Anda di halaman 1dari 39

MATERI KULIAH

ILMU NEGARA

Ilmu negara adalah pengetahuan yang menyelidik asas-asas pokok, pengertian tentang
negara dan hukum, yang dimaksud ilmu pengetahuan adalah hasil pemikiran manusia yang
objektif dan disusun secara sistematis.

Negara adalah sebagai suatu hasil pertumbuhan sejarah, yang berlangsung secara
berangsur angsur dan lambat. Beradab - abad telah melampau sebelum manusia mulai
berfikir tentang negara dan hukum, peradaban-peradaban yang tinggi telah lahir dan musnah
dengan tidak diinsyafi orang termasuk dasar-dasar apa yang menyebabkan masyarakat boleh
mengadakan peraturan-peraturan yang mengikat penduduk, menetapkan suruhan-suruhan dan
larangan-larangan untuk perbuatan mereka.

Hakikat negara, sebagai suatu keluarga besar dan merupakan suatu alat, wadah
ataupun organisasi besar, dan memberikan sifat-sitat tertentu, yang kemudian disebut sebagai
negara, dengan berbagai syaratnya, yakni daerah tertentu, dan rakyatnya serta suatu
pemerintahan yang kedaulat, sebagai suatu keutuhan dan kesatuan, yang membentuk jiwa
dalam suatu negara.

Negara sebagai suatu kehidupan manusia yang berkelompok, yang mendirikannya


bukan hanya atas dasar perjanjian saja, tetapi didasari oleh fungsi manusia, sebagai khalifa
Allah swt. Dibumi yang mengamban kekuasaan sebagai amanah-Nya, karena itu manusia
dalam menjalin hidup, harus sesuai dengan perintah-perintah-Nya, dalam rangka mencapai
kesejahteraan baik di dunia maupun di akhirat.

Para ahli mengemukan pandangan dengan sudut pandang yang beragam berkenaan
dengan negara. Harold J. Laski misalnya, berpandangan bahwa, “Negara adalah suatu
masyarakat yang diintegrasikan karena mempunyai wewenang yang bersifat memaksa dan
yang secara sah lebih agung dari pada individu atau kelompok yang merupakan bagian dari
masyarakat itu. Masyarakat adalah suatu kelompok manusia yang hidup dan bekerja sama
untuk mencapai terkabulnya keinginan - keinginan mereka bersama. Masyarakat merupakan
negara kalau cara hidup yang harus ditaati baik oleh individu maupun oleh asosiasi-asosiasi
ditentukan oleh suatu wewenang yang bersifat memaksa dan mengikat”. Max Weber juga

1
berpendapat bahwa “ Negara adalah suatu masyarakat yang mempunyai monopoli dalam
pengguna kekerasan fisik secara sah dan suatu wilayah”. Robert M. Mac Iver “ Negara adalah
asosiasi yang menyelenggarakan penertiban di dalam suatu masyarakat pada suatu wilayah
dengan berdasarkan sistem hukum yang diselenggarakan oleh suatu pemerintah yang untuk
maksud tersebut diberi kekuasaan memaksa’. Miriam Budiardjo melihat “Negara adalah
suatu daerah teritorial yang rakyatnya diperintah (Governed) oleh sejumlah pejabat dan yang
berhasil menuntut dari warga negaranya ketaatan menurut peraturan perundang-undangannya
serta melalui penguasaan (kontrol) monopolistis dari kekuasaan yang sah”.

Dengan perkataan lain, negara merupakan alat untuk mencapai suatu tujuan dan alat
itu berupa organisasi yang berwibawa. Organisasi disini diartikan sebagai bentuk bersama
yang bersifat tetap. Kewibawaan menunjukkan bahwa organisasi itu ditaati oleh rakyat, akan
tetapi tidak cukup kiranya jika negara itu hanya merupakan alat semata-mata untuk mencapai
suatu tujuan. Jika tujuan itu telah mencapai, maka negara itu tidak berarti lagi. Hal ini tidak
bisa dibenarkan, jika kita masih menghadapi kesatuan - kesatuan bangsa yang hidup di dalam
ini. Bangsa - bangsa ini memerlukan tempat dimana mereka harus bernaung dan berlindung.
Untuk menjamin warga negaranya, maka negara juga merupakan alat untuk mempersatukan
bangsanya sebagai tempat berlindung. Masih terkait negara, Woodrow Wilson memberi
perumusan sebagai berikut : A State is an people organised forif within a define territory.
Perumusah ini boleh disebut lengkap karenaa mengandung unsur-unsur seperti organisasi
kewibawaan dan tempat. Terlepas dari pengertian-pengertian tentang negara, perlu kiranya
diketahui apakah sifat hakikat dari sebuah negara. Sifat hakikat negara senantiasa sama walau
bagaimana coraknya negara itu.

Sebagai organisasi di dalam masyarakat, ia dibedakan dari organisasi-organisasi


lainnya karena negara mempunyai sifat-sifat yang khusus. Kekhususannya terletak pada
monopoli dari kekuasaan jasmaniah yang tidak dimiliki oleh organisasi-organisasi lainnya
seperti gereja, partai, perserikatan- perserikatan lain. Mengapa demikian ? karena negara
dapat menjatuhkan hukuman mati. Selain itu, negara juga dapat mewajibkan warga
negaranya mengangkat senjata kalau negeri itu diserang oleh musuh. Kewajiban itu berlaku
juga bagi warga negara yang ada di luar negeri. Juga negara dapat memungut pajak dan
menentukan mata uang yang berlaku di dalam wilayahnya.

Sejarah pertumbuhan negara ini senantiasa mengikuti perkembangan tingkat


peradaban dalam masyarakat, sehingga senantiasa mengalami perkembangan dan kemajuan,

2
bahkan inovasi dalam hal bentuk dan tujuan negara. Perkembangan itu dimulai dari tahap
sederhana, hingga dimasa modern, dimana kehidupan umat manusia, telah mengalami
lompatan kemajuan ilmu, pengetahuan dan teknologi.

Sejarah pertumbuhan negara ini, senantiasa mengikuti perkembangan tingkat


peradaban dan masyarakat, sehingga senantiasa mengalami perkembangan dan kemajuan,
bahkan inovasi dalam hal bentuk dan tujuan negara. Perkembangan itu dimulai dari tahap
sederhana, hingga di masa modern, dimana kehidupan umat manusia, telah mengalami
lompatan kemajuan ilmu, pengetahuan dan teknologi.

Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling “bergaul”, ataupun dengan


istilah ilmiah, saling “berienteraksi”. Seperti halnya negara, maka masyarakat juga
mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Perkembangan ini telah sampai pada suatu
fase, yang kita sebut sebagai masyarakat modern. Pembahasan tentang kapan dunia modern
dimulai, harusnya dilihat dalam konteks perjalanan sejarah. Hal ini dimulai pada abad ke- 20,
ketiak ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi milik semua bangsa dan semua golongan
masyarakat di seluruh dunia. Arus modernisasi tak terbendung. Negara pertama yang
menerima modernisasi adalah Jepang, kemudian disusul negara-negara lain. Pada awal abad
ini, pada umumnya negara telah memiliki pedoman undang-undang berdasarkan prinsip
kedaulatan rakyat dan kesamaan hak bagi semua warga negara.

Manusia modern, adalah manusia yang selain beragam dan berbudi pekerti, adalah
manusia yang di dalam tingkat laku kehidupannya sehari - hari berpegang kepada (1)
rasionalitas (rationaliteit, rationale) (2) kalkulus, perhitungan (Calculus) dan (3) cara tertentu
(metodologi, teknologi, sistem).

Rasionalitas berarti, bahwa manusia modern selalu dapat mempertanggungjawabkan


dan memberikan alasan yang masuk akal bagi setiap perbuatan atau keputusannya. Ada tiga
rasionalitas dasar, yakni (a) rasionalitas instrumental; berbuat untuk memanfaatkan
momentum yang baik, atau kesempatan optimal atau peluang yang sukar ditemukan
alternatifnya (b) rasionalitas sosial; berbuat demi peningkatan efisiensi kehidupan bersama
atau demi kepentingan masyarakat, dan (c) rasionalitas institusional : berbuat demi
kepentingan organisasi, kepentingan instansi, atau kepentingan institusi (institusi adalah
organisasi + kebudayaan ) .

3
Kalkulus berarti, bahwa manusia modern selalu memakai perhitungan. Untuk dapat
melakukan perhitungan, manusia harus mampun melihat kualitas (sifat, fungsi) dan kuantitas
(dimensi) beserta kaitannya satu sama lain, sehingga jika dia menginginkan sesuatu (materiil
atau immateriil) dia tidak hanya tahu tujuannya, tetapi dia juga akan tahu sifat-sifat yang
diperoleh. Untuk dapat mengukur dan menentukan efek, manusia modern harus dapat
menentukan kapasitas dari pada sesuatu yang dikehendaki, dan untuk itu dia harus dapat
melihat dimensi. Dimensi adalah setiap sesuatu yang dapat diukur (dapat dikuantifikasikan,
quantifiable).

Cara melakukan atau menggarap secara tertentu (metode, teknik, sistem) baru dapat
dikembangkan bilamana kita telah dapat melakukan kalkulasi dan penganggaran.
Demikianlah cara berpikir dan cara bekerja seorang manusia modern, juga dibidang hukum.
Oleh karena itu, membuat undang-undang, peraturan dan aturan memerlukan berbagai
pertimbangan dan perhitungan, kalkulasi waktu, tenaga, perasaan psikologis, penyediaan
sarana dan sebagainya, untuk membuat undang-undang atau peraturan dengan wajar dan
layak, serta mudah penegakannya (the enforcement of the law).

Manusia modern menyadari dan menghormati hak-hak dan kewajiban-kewajiban serta


kehormatan pihak lain. Suatu kesatuan manusia dapat mempunyai prasarana agar warganya
dapat saling berintegrasi. Dalam perspektif ilmu antropologi, negara modern dipandang
sebagai kesatuan manusia dengan berbagai macam prasarana, yang memungkinkan para
warganya untuk berinteraksi secara intensif, dan dengan frekuensi yang tinggi. Suatu negara
modern mempunyai suatu jaringan komunikasi berupa jaringan jalan raya, jaringan jalan
kereta api, jaringan perhubungan udara, jaringan telekomunikasi, sistem radio dan tv,
berbagai macam surat kabar ditingkat nasional, suatu sistem upacara pada hari-hari raya
nasional dan sebagainya. Negara dengan wilayah geografis yang lebih kecil berpotensi untuk
berinteraksi secara intensif dari pada negara dengan wilayah geografis yang sangat luas.
Adanya prasarana untuk berinteraksi menyebabkan warga dari suatu kelompok manusia itu
saling berintraksi.

Pencapaian negara modern, telah diketahui dari bangsa Eropa, yang berhasil mencapai
kemantapan kekuasaan diberbagai daerah jajahan di luar Eropa. Dalam pencapaian tujuannya
dengan masyarakat atau bangsa jajahannya, maka diperlukan suatu ilmu, yang mempelajari
bangsa-bangsa jajahannya, yang pada umumnya masyarakat tersebut masih belum kompleks.

