ ْل َح َك َمة‬al-
hikmah yang memiliki arti kebijaksanaan. Hal ini dimaksudkan bahwa orang
yang memahami hukum kemudian mengamalkannya dalam kehidupan
sehari-hari maka dianggap sebagai orang yang bijaksana. 14
Al-Fayumi dalam buku Zainudin Ali, Hukum Islam, Pengantar Hukum Islam di
Indonesia ia menyebutkan bahwa ‫ص ُل َح َك َم بِ َم ْعنَى‬ ْ َ‫ض ى َو ْالف‬
َ َ‫ق‬Hukum bermakna
memutuskan, menetapkan, dan menyelesaikan setiap permasalahan.
Muhammad Daud Ali menyebutkan bahwa kata hukum yang berasal dari
lafadz Arab tersebut bermakna norma, kaidah, ukuran, tolok ukur, pedoman,
yang digunakan untuk menilai dan melihat tingkah laku manusia dengan
lingkungan sekitarnya.15
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata hukum diartikan dengan: (1)
peraturan atau adat yang secara resmi dianggap mengikat; (2) undang-
undang, peraturan, dsb. untuk mengatur pergaulan hidup masyarakat; (3)

11
Rashda Diana, Al-mawardi dan konsep Kenegaraan dalam islam, Tsaqafah vol 13, No.1, (mei 2017) hal 165
dalam Munawir Sjadzali, Islam and Govermental System, (Jakarta: INIS, 1991), 43.

12
Rashda Diana, Al-mawardi dan konsep Kenegaraan dalam islam, Tsaqafah vol 13, No.1, (mei 2017) hal 167.

13
Rohidin, pengantar hukum islam, (Yogyakarta:Lintang Rasi Aksara Books, 2016) hal 1

14
Rohidin, pengantar hukum islam, (Yogyakarta:Lintang Rasi Aksara Books, 2016) hal 1-2 dalam Mardani, Hukum
Islam Pengantar Ilmu Hukum Islam di Indonesia, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015). Hal 7

15
Rohidin, pengantar hukum islam, (Yogyakarta:Lintang Rasi Aksara Books, 2016) hal 2 dalam Zainudin Ali,
Hukum Islam, Pengantar Ilmu Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2006), hlm. 1.

5
patokan (kaidah, ketentuan) mengenai peristiwa tertentu; (4) keputusan
(pertimbangan) yang ditetapkan oleh hakim (di pengadilan) atau vonis. 16
Disini penulis menyederhanakan hukum adalah aturan atau norma yang
mengatur bagaimana orang berperilaku dalam suatu masyarakat. Aturan dan
norma adalah kebenaran sejati yang muncul dan berkembang dalam
masyarakat, sedangkan hukum adalah aturan atau norma yang dibuat
dengan cara tertentu dan ditegakkan oleh penguasa.
Selanjutnya Islam adalah bentuk mashdar dari akar kata ‫ اِ ْس ال ًما‬-‫ ي ُْس لِ ُم‬-‫اَ ْس لَ َم‬
aslama-yuslimu-islâman dengan mengikuti wazn ‫ اِ ْف َعا ال‬- ُ‫ يُ َعلِف‬-‫ ْا ْف َع َل‬af’ala-yuf’ilu-
if’âlan yang mengandung arti ُ‫ َوالطَّا َعة‬-ُ‫اال ْنقِيَاد‬ketundukan dan kepatuhan serta
bisa juga bermakna Islam, damai, dan selamat. Namun kalimat asal dari
lafadz islam adalah berasal dari kata ً‫ َو َس ال َمة‬-‫ َس ال ًما‬-‫ يَ ْس لَ ُم‬-‫س لِ َم‬salima-yaslamu-
َ
salâman-wa salâmatan yang memiliki arti selamat (dari bahaya), dan bebas
(dari cacat).17
Mahmud Syaltut mendefinisikan kata islam sebagai agama Allah yang
diamanatkan kepada Nabi Muhammad saw. untuk mengajarkan dasar-dasər
dan syariatnya dan juga mendakwahkanņya kepada semua manusia serta
mengajak mereka untuk memeluknya18
Dengan pengertian yang dapat disederhanakan, penulis menyimpulkan islam
berarti agama Allah yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw. lalu
disampaikan kepada umat manusia untuk mencapal kesejahteraan hidupnya
baik di dunia maupun di akhirat kelak.
Dari Kata Hukum dan Islam penulis dapat menyimpulkan Hukum Islam adalah
hasil dari penggabungan istilah "hukum" dan "Islam". Mengetahui makna dari
dua kata dalam hukum Islam, seperti yang digunakan dalam konteks ini,
dianggap sebagai sistem standar atau pedoman yang berasal dari Allah SWT
dan Nabi Muhammad SAW yang dimaksudkan untuk mengontrol perilaku
manusia dalam konteks masyarakat. Hukum Islam dapat digambarkan
sebagai hukum yang diturunkan dari prinsip-prinsip Islam secara singkat.
D. Konsep Negara Dalam Hukum Islam
Menurut Handayono (2015), Sebuah Negara hukum, ada ciri khusus yang
melekat pada Negara tersebut, yaitu menjunjung tinggi posisi hak asasi
manusia, kesetaraan dan kesamaan derajat antara satu dengan yang lainnya

