Anda di halaman 1dari 6

Nama: Nur Kumala

Nim: C74219060
Kelas: HTN B
Semester: 6 (Enam)
Matkul: Hukum HAM

PIAGAM MADINAH
Piagam Madinah secara formal mengatur tentang hak-hak sipil (civil right)
atau lebih dikenal dengan hak asasi manusia (HAM), jauh sebelum deklarasi Universal
PBB tentang HAM tahun 1948.
Pada pembukaan Piagam Madinah telah menyebutkan bahwa “semua manusia itu adalah
umat yang satu(umatan wahidah), yang dilahirkan pada sumber yang sama”.
Dalam pengertian ini mengisyaratkan kepada kita, bahwa pada dasarnya setiap individu
manusia atau kelompok tidak ada perbedaan dalam segala hal.
Selain adanya persamaan hak diantara setiap manusia, dalam piagam Madinah juga telah
menjelaskan adanya kebebasan— kebebasan dalam ruang lingkup syari’ah—yang
membedakan dengan kebebasan zaman sekarang, yang memprioritaskan hawa nafsu
dibandingkan dengan syari’at.
Prinsip Pengakuan HAM pada Piagam Madinah
Ada dua prinsip dasar yang terdapat dalam Piagam Madinah, pertama, kebebasan
beragama dan kedua, adanya pemikiran humanistik, solidaritas dan melindungi persamaan
hak serta persamaan atas segala yang berhubungan dengan manusia dari seluruh warganya.
Kebebasan dalam Piagam Madinah merupakan salah satu ciri modernitas dan komitmen
Islam terhadap HAM. Setiap manusia dilahirkan dalam keadaan bebas, mereka setara dalam
kemuliaan dan hak.
Dalam prinsip kebebasan beragama, terdapat perintah moral untuk menjaga agama. Dalam
pengertian, tidaklah diperkenankan adanya perbuatan diskriminatif terhadap agama lain,
dalam upaya menjaga perdamaian antar agama, suku, dan ras.
Kemudian, dengan prinsip yang berdasar pada pemikiran humanistik, solidaritas melindungi
persamaan hak serta persamaan atas segala yang berhubungan dengan manusia dari seluruh
warganya akan mewujudkan suatu masyarakat yang toleran.
Dengan adanya masyarakat toleran akan mampu menciptakan suasana yang aman, damai dan
tentram, tanpa adanya diskriminasi antar individu atau golongan.
HAK DAN KEWAJIBAN DALAM PIAGAM MADINAH
A. Persamaan Hak dalam Piagam Madinah
1. Persamaan Hak dalam Kebebasan BeragamaAgama Islam sangat menghargai hak-hak
asasi manusia. Diantarahak-hak tersebut adalah hak kebebasan beragama. Dalamal-
Qur'andisebutkan “tidak ada paksaan dalam beragam”. Ini berarti bahwa agamaIslam sangat
menghargai pilihan seseorang atas keyakinannya terhadap suatuagama, sehingga tidak
seorangpun berhak untuk memaksa orang lainmengikuti agamanya. Dalam Piagam Madinah
pasal 25 disebutkan: "SesungguhnyaYahudi bani Auf satu ummat bersama orang-orang
mukmin, bagi kaumYahudi agama mereka dan bagi orang-orang muslim agama
mereka,termasuk sekutu-sekutu dari diri mereka, kecuali orang yang berlaku zalimdan
berbuat dosa atau khianat, karena sesungguhnya orang yang demikianhanya akan
mencelakakan diri dan keluarga."Pasal ini memberikan jaminan kebebasan beragama.