4
Karna itu illmu-ilmu pengetahuan seperti ilmu antropologi, sangat berperan dalam
mendorong lahirnya negara modern.

Menurut kemajuan umat manusia, dan kebutuhan manusia sangat kompleks (sangat
berseluk beluk), diferensiasi dan spesialisasi makin banyak memegang peranan. Kemajuan ini
secara bersamaan menuntut peran negara yang lebih kompleks lagi, dengan menyesuaikan
pada kemajuan masyarakat. Pada zaman sekarang, peran negara yang sangat diutamakan
adalah sebagai berikut :

1. Keamanan dan ketenteraman umum. Artinya negara menjamin keselamatan jiwa dan
harta benda, yang memungkinkan dan mendorong kesibukan para warga negaranya.
Dengan demikian, akan menimbulkan kompetensi sehat dalam hal berbuat baik dan
mengabdi kepada negara.
2. Pertahanan. Dimana setiap negara menghabiskan beberapa puluh persen dari anggaran
pendapatannya untuk membiayai angkatan perangnya dalam rangka pertahanannya.
3. Pemerintahan dalam negeri. Yakni dilaksanakan dengan cara timbal balik dari unit-
unit pusat sampai ke unit unit terkecil (daerah kelurahan RW RT). Aktivitas semua
unit merupaka mekanisme negara. Tanpa kegiatan tersebut maka organisasi (negara)
akan mati.
4. Keadilan. Keadilan merupakan cita-cita yang hendak dicapai oleh negara, sejak dari
masa klasik. Dalam pembukaan UUD 1945 ini kita jumpai lima kali istilah keadilan,
baik di bidang nasional, maupun di bidang kehidupan ekonomi - sosial.

Bagian terpenting dari kehidupan yang menyebabkan terjadinya percepatan kemajuan


masyarakat adalah di bidang komunikasi. Perkembangan dalam hal jaringan komunikasi
telah mendorong kepada semakin intensnya hubungan yang terjadi dalam masyarakat,
bahkan telah memperpendek jarak antar masyarakat. Hal ini telah mendorong kepada
semakin cepatnya ritme pergerakan masyarakat dalam berbagai bidang, baik dalam
bidang politik, ekonomi, teknologi bahkan ilmu dan pengetahuan.

Keterkaitan dengan suatu kecenderungan terkini, bahwa negara selalu dihadapkan


pada globalisasi, yang berlangsung sejak tahun 1960-an, hal ini diketahui telah membantu
memperluas jangkauan komodifikasi dalam tiga wilayah, yakni pertama, konsumerisme yang
berhubungan dengan produk-produk global yang diperluas oleh kapitalisme industri. Kedua,
pertumbuhan lembaga-lembaga yang beroperasi dalam lingkup global, seperti perbankan dan
memperluas modal kerja. Ketiga, globalisasi telah mendorong perluasan komodifikasi dalam

5
wilayah baru yang melibatkan informasi dan komunikasi sebagai akibatnya intens- intens
software komputer dan telepon panggil telah menjadi objek akumulasi.

Dewasa ini fungsi negara kesejahteraan dianggap penting terutama bagi negara-
negara baru. Setiap negara mencoba untuk melaksanakan/mempertinggi tarap kehidupan
rakyatnya, meluaskan tarap ekonomi dan kehidupan masyarakat. Usaha ini merupakan suatu
perluasan fungsi ketertiban dan ketenraman (Police state vs. Welfare state) dan mengandung
suatu kecenderungan untuk lebih menyesuaikan hukum dengan kebutuhan-kebutuhan
kemasyarakatan. Dalam abad modern ini, telah terjadi pemekaran tugas negara dan bukan
hanya sekedar menjaga ketertiban, tetapi juga mengusahakan agar setiap anggota masyarakat
dapat menikmati kemakmuran, secara adil dan merata. Untuk mencapai cita-cita welfare
state, tidak dapat dihindarkan, bahkan dibutuhkan campur tangan negara dalam segala
kegitatan warga negaranya.

Konsep negara kesejahteraan memikul tanggung jawab utama, yakni mewujudkan


keadilan sosial, kesejahteraan umum sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, dan selalu
hubungan dengan warga negara dengan negara, dimana negara melindungi wilayah negara,
berkaitan pemenuhan kepentingan umum, maka negara bertugas sebagai perencana, pengatur

dan pembangun dan negara juga pengatur sebagai enterpreneur, melakukan usaha ekonomi
dan melakukan pengawasan. Setiap negara modern, selalu berkehendak untuk mencapai
tujuan terdekat, dari cita-cita penguasa negaranya, yakni mencapai kesejahteraan, dengan
mendekatkannya pada kenyataan-kenyataan dibandingkan harapan.

Kesejahteraan rakyat memperoleh tempat yang utama, meliputi (a) pendidikan,


pengajaran dan kebudayaan dan (b) kesehatan rakyat, serta kemakmuran yang dilakukan
melalui penggalian sumber-sumber kekayaan alam untuk meningkatkan kemakmuran warga
negaranya.

Negara dengan capaian kesejahteraan, adalah tujuan negara terkini, guna memberikan
pelayanan-pelayanan dengan standar baik kepada seluruh warganya, untuk menikmati
kemajuan-kemajuan yang dicapai dalam peradaban bangsa dan negaranya.

6
UNSUR - UNSUR TERBENTUKNYA NEGARA

A. Daerah atau Wilayah

Terbentuknya sebuah negara salah satu indikatornya harus memiliki wilayah yang
berdaulat. Wilayah ini harus dikuasai oleh pemerintahan yang efektif dan bukan dibawah
pengaruh kekuasaan negara lain. Wilayah yang dimaksud adalah wilayah darat, laut, udara
dan daerah perbatasan dengan dengan wilayah negara lain baik berbatasan dengan daratan,
lautan, bentang alam, danau, sungai, pegunungan, lembah atau pagar tembok atau pagar
kawat berduri.

B. Rakyat atau Penduduk

Setiap negara harus mempunyai penduduk dan kekuasaan negara menjangkau semua
penduduk didalam wilayahnya. Penduduk yang dimaksud adalah seperti kepadatan
penduduk, tingkat pembangunan, tingkat kecerdasan, homogenitas dan masalah nasionalisme.

C. Pemerintahan yang berdaulat

Salah satu syarat terbentuknya negara adalah adanya pemerintahan yang diakui oleh
penduduk (Rakyatnya) dimana negara tersebut didirikan menurut Lauterpacht pemerintahan
adalah merupakan syarat yang utama untuk adanya suatu negara namun jika pemerintahan
tersebut ternyata secara hukum atau secara faktanya menjadi negara boneka atau
negara satelit dari suatu negara lainnya maka negara tersebut tidak dapat digolongkan
sebagai negara.

D. Pengakuan Negar Lain


Pengakuan negara lain sebenarnya buka elemen paling penting mengenai syarat
terbentuknya suatu negara. Pengakuan negara lain merupakan unsur skunder mengenai proses
terjadinya negara namun karna sebuah negara dapat diibaratkan sebagai sebuah keluarga baru
yang membutuhkan hubungan dengan keluarga yang lain maka hubungan dengan negara
tetangga menjadi penting. Salah satu bentuk hubungan dengan tetangga biasanya dengan
pengakuan sebuah kedaulatan negara baru oleh negara lain.

7
Pengakuan dari negara lain bersifat deklaratif bukan merupakan unsur atau syarat mutlak
berdirinya suatu negara. Pengakuan sendiri dibagi menjadi dua yaitu pengakuan de facto dan
pengakuan de jure. Adapun definisi keduanya adalah sebagai berikut :
1. Pengakuan de facto : pengakuan tentang kenyataan adanya suatu negara yang
Dapat mengadakan hubungan dengan negara lain yang mengakuinya.
2. Pengakuan de jure : pengakuan adanya serta berdirinya sesuatu negara menurut
Hukum dengan segala akibatnya.

SEJARAH PEMIKIRAN KENEGARAAN

A. Zaman Timur kuno

Pemikiran tentang negara menurut pendekatan sejarah atau historical approach meninijau
atau memahami negara berdasarkan sejarah pertumbuhannya. Di Erah Zaman Timur Kuno
Negara mempunyai karakteristik atau ciri-cirinya sebagai berikut :

1. Bersifat statis (belum ada kebebasan berpolitik) atau belum terdapat sama sekali
kebebasan untuk mengeluarkan pendapat dan memilih yang dikehendaki rakyat.
2. Bersifat teokratis yaitu keagamaan karena raja atau kaisar dianggap sebagai wakil
(representasi) tuhan atau dewa di dunia.
3. Pemerintah bersifat absolut atau mutlak. Di mana pusat kekuasaan ada pada satu
tangan yaitu raja sebagai wakil tuhan di dunia. Sehingga menimbulkan pemerintah
yang tirani.
4. Pergantian kekuasaan dilakukan secara turun temurun hanya dari keluarga raja.
5. Belum ada sistematisasi pemikiran dan praktik kenegaraan.
6. Tampak pada era mesir kuno (3000 SM) di sepanjang lembah sungai Nil di mana
sosok Fir’aun adalah salah satu raja yang menganggap dirinya adalah Tuhan
7. Di Babylonia (1800 SM ) hammurabi memerintah dan terkenal dengan “hukum
Hammurabi” (Hammurabi’s Code) hammurabi adalah pemimpin politik sekaligus
agama.

8
B. Zaman Yunani Kuno
Negara yunani kunoa mempunyai tipe sebagai negara kota (city state) atau polis.
Besarnya negara kota hanyalah satu kota yang dikelilingi benteng pertahanan yang
melingkari seluruh kota sehingga penduduk yang ada didalamnya hanya sedikit dan
demokrasi dapat di jalankan. Demokrasi pada periode itu hanya kalangan terbatas saja yaitu
bangsawan atau kaum berada sedangkan budak tidak mempunyai suara sama sekali dalam
dewan. Pada zaman itu muncul beberapa cendekiawan yaitu Socrates, plato, Aristoteles dan
Epicurus. Dibawah ini pemikiran kenegaraan menurut para ahli tersebut.
1. Socrates (470-399 SM)
Menurut Socrates negara tidak boleh dipandang sebagai ciptaan manusia tetapi
sebagai keharusan yang objektif yang asal mulanya berpangkal dalam pekerti
manusia. Tugas negara adalah menciptakan hukum yang harus dilakukan oleh
pemimpin-pemimpin yang dipilih secara seksama.
2. Palto ( 429-374 SM)
Menurut Plato negara adalah sebuah entitas yang terdiri dari bagian-bagian yang
saling melengkapi dan saling tergantung dan bertindak bersama-sama dalam
mengejar tujuan bersama.
Ada lima macam bentuk negara menurut plato :
a. Aristokrasi : disinilah para cendekiawan memerintah sesuatu dengan pikiran
keadilan. Segala sesuatu ditujukan untuk kepentingan bersama agar keadilan
merata.
b. Timokrasi : golongan yang memerintah itu lebih ingin mencapai kemasyhuran
dari pada keadilan. Tindakan dalam timokrasi hanya ditujukan pada kepentingan
penguasa sendiri.
c. Oligarki : berasal dari kata oligoi ( sedikit orang atau weinigen) dan archie
( berkuasa) jadi oligarki berarti kekuasaan negara untuk memerintah di tangan
sejumlah orang saja.
d. Demokrasi : demokrasi yang berasal dari kata yunani yaitu demos berarti rakyat
dan kratos berarti pemerintahan jadi demokrasi berarti pemerintahan oleh rakyat.
Kata pemerintahan oleh rakyat memiliki 3 konotasi dasar yaitu 1 .pemerintahan
yang dipilih oleh rakyat. 2. Suatu pemerintahan oleh rakyat biasa (Bukan kaum
bangsawan) 3. Pemeritahan dari rakyat kecil dan miskin. Namun secara umum
demokrasi diartikan sebagai suatu sistem pemerintahan dalam satu negara dimana
semua warga negara memiliki hak dan kewajiban yang dijamin kedudukan dan

9
kekuasaannya baik dalam menjalankan kehidupan maupun dalam berpartisipasi
terhadap kekuasaan negara dimana rakyat berhak untuk ikut dalam menjalankan
mengawasi kekuasaan negara baik secara langsung maupun melalui wakil -
wakilnya yang dipilih secara jujur dan adil.
e. Tirani : pemerintahan ini dipegang oleh seorang raja. Bentuk pemerintahan ini
yang paling jauh dari cita-cita keadilan. Contohnya : myanmar kubah dan libia.
3. Aristoteles (384-322 SM)
Menurut Aristoteles negara merupakan suatu kesatuan yang tujuannya untuk
mencapai kebaikan tertinggi, yaitu kesempurnaan diri manusia sebagai anggota dari
pada negara. Ada dua kriteria negara menurut aristoteles :
a. Kriterium Kuantitatif yaitu jumlah orang yang memegang pemerintahan
b. Kriterium Kualitatif yaitu berhubungan dengan tujuan yang hendak dicapai.