16
Marzuki, pengantar studi hukum islam: prinsip dasar memahami berbagai konsep dan permasalahan hukum
islam di indonesia, (yogyakarta: Ombak dua, 2013). Hal 11 dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, (2001). hal 410

17
Rohidin, pengantar hukum islam, (Yogyakarta:Lintang Rasi Aksara Books, 2016) hal 2 dalam Ahmad Warson
Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap, (Surabaya: Pustaka Progressif, 1997), hlm. 654.

18
Marzuki, pengantar studi hukum islam: prinsip dasar memahami berbagai konsep dan permasalahan hukum
islam di indonesia, (yogyakarta: Ombak dua, 2013). Hal 11-12 dalam Syaltut Mahmud. AHslam 'Agidah wa
Syarľah, Kairo: Dar al-Qalam. 1966) hal 9

6
disamping berpegang teguh pada aturan-aturan, norma-norma yang telah
diterapkan dan diberlakukan bagi warga negaranya tanpa ada perkeculian. 19
hubungan antara agama dan Negara menurut Islam adalah tidak dapat
terpisahkan. Karena dalam Al-Qur‘an yang diatur tidak hanya saja yang
berhubungan dengan Tuhan saja tetapi juga yang berhubungan dengan
kemasyarakatan yang keduanya tidak dapat di pisahkan. 20
sejarah kehidupan Nabi Muhammad saw. menjadi bukti dari kehidupan
manusia yang dicita-citakan Islam. Beliau telah menerjemahkan petunjuk-
petunjuk Al-Qur‟an dalam kehidupan manusia secara nyata. Kehidupan Nabi
Muhammad saw., sebgai utusan Allah SWT., pada periode Makkah tidak
memiliki kekuasaan plitik, sedangkan pada periode Madinah, beliau bukan
hanya memiliki sifat kerasulan melainkan juga memiliki sifat kepala Negara
(Harun, 1985).21
Selanjutnya, melalui studi ini diharapkan dapat diketahui bagaimana
sesungguhnya prinsip-prinsip umum negara hukum menurut AlQuran dan
Sunnah. Apabila manusia berkuasa di bumi, maka kekuasaan itu diperolehnya
sebagai suatu pendelegasian kewenangan dari Allah SWT. (delegation of
authority), karena Allah SWT. Adalah sumber dari segala kekuasaan. Al-Quran
menegaskan bahwa Allah sebagai pemilik kekuasaan dan Dia dapat
dilimpahkan kepada siapa saja yang Dia kehendaki, demikian pula Dia mampu
merenggut kekuasaan dari siapa saja yang Dia kehendaki (QS.
Ali-Imran/3:26). Dengan demikian kekuasaan yang dimiliki manusia hanyalah
sekedar amanah dari Allah SWT. Yang Maha Kuasa dan kekuasaan manusia
itu bersifat nisbi (relative) dan temporer, yang kelak harus
dipertanggungjawabkan kepadaNya 22
Prinsip-prinsip umum nomokrasi tersebut adalah sebagai berikut:
1. Prinsip Kekuasaan Sebagai Amanah, perkataan amanah tercantum dalam
Al-Quran Surah An-Nisa‟, yang diterjemahkan sebagai berikut:
“sesungguhnya Allah memerintahkan kamu menyampaikan amanah
kepada yang berhak menerimanya dan memerintahkan hukum di antara
manusia supaya kamu menetapkannya dengan adil. Sesungguhnya Allah
memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah

19
Sayid anshar, Konsep Negara Hukum dalam Perspektif Hukum Islam, SOUMATERA LAW REVIEW Vol 2, No.2
edisi ( september-November 2019) hal. Hal 241 dalam Handoyo Hestu Cipto. Hukum Tata Negara Indonesia.
(Yogyakarta: Universitas, 2015)

20
Sayid anshar, Konsep Negara Hukum dalam Perspektif Hukum Islam, SOUMATERA LAW REVIEW Vol 2, No.2
edisi ( september-November 2019) hal. 242

21
Muhammad Dimas Hidayatullah Wildan, Konsep negara dan demokrasi dalam perspektif hukum islam dan
hukum positif, junal ahkam Vol 1, No.1, (Desember 2022) hal. 207 dalam Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari
Berbagai Aspeknya,( Jakarta: UI Perss. 1985)

22
Alpi. dkk, konsep negara dalam politik islam di era modern, Hukum islam, Vol. 20 No. 1 (Juni 2020) hal. 131

7
Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”. Apabila ayat tersebut dirumuskan
dengan menggunakan metode pembentukan garis hukum sebagaimana
diajarkan oleh Hazairin dan dikembangkan oleh Sayti Thalib, maka dari
ayat tersebut dapat ditarik dua garis hukum yaitu: Pertama, manusia
diwajibkan menyampaikan amanah atau amanat kepada yang berhak
menerimanya, kedua, manusia diwajibkan menetapkan hukum dengan
adil.23 Karena dalam nomokrasi Islam kekuasaan adalah amanah dan
setiap amanah wajib disampaikan kepada mereka yang berhak
menerimanya, maka kekuasaan wajib disampaikan kepada mereka yang
berhak menerimanya, dalam arti dipelihara dan dijalankan atau
diterapkan dengan sebaik-baiknya sesuai dengan prinsip-prinsi nomokrasi
Islam yang digariskan dalam A-Quran dan dicontohkan dalam tradisi
Nabi.24
2. Prinsip Musyawarah, Secara etimologis, Islam tidak mengenal istilah
demokrasi. Islam mengenal istilah musyawarah sebgai pondasi paling
utama dalam kehidupan politik. Beranjak dari konsepsi musyawarah
inilah Islam memperkenalkan gagasan demokrasi; yakni gagasan yang
mengharuskan seluruh proses politik untuk melandaskan diri pada
partisipasi, kebebasan dan persamaan. Dalam Al-Qur‟an ada dua ayat
yang menerangkan tentang musyawarah. Pada suatu ayat, Allah SWT.,
menyebut bahwa orang-orang yang bermusyawarah sebagai umat yang
terpuji. Sementara pada ayat lain, Allah SWT., memerintahkan agar
ummat melakukan musyawarah. Ayat yang pertama adalah firman Allah
SWT :“Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan
Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan)
dengan musyawarat antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian
dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka” (Q.S. as-Syura: 38)
Ayat yang kedua adalah : “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu
berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras
lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.
Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan
bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu”. (Q.S. Ali Imran:
159) Kemudian makna mufakat sebenarnya lebih menekankan kepada
adanya keharusan suatu keputusan dari hasil musyawarah, namun
dengan tetap membuka pintu bagi kemungkinan keputusan itu terjadi
karena suara terbanyak. Hal ini sebagaimana hadits Nabi saw …”Ikutilah
kelompok yang paling besar”25