Diantarawujud kebebasan beragama itu adalah beribadat menurut agama masing-masing
Pada pasal ini juga dinyatakan bahwa kaum Yahudi adalah satuummat bersama kaum
mukmin. Penyebutan demikian, mengandung artibahwa (dilihat dari kesatuan atas dasar
agama) orang-orang Yahudimerupakan satu komunitas yang paralel dengan komunitas kaum
mukmin.Dalam kehidupan bersama itu komunitas Yahudi bebas dalam melaksanakanagama
mereka. Kemudian pada pasal 20 disebutkan’sesungguhnya orang-orangmusyrik tidak boleh
melindungi harta dan jiwa orang Quraisy dan tidakcampur tangan terhadap lainnya yang
melewan orang mukmin”.Disebutnya “orang musyrik” pada pasal ini,
mengandungpengakuan akan adanya penganut paganisme yang merupakan bagianterbesar
dari warga Madinah pada permulaan Nabi Muhammad SAW beradadi Madinah. Dalam
Piagam Madinah mereka tidak dinyatakan sebagaimusuh orang-orang Islam. Kepada mereka
disampaikan dakwah yang tidakdisertai dengan paksaan. Maka dari itu, Piagam Madinah
telah memberijaminan kebebasan beragama bagi orang-orang Yahudi sebagai suatukomunitas
dalam mewujudkan kerjasama dengan sesama kaum muslimin.Dengandemikian,
PiagamMadinah mengakui eksistensikomunitas-komunitas agama, menjamin kemerdekaan
dan kebebasan melaksanakan ajaran agamanya dan menghormati hak kebebasan personalbagi
setiaporang dalammemilihagama dankeyakinanyangdikehendakinya. Bahkan yang tidak
memilih agama juga harus dihormati."
2. Persamaan Hak dalam Mendapatkan Pekerjaan dan Penghidupan yangLayakSebagaimana
telah disebutkan sebelumnya, bahwa setiap manusiaberhak untuk hidup layak (berkecukupan)
secara ekonomi. Untuk menunjangkebutuhan ekonominya, maka setiap manusia harus
mendapatkan pekerjaanyang sesuai dengan keinginan dan kemampuannya.Dalam Piagam
Madinah pasal 37 disebutkan: “Sesungguhnya kaumYahudi wajib menanggung nafkah
mereka dan orang-orang mukmin wajibmenanggung nafkah mereka sendiri”. Pasal ini
menyiratkan bahwa setiapwarga negara mempunyai kedudukan yang sama dalam hal
mendapatkanpekerjaan, artinya negara tidak melakukan diskriminasi ekonomi
terhadapwarganya, karena bagi setiap mereka harus menanggung beban
nafkahnyasendiri.Kemudian pada pasal 11 disebutkan: "sesungguhnya orang-orangmukmin
tidak boleh membiarkan seorang diantara mereka menanggungbeban utang dan beban
keluarga yang harus diberi nafkah”. Pasal inimenegaskan kewajiban tolong-menolong bagi
setiap anggota masyarakatdalam negara Madinah, khususnya orang mukmin. Pada pasal yang
lain Pulungan, Prinsip-prinsip Pemerintahan dalam Piagam Madinah dalam negara Madinah,
khususnya orang mukmin. Pada pasal yang lainditegaskan bahwa tolong-menolong tersebut
juga berlaku untuk golonganyang lain, seperti Yahudi. Sebagaimana disebutkan dalam pasal
16 yang berbunyi: “Sesungguhnya orang Yahudi yang mengikuti kita berhakmendapat
pertolongan dan persamaan tanpa ada penganiayaan dan tidak adayang menolong musuh
mereka”.Prinsip tolong-menolong yang berupa kepedulian orang-orangberekonomi kuat
membuat orang-orang berekonomi lemah akanmenciptakan hubungan yang harmonis antara
golongan kaya dan golonganmiskin, sekaligus sebagai upaya pengentasan kemiskinan yang
bermuarapada terciptanya kehidupan yang layak bagi setiap warga negara.Dengan demikian,
maka kesempatan yang sama dalamhalmendapatkan pekerjaan dan penghidupan yang layak
adalah hak bagi setiapwarga negara yang diatur juga dalam Piagam Madinah.