Berdasarkan kriterian tersebut maka negara menurut aristoteles sebagai berikut :

a. Negara yang pemerintahannya dipegang oleh satu orang saja yaitu negara
monarki, negara yang pemerintahannya hanya ditujukan untuk kepentingan
penguasa saja yaitu bersifat tirani.
b. Negara yang pemerintahannya dipegan oleh rakyat, menurut sifatnya dapat
dibedakan menjadi dua :
a. Republik atau republik konstitusional di mana pemerintahannya dipegang
oleh rakyat dan ditujukan untuk kepentingan rakyat
b. Demokrasi di mana pemerintahannya dipegang oleh rakyat, dipegang oleh
praktiknya pemerintahan tersebut hanya dipegang oleh orang-orang tertentu
saja. Jadi hanya ditujukan untuk kepentingan golongan si pemegang
kekuasaan.
4. Epicurus (342-271 SM)
Negara menurut Epicurus adalah merupakan hasil dari perbuatan manusia yang
diciptakan untuk menyelengarakan kepentingan anggota-anggotanya. Tujuan negara
adalah untuk menyelengarakan ketertiban dan keamanan yang penting adalah
penyelenggaraan kepentingan perorangan yang di era modern disebut sebagai negara
penjaga malam. Hal ini dikarnakan fungsi negara yang hanya mengawasi bagaimana
antar warga negara tidak saling mengganggu keamanan dan ketertiban dijamin dan
hukum ditegakkan.

10
5. Zeno
Ajaran filsafat Zeno berlawan dengan ajaran epicurus berpokok pangkal pada
manusia sebagai atoom dan pandangan hidupnya yang individualistis sedangkan
ajaran Zeno bersifat universalistis dan universalismenya meliputi semua bangsa dan
seluruh manusia di dunia, ajaran ini dikenal dengan sebutan kaum Stoa. Menurut
kaum Stoa orang-orang yang hidup dalam masyarakat di gambarkan sebagai suatu
kesatuan yang bersifat abstrak yang memungkinkan terciptanya persatuan umat
manusia. Hukum yang berlaku adalah hukum alam yaitu yang sifatnya abadi dan
tidak berubah-ubah.

C. Zaman Romawi Kuno


Pemerintaha di zaman romawi kuno dipegang oleh seorang kaisar yang menerima
seluruh kekuasaan dari rakyat yang dinamakan Caesarismus. Model pemerintahan kaisar
adalah secara mutlak atau dinamakan dengan sistem pemerintahan monarki. Dibeberapa
negara monarki raja atau ratu, kaesar, kalifa maka di erah romawi kuno disebut Caesar Julio
Caesar atau kaisar julio yang paling terkenal di erah romawi kuno.
Pada zaman romawi kuno tokoh yang sangat terkenal antara lain :
1. Polybius
Menurut Polybius, bentuk negara atau pemerintahan yang satu adalah merupakan
akibat dari bentuk negara yang lain yang telah berlangsung mendahuluinya. Bentuk-
bentuk negara itu dapat digolongkan menjadi tiga besar yang kemudian golongan itu
dibedaan lagi menjadi dua jenis.
a. Bentuk Monarki
bentuk negara ini kekuasan di pegang oleh satu orang tunggal yang berkuasa dan
berbakat dan mempunyai sifat-sifat yang unggul dari warga negara yaitu berupa Raja
sebagai Kepala Negara atau Pemerintahan.
b. Tyranni
Bentuk ini kepemimpinan terjadi turun temurun dari raja yang satu ke keturunan raja
berikutnya yang menyebabkan raja dalam menjalankan pemerintahan sewenang-
wenang terhadap rakyatnya dan system pemerintahan yang sangat buruk. System ini
merupakan system pemerintahan yang sangat buruk.
c. Aristokrasi
System aristokrasi ini merupakan system pemerintahan yang dijalankan oleh beberapa
orang dan sangat memperhatikan kepentingan rakyat dan kepentingan umum.

11
d. Oligarki
System oligarki adalah system pemerintahan yang dijalankan oleh beberapa orang dan
kelompok-kelompoknya serta keturunan dari pemegang kekuasan pemerintahan yang
terdahulu sehingga lama kelamaan fungsi pemerintahan tidak berjalan sesuai dengan
kehendak rakyat yang mengakibatan pemerintahan di jalankan untuk kepentingan
golongan dan kelompoknya yang mengakibatan system pemerintahan berjalan sangat
buruk dan keadilan tidak didapatkan oleh masyarakat.
e. demokrasi
system demokrasi adalah system kekuasaan yang berasal dari rakyat oleh rakyat dan
untuk rakyat. System sangat memperhatikan kepentingan umum memberikan
kebebasan serta hak asasi manusia sehingga system ini merupakan system yang
sangat baik dari semua system yang ada namun kelemahan dari system demokrasi
yang memberikan kebebasan pada semua warga negara dan kepemimpinan yang
dipilih berdasarkan sistem yang ada lama kelamaan dapat mengakibatkan
kemunduran dan kemerosotan moral penyelenggaran negara apabila control dari
masyarakat melalui system hukum lemah atau kurang. Hal ini bisa dilihat dari
banyaknya penyelenggara pemerintahan melakukan korupksi. Kolusi, nepotisme
dalam menjalankan system pemerintahan.

D. Zaman Abad Pertengahan.


Pada negara-negara abad pertengahan sudah merupakan country state yang sifatnya
mendua. Dualisme tersebut disebabkan oleh karena adanya dua macam hak yang menjadi
dasar bagi terbeantuknya negara yaitu :
1. Hak raja untuk memerintah yang disebut Rex
2. Hak rakyat yang disebut Regnum
Tipe negara Pada abad pertengahan adalah feodalistis berdasarkan hak perorangan
yang mutlak. Hal ini tidak dapat dilepas dari hak raja yang bisa dipindah tangankan kepada
bangsawan akibat telah banyak berjasa kepada pihak kerajaan.
Menurut padmo wahyono pada abad pertengahan muncul dua aliran teori kenegaraan :
1. Ajaran yang merupakan kelanjutan daripada sifat absolut zaman romawi.
2. Aliran yang berdasarkan kedaulatan rakyat yang dibelokkan menjadi absolutisme
dengan melampaui lex regia ulpianus atau aliran anti raja mutlak.

12
E. Zaman Renaissance
Dimulai pada abad pertengahan sampai abad akhir XVI. Pada zaman itu berkembang pemikiran
bahwa orang akan dihargai apabila mendapatkan kedudukan yang tinggi ditengah-tengah
masyarakat maka orang menjadi berlomba-lomba untuk mendapatkan kedudukan tersebut.
Tokoh yang muncul pada zaman Renaissane antara lain :
1. Nicolo Machiavelli
Nicolo Machiavelli, hidup pada tahun 1469-1527 ajaran tentang negara dan hukum di tulis
dalam buku yang diberi nama II Principe artinya sang raja atau buku pelajaran untuk raja.
Buku ini ditujukan untuk di jadikan tuntunan atau kedoman bagi raja yang menjalankan
pemerintahan agar dapat menjalankan pemerintahan dengan baik. Ajaran nicolo menggantian
ajaran dari abad pertengahan yang bersifat teologis atau suatu ajaran yang bersifat kosmis
naturalistis, suatu realisme modern yang berdasarkan atas ajaran-ajaran kuno khususnya dari
prakter bangsa romawi.
Menurut Nicolo tujuan negara adalah mengusahakan terselenggaranya ketertiban, keamanan
dan ketentraman. Ini hanya dapat dicapai oleh pemerintahan seorang raja yang mempunyai
kekuasaan absolut. Ajaran Nicolo lebih berupa ilmu kenegaraan praktis dari pada teori
tentang negara dan ilmu negara.
2. Thomas Morus
Thomas Morus, hidup pada tahun 1478-1535 ayahnya seorang hakim dimasa kecil Thomas
Morus sangata mengagungkan pada usia 18 tahun dia telah termashur di seluruh dunia dalam
lapangan kesusastraan berhubungan dengan karangan-karangannya tentang zaman klasik.
Kemudian dia menjadi pengacara yang hulung dan dekat dengan Raja Hendri VIII. Karna ia
tidak mau memberi bantuan hukum dalam hal perceraian Raja dan Permaisurinya, ia
dipenjara di tower dan kemudian dihukum mati pada tahun 1935.
3. Jean Bodin
Jean Bodin, adalah seorang ahli pemikir besar tentang negara dan hukum dari Prancis yang
banyak dipengaruhi oleh keadaan pada zaman renaissance. Menurut Jean Bodin tujuan negara
adalah kekuasaan. Negara adalah keseluruhan dari keluarga-keluarga dengan segala miliknya
yang dipimpin oleh akal dari seorang penguasa yang berdaulat. Menurut Jean Bodin keluarga
itu adalah asal atau dasar dari pada negara, baik menurut logika maupun sejarah. Kekuasaan
negara harus membatasi kebebasan bertindak menurut alam. Kedaulatan merupakan
kekuasaan tertinggi untuk membuat hukum dalam satu negara yang sifatnya :
a. Tunggal, yaitu Bahwa negaralah yang memiliki kekuasaan yang berhak menentukan dan
membuat undang-undang atau hukum.
b. Asli, yaitu bahwa kekuasaan itu tidak berasal dari kekuasaan lain atau diturunkan atau
diberi oleh kekuasaan lain.

13
c. Abadi, yaitu bahwa yang mempunyai kekuasaan tertinggi atau kedaulatan adalah negara,
menurut Jean Bodin negara itu abadi.
d. Tidak dapat dibagi-bagi, yaitu bahwa kedaulatan itu tidak dapat diserahkan kepada orang
atau badan lain baik Sebagian maupun seluruhnya.

F. Zaman Perkembangan Hukum Alam


1. Teori Hukum Alam Abad ke XVII
Teori hukum alam berpokok pangkal pada keadaan manusia pada waktu negara belum
terbentuk jadi masih dalam keadaan alam bebas, dalam keadaan state of nature. Manusia
dalam keadaan ini disebut manusia inabstracto. Kemudian bagaimana manusia dari keadaan
alam bebas beralih kedalam keadaan terikat oleh peraturan-peraturan negara. Dalam keadaan
alam bebas manusia sesungguhnya telah mempunyai rasio, akal, dan dapat berfikir tentang
baik dan buruk. Manusia dalam keadaan bebas merasa terancam jiwa dan miliknya karena
tidak ada aturan yang harus di taati oleh manusia itu sendiri. Maka timbulah kekacauan antara
manusia yang saling memusuhi antara satu lawan satu atau semua lawan semua pada saat itu
manusia menganggap manusia yang lain menjadi ancaman bagi manusia lainnya. Untuk
mencegah hal demikian manusia tadi saling berkumpul mengadakan perjanjian yang disebut
perjanjian masyarakat. Dari perjanjian tersebut supaya masyarakat itu damai maka perlu
dibuat perjanjian dipilih satu di antara mereka di serahi kekuasaan untuk memimpin
masyarkat. Dan kemudian secara terus menerus dan berkembang dan nantinya akan terbentuk
suatu negara.
Tokoh-tokoh yang terkenal pada abad ke XVII yaitu :
a. Grotius (Hugo de Groot)
Hidup pada tahun 1583-1645 di belanda. Pendapat Grotius tentang hukum alam bahwa
tuhan sendiri tak dapat mengadakan perubahan suatu apapun pada kebenaran,
bahwasanya 2x2 itu adalah 4. Hukum alam itu adalah suatu peraturan dari akal murni dan
karna itu bersifat tetap hingga tuhan sendiri tak dapat merubahnya. Dalam kekuasaan
pikiran itu manusia mendapati kunci untuk pedoman hidup yang bernilai moral bahkan
seandainya tuhan itu tidak ada atau tidak memperdulikan manusia maka akal itu dapat
memimpin manusia. Akal itu berlaku dengan tiada bergantung pada kekuasaan yang gaib.
Hukum alam menurut Grotius adalah segala ketentuan yang benar dan baik menurut
rasio, dan tidak mungkin salah, dan adil. Contoh :
1. Orang harus menghormati milik orang lain.
2. Orang harus menghormati orang lain.
3. Orang harus mengganti kerugian yang ditimbulkan karena kesalahannya.
4. Orang harus menepati janji.
5. Orang harus mengembalikan milik orang lain yang ada padanya secara tidak sah.