23
Alpi. dkk, konsep negara dalam politik islam di era modern, Hukum islam, Vol. 20 No. 1 (Juni 2020) hal. 131-132

24
Alpi. dkk, konsep negara dalam politik islam di era modern, Hukum islam, Vol. 20 No. 1 (Juni 2020) hal. 132
dalam Lihat juga, Sudirman M. Johan, “Reaktualisasi Fiqh Syafi‟iyah”, Suska Press, Pekanbaru, 2013. hal. 5-12

8
3. Prinsip Keadilan, Islam mengajarkan dan memberi tuntunan dalam hidup
bernegara, artinya agar dibangun Negara sebagai rumah untuk
menegakkan keadilan sesuai dengan hak-hak yang secara asasi dimiliki
oleh setiap warga Negaranya. 26
4. Perkataan keadilan juga bersumber dari Al-Qur‟an. Cukup banyak ayat-
ayat A-Qur‟an yang menggambarkan tentang keadilan Dalam Surah An-
Nisa‟/4:135 perkataan al-qist merupakan sinonim perkataan keadilan: “
Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang-orang yang benar-
benar penegak keadilan, (qawwaamin bii al-qisti), menjadi saksi karena
Allah biarpun terhadap dirimu sendiri, atau ibu bapak dan kaum
kerabatmu. Jika ia kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu
kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena
ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutar balikkan kata-
kata atau enggan menjadi saksi, maka sesungguhnya Allah Maha
mengetahui segala apa yang kamu kerjakan.27
Dari ayat tersebut di atas sekurangnya dapat ditarik tiga garis hukum
yaitu :
 Menegakkan keadilan adalah kewajiban orang-orang yang beriman
 Setiap mukmin apabila ia menjadi saksi ia diwajiban menjadi saksi karena
Allah dengan sejujur-jujurnya dan adil
 Manusia dilarang mengikuti hawa nafsunya dan manusia dilarang
menyewengkan kebenaran.
5. Prinsip persamaan, dalam Islam antara lain dapat dipahami dari al-
Qu‟an, Surah al-Hujurat/49:13, “Hai manusia, sesungguhnya kami
menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan
menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu
saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia disisi Allah
ialah orang-orang yang paling bertakwa diantara kamu sesungguhnya
Allah Maha Mengetahui dan Maha Mengenal.” 28 Prinsip persamaan telah
ditegaskan pula dalam Sunnah Rasul. Ada dua hadist beliau yang perlu
diperhatikan dalam kontels ini, ketika Nabi menunaikan haji yang terakhir
beliau menyampaikan pidato perpisahan anatara lain: 29

25
Muhammad Dimas Hidayatullah Wildan, Konsep negara dan demokrasi dalam perspektif hukum islam dan
hukum positif, junal ahkam Vol 1, No.1, (Desember 2022) hal. 209-210

26
Sayid anshar, Konsep Negara Hukum dalam Perspektif Hukum Islam, SOUMATERA LAW REVIEW Vol 2, No.2
edisi ( september-November 2019) hal. Hal 237

27
Alpi. dkk, konsep negara dalam politik islam di era modern, Hukum islam, Vol. 20 No. 1 (Juni 2020) hal. 133

28
Alpi. dkk, konsep negara dalam politik islam di era modern, Hukum islam, Vol. 20 No. 1 (Juni 2020) hal. 133

29
Alpi. dkk, konsep negara dalam politik islam di era modern, Hukum islam, Vol. 20 No. 1 (Juni 2020) hal. 133-
134 Diucapkan Nabi pada haji terakhir (al-haj al-wada) beliau tahun 10 H.