3. Persamaan Hak dalam Mendapat PendidikanHak untuk mendapatkan pendidikan dalam
Piagam Madinah tidakdisebutkan, baik secara eksplisit maupun implisit. Akan tetapi
dalamprakteknya, Nabi Muhammad SAW yang merupakan pemimpin tertinggimasyarakat
Madinah atau Kepala Negara mempunyai kepedulian yangsangat tinggi terhadap pendidikan.
Hal ini terlihat ketika perang Badarberakhir dan kemenangan berada ditangan kaum
muslimin, banyak diantaram mukaum musyrik yang menjadi tawanan perang. Setelah itu
terjadi kesepakatan untuk menukar tawanan dengan membayar tebusan. Bagi yang tidak
mampumembayar tebusan, tetapi mempunyai kepandaian membaca dan menulis,diwajibkan
mengajar penduduk Madinah yang tidak pandai membaca danmenulis. Setiap tawanan
mengajar 10 orang. Kepedulian Nabi Muhammad SAW terhadap pendidikan terlihatjuga
dengan adanya kebijakan untuk mengangkat amil atau amir yangmengurusi bidang
pendidikan dan pengajaran agama bagi penduduk yangbaru masuk Islam.
4. Persamaan Hak dalam Kebebasan Berserikat dan BerkumpulKebebasan berserikat dan
berkumpul yang merupakan hak asasidari setiap manusia juga diakui dalam Piagam Madinah.
Hal ini terlihatsebagaimana yang terdapat dalam pasal 3-10, setiap akhir kalimat dari pasal-
pasal tersebut tertulis “....... dan setiap golongan menebus tawanan sendiridengan cara yang
makruf dan adil diantara orang-orang mukmin".Penyebutan “setiap golongan” dalam naskah
tersebut secara implisitmenunjukkan bahwa Piagam Madinah mengakui adanya golongan-
golongandalam masyarakat Madinah, dan tidak berusaha memberangus identitasmereka. Hal
ini juga terlihat dengan disebutkannya bani-bani dalam naskahPiagam Madinah. Meskipun
tidak secara eksplisit tertulis adanya kebebasan berserikatdan berkumpul, namun pengakuan
Piagam Madinah atas adanya golongan-golongan dalam masyarakat mengandung arti bahwa
negara Madinahmengakui adanya hak kebebasan berserikat dan berkumpul bagi
warganegaranya, dan hak tersebut berlaku untuk seluruh masyarakat Madinah.
5. Persamaan Hak dalam Mendapatkan Jaminan Hukum dan KeadilanPrinsip ini mendapat
posisi dalamPiagam Madinah yangdinyatakan secara tegas sebagai sistemperundang-
undangan dalamkehidupan masyarakat Madinah. Dalam pasal 2-10 dinyatakan “.......
dansetiap golongan menebus tawanan sendiri dengan cara yang makruf dan adildiantara
orang-orang mukmin”. Penyebutan kata "adil” setelah “makruf"disini, menekankan
ketidakbolehan tentang adanya pihak yang dirugikan.Esensi ketetapan pasal-pasal tersebut,
agar permusuhan dan dendamtidak berkelanjutan diantara pihak-pihak yang bersengketa,
sehinggahubungan sosial dan silaturrahmi mereka tetap harmonis. Ini bisa terwujudbila
semua pihak merasakan keadilan.Pada pasal 13 disebutkan: “Sesungguhnya orang-orang
mukminyang bertaqwa harus melawan orang yang memberontak diantara mereka,atau orang
yang bersikap zalim atau berbuat dosa, atau melakukanpermusuhan atau kerusakan diantara
orang-orang mukmin dan kekuatan mereka bersatu melawannya walaupun terhadap anak
salah seorangdiantara mereka”.Pasal ini menegaskan bahwa seorang mukmin harus bersikap
adildalam menentang pelaku kejahatan, ketidakadilan dan dosa sekalipunterhadap anak
sendiri. Sebab, seorang mukmin yang membiarkan ataumenutup-nutupi anak dan orang
dekatnya melakukan kejahatan merupakancerminan sikap yang tidak adil. Seorang mukmin
yang adil menentangsiapapun yang melakukan kejahatan agar ketidakadilan tidak