14
b. Thomas Hobbes
Thomas hobbes adalah ahli pemikir besar tentang negara dan hukum yang berasal dari
Inggris, hidup pada tahun 1588-1679. Ia hidup pada masa pemerintahan absolut di bawah
kekuasaan Charles I dan Charles II. Sumbangan terbesar dalam sejarah pemikiran tentang
negara dan hukum oleh Thomas Hobbes adalah suatu system materialis yang besar
termasuk peri kehidupan organis dan rohania. Artinya bahwa tujuan hidup yaitu
kebahagiaan hanya dapat dicapai dengan cara berlomba dengan gerak. Alat untuk
mencapai kebahagiaan adalah kekuasaan, kekayaan, nama baik, atau keagungan pribadi
dan kawan, Sedangkan kekuasaan terbesar adalah kepentingan manusia yaitu negara.
Hukum alam menurut Thomas Hobbes yaitu keadaan manusia masih dalam keadaan
bebas tanpa ikatan suatu apapaun, dalam keadaan demikian manusia saling bermusuhan
saling menganggap lawan dan merasa takut kalau manusia lain itu akan menyerang atau
membinasakan keadaan ini disebut bellum omnium contra omnes. Dimana setiap orang
selalu memperlihatkan keinginan-keinginannya yang bersifat egoistis. Jadi tidak ada
pengertian adil yang ada hanya nafsu manusia itu saja, untuk itu perlu adanya peraturan
yang mengatur serta mengukur perbuatan manusia dalam bentuk undang-undang. Dalam
keadaan bellum omnium contra omnes ada penyebabnya yaitu bahwa manusia dalam
keadaan abstrasco telah memiliki sifat-sifat tertentu yaitu :
1. Competitio, competition, persaingan. Ini berarti bahwa manusia itu selalu berlombah
untuk mengatasi manusia yang lain, karena adanya rasa takut bahwa dia tidak akan
mendapatkan pujian. Dalam hal bersaing ini mereka dapat mempergunakan cara
apapun. Ini menimbulkan sifat yang kedua, yaitu,
2. Defentio,defen, mempertahankan atau membela diri. Ini berarti bahwa manusia tidak
suka dikuasai atau diatasi oleh orang lain. Karena manusia itu selalu mempunyai
keinginan untuk menguasai manusia yang lain, maka sifa membela diri ini merupakan
jaminan bagi keselamatannya. Ini menuju ke,
3. Gloria. Ini adalah sifat keinginan dihormati, disegani dan dipuji.

Ketiga sifata ini tetap dimiliki oleh manusia semenjak ia lahir dan terus menerus
membayangi manusia untuk mengobarkan hawa nafsunya dan inilah yang selalu
menimbulkan ketegangan-ketegangan, dan jika ketegangan ini sudah memuncak
Meletuslah menjadi perlawanan atau peperangan, jadi timbullah bellum omnium
contra omnes tadi.
Tetapi untunglah bahwa manusia itu sebenarnya takut akan adanya bellum omnium
contra omnes tadi, karena di samping tiga sifat itu tadi manusia masih memiliki sifat-
sifat yang lain, yang menyebabkan tidak terlaksananya tiga sifat tadi, karena tiga sifat

15
yang disebut terakhir itu hanya dapat terlaksana dalam keadaan damai. Tiga sifat itu
ialah :
1. Takut mati.
2. Ingin memiliki sesuatu.
3. Ingin mempunyai kesempatan untuk bekerja agar dapat memiliki sesuatua tadi.

c. Benedictis De Spinozh

Benedictis de spinozh berasal dari belanda, hidup pada tahun 1632-1677. Pemikiran
tentang negara dan hukum adalah etika yang disusun secara geometris dan traktat teologis
politik. Menurut de spionzh hukum alam itu bukan suatu sollen akan tetapi suatu sein.
Menurut de spionzh manusia itu baik waktu dalam keadaan alamia maupun sudah
bernegara, perbuatannya tidak semata-mata berpedoman pada rasio akan tetapi Sebagian
besar perbuatan manusia dipengaruhi oleh hawa nafsu. Lebih lanjut ia mengatakan
perbuatan manusia itu hanya didasarkan atas rasio saja belum memberikan kepuasan,
karena manusia makhluk social yang membutuhkan perdamaian. Tugas negara menurut
de spionzh menyelenggarakan perdamaian ketentraman dan menghilangkan ketakutan.
Untuk itu warga negara harus mentaati peraturan dan undang-undang negara, tidak boleh
membantah, meskipun peraturan atau undang-undang negara itu sifatnya tidak adil dan
merugikan. Dengan demikian kekuasaan negara bersifat mutla terhadap warga negaranya.
Hanya dua hal yang tidak dapat dikuasai oleh negara secara mutlak yaitu berfikir dan
menimbang. Bentuk negara yang dipilih de spionzh adalah aristokrasi, sebab yang
berkuasa adalaha beberapa orang dan dasar kekuasaan akan lebih kokoh dan kuat.

d. John Lock
John Lock adalah seorang ahli pemikir besar tentang negara dan hukum dari Inggris.
Hidup pada tahun 1532-1704 di bawah kekuasaan William III, yang sifat
pemerintahannya adalah monarki yang sudah aga terbatas. Ajaran john lock tentang
kekuasaan bahwa kekuasaan penguasa itu bukan lagi diturunkan dari tuhan yang
mengakibatkan kekuasaan penguasa bersifat mutlak tetapi kekuasaan itu didasarkan atas
hukum alam maka dengan demikian kekuasaan penguasa tidak mungkin bersifat mutlak.
Dalam hukum alam manusia telah mempunyai hak-hak alamia yang dimiliki setiap
pribadi manusia yaitu :
1. Hak hidup.
2. Hak kebebasan atau kemerdekaan.
3. Hak akan milik dan memiliki sesuatu.

16
Tugas negara menurut John Lock adalah menetapkan dan melaksanakan hukum alam.
Hukum alam yang dimaksud disini adalah negara tidak hanya menetapan dan
melaksanakan hukum alam itu saja tetapi membuat peraturan – peraturan atau undang-
undang harus juga berpedoman dengan hukum alam. Hukum yang dibuat dengan
kesewenang wenangan tidak mungkin ditaati dan akan menimbulkan ketidakpastian
dengan demikan tugas negara adalaha :

1. Membuat dan menetapkan peraturan. Dalam hal ini negara melaksanakan perundang-
undangan, legislatif.
2. Melaksanakan peraturan-peraturan yang telah ditetapkan. Tugas ini berarti jika
peraturan-peraturan itu dilanggar, negara harus menghukum dan akibat pelanggaran
itu harus ditiadakan jadi disini tugas negara tidak hanya melaksanakan peraturan saja
tetapi mengawasi pelaksanaannya, eksekutif, dan yudikatif.
3. Kekuasaan mengatur hubungan dengan negara-negara lain.

Ketiga tugas ini dikenal dengan istilah trias politika.

Kriteria bentuk negara menurut John Lock dibedakan menjadi :


1. Monarki yaitu kekuasaan negara berada pada satu orang saja.
2. Aristokrasi yaitu kekuasaan perundang-undangan atau negara diserahkan kepada
beberapa orang atau kepada suatu dewan.
3. Demokrasi yaitu kekuasaan perundang-undangan atau negara diserahkan kepada
masyarakat atau rakyat sedangkan pemerintahan hanya melaksanakan.

2. Teori Hukum Alam Abad ke XVIII


Aliran yang sangata berpengaruh pada abad ke XVIII yang ingin menguji segala sesuatu yang
ada ini berdasarkan rasio dan tidak mau menyerah terhadap keadaan yang ada yang
ditimbulkan oleh sejarah. Tokoh terkenal pada abad XVIII antara lain :

a. Frederik Yang Agung.


Frederik Yang Agung adalah Raja Prussia yang hidup pada tahun 1712-1786. Ajaran
federik yang angung sangat menenteng ajaran Nicolo Machiavelli. Federik mengajarkan
tentang persamaan antara orang-orang satu sama lainnya dan kemerdekaan yang
bersumber pada alam, dengan memberikan tekanan kepada hak-hak alamiah mereka.

17
b. Montasquien
Montasquien adalah ahli pemikir besar dari Prancis yang hidup pada tahun 1688-1755.
Montasquien ingin mengadakan perubahan terhadap system ketatanegaraan yang ada
di Prancis, menurut Montasquien kekuasaan negara harus dipisahkan menjadi tiga yang
masing-masing kekuasaan itu dilaksanakan oleh suatu badan yang berdiri sendiri yaitu :
1. Kekuasaan perundang-undangan, legislative.
2. Kekuasaan melaksanakan pemerintahan, eksekutif dan
3. Kekuasaan kehakiman, judikatif.

Pendapat Montasquien tersebut di kenal dengan istilah trias-politika. Trias-politika


mengajarkan adanya pemisahan kekuasaan negara secara tegas menjadi tiga yaitu :
kekuasaan membuat undang-undang, kekuasaan melaksanakan pemerintahan, dan
kekuasan kehakiman. masing-masing kekuasaan itu di pegang suatu badan yang berdiri
sendiri, hal ini akan menghilangkan Tindakan yang sewenang-wenang dari seorang
penguasa dan tidak memberikan adanya ruang system pemerintahan yang absolut.

c. Jean Jacques Rousseau


Jean Jacques Rousseau adalah ahli pemikir tentang negara berasal dari Swis hidup pada
tahun 1712-1778. Rousseau mengajarkan tentang kedaulatan rakyat dengan memberikan
keterangan sebagai berikut : yang merupakan hal pokok dari perjanjian masyarakat
adalah penemuan suatu bentuk kesatuan, yang membela dan melindungi kekuasaan
Bersama di samping kekuasaan pribadi dan milik dari setiap orang, sehingga semua dapat
Bersatu meskipun masing-masing orang tetap mematuhi dirinya sendiri, dan tetap
memiliki kemerdekaan dan kebebasan.

Akibat perjanjian masyarakat menurut Rousseau adalah :


1. Terciptanya kemauan umum Yaitu kesatuan dari orang-orang yang telah
menyelenggarakan perjanjian masyarakat yang merupakan kekuasaan tertinggi atau
kedaulatan.
2. Terbentuknya masyarakat kesatuan dari orang-orang yang menyelenggarakan
perjanjian masyarakat tadi. Masyarakat inilah memiliki kemauan umum yaitu suatu
kekuasaan tertinggi atau kedaulatan yang tidak dapat dilepaskan. Kekuasaan tertinggi
atau kedaulatan tersebut disebut kedaulatan rakyat.