9
“sesungguhnya leluhurmu adalah satu yaitu Adam. Karena itu tidak ada
perbedaan antara Arab dan bukan Arab, antara orang yang berkulit
merah dengan orang yang berkulit hitam, kecuali karena takwanya
kepada Allah.” Hadist kedua berbunyi: “sesungguhnya manusia itu sama
rata seperti gigi sisir.”
Prinsip persamaan merupakan perwujudan dari ajaran tauhid, yaitu
bahwa bahwa Dia (Allah) lah yang menciptakan semua manusia dan
dihadapan-Nya, semua manusia itu sama, yang membedakan manusia
hanyalah takwanya kepada Tuhan.30
6. Persamaan dalam bidang hukum memberikan jaminan akan perlakuan
dan perlindungan hukum yang sama terhadap semua orang tanpa
memandang kedudukannya, apakah ia dari kalangan kaya atau dari
kalangan yang biasa saja. Prinsip ini telah di tegakkan oleh Nabi
Muhammad SAW.
7. Prinsip pengakuan dan perlindungan terhadap hak asasi manusia, secara
tegas telah dijelaskan di dalam al-Qur‟an antara lain dalam surah
al-Isra/17:70, “Dan sesungguhnya kami telah memuliakan anak-anak
Adam kami tebarkan mereka di darat dan di laut serta kami anugerahi
mereka rezeki yang baik-baik dan kami lebihkan mereka dengan
kelebihan yang sempurna daripada kebanyakan makhluk yang telah kami
ciptakan.” Ayat di atas dengan jelas menjelaskan dan mengekspresikan
kemulaian manusia di dalam teks al-Qur‟an disebut karamah (kemuliaan).
31
Prinsip persamaan yang bertumpu pada pengakuan dan perlindungan
hak-hak asasi manusia dalam kepemerintahan Nabi telah tertulis dalam
konstitusi yaitu pada Piagam Madinah. 32 Menurut para pakar politik
Piagam Madinah merupakan Konstitusi Negara tertulis pertama di Dunia.
Proklamasi Al-Qur‟an melalui ayat-ayat tersebut di atas mengandung
prinsip pengakuan dan perlindungan hak asasi manusia sebagai hak-hak
dasar yang dikaruniakan Allah kepadanya. Pengakuan dan perlindungan
terhadap hak-hak tersebut dalam nomokrasi Islam ditekankan pada tiga
hal yaitu, (1) persamaan manusia, (2) martabat manusia, (3) kebebasan
manusia.33
Bisa dijelaskan kembali Al-Qur'an menggariskan dan menetapkan
kedudukan atau derajat yang sama bagi semua orang. Karena diskriminasi
di semua bidang kehidupan, feodalisme, kolonialisme, dan praktik serupa
30
Harun, Negara Hukum dan Demokrasi dalam Pemikiran hukum islam, Suhuf, vol 23, No. 1, ( Mei 2011) Hal. 28
Dalam Al-Qur‘an Al-Hujurat, 49;13