merajalela.Adanya jaminan kepastian hukum juga diakui dalam PiagamMadinah. Dalam
pasal 21 disebutkan: “Sesungguhnya barangsiapamembunh seorang mukmin dengan cukup
bukti, maka sesungguhnya iaharus dihukum bunuh dengan sebab perbuatannya itu, kecuali
wali siterbunuh rela (menerima diyat) dan seluruh orang-orang mukmin bersatuuntuk
menghukumnya”. Kemudian dilanjutkan dengan pasal 22 yangberbunyi “Sesungguhnya tidak
dibenarkan bagi orang-orang mukmin yangmengakui isi sahifah ini dan beriman kepada
Allah dan hari akhir menolongpelaku kejahatan dan tidak pula membelanya. Siapa yang
menolong ataumembelanya maka sesungguhnya ia akan mendapat kutukan dan
amarahses100I Allah dihari kiamat, dan tidak ada suatu penyesalan dan tebusan yang
dapatditerima dari padanya”. Lebih tegas lagi disebutkan dalam pasal 36 yangberbunyi
“sesungguhnya tidak dihalangi seseorang menuntut haknya (balas)karena dilukai, dan siapa
melakukan kejahatan berarti ia melakukan
kejahatan atas diri dan keluarganya, kecuali teraniaya. Sesungguhnya Allahmemandang baik
(ketentuan) ini”.Prinsipkeadilandanjaminanhukumditegaskandenganmenyebutkan bahwa
setiap orang tidak menanggung kesalahan orang laindan bagi yang teraniaya akan
mendapatkan pertolongan dan pembelaan. Halini tertuang dalam pasal 37 yang berbunyi
“Sesungguhnya seseorang tidakikut menanggung kesalahan sekutunya, dan pertolongan atau
pembelaandiberikan kepada orang yang teraniaya”.Keadilan dan jaminan hukum tersebut
tidak hanya berlaku bagiorang-orang mukmin, akan tetapi juga berlaku bagi seluruh warga
negaraMadinah. Dalam pasal 46 disebutkan “Sesungguhnya kaum Yahudi Aus,sekutu, dan
diri mereka memperoleh hak dan kewajiban seperti apa yangdiperoleh kelompok lain
pendukung sahifah ini serta memperoleh perlakuanyang baik dari semua pemilik sahifah ini.
Sesungguhnya kebaikan berbedadari kejahatan. Setiap orang bertanggungjawab atas
perbuatannya sendiri”.Pasal ini menegaskan adanya perlakuan yang sama bagi pendukung
sahifah(warga negara Madinah), serta bagi setiap perbuatan yang dilakukan olehwarga negara
memperoleh implikasi hukum yang harus ditanggung sendiri.Kemudian dalam pasal 16
disebutkan “Sesungguhnya orang Yahudiyang mengikuti kita berhak mendapat pertolongan
dan persamaan tanpa adapenganiayaan dan tidak ada yang menolong musuh mereka”.
Dengan demikian, maka mendapatkan jaminan hukum dan keadilan adalah hak bagisetiap
warga negara Madinah, tanpa terkecuali.
6. Persamaan Hak dalam Kebebasan BerpendapatBerpendapat adalah hak bagi setiap
manusia, yang berarti pulabahwa berpendapat adalah hak bagi setiap warga negara. Berkaitan
dengan kebebasan berpendapat bagi warga negara, Piagam madinah dalam pasal 23
menyebutkan “Sesungguhnya bila kamu berbeda (pendapat) mengenaisesuatu, maka dasar
penyelesaiannya (menurut ketentuan) Allah dan NabiMuhammad SAW”.Dalam pasal ini
dengan jelas membolehkan bagi siapapun untukberpendapat. Maka akan berakibat pada
banyak pendapat yang muncul. Bilahal ini tidak diatur secara baik, maka bisa menimbulkan
perpecahan.Perpecahan semacam ini, tentunya tidak diinginkan oleh siapapun untukterjadi,
sehingga harus ada penengah sebagai penyelesai atau pemutus.Dalam pasal inidisebutkan
bahwa penyelesaiannya dalah menurut ketentuanAllah dan Nabi Muhammad SAW.Dalam
pasal 23 tidak disebutkan siapa yang boleh atau tidak bolehberpendapat, maka tentunya hal
itu ditujukan kepada seluruh warga negaraMadinah.