18
Konsekuensi dari ajaran Jean Jacques Rousseau adalah :
1. Adanya hak dari rakyat untuk mengganti atau menggeser penguasa. Ini berhubungan
dengan boleh tidaknya rakyat berepolusi terhadap penguasa.
2. Adanya paham bahwa yang berkuasa itu rakyat atau paham kedaulatan rakyat. Rakyat
disini bukan sebagai individu-individu melainkan satu kesatuan yang menyeluruh
yang bersifat abstrak.

Jean Jacques Rousseau juga membagi bentuk-bentuk negara berdasarkan system


pemerintahan dan pemegang kekuasaan yaitu :
1. Monarki, kekuasaan negara atau kekuasaan pemerintah yang dipegang oleh Raja
sebagai wakil rakyat.
2. Aristokrasi, kekuasaan negara atau kekuasaan pemerintah yang berada pada tangan
dua orang atau lebih.
3. Demokrasi, kekuasaan negara atau kekuasaan pemerintah ada pada rakyat.

d. Immanuel Kant
Immanuel Kant merupakan guru besar dari Prusia yang hidap pada tahun 1724-1804 dan
merupakan seorang nasionalis. Didalam ajaran Immanuel Kant batas kemampuan pikiran
manusia dan menyatan bahwa ada alam yang tidak dapat ditembus oleh rasio manusia
yaitu alam kepercayaan. Immanuel Kant memberikan tempat untuk agama dan
kepercayaan dalam pikiran manusia di samping rasio.
Menurut Immanuel Kant negara itu suatu keharusan adanya, karena negara harus
menjami terlaksananya kepentingan umum di dalam keadaan hukum. Artinya negara
harus menjamin setiap warga negaranya bebas di lingkungan hukum. Bebas bukan berarti
dapat berbuat semau-maunya atau sewenang-wenang tetapi segala perbuatannya harus
sesuai dengan aturan atau undang-undang yang telah dibuat oleh negara. Dia juga
berpendapat bahwa kedaulatan ada pada rakyat yang menjelma dalam bentuk perundang-
undangan negara. Immanuel Kant berpendapata apa yang disebut dengan perjanjian
masyarakat itu tidak pernah ada, tidak pernah terjadi, tidah pernah merupakan kenyataan
atau peristiwa didalam sejarah. Bahwa kontruksi terjadinya negara yang demikian itu
maksudnya negara terjadi karena perjanjian masyarakat itu tidak benar atau tidak pernah
terjadi.
Perjanjian masyarakat itu sesungguhnya hanyalah merupakan suatu kontruksi yuridis
yang dapat menolong orang dalam menerangkan bagaimana negara itu terjadi, bagaimana
negara itu ada dan bagaimana kekuasaan dalam negara itu ada serta siapa yang berkuasa
dan bagaimana sifatnya.

19
G. Zaman Perkembangan Teori Kekuasaan
Tokoh teori kekuasaan yang terkenal antara lain :
1. F. Oppenheimer
Menurut F. Oppenheimer negara adalah merupakan suatu alaat dari golongan yang kuat untuk
melaksanakan suatu tertib hukum, yang oleh golongan yang kuat tadi dilaksanakan kepada
golongan yang lemah dengan maksud untuk Menyusun dan membela kekuasaan dari
golongan yang kuat tadi, terhadap orang-orang yang baik dari dalam maupun dari luar
terutama dalam system ekonomi. Sedangkan tujuan akhir adalah mengambil keuntungan
ekonomi dari golongan yang lemah oleh golongan yang kuat.

2. Karl Marx
Menurut Karl Marx, negara adalah penjelmaan dari pertentangan-pertentangan kekuatan
ekonomi. Negara dipergunakan alat dari mereka yang kuat untuk menindas golongan
ekonomi yang lemah. Yang dimaksud dengan orang yang kuat atau golongan yang kuat
adalah mereka yang memiliki alat-alat produksi. Negara menurut Karl Marx akan lenyap
dengan sendirinya kalau didalam masyarakat itu sudah tidak terdapat lagi perbedaan-
perbedaan kelas dan pertentangan-pertentangan ekonomi.

3. H. J. Laski
.H. J. Laski berpendapat bahwa negara merupakan suatu alat pemaksa untuk melaksanakan
dan melangsungkan suatu jenis system produksi yang stabil, dan pelaksanaan system produksi
ini semata-mata akan menguntungkan golongan yang kuat atau yang berkuasa. System ini
sangat dipengaruhi oleh suatu aliran yang berkuasa pada saat itu apabila yang berkuasa kaum
kapitalis maka ciri yang akan digunakan dalam bidang ekonomi adalah system ekonomi
kapitalis. Apabila organisasi negara dikuasai oleh aliran sosialis maka system produksi atau
ekonomi juga menggunakan ekonomi sosialis.

H. Teori Positivisme
Kegagalan para ahli pemikir tentang negara dan hukum dalam menyelidiki dan menerangkan asal
mula negara, hakikaat negara, serta kekuasaan negara, menimbulkan sifat skeptis terhadap negara.
Orang lebih suka menentukan sikap positif terhadap negara. Tokoh yang terkenal dalam aliran
teori positivisme adalah :

1. Hans Kelsen
Hans Kelsen adalah seorang ahli pemikir tentang negara dan hukum yang berasal dari Austria
yang kemudian menjadi warga negara America. Menurut Hans Kelsen, ilmu negara harus

20
menarik diri atau melepaskan pemikirannya secara prinsipil dari tiap-taip percobaan untuk
menerangkan negara serta bentuk-bentuknya secara kausal atau sebab musabak yang bersifat
abstrak. Jadi setiap negara hanya dapat di pelajari dan dipahami didalam system hukumnya
itu sendiri. Menurut Hans Kelsen, ilmu hukum tidak perlu mencari dasar negara, kelahiran
negara untuknya hanya merupakan suatu kenyataan belaka yang tidak dapat diterapkan dan
ditangkap dalam sebutan yuridis.
Hans Kelsen mengatakan bahwa negara merupakan suatu tertib hukum. Tertib hukum timbul
karena diciptakan peraturan-peraturan hukum yang menentukan bagaimana orang di dalam
masyarakat atau negara itu harus bertanggung jawab terhadap perbuatan-perbuatannya.
Peraturan hukum tadi sifatnya adalah mengikat artinya bahwa setiap orang harus mentaatinya,
harus menyesuaikan sikap, tingkah laku, dan perbuatannya itu dengan peraturan-peraturan
hukum yang berlaku. Orang dapata dipaksa untuk mentaatinya, bila tidak mentaati dapat
dijatuhi sanksi. Jadi sebenarnya negara itu adalah suatu tertib hukum yang memaksa.

I. Teori modern
Pada era modern pergeseran tipe kekuasaan negara menjadi kedaulatan hukum dan
kedaulatan rakyat tujuan utama dalam pendirian sebuah negara. Dimaksud dengan kedaulatan
hukum dan kedaulatan rakyata adalah jangan sampai tujuan pembentukan hukum tidak
mempertimbangkan aspirasi yang tumbuh dan berkembang di masyarakat. Hukum kemudian
di jadikan alat ligitimasi bagi penguasa untuk melanggengkan kekuasaanya yang akhirnya
berubah menjadi titirani dan otoriter. Ada beberapa unsur yang menjadi tipe negara hukum :
1. Pelindungan hak asasi manusia
2. Adanya pembagian kekuasaan
3. Membatasi jabatan pemerintahan
4. Adanya penegakan hukum yang tidak pandang bulu
5. Adanya peradilan tata usaha negara yang berdiri sendiri sebagai upayah rakyat dalam
melawan perbuatan melanggar hukum oleh negara.

Tokoh yang sangat terkenal pada teori modern adalah :

1. Prof. Mr. R. Kranenburg


Kranenburg berpendapat negara itu pada hakikatnya adalah suatu organisasi
kekuasaan yang diciptakan oleh sekelompok manusia yang disebut bangsa. Jadi harus
ada sekelompok manusia yang mempunyai kesadaran mendirikan suatu organisasi
dengan tujuan untuk memelihara kepentingan kelompok tersebut. Jadi yang terpenting

21
dan terlebih dahulu harus ada adalah kelompok manusianya sedangkan negara adanya
menyusul kemudian. Dan adanya itu hanya dapat kalau berdasarkan atas suatu
kelompok manusia yang disebut bangsa.

2. Logemann
Logemann berpendapat bahwa negara itu pada hakikatnya suatu organisasi kekuasaan
yang meliputi atau menyatukan kelompok manusia yang kemudian disebut bangsa.
Jadi yang pertama-tama negara itu adalah suatu organisasi kekuasaan dan organisasi
ini memiliki suatu kewibawaan yang terkandung makna dapat memaksa kehendaknya
pada semua orang yang ada pada organisasi tersebut. Jadi menurut Logemann bahwa
dalam pembentukan suatu negara organisasi kekuasaan disebut primer dalam suatu
pembentukan negara. Sedangkan kelompok manusia adalah factor sekunder. Menurut
Logemann organisasi itu menciptakan bangsa maka bangsa inilah yang tergantung
pada organisasi.

TUJUAN DAN FUNGSI NEGARA

A. Teori Tujuan Negara

Setiap pembahasan mengenai tujuan dan fungsi negara sesungguhnya sudah secara
implisit mengadakan pemisahan warga negara ke dalam dua golongan, pertama golongan
yang menetapkan tujuan dan yang melaksanakan fungsi negara itu dan kedua, golongan
untuk siapa tujuan dan fungsi itu diadakan. Dengan pembahasan ini, negara sudah secara
tegas dipandang sebagai alat dan bukan sebagai tujuan tersendiri. Hal ini disebabkan tujuan
manusia hidup adalah untuk mencapai kesejahteraan, sedangkan alat yang digunakan untuk
mencapai kesejahteraan dapat bermacam - macam yang salah satunya manusia membentuk
sebuah organisasi masyarkat yang kemudian disebut dengan negara.
Namun secara teoretis teori mengenai tujuan negara dapat digolongkan menurut
zamannya, yaitu :
1. Teori tujuan negara klasik / tua
a. Teori tujuan negara dari Lord Shang

22
Menurut Lord Shang tujuan utama dari negara adalah satu pemerintahan yang berkuasa
penuh terhadap rakyat satu pemerintahan yang berkuasa penuh terhadap rakyat dengan
jalan melemahkan dan membodohkan rakyat. Teori ini didasarkan atas pendapat bahwa
menurut Lord Shang pada setiap negara selalu terdapat dua subjek yang saling
berhadapan dan saling bertentangan, yaitu pemerintah dan rakyat, artinya kalau rakyat
kuat, kaya dan pintar, maka negara akan lemah, sedang sebaliknya bila rakyat lemah dan
bodoh, miskin, maka negara akan kuat.

b. Teori tujuan negara menurut Machiavelli


Teori tujuan negara menurut Machiavelli dalam bukunya Il Principle pemerintah itu
sebagai cara untuk memperoleh kekuasaan dan menjalankan kekuasaan. Ia tidak setuju
dengan moral kebudayaan, agama, dan sebagainya karena semuanya akan melemahkan
raja dalam memerintah negaranya. Penguasa sebagai pemimpin negara harus mempunyai
sifat sebagai serigala dan singa. Sebagai serigala ia dapat mengetahui dan membongkar
rahasia yang bisa merobohkan negara karena kelicikannya. Sebagai singa ia bisa
menaklukkan binatang-binatang buas lainnya.

c. Teori tujuan negara menurut Julius Caesar


Menurut Caesar, tujuan negara pada awalnya adalah pertahanan (defensif), tapi
kemudian berubah menuju ke serangan (ofensif), sehingga dalam teori ini muncullah
adagium yang berbunyi “Si vis pacem para bellum” (kalau menghendaki perdamaian
siapkanlah diri untuk peperangan). Maka tidak hera negara di era Julius Caesar sering
kali melakukan peperangan baik untuk mempertahankan kekuasaan maupun memperluas
area kekuasaan.

d. Teori tujuan negara menurut Al- Ghazali


Menurut Al-Ghazali bahwa tujuan suatu negara yang didalamnya terdapat lembaga
pemerintahan adalah melaksanakan syariat agama, mewujudkan kemaslahatan rakyat,
menjamin ketertiban urusan dunia dan urusan agama.
Teori tujuan negara menurut Al- Ghazali ini mengisyaratkan penggabungan antara
agama dan negara. Jadi hubungan antara agama dan negara adalah integral tidak dapat
dipisah-pisahkan. Hal ini kemudian disebut dengan negara agama, yaitu negara yang
menjadikan salah satu agama sebagai agama resmi negara.