31
Alpi. dkk, konsep negara dalam politik islam di era modern, Hukum islam, Vol. 20 No. 1 (Juni 2020) hal. 134

32
Harun, Negara Hukum dan Demokrasi dalam Pemikiran hukum islam, Suhuf, vol 23, No. 1, ( Mei 2011) Hal. 36-
37

33
Alpi. dkk, konsep negara dalam politik islam di era modern, Hukum islam, Vol. 20 No. 1 (Juni 2020) hal. 135

10
lainnya dapat menggerogoti cita-cita kesetaraan, Al-Qur'an menentang
dan mengutuk semuanya.
8. Prinsip peradilan bebas, prinsip ini berkaitan erat dengan prinsip keadilan
dan persamaan. Dalam nomokrasi Islam seseorang hakim memiliki
kewenangan yang bebas dalam makna setiap keputusan yang ia ambil
bebas dari pengaruh siapapun. Hakim wajib menerapkan prinsip keadilan
dan persamaan terhadap siapapun. Al-Qur‟an menetapkan suatu garis
hukum: “Bila kamu menetapkan hukum diantara manusia maka
hendaklah kamu tetapkan dengan adil.34
Putusan hakim harus mencerminkan rasa keadilan hukum terhadap
siapapun. Seseorang yuris Islam terkenal Abu Hanifah bependapat bahwa
kekuasaan kehakiman harus memiliki kebebasan dari segala macam
bentuk tekanan dan campur tangan kekuasaan eksekutif, bahkan
kebebasan tersebut mencakup pula wewenang hakim untuk menjatuhkan
putusannya kepada penguasa apabila ia melanggar hak-hak rakyatnya.
Prinsip peradilan bebas dalam nomokrasi Islam bukan hanya sekedar ciri
bagi suatu negara hukum, tetapi merupakan suatu yang harus
dilaksanakan bagi setiap hakim. Peradilan bebas merupakan persyaratan
bagi tegaknya prinsip keadilan dan persamaan hukum.
9. Prinsip perdamaian, salah satu tugas pokok yang dibawa Rasulullah
melalui ajaran Islam ialah mewujudkan perdamaian untuk seluruh
manusia di muka bumi ini. Arti perkataan Islam itu sendiri kecuali
penundukan diri kepada Allah , keselamatan, kesejahteraan dan pula ia
mengandung makna yang dirindukan (didambakan) oleh setiap orang
yaitu perdamaian. Islam agama perdamaian. Al-Quran dengan tegas
menyeru kepada yang beriman agar masuk ke dalam perdamaian: “Wahai
orang-orang yang beriman ! masuklah kamu semua dalam perdamaian”.
Bahkan salah satu dari nama Allah adalah perdamaian. 35
10. Ibrahim Hosen mengungkapkan bawa para ulama tidak mempunyai
kesepakatan yang tegas mengenai batasan dari dar al Islam dan dar al
harb. 36 Perbedaan ini, diakibatkan oleh cara pandang tentang bagaimana
34
Alpi. dkk, konsep negara dalam politik islam di era modern, Hukum islam, Vol. 20 No. 1 (Juni 2020) hal. 135
dalam Al-Qur‘an Surah An-Nisa [4] : 57

35
Alpi. dkk, konsep negara dalam politik islam di era modern, Hukum islam, Vol. 20 No. 1 (Juni 2020) hal. 136
dalam Al-Qur‟an antara lain Surah al- An‟aam/6:66: Yunus/10:32:al-Kafirun/109:29:al-Hajj/22:6 dan 62.

36
Iskandar, konsep negara dalam Islam sebuah diskursus politik hukum Islam, Asy-Syar'iyyah Vol. 2 No.1, (juni
2017) hal 7. Dalam Ibrahim Hosen mengungkapkan bhwa ada tiga perebedaan dalam mendifinisikan dal al Islam,
yaitu: a). Kekuatan dan kekuasaan negara berada ditangan umat Islam, baik penduduknya muslim maupun non
muslim atau terdiri dari keduanya, b). Walau kekuatan dan kekuasaan ada ditangan non muslim tetapi umat
Islam merupakan mayoritas maka negara (dar) tersebut dianggap sebagai negara Islam, c). Meski umat Islam
adalah minoritas dan pemerintahan berada pada non muslim, tetapi umat Islam diberi kebebasan untuk
mengakkan syiar Islam, maka itu juga dapat disebut sebagai dar al Islam. Sedang perbedaaan dalam definisi
tentang dar al harb itu sendiri terbagi ke dalam duan pendapat, yaitu: a). Dar al harb ialah negara yang di

