Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah ISU-ISU POLITIK
KONTEMPORER
Disusun Oleh :
Page | 1
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum.wr.wb
Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan segala karunianya yang
tidak terhingga, khususnya nikmat Iman dan Islam. Sholawat dan Salam semoga
selalu tercurah atas Baginda Nabi Muhammad SAW, dan atas keluarga dan
sahabat beliau serta orang-orang yang mengikuti jejak langkah mereka itu hingga
akhir zaman.
Dengan mengucapkan rasa syukur kepada Allah SWT makalah ini telah dapat
saya selesaikan, dengan judul Konstitusi Negara Islam.. Tidak lupa saya ucapkan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Hindiana Sava Husada, Sebagai
Dosen Pembimbing mata kuliah isu-isu politik kontemporer, atas bimbingannya
sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan tepat waktu.
Terimakasih pula kami ucapkan kepada rekan-rekan semua , atas segala
bantuannya. saya menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, dan
penuh dengan kekurangan, mudah-mudahan bisa lebih disempurnakan lagi di
masa-masa mendatang.
Akhirnya semoga pekerjaan kita ini terhitung sebagai amal shaleh oleh Allah
SWT. Aamiin.
Wassalamualaikum.wr.wb
Penulis
Page | 2
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...........................................................4
B. Rumusan Masalah......................................................4
C. Tujuan........................................................................4
BAB II PEMBAHASAN
A. Konstitusi Negara Madinah.......................................5
Page | 3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Negara dalam pandangan Islam merupakan suatu alat untuk menjamin
pelaksanaan Hukum Islam secara utuh baik hubungan manusia dengan manusia
maupun hubungan manusia dengan Sang Pencipta, Allah SWT. Salah satu contoh
adalah hal sistem ekonomi, Islam yang sangat menjunjung tinggi hak kepemilikan
setiap rakyat dari lapisan manapun. Setiap rakyat diberi kebebasan untuk memiliki
apa saja dan berapa saja, yang terpenting didapatkan secara halal, tidak merugikan
orang lain dan ta’at mengeluarkan zakat dari sebahagian hartanya untuk membantu
orang-orang yang lemah.
Kedudukan Negara dalam Islam sangat penting, karena menegakkan
hukum Islam dalam kehidupan masyarakat secara sempurna dan efektif melalui
Negara. Banyak dalil-dalil untuk menegakkan dan menetapkan suatu perkara
dengan hukum Allah. Ini menunjukkan bahwa menerapkan hukum Allah dalam
kehidupan manusia ini membutuhkan sebuah alat kekuasaan, yaitu; Negara.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Konstitusi Negara Madinah?
C. Tujuan
1. Mengetahui Konstitusi Negara Madinah.
Page | 4
BAB II
PEMBAHASAN
1
Munawir Sjadzali, Islam dan Tata Negara (Ajaran, Sejarah dan Pemikiran), (Jakarta: UI Press, 1990), 9-10.
2
Ahmad Sukardja, Piagam Maadinah dan Undang-Undang Dasar 1945 (Kajian Perbandingan Tentang Dasar
Hidup Bersama dalam Masyarakat yang Majemuk), (Jakarta: UI Press, 1995), 2.
Page | 5
secara damai. Perjanjian Madinah ini mengatur kelompok yang tingal di Madinah
pada masa Nabi Muhammad SAW, baik muslim, nonmuslim, maupun kaum lain.3
Perjanjian tertulis itu oleh kebanyakan penulis dan peneliti sejarah Islam
serta pakar politik Islam disebut sebagai konstitusi negara Islam pertama. Tetapi
yang menarik di antara ketetapan di dalamnya tidak ada yang menyebut tentang
bentuk pemerintahan, struktur kekuasaan, dan perangkat-perangkat pemerintahan
sebagai lazimnya suatu konstitusi, namun para pakar sejarah menyebutnya sebagai
suatu konstitusi. Para ahli dalam menilai dan berpendapat tentang naskah penting
yang ditinggalkan oleh Nabi Muhammad itu tidak sama. Tetapi di dalam suatu hal
pendapat mereka bersamaan, ialah naskah itu adalah suatu dokumen politik yag
paling lengkap dan paling tua umurnya di dalam sejarah.4
3
Nina M. Armando (et al.), Ensiklopedi Islam (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 2005), 304.
4
Zainal Abidin Ahmad, Piagam Nabi Muhammad SAW: Konstitusi Negara Tertulis yang Pertama di Dunia,
(Jakarta: Bulan Bintang, 1973), 51.
Page | 6
munkar, ketakwaan dan kepemimpinan yang terangkum dalam butir-butir piagam
yang terdiri dari 47 pasal.