23
2. Teori Tujuan Negara Modern
a. Teori tujuan negara menurut Emmanuel Kant
Tujuan negara adalah membentuk dan mempertahankan hukum. Yang hendak menjamin
kedudukan hukum dari individual - individual di dalam masyarakat. Jaminan itu
meliputi kebebasan dari pada negaranya yang berarti tidak boleh ada paksaan dari
pihak penguasa agar warga negaranya tunduk pada undang - undang yang belum
disetujui. Selain itu, juga berarti bahwa setiap warga negara mempunyai kedudukan
hukum sama dan tidak boleh diperlakukan sewenag - wenang oleh pihak penguasa.
Dengan demikian, untuk mewujudkan kesetaraan hukum antara warga negara dengan
negara, maka dibutuhkan yang namanya pembatasan dan pemencaran kekuasaan.

b. Teori tujuan negara menurut montesquien


Tujuan negara adalah agar tetap memiliki wilayah yang akan dimanfaatkan bagi sebesar-
besarnya kepentingan masyarakat sehingga mereka dapat hidup tentram dan bahagia. Hal
ini yang kemudian disebut sebagai negara kesejahteraan (welfare state). Di dalam negara
hukum kesejahteraan ini, tugas pemerintah bukan lagi sebagai penjaga malam dan tidak
boleh pasif tetapi harus aktif turut serta dalam kegiatan masyarakat sehingga
kesejahteraan bagi semua orang terjamin.

c. Teori tujuan negara menurut Miriam Budiardjo


Tujuan negara adalah bonum publicum, comman good, common weal (menciptakan
kebahagiaan bagi rakyatnya). Hal ini terkait tujuan manusia hidup di dunia adalah untuk
mencapai kebahagiaan dan ketentraman. Maka untuk mengatur manusia dalam mencapai
tujuannya tersebut, manusia membutuhkan negara sebagai lembaga tertinggi dan
yang berdaulat.

d. Teori tujuan negara menurut Padmo Wahyono


1. Teori kekuasaan, bahwa tujuan negara ialah semata-mata untuk mempertahankan
kekuasaan “pengusa” (Raja) jadi teori ini dapat dikatakan mendukung diktator (Tipe
machstaat)
2. Teori kemakmuran negara (etatisme). Menurut teori ini pusat segala kehidupan ada
pada negara, karena itu yang paling penting adalah negara. Jadi negara itu adalah
tujuan itu sendiri dan bukan alat untuk mencapai kemakmuran rakyat.

24
3. Teori kemakmuran individu. Menurut teori ini tujuan negara hanya dapat dicapai
melalui kebebasan individu (HAM) yang dijamin dalam UU. Jadi ada kebebasan
sepenuhnya (Liberalisme) untuk mencapai kemakmuran tanpa memerhatikan yang
tidak mampu (Tipe formele rechstaat).
4. Teori kemakmuran rakyat. Menurut teori ini negara bertujuan untuk kemakmuran
rakyat, yang harus dicapai secara adil. Jadi dari segi tujuan negara, tipe negara yang
diidealkan adalah “ tipe negara hukum materiil-social service state”.

Dari uraian diatas para ahli mengenai tujuan negara, maka jika dihubungkan dengan
NKRI maka dpat ditegaskan tujuan negaranya adalah sebagai berikut : (1) melindungi
segenap bangsa indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia (2) memajukan kesejahteraan
umum (3) mencerdaskan kehidupan bangsa (4) mewujudkan ketertiban dunia berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

B. Teori Fungsi Negara


Pada milenium ketiga (abad ke - 21 ), francis fukuyama, mengutip Laporan Bank Dunia,
tentang pembangunan dunia, dalam rangka lingkup serta kekuatan dan kemampuan negara
mengenai pasar bebas (free market) mengemukakan 3 fungsi utama negara, meliputi :
1. Fungsi minimal, menyediakan kebutuhan publik, meningkatkan keadilan terdiri atas :
a. Pertanahan, melindungi kaum miskin dalam program anti kemiskinan.
b. Hukum dan ketertiban, program bantuan berencana
c. Kesejahteraan masyarakat.
2. Fungsi menengah, menangani persoalan-persoalan eksternal, mengatur monopoli,
memperbaiki kualitas informasi dan menyediakan asuransi sosial, kegiatannya
mencakup :
a. Pendidikan
b. Perlindungan lingkungan
c. Pengaturan prasarana umum
d. Pengaturan anti monopoli
e. Regulasi keungan
f. Asuransi sosial
g. Redistribusi dan pensiun
h. Perlindungan konsumen

25
3. Fungsi aktivis, mengoordinasi aktivitas swasta, redistribusi aset, meliputi tiga
aktivitas yaitu :
a. Mendorong pasar
b. Melakukan redistribusi aset
c. Mengumpulkan inisiatif

Hal berbeda disampaikan oleh Wolfgang Friedmann. Bahwa dalam tugas


pemerintahan untuk melaksanakan tujuan negara sebagai organisasi kekuasaan, maka negara
dapat berfungsi sebagai :

1. Provider, yaitu negara bertanggung jawab dan menjamin suatu standar minimum
kehidupan secara keseluruhan dan memberikan jaminan sosial lainnya.
2. Regulator, yaitu negara membentuk aturan hukum dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara
3. Enterpreneur, yaitu negara menjalankan sektor ekonomi melalui badan usaha
milik negara/daerah (BUMN / BUMD) dan mengusahakan kondisi kondusif untuk
berkembangnya dunia usaha.
4. Umpire, yaitu negara menetapkan standar-standar yang adil bagi pihak yang
bergerak di sektor ekonomi, terutama antara sektor swasta atau antar bidang-
bidang usaha tertentu.

Menurut Mirriam Budiardjo fungsi minimal yang mutlak perlu diselenggarakan oleh
negara adalah

1. Melaksanakan penertiban (low and order) untuk mencapai tujuan bersama dan
mencegah bentrokan-bentrokan dalam masyarakat, maka negara harus
melaksanakan penertiban. Dapat dikatakan bahwa negara bertindak sebagai
“Staabilisator”.
2. Mengusahakan kesejahteraan dan kemakmuran rakyatnya. Dewasa ini fungsi ini
dianggap penting, terutama bagi negara-negara baru. Pandangan ini di Indonesia
tercermin dalam usaha pemerintah untuk membangun melalui rentetan repelita
(rencana pembangunan lima tahun)
3. Pertahanan, hal ini diperlukan untuk menjaga kemungkinan serangan dari luar,
untuk ini negara dilengkapi dengan alat pertahanan.
4. Menegakkan keadilan, yaitu dilaksanakan melalui badan-badan peradilan yang
disediakan.

26
TEORI KEDAULATAN
Kedaulatan menurut Sutomo adalah kekuasaan tertinggi dalam suatu negara yang
berlaku terhadap seluruh rakyat negara tersebut.

Kedaulatan menurut William Blacstone memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

1. Adanya kekuasaan tertinggi


2. Adanya kekuasaan yang tidak dapat disanggah
3. Adanya kekuasaan yang mutlak
4. Kekuasaan tersebut tidak diawasi

Menurut Roussen bahwa kedaulatan itu tidak dapat dibagi-bagi namun Mahkamah
Agung Amerika Serikta berpendapat bahwa kedaulatan bisa dibagi-bagi. Marsal mengatakan
bahwa di Amerika Serikat kedaulatan terbagi atas pemerintahan pusat dan pemerintahan
negara-negara bagian.
Mac Iver membagi arti kedaulatan menjadi tiga Fase , yaitu :
1. Fase Komparatif yaitu fase yang mengartikan kedaulatan pada zaman feodel abad-
abad pertengahan yakni ketika kedaulatan berada pada raja-raja dan tuan tanah (ada
komparasi).
2. Kedaulatan absolut yaitu fase ketika zaman raja-raja absolut saat mana kedaulatan
sepenuhnya ada ditangan raja dan tidak terbagi-bagi.
3. Fase relatif yaitu fase zaman modern yang ternyata kedaulatan satu negara adalah
relatif apabila dihadapkan dengan kedaulatan negara lain dalam lapangan
internasional.

Dalam perkembangannya kedaulatan kemudian dapat dibedakan lagi ke dalam dua


kategori yaitu kadaulatan bedasarkan arahnya dan kedaulatan berdasarkan perkembangan
negara. Berdasarkan arahnya kedaulatan terbagi menjadi dua yaitu :
1. Kedaulatan ke dalam, artinya negara mempunyai kekuasaan yang tertinggi ini untuk
memaksa semua penduduk agar mentaati undang-undang serta peraturan-
peraturannya.
2. Kedaulatan keluar artinya negara mempertahankan kemerdekaannya terhadap
serangan-serangan dari negara lain.

27
Sedangkan kategori kedua adalah berdasarkan perkembangan negara. Sehingga secara
teori ada lima teori yang meminimal bisa diperedebatkan mengenai soal kedaulatan ini yaitu
kedaulatan tuhan, kedaulatan raja, kedaulatan hukum, kedaulatan rakyat dan kedaulatan
negara.

HAKIKAT KEDAULATAN

Kedaulatan adalah konsep mengenai kekuasaan tertinggi dalam suatu negara yang
tidak dapat dikurangi atau diintervensi oleh negara lain. Ada dua hal yang penting terkait
lingkup kekuasaan menurut Jack H. Nagel, yaitu lingkup kekuasaan dan jangkauan
kekuasaan.

MACAM-MACAM KEDAULATAN

1. Kedaulatan Tuhan

Kedaulatan tuhan hanya ada pada negara teokrasi (Kedaulatan negara berpangkal pada
yang adikodrati). Negara teokrasi mendasarkan kehidupan kenegaraannya pada ideologi
agama tertentu. Menurut paham ini agama dan negara ada dua hal yang tidak dapat
dipisahkan dan dijalankan berdasarkan firman-firman tuhan. Oleh karna itu paham ini
melahirkan konsep negara agama atau agama resmi dijadikan sebagai hukum positif.
Contoh pada zaman Nabi Muhammad SAW.

2. Kedaulatan Raja
Menurut ajaran marsilius, raja itu wakil tuhan untuk melaksanakan kedaulatan atau
memegang kedaulatan di dunia.karna merasa berkuasa untuk berbuat apa saja menurut
kehendaknya dengan alasan bahwa perbuatannya itu sudah menjadi kehendak tuhan.

3. Kedaulatan Negara
Ajaran kedaulatan negara sebenarnya merupakan kelanjutan dari ajaran kedaulatan raja.
Ajaran ini timbul dijerman untuk mempertahankan kedudukan raja yang pada waktu itu
mendapat dukungan dari tiga lapisan masyarakat yang besar pengaruhnya yaitu :
1. Golongan bangsawan
2. Golongan angkatan perang
3. Golongan alat-alat pemerintah atau birokrasi .

28
Menurut Mirza Satria Buana, kedaulatan negara dibagi menjadi dua bagian yaitu
kedaulatan negara berdasarkan jangkauan dan konsep wilayah (Teritorial) suatu negara.