11
meletakkan, hubungan antara muslim dan non muslim dalam persektif
Islam. Ulama yang menganggap bahwa dasar hubungan tersebut adalah
damai, maka perang berarti sifat insidentil, dalam artian jalan perang
akan ditempuh apabila orang-orang non muslim memerangi atau
mengganggu umat Islam.
Oleh karena itu penulis menambahkan Gagasan tentang perdamaian
harus menjadi landasan untuk menjaga demokrasi Islam. Konsep
perdamaian menuntut pembentukan dan pemeliharaan hubungan
dengan bangsa lain. Pada dasarnya, Al-Qur'an melarang memiliki mental
bermusuhan atau suka berperang. Perang hanya digunakan sebagai
pilihan terakhir dan untuk pertahanan diri.
11. Prinsip Kesejahteraan, Prinsip kesejahteraan dalam Islam adalah
bertujuan untuk keadilan sosial dan keadilan. 37 ekonomi bagi masyarakat
atau seluruh rakyat. 38 Oleh karena itu, pejabat pemerintah harus
mempertimbangkan kesejahteraan masyarakat selain tujuan pribadi
mereka. Intinya, yang ada adalah orang-orangnya. Al-Qur‟an telah
menyediakan sumber-sumber dana untuk jaminan sosial bagi anggota
masyarakat dengan berpedoman pada prinsip keadilan sosial dan
keadilan ekonomi. Sumber-sumber dana tersebut antara lain: zakat,
infaq, sadaqah, hibah dan waqaf, dengan tidak menutupi kemungkinan
bagi pendapatan-pendapatan negara dari sumber-sumber lain, seperti
pajak, bea, dan lain-lain. 39
Oleh sebab itu penulis dapat menambahkan Nomokrasi Islam bertujuan
untuk menghindari penimbunan aset oleh satu individu atau kelompok
individu sementara anggota masyarakat lainnya hidup dalam kemiskinan.
Memerangi kemiskinan, atau setidaknya menghilangkan ketidakadilan
antara mereka yang mampu dan mereka yang kurang beruntung adalah
salah satu tujuan Islam.
12. Prinsip ketaatan rakyat, Tanpa seorang pemimpin yang kuat, suatu
bangsa tidak dapat menjadi stabil. Tentu, suatu bangsa tanpa pemimpin
yang kuat akan rentan terhadap pengaruh luar dan lemah. Oleh karena
dalamnya tidak terdapat kekuasaan kaum muslimin, b). Apabila disuatu negara (dar) dimana disamping
pemerintahan tidak berada ditangan umat Islam, mereka juga tidak diberi kebebasan mengamalkan dan
mengembangkan ajaran agamanya. Lihat Ibrhim Hosen, op. cit., hlm. 62-3. Bandingkan dengan Nurcholish
Madjid, “Dar al Islam dan Dar al Harb, damai dan perang dalam Islam” (Ulumul Qur’an, No. 2, Vol. VI. 1995) hlm.
80-92

37
Harun, Negara Hukum dan Demokrasi dalam Pemikiran hukum islam, Suhuf, vol 23, No. 1, ( Mei 2011) Hal. 33
dalam Muhammad Tahir Azhari, 2003, Negara Hukum Studi Tentang Prinsip-Prinsipnya Dilihat dari Segi Hukum
Islam, Jakarta; Prenada Media, hal. 152

38
Harun, Negara Hukum dan Demokrasi dalam Pemikiran hukum islam, Suhuf, vol 23, No. 1, ( Mei 2011) Hal. 34
dalam Sayid Sabiq, 1983, Fiqh Sunnah, Beirut; Dar al-Fikr, jilid I, hal. 176