Kemudian pada pasal 37 disebutkan “..... dan bahwa diantaramereka saling memberi daran
dan nasihat yang baik berbuat kebaikan, tidak dalam perbuatan dosa”. Pasal ini juga
mengisyaratkan adanya jaminankebebasan berbicara dan menyatakan pendapat bagi
penduduk Madinah.Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa Piagam
Madinahmemberikan hak kebebasan kepada penduduk Madinah, tanpa kecuali
untukmengutarakan pendapat-pendapatnya.
7. Persamaan Hak dalam Mempertahankan KebudayaanKebudayaan merupakan hasil dari
cipta, rasa, dan karsa manusiaharus dipertahankan sebagai identitas dari masing-masing
kelompok dangolongan yang ada dalam sebuah negara. Ini penting, mengingat
negaramerupakan kumpulan dari beberapa kelompok dan golongan yang masing-masing
mempunyai identitasnya sendiri. Dalam hal ini, mempertahakankebudayaan harus dipandang
sebagai hak dari masing-masing kelompok dangolongan yang ada dalam sebuah negara.
Dalam rangka mempertahankan kebudayaan tersebut, tentunya kebudayaan yang pantas
dipertahankan adalah kebudayaan yang dianggapbaik oleh standar norma yang diberlakukan
negara, yang merupakankesepakatan seluruh elemen pendukung negara.Piagam Madinah
yang merupakan konstitusi negara Madinah jugasangat menghargai adanya kebudayaan (adat
istiadat) yang melekat pada 63 Pulungan, Prinsip-prinsip Pemerintahan, setiap warga negara
Madinah. Dalam pasal 2 disebutkan “GolonganMuhajirin dari Quraisy tetap mengikuti adat
kebiasaan baik yang berlakudikalangan mereka...... dan seterusnya”. Kemudian pada pasal 3-
10, dengan menyebutkan Bani-bani yang ada di Madinah, ditegaskan bahwa bagimereka juga
berhak mempertahankan adat kebiasaan baik yang berlakudikalangan mereka, dengan
susunan redaksional persis seperti pasal 2. Pengakuan atas adat istiadat yang berlaku di
kalangan warga Madinah tersebut sebagai upaya penghargaan terhadap kebudayaan
yangmelekat pada setiap warga negara.Dengan demikian, maka mempertahankan kebudayaan
merupakanhak bagi setiap warga negara Madinah yang diakui dan dinyatakan secaraeksplisit
dalam Piagam Madinah.