Kedaulatan negara berdasarkan jangkauan terdiri dari dua konsep, yaitu kedaulatan
eksternal dan kedaulatan internal. Kedaulatan eksternal sering disebut istilah
independesi negara, yang dicirikan oleh adanya kedudukan yang sama dalam interaksi
internasional dengan negara-negara lain tanpa adanya halangan rintangan dan tekanan
dari pihak manapun. Sedangkan kedaulatan internal adalah hak dan kewenangan
ekslusif suatu negara untuk menentukan bentuk lembaga negara dan cara kerja lembaga
negara dan membuat undang-undang tanpa campur tangan atau interpensi negara lain.

4. Kedaulatan Hukum

Kedaulatan hukum adalah apabila segala sesuatu yang berkenaan dengan hubungan
antara penguasa dan rakyat mengacu pada aturan yang telah disepakati bersama tidak
hanya pada keinginan salah satu pihak khususnya penguasa. Kedaulatan hukum dapat
dikatakan dengan negara hukum . esensi dari konsep negara hukum adalah negara
berdasarkan atas hukum dimana kekuasaan tunduk pada hukum.

5. Kedaulatan Rakyat

Ajaran kedaulatan rakyat yang menyakini bahwa sesungguhnya yang berdaulat dalam
sebuah negara adalah rakyat bukan penguasa, kehendak rakyat merupakan satu-satunya
sumber kekuasaan bagi setiap pemerintah. Pada masa ini munculah sebuah selogan
yang terkenal suara rakyat adalah hukum tertinggi. Menurut teori ini rakyatlah yang
berdaulatan dan mewakilkan atau menyerahkan kekuasaannya kepada negara.
Kemudian negara memecah menjadi beberapa kekuasaan yang diberikan kepada
pemerintah atau lembaga perwakilan.

29
HAKIKAT NEGARA
Menurut Soehino negara merupakan wadah bangsa untuk mencapai cita-cita atau
tujuan bangsa. Hakikat masing-masing negara berbeda-beda hal ini dikarnakan pengaruh dari
aliran filsafat yang dianut oleh sarjana ilmu negara tersebut serta keadaan pemerintah yang
dialaminya. Ada enam teori tentang hakikat negara :

1. Teori sosiologis
Menurut teori ini negara dipandang sebagai suatu institusi sosial yang tumbuh dalam
masyarakat karna diperlukan untuk mengurus mengatur dan menyelenggarakan
kepentingan masyarakat.

2. Teori yuridis
Negara sebagai wadah penerapan dan pelaksanaan norma-norma hukum. Negara
merupakan personifikasi hukum. Negara diperlukan guna menegakkan hukum
terciptanya suatu ketertiban sehingga hubungan dalam negara bersifat sub ordinasi antara
pihak pemerintah dan yang diperintah.

3. Teori Organis
Teori organis tentang hakikat negara berintikan bahwa negara adalah makhluk hidup.
Negara sebagai bentuk organisasi dipengaruhi hukum alam yaitu hukum kehidupan dan
kematian. Sebagai mahkluk hidup, maka negara dapat pula berkembang namun dapat
pula tidak berkembang. Contoh Uni Soviet, Yugoslavia, Jerman Timur Dan Jerman
Barat.

4. Teori Ikatan Golongan


Hakikat negara dipandang sebagai ikatan atau gabungan kelompok masyarakat untuk
mencapai tujuan bersama. Negara mengikat gabungan kelompok masyarakat ke arah
perumusan kehendak bersama dan bukan kepentingan golongan atau kelompok tertentu.

5. Teori dua isi


Negara dipandang dari dua segi yaitu :
1. Negara dipandang sebagai Social fact atau suatu kenyataan sosial.
2. Negara dipandang sebagai redhtliche institution sebagai suatu lembaga hukum.

30
Negara jika dipandang dari segi social fact maka negara dari luar tampak sebagai
suatu kebulatan totalitas sebagai suatu kesatuan kehidupan masyarakat. Sedangkan
dipandang dari segi yuridis maka negara ditinjau dari dalam tampak sebagai suatu
struktur atau organisasi yang terdiri dari lembaga-lembaga negara seperti MPR,
DPR, DPD, Presiden dan lain sebagainya.

6. Teori modern
Menurut Miriam Budiardjo hakikat negara meliputi tiga hal :
1. Sifat memaksa
Dinamakan memaksa bahwa negara mempunyai hak atau wewenang yang diberikan
oleh rakyat kepadanya untuk melakukan tekanan atau pemaksaan agar mentaati
peraturan yang telah dibuat oleh negara.
2. Sifat monopoli
Bahwa negara mempunyai sifat monopoli merupakan hak yang melekat pada negara
bertujuan untuk ketertiban semua penduduk yang menyangkut hajak hidup orang
banyak dikuasai negara.
3. Sifat mencakup semua
Semua peraturan perundang-undangan berlaku untuk semua orang tanpa kecuali

TEORI KEKUASAAN DAN LEGITIMASI


KEKUASAAN NEGARA
Legitimasi atau keabsahan adalah keyakinan anggota-anggota masyarakat bahwa
wewenang yang ada pada seseorang, kelompok atau penguasa adalah wajar dan patut
dihormati. Kewajaran itu berdasarkan persepsi bahwa pelaksanaan wewenang itu sesuai
dengan asas-asas dan prosedur yang sudah diterima secara luas dalam masyarakat dan sesuai
dengan ketentuan-ketentuan dan prosedur yang sah.

LEGITIMASI TEOLOGIS
Legitimasi teologis diartikan bernegara dengan orientasi kepada tuhan atau berdirinya
sebuah negara akibat dari kepanjangan tangan dari kekuasaan tuhan hal ini tampak pada
pembukaan UUD 1945 yang berbunyi atas Berkat Rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan

31
dengan didorong oleh keinginan luruh supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas maka
rakyat indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya.
LEGITIMASI SOSIOLOGIS
Legitimasi sosiologis mempertanyakan mekanisme motivasi mana yang nyata-nyata
membuat masyarakat mau menerima wewenang penguasa, anggota-anggota masyarakat,
kelompok atau penguasa yang wajar dan patut dihormati. Hal ini sesuai dengan teori kontrak
sosial dimana rakyat menyerahkan sebagian kekuasaannya kepada penguasa karna rakyat
ingin hidup damai dan teratur.

LIGITIMASI YURIDIS
Pembenaran yuridis atas keberadaan suatu negara dapat ditandai dengan adanya dasar
hukum yang jelas atas keberadaan atau eksistensi sebuah negara.
Legitimasi yuridis hanya akan gugur atau terhapuskan apabila penguasa lama
digantikan oleh penguasa baru melalui kodeta baik secara damai maupun kekerasan yang
ditandai dengan perubahan bentuk pemerintahan.

LEGITIMASI ETIS
Legitimasi etis lebih mempersoalkan kepada keabsahan wewenang kekuasaan politik
dari segi norma-norma moral. Legitimasi ini muncul dalam dua konteks yaitu pertama setiap
tindakan negara baik legislatif maupun eksekutif dapat dipertanyakan dari segi norma-norma
moral, kedua legitimasi etis menjadi pokok bahasan etikan politik tidak menyangkut masing-
masing kebijaksanaan dari kekuasaan politik melainkan dasar dari kekuasaan politik itu
sendiri.

32
TEORI KONSTITUSI

A. Sejarah Pertumbuhan Konstitusi

Jauh sebelum pemikir barat mengemukakan berbagai konstitusi di zaman Yunani,


sejarah islam telah mencatat sejak Zaman Rasulullah Muhammad SAW telah lahir konstitusi
tertulis yang pertama yang dikenal dengan konstitusi Madinah atau biasa disebut Piagam
Madinah. Piagam Madinah lahir pada tahun 622 M hijrah, Piagam Madinah bertujuan untuk
mengatur kehidupan Bersama di Madinah yang dihuni oleh beberapa macam golongan, untuk
meletakkan dasar aturan pokok tata kehidupan Bersama agar terbentuk kesatuan hidup
diantara seluruh penghuninya. Nabi Muhammad SAW berusaha membangun tatanan
kehidupan Bersama mencakup semua golongan yang ada di kota Madinah. Sebagai Langkah
awal beliau mempersaudarakan antara kaum muslimin pendatang dan kaum muslimin
Madinah. Golongan kaum muslimin pendatang yang biasa disebut kaum muhajirin dan kaum
muslimin Madinah biasa disebut Anshar. Selain kesepakatan antara kaum muslimin tersebut
dibuat juga perjanjian dengan golongan yahudi secara formal yang dalam naskah disebut
Shahifah. Kesatuan hidup yang baru dibentuk dipimpin oleh Nabi Muhammad SAW sendiri.
Dengan demikian di Madinah Nabi Muhammad SAW bukan hanya sebagai Rasul tetapi juga
sebagai Kepala Negara.

Dalam Piagam tersebut dirumuskan kebebasan beragama, hubungan antar kelompok,


kewajiban pertahankan kesatuan hidup dan lain-lain. Isi Piagam Madinah yaitu warga
Madinah yang majemuk, secara politis dibinah dibawah pimpinan Nabi Muhammad SAW.

Apakah shahifah telah memenuhi syarat untuk disebut konstitusi, Marduke Pickthal,
H.A.R. Gibb, Wensinck dan Watt, menyebut shahifah sebagai konstitusi. Namun, masih perlu
diuji lebih jauh apakah shahifah memenuhi syarat untuk sebuah konstitusi.

Sebagian sarjana politik istilah konstitusi diartinya sama dengan UUD tetapi
kepustakaan belanda membedakan pengertian konstitusi dengan UUD. Konstitusi adalah
peraturan tertulis maupun tidak tertulis sedangkan UUD Merupakan bagian yang tertulis
dalam Konstitusi.

Konstitusi merupakan dokumen yang hanya memuat prinsip-prinsip pemerintahan


yang bersifat pundamental. Artinya hanya mengandung hal-hal yang bersifata pokok,
mendasar atau asas-asasnya saja. Dalam konstitusi tidak memasukkan semua peraturan yang

33
berkaitan dengan penyelenggaraan negara dan pemerintahan. Jadi tidak semua masalah yang
dianggap penting bagi negara dimasukan dalam konstitusi atau UUD.

C.F. Strong mengemukakan tidak ada konstitusi yang seluruhnya tidak tertulis
demikian pula tidak ada konstitusi yang seluruhnya tertulis. Sifat dan krakteristi konstitusi
yang demikian agar tidak selalu diubah karena perkembangan zaman dan masyarkat.

Menurut Miriam Budiarjo, konstitusi adalah suatu piagam yang menyatakan cita-cita
bangsa dan dasar organisasi kenegaraan suatu bangsa. Di dalamnya terdapat aturan pokok
yang berkaitan dengan kedaulatan, pembagian kekuasaan, Lembaga-lembaga negara, cita-cita
dan ideologi negara, masalah ekonomi dan sebagainya.

Dari keterangan pengertian konstitusi dan ciri-ciri yang dikemukakan oleh para ahli
maka dapat disimpulkan bahwa : konstitusi adalah himpunan peraturan-peraturan pokok
mengenai penyelenggaraan pemerintahan dalam suatu masyarakat yang berkaitan dengan
organisasi negara, kedaulatan negara, pembagian kekuasan legislative, eksekutif dan
yudikatif, hak-hak dan kewajiban rakyat dan pemerintah dibidang social, politik, ekonomi,
agama, budaya, dan ideologi negara serta cita-cita yang akan dicapai oleh suatu negara.

Berdasarkan konklusi maka harus diakui bahwa piagam Madinah tidak dapat
memenuhinya secara paripurna karena dalam piagam Madinah tidak ditemukan tentang
pembagian kekuasaan antar Lembaga Negara tetapi menetapan adanya pemegang hukum
tertinggi di dalam suatu negara.