39
Alpi. dkk, konsep negara dalam politik islam di era modern, Hukum islam, Vol. 20 No. 1 (Juni 2020) hal. 136

12
itu, Islam menuntut agar manusia menaati pemimpinnya karena dengan
kesetiaannya (asalkan tidak maksiat), keamanan, ketertiban, dan
kesejahteraan akan terwujud.
Dari data sejarah pada zaman Rasulullah saw., dan Khulafa al-Rasyidin,
dapat dilihat bahwa berdirinya Negara yang bertanggung jawab terhadap
terselenggaranya syari‟at Islam dalah wajib Al-Qur‟an dan Al-Sunnah
mewajibkan untuk patuh kepada “ulil amri”. Al-Mawardi mengatakan,
bahwa kewajiban mendirikan Imamah adalah berdasarkan ijma‟. Dalil
yang dijadikan dasar Hukum adalah firman Allah SWT : “Hai orang-orang
yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di
antara kamu……” (Q.S. an-Nisa‟‟: 59)40
Adapun ketetapan-ketetapan ulil amri dalam arti sebagai petugas-petugas
kekuasaan negara, menurut Hazairin ada dua macam, yaitu:
pertama;ketetapan yang merupakan pemilihan atau penunjukan garis-
garis hukum setepat-tepatnya “untuk dipakaikan kepada sesuatu perkara
atau kasus yang dihadapi”, baik yang bersumber dari al-Qur‟an maupun
Sunnah Rasul. Kedua; ketetapan yang merupakan garis hukum yang baru
“bagi keadaan baru menuntut tempat dan waktu, dengan berpedoman
pada al-Qur‟an dan Sunnah.41
E. Kesimpulan
Temuan yang dapat diambil untuk artikel ini adalah bahwa pengertian
negara terkait dengan hukum Islam, merupakan suatu ikatan yang dapat
dianggap hampir sempurna berdasarkan hasil pengumpulan sumber dan hasil
pemeriksaan terhadap sumber. Sebab, ajaran hukum islam Islam yang
disertai dengan negada sangat menjaga cita-cita keadilan dan berupaya
untuk memajukan kesejahteraan ummat.

Daftra Pustaka

Alpi. dkk, konsep negara dalam politik islam di era modern, Hukum islam, Vol. 20
No. 1 (Juni 2020)

Muhammad Dimas Hidayatullah Wildan, Konsep negara dan demokrasi dalam


perspektif hukum islam dan hukum positif, junal ahkam Vol 1, No.1,
(Desember 2022)

40
Muhammad Dimas Hidayatullah Wildan, Konsep negara dan demokrasi dalam perspektif hukum islam dan
hukum positif, junal ahkam Vol 1, No.1, (Desember 2022) hal. 207

41
Alpi. dkk, konsep negara dalam politik islam di era modern, Hukum islam, Vol. 20 No. 1 (Juni 2020) hal. 137

13
Harun, Negara Hukum dan Demokrasi dalam Pemikiran hukum islam, Suhuf, vol 23,
No. 1, ( Mei 2011)

Iskandar, konsep negara dalam Islam sebuah diskursus politik hukum Islam, Asy-
Syar'iyyah Vol. 2 No.1, (juni 2017)

Sayid anshar, Konsep Negara Hukum dalam Perspektif Hukum Islam, SOUMATERA
LAW REVIEW Vol 2, No.2 edisi ( september-November 2019)

Marzuki, pengantar studi hukum islam: prinsip dasar memahami berbagai konsep
dan permasalahan hukum islam di indonesia, (yogyakarta: Ombak dua, 2013).

Iskandar, konsep negara dalam Islam sebuah diskursus politik hukum Islam, Asy-
Syar'iyyah Vol. 2 No.1, (juni 2017)

Agustina Damanik, konsep negara menurut abi a'la al-maududi, jurnal al-maqasid vol
5, no.1, edisi (januari-juni 2019)

Rohidin, pengantar hukum islam, (Yogyakarta:Lintang Rasi Aksara Books, 2016)

Rashda Diana, Al-mawardi dan konsep Kenegaraan dalam islam, Tsaqafah vol 13,
No.1, (mei 2017)

Isharyanto, Ilmu negara, Ilmu Negara, (karanganyar: oase pustaka, 2016)

Dody Nur Andrian, ilmu negara, sejarah, teori, dan filosofi tujuan negara,
(yogyakarta: pustaka ilmu,2021)

Muhammad junaidi, ilmu negara, sebuah konstruksi ideal negara hukum, (malang:
Setara Press, 2016)

14

Anda mungkin juga menyukai