B. Persamaan Kewajiban dalam Piagam Madinah
1. Persamaan Kewajiban dalam Pertahanan NegaraUntuk mewujudkan masyarakat yang
makmur dan sejahtera,diperlukan adanya stabilitas, diperlukan adanya pertahanan negara
yangkuat. Maka menjadi kewajiban bagi seluruh warga negara untuk ikutberperan dalam
rangka memperkuat pertahanan negara.Dalam piagam Madinah pasal 13 disebutkan
"sesungguhnya orang-orang mukmin yang bertakwa harus melawan orang yang
memberontakdiantara mereka, atau orang yang bersikap dzolim atau berbuat dosa, atau
melakukan permusuhan atau kerusakan diantara orang-orang mukmin, danbahwa kekuatan
mereka bersatu melawan walaupun terhadap anak salahseorang diantara mereka”.Pasal ini
tegas mengatakan bahwa kewajiban bagi orang mukminuntuk melawan pemberontakan dan
perbuatan melawan hukum lainnya,yang dilakukan oleh siapapun, bahkan oleh anak mereka
sendiri. Ini adalahsikap tegas yang diterapkan oleh Muhammad SAW. Sebagai
pemimpintertinggi di Madinah.Dalam pasal 37 disebutkan “...... diantara mereka harus
adakerjasama atau tolong menolong dalam menghadapi orang yang menyerangwarga sahifah
ini, dan mereka saling memberi saran atau nasehat danberbuat kebaikan, bukan perbuatan
dosa”. Kemudian dalam pasal 44 disebutkan “sesungguhnya diantara mereka harus ada
kerjasama, tolongmenolong untuk menghadapi orang yang menyerang kota Yastrib”.Dari
kedua pasal terakhir ini menjadi jelas bahwa kewajibanpertahanan negara tidak hanya
menjadi tanggung jawab orang mukmin saja,melainkan menjadi tanggung jawab seluruh
warga Madinah. pada psal 44 tidak ditujukan kepada satu golongan diantara mereka,
sehinggabisa dipastikan bahwa pertahanan negara menjadi kewajiban bersama.Kemudian,
dalam masalah pembiayaan perang juga menjaditanggung jawab bersama. Pada pasal 24 dan
38 disebutkan “sesungguhnya
kaum yahudi bersama orang-orang mukmin bekerjasama menanggungpembiayaan selama
mereka menghadapi peperangan bersama”.Ketetapan yang menuntut segenap warga Madinah
berpartisipasi dalam mewujudkan pertahanan dan keamanan intern kota Madinah
danbekerjasama memikul beban bila mereka menghadapi musuh bersama adalahtuntunan
yang wajar dan obyektif. Sebab, mereka semua menghendakiterciptanya situasi yang aman
dan tenteram.Untuk mewujudkanketenteraman dan keamanan bukan hanya menjadi tanggung
jawab satupihak, melainkan juga menjadi tanggung jawab semua pihak untukIlu
kemaslahatan bersama.
2. Persamaan Kewajiban dalam Mematuhi Kebijakan PemerintahKewajiban ini tidak secara
eksplisit tertulis dalam naskah PiagamMadinah, namun di dalamnya disebutkan bahwa setiap
terjadi peristiwa atauperselisihan, maka paenyelesaiannya menurut
ketentuanAllahdanMuhammad. “S Sebagaimana tertuang dalam pasal 42, yang
selengkapnyaberbunyi “sesungguhnya bila diantara pendukung sahifah ini terjadi
suatuperistiwa atau perselisihan yang dikhawatirkan menimbulkan bahaya ataukerusakan,
maka penyelesaiannya (menurut ketentuan) Allah danMuhammad Rasulullah SAW. dan
sesungguhnya Allah membenarkan danmemandang baik isi sahifah ini”.Pulungan, Prinsip-
prinsip Pemerintahan,
Kemudian pada pasal 23 disebutkan "sesungguhnya bila kamuberbeda (pendapat) mengenai
sesuatu, maka dasr panyelesaiannya (menurutketentuan) Allah dan Muhammad”.Dari dua
pasal di atas, jelas sekali peran Muhammad saw. Yangmerupakan kepala negara.“ dalam
memutuskan segala permasalahan yangmuncul dalam masyarakat madinah. Fungsi ini tidak
terbatas pada perbedaanpendapat dan perselisihan di kalangan umat Islam saja, tetapi juga
merekayang bukan muslim.Kemudian pada pasal 36 disebutkan “sesungguhnya
tidakseorangpun dari mereka (penduduk Madinah) dibenarkan keluar kecualidengan izin
Muhammad”. Pasal ini dengan tegas menjelaskan tentangkewajiban bagi warga negara
Madinah untuk mematuhi kebijakanMuhammad saw. Yang merupakan pemegang kekuasaan
pemerintahan, iniberlaku bagi seluruh warga negara Madinah

Anda mungkin juga menyukai