Menurut ahli yang berasal dari negara barat, konstitusi sebagai suatu karangka
kehidupan politik telah disusun berdasarkan aturan hukum sejak zaman sejarah Yunani,
dimana mereka telah mengenal beberapa kumpulan hukum. Pada masa kejayaan antara tahun
624 – 404 sebelum Masehi atena pernah mempunyai 11 konstitusi. Aristoteles berhasil
mengumpulkan sebanyak 158 konstitusi dari berbagai negara. Pemahaman konstitusi pada
masa itu hanya merupakan suatu kumpulan dari peraturan serta adat kebiasaan semata-mata.
Pada masa kaisaran roma pengertian konstitusi bertambah arti sebagai suatu kumpulan
ketentuan serta peraturan yang dibuat oleh kaisar atau para preator, termasuk didalamnya
pernyataan dan pendapat para ahli hukum / negarawan serta adat kebiasaan setempat
disamping undang-undang.

Konsep tentang kekuasaan tertinggi (ultimate power) dari para kaisar roma telah
menjelman dalam bentuk “L Etat General” di Prancis, bahkan kegandrungan orang romawi

34
akan “ordo et unitas” telah memberikan inspirasi bagi tumbuhnya paham : demokrasi
perwakilan dan nasionalisme. Paham ini merupakan cikal bakal munculnya paham konstitusi
modern.

Pada abad pertengahan corak konstitusi bergeser kearah feodalisme. System feodal
mengandung suatu pengertian bahwa tanah dikuasai oleh parah tuan tanah suasana ini
dibarengi oleh adanya keyakinan bahwa setiap orang harus mengabdi pada salah satu tuan
tanah sehingga raja yang semestinya mempunyai status lebih tinggi dari pada tuan tanah
menjadi tidak mendapat tempat.

Di Eropa kontinental pihak rajalah yang mempunyai kewenangan yang ditandai


dengan semakin kokohnya absolutisme khususnya di Prancis, Rusia, Prusia, dan Austria pada
abad ke 15. Gejalah ini dimahkotai oleh ucapan “ L ‘Etat C’estmoi” nya Louis ke XIV dari
Prancis.

Di Inggris kaum bangsawanlah yang mendapat kemenangan dan sebagai puncak


kemenangannya di tandai dengan pecahnya “The Glorious Revolution” tahun 1688.
Kemenangan kaum bangsawan dalam revolusi istana menyebabkan berakhirnya absolutisme
di Inggris, serta munculnya parlemen sebagai pemegang kedaulatan. Pada akhirnya 12
Negara koloni Inggri mengeluarkan “Declarations of Independence” dan menentapan
konstitusi-konstitusinya sebagai dasar negara yang berdaulat pada tahun 1776. Deklarasi ini
merupakan bentuk konkretisasi dari teori perjanjian.

Revolusi Prancis tahun 1789 ditandai dengan ketegangan di masyarakat dan


terganggunya stabilitas keamanan negara. Pada tangga 20 Juni 1789 “Estats Generaux”
memproklamirkan dirinya “Constituante” walaupun baru pada 14 September 1791 konstitusi
pertama di Eropa di terima oleh Louis XVI. Sejak itu Sebagian besar negara-negara di Dunia
baik Monarki maupun Republik, negara kesatuan maupun federal sama-sama berdasarkan
konstitusi.

J.J. Rousseau dalam bukunya yang berjudul “Du Contract Social” mengatakan bahwa
manusia itu lahir bebas dan sederajat dalam hak-haknya sedangkan hukum merupakan
ekspresi dari kehendak umum (rakyat). Buku Rousseseau ini sangat menjiwai “De
Declaration des Droit de I’Homme et du Citoyen” karena mengilhami terbentuknya konstitusi
Prancis (1791) khususnya yang menyangkut hak-hak asasi manusia. Pada masa inilah awal
dari konkritisasi konstitusi dalam arti tertulis (modern).

35
Konstitusi tertulis seperti yang ada di Amerika di ikuti oleh berbagai negara di Eropa
seperti Spayol (1812), Norwegia (1844), Nederland (1815), Belgia (1831), Italia (1848),
Austria (1861), Swedia (1866). Dan sampai pada abad ke XIX ada beberapa negara yang
belum mempunyai konstitusi secara tertulis yaitu Inggris, Honggaria dan Rusia. Perlu
diketahui bahwa konstitusi pada saat itu belum menjadi hukum dasar yang penting.

Konstitusi sebagai UUD dan hukum dasar mempunyai arti penting sering disebut
dengan konstitusi modern muncul Bersama dengan semakin berkembangnya system
demokrasi perwakilan dan konsep nasionalisme. Demokrasi perwakilan sebagai pemenuhan
kebutuhan rakyat akan kehadiran Lembaga legislative. Lembaga ini diharapkan dapat
membuat undang-undang untuk mengurangi dan membatasi dominasi hak-hak raja. Alasan
inilah yang mendukung konstitusi sebagai hukum dasar yang lebih tinggi daripada raja
sekaligus terkandung maksud memperkokok Lembaga Perwakilan Rakyat.

Masa Perang dunia 1 tahun 1914 telah banyak memberikan dorongan bagi
konstitusionalisme yaitu dengan jalan menghancurkan pemerintahan yang tidak liberal dan
menciptakan negara-negara baru dengan konstitusi yang berdasarkan demokrasi dan
nasionalisme. Upaya itu dikonkritkan dengan didirikannya liga bangsa-bangsa untuk
perdamaian dunia. Tiga tahun kemudian muncul reaksi keras melawan konstitusionalisme
politik yang ditandai dengan revolusi Rusia (1917) diikuti meletusnya fasisme di Italia,
pemberontakan Nazi di Jerman sampai pada akhirnya Meletus perang dunia ke II.

Perang dunia ke II terhadap konstitusionalisme politik jauh lebih para di bandingkan


pada masa perang dunia ke I. sebab kemenangan dari bangsa-bangsa yang berserikat terhadap
kekuatan tirani saat itu. Perang dunia ke II telah memberikan kesempatan ke dua kepada
bangsa-bangsa untuk menerapkan metode konstitusionalisme terhadap bangunan
internasional melalui piagam perserikatan bangsa-bangsa untuk mencapai perdamaian dunia
yang permanen.

B. Pengertian Konstitusi

Konstitusi berasal dari istilah Bahasa Prancis “constituer” yang artinya membentuk
yaitu pembentukan suatu negara atau Menyusun dan menyatakan suatu negara. Sedangkan
istilah UUD berasal dari Bahasa Belanda “Grondwet”, “Wet” berarti UU dan “Grond” berarti
tanah atau dasar. Jadi pengertian konstitusi dalam praktek dapat berarti lebih luas dari pada

36
UUD. Konstitusi yaitu keseluruhan peraturan-peraturan yang tertulis maupun tidak tertulis
yang mengatur secara mengikat bagaimana pemerintahan diselenggarakan dalam suatu
negara.

Menurut E.C.S.Wade dalam bukunya “Constitutional Law” UUD adalah naskah yang
memaparkan tugas-tugas pokok dari badan pemerintahan suatu negara dan menentukan cara
kerja badan tersebut. Jadi UUD merupakan dasar suatu system yang mengatur pemerintahan
sebagai dasar dalam pelaksanaan kekuasaan.

C. Materi Muatan Konstitusi

UUD sebagai konstitusi tertulis merupakan suatu dokumen formal yang berisi :

1. Hasil perjuangan politik bangsa di waktu yang lampau


2. Tingkat – tingkat tertinggi perkembangan ke tata negaraan bangsa.
3. Pandangan tokoh-tokoh bangsa yang hendak diwujudkan baik waktu sekarang
maupun yang masa akan datang.
4. Suatu keinginan dengan perkembangan kehidupan ke tata negaraan bangsa hendak
dipimpin.

Dari uraian tersebut diatas dapat diambil kesimpulan bahwa konstitusi sebagai
dokumen nasional dan tanda kedewasaan dari kemerdekaan sebagai bangsa juga merupakan
alat yang berisi system politik, system hukum yang hendak diwujudkan.

Menurut Miriam Budiardjo, UUD adalah merupakan suatu ketentuan-ketentuan yang


berisi tentang :

a. Organisasi negara yang terdiri dari kekuasaan eksekutif, legislative, yudikatif serta
pembagian kekuasaan antara pemerintah federal dan pemerintah negara bagian serta
pemerintah pusat dan pemerintah daerah dan penyelesaian masalah pelanggaran
yurisdiksi oleh salah satu badan pemerintah dan sebagainya.
b. Hak asasi manusia.
c. Prosedur mengubah UUD
d. Larangan untuk merubah sifat tertentu dari UUD.

37
BENTUK NEGARA, PEMERINTAH DAN SISTEM PEMERINTAHAN

A. Bentuk Negara
1. Negara Kesatuan

Negara kesatuan dibedakan menjadi dua bentuk :

a. Negara kesatuan dengan system sentralisasi.


b. Negara kesatuan dengan system desentralisasi.

Negara kesatuan dengan system sentralisasi yaitu segala sesuatu dalam negara diatur
oleh pemerintah pusat dan daerah hanya tinggal melaksanakan apa yang di intruksikan oleh
pemerintah pusat.

Negara kesatuan dengan system desentralisasi kepada daerah diberikan kesempatan


untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri yang dikenal dengan istilah daerah
otonom atau otonomi daerah.

Prinsip pembagian kekuasaan pada negara kesatuan adalah kekuasaan atau


kewenangan milik pemerintah pusat sedangkan daerah diberi hak dan kewajiban mengelolah
dan menyelenggaraan Sebagian kewenangan pemerintahan yang dilimpahkan atau
diserahkan. Pemerintah pusat dan pemerintah daerah memiliki garis komando dan hubungan
hierarkis. Pemerintah sebagai subordinasi pemerintahan pusat, namun hubungan yang
dilakukan tidak untuk mengintervensi atau mendikte pemerintah daerah. Kewenangan atau
kekuasaan yang dialihkan kepada daerah dalam kondisi tertentu dapat ditarik dipusat apabila
daerah tidak mampu menjalankan dengan baik kewenangan yang dilimpahkan atau
diserahkan terebut.

2. Negara Federal

Negara federal adalah bentuk negara yang terdiri dari beberapa negara yang
mengikatkan diri untuk menjadi suatu negara baru dengan masing-masing memberikan
Sebagian dari kedaulatannya pada pemerintah pusat.

38
Ciri-ciri negara federal :
a. Pemerintahan dibagi menjadi dua yaitu pemerintah pusat dan sejumlah pemerintah
negara bagian, kecuali ditentukan lain oleh konstitusi masing-masing mempunyai
kedaulatan sendiri.
b. Pemerintah pusat mempunyai kekuasaan penuh atas nama negara bagian dalam
berhubungan dengan negara-negara lain.
c. Kekuasaan antara pemerintahan pusat dengan pemerintahan negara bagian diatur
sehingga masing-masing pemerintahan berpengaruh langsung terhadap warga
negara. Pemerintahan negara bagian tidak hanya sebagai pelaksana kebijaksanaan
pemerintah pusat.
d. Terdapat badan peradilan yang berfungsi sebagai badan menengah. Peradilan ini
menjamin bahwa baik pemerintah pusat maupun pemerintah negara bagian tidak
melangkah diluar kekuasaan yang diatur dalam konstitusi.

3. Negara Konfederasi

Negara konfederasi adalah gabungan dari beberapa negara yang berdaulat penuh
dalam rangkah mempertahankan kemerdekaan eksternal dan internal Bersatu atas dasar
perjanjian internasional yang diakui untuk menyelenggarakan atau perlindungan terhadap
keamanan anggota negara konfedrasi tidak terhadap warga negara dimasing-masing negara
konfederasi.

39

Anda mungkin juga menyukai