Page | 7
Abdul Husein Sya’ban dalam Fiqh al-Tasamuh fi al-Fikr al-‘Arabi al-
Islami: al-Tsaqafah wa al-Daulah, menegaskan bahwa Piagam Madinah puncak
dari toleransi dalam Islam. Piagam tersebut disebut puncak toleransi bukan hanya
sekedar berupa naskah perjanjian, tetapi karena sudah diterjemahkan dalam
dokumen politik, terutama melalui sebuah konstitusi Madinah. Bahkan, menurut
Husein Sya’ban, sikap yang diambil Nabi merupakan kelanjutan kesepakatan
perdamaian yang sudah dilaksanakan di Mekah, yang dikenal dengan Hilf al-
Fudhul. Kesepakatan itu dikeluarkan pada abad ke-6 M, atau sekitar tahun 590-an,
yang berisi perihal pentingnya menolak berbagai macam bentuk penindasan dan
kezaliman, menegakkan persamaan bagi orang-orang Mekah dan mereka yang
datang ke kota suci, menegakkan kebenaran dan membela hak-hak orang yang
dizalimi, menjaga hak hidup setiap orang dan menjadikan lembaga elit Mekah
sebagai rujukan untuk mengatasi kezaliman. Dapat dipahami, bahwa Piagam
Madinah pada hakikatnya merupakan sebuah kelanjutan dari kesepakatan yang
dibuat pada masa Mekah, yang mana kesepakatan tersebut mengalami
kemandegan, karena orang-orang Quraisy yang merupakan kelompok mayoritas
kerapkali melanggar kesepakatan tersebut.5
Page | 8
Melihat dari isi Piagam Madinah, dapat diketahui, bahwa Nabi Muhammad
dalam kebijakan beliau yang besar menunjukkan semangat demokrasi yang luar
biasa jauh dari kecenderungan otoriter, Rasulullah menyusun perjanjian tersebut
berdasarkan prinsip-prinsip kontrak sosial, berdasarkan persetujuan dari semua
orang yang akan terpengaruh oleh pelaksanaannya itu sendiri. Piagam Madinah
juga mampu mengubah eksistensi orang-orang mukmin dan masyarakat lainnya
dari sekedar kumpulan manusia menjadi masyarakat politik, yaitu suatu
masyarakat yang memiliki kedaulatan dan otoritas politik di wilayah Madinah
sebagai tempat mereka hidup bersama, bekerja sama dalam kebaikan atas dasar
kesadaran sosial mereka, yang bebas dari pengaruh dan penguasaan masyarakat
lain dan mampu mewujudkan kehendak mereka sendiri, tetapi tetap berdasarkan al-
Qur’an.
6
Ahmad Syafi’i ma’arif, Islam dan Politik: Teori Belah Bambu (Masa Demokrasi Terpimpin 1959-1965),
(Jakarta: Gema Insani Press, 1996), 151.
Page | 9
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Di Madinah untuk pertama kali lahir satu komunitas Islam yang bebas dan
merdeka di bawah pimpinan Nabi, dan terdiri dari para pengikut Nabi yang datang
dari Makkah (Muhajirin) dan penduduk madinah yang telah memeluk Islam
(Ansar). Nabi Muhammad membuat suatu piagam politik untuk mengatur
kehidupan bersama di Madinah yang dihuni oleh beberapa macam golongan yang
disebut Piagam Madinah.
Dalam piagam itu dirumuskan prinsip-prinsip dan dasar-dasar tata
kehidupan bermasyarakat, kelompok-kelompok sosial Madinah, jaminan hak, dan
ketetapan kewajiban. Dalam Piagam Madinah juga Nabi menetapkan agar orang-
orang mukmin bersatu dan saling membela satu sama lain dalam menegakkan
Islam bila ada orang lain yang merintangi seorang mukmin yang berjuang di jalan
Allah
Sebagai kepala negara, Nabi telah melaksakan tugas-tugasnya, yaitu beliau
membuat undang-undang dalam bentuk tertulis, mempersatukan penduduk
Madinah untuk mencegah konflik-konflik diantara mereka agar terjamin ketertiban
intern, menjamin kebebasan bagi semua golongan, mengatur militer, memimpin
peperangan, dan melaksanakan hukuman bagi pelanggar hukum.
Melihat dari isi Piagam Madinah, dapat diketahui, bahwa Nabi Muhammad
dalam kebijakan beliau yang besar menunjukkan semangat demokrasi yang luar
biasa jauh dari kecenderungan otoriter.
Page | 10
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Sukardja. 1995. Piagam Maadinah dan Undang-Undang Dasar 1945 (Kajian
Perbandingan Tentang Dasar Hidup Bersama dalam Masyarakat yang
Majemuk). Jakarta: UI Press.
Ahmad Syafi’i ma’arif. 1996. Islam dan Politik: Teori Belah Bambu (Masa Demokrasi
Terpimpin 1959-1965). Jakarta: Gema Insani Press.
Munawir Sjadzali. 1990. Islam dan Tata Negara (Ajaran, Sejarah dan Pemikiran). Jakarta: UI
Press.
Nina M. Armando. 2005. Ensiklopedi Islam. Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve.
Zainal Abidin Ahmad. 1973. Piagam Nabi Muhammad SAW: Konstitusi Negara Tertulis
yang Pertama di Dunia. Jakarta: Bulan Bintang.
Zuhairi Misrawi. 2009. MADINAH: Kota Suci, Piagam Madinah, dan Teladan Muhammad
SAW. Jakarta: PT Kompas Media Nusantara.
Page | 11