Anda di halaman 1dari 11

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/337758441

PANDANGAN ISLAM MENGENAI HUBUNGAN AGAMA DAN NEGARA

Article · December 2019

CITATIONS READS

0 5,253

1 author:

Prahasti Suyaman
Universitas Muhammadiyah Sukabumi
4 PUBLICATIONS   1 CITATION   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Pemetaan Kondisi Cabang dan Ranting serta Amal Usaha Ortom ‘Aisyiyah di Sukabumi View project

All content following this page was uploaded by Prahasti Suyaman on 05 December 2019.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


71

PANDANGAN ISLAM
MENGENAI HUBUNGAN AGAMA DAN NEGARA

Oleh:
Prahasti Suyaman *)

ABSTRAK

Agama dan Negara adalah dua hal yang sering disejajarkan secara konfrontatif, seolah-olah antara keduanya tidak mungkin dibangun hubungan yang saling
melengkapi. Secara garis besar dan umum, perbincangan tentang hubungan agama dan negara telah melahirkan ‘blok-blok’ dalam kalangan peneliti dan juga di
kalangan umat Islam. Di kalangan umat Islam sampai sekarang terdapat tiga aliran tentang hubungan antara Islam dengan agama dan negara. Aliran pertama
berpendirian bahwa Islam adalah satu agama yang sempurna lengkap dengan pengaturan bagi segala aspek kehidupan manusia termasuk kehidupan bernegara.
Aliran kedua berpendirian bahwa Islam adalah agama dalam pengertian barat, yang tidak ada hubungannya dengan urusan kenegaraan. Aliran ketiga menolak
pendapat bahwa Islam adalah suatu agama yang serba lengkap. Tetapi aliran ini juga menolak anggapan bahwa Islam adalah agama dalam pengertian Barat.
Aliran ini berpendapat bahwa dalam Islam tidak terdapat sistem ketatanegaraan, tetapi terdapat seperangkat tata nilai etika bagi kehidupan bernegara.

Kata Kunci: Islam, Agama, Negara

I. PENDAHULUAN menjadi faktor-faktor yang sangat penting dalam


Agama, seperti dinyatakan banyak orang, menentukan watak sebuah negara Islam.
dapat dilihat sebagai instrumen Ilahiah untuk Secara garis besar dan umum, perbincangan
memahami dunia.1Islam, dibandingkan dengan tentang hubungan agama dan negara telah
agama-agama lain, sebenarnya merupakan agama melahirkan ‘blok-blok’ dalam kalangan peneliti dan
yang paling mudah untuk menerima premis juga di kalangan umat Islam Indonesia.
semacam ini. Alasan utamanya terletak pada ciri Pertama, ‘blok’ kontra yang terang-terangan
Islam yang paling menonjol, yaitu sifatnya yang menolak adanya hubungan keduanya; agama –
“hadir dimana-mana” (omnipresence). Ini sebuah khususnya Islam – dan negara tidak saling terkait.
pandangan yang mengakui bahwa “dimana-mana” Agama dan negara merupakan dua dunia yang
kehadiran Islam selalu memberikan “panduan moral berbeda dan bertolak belakang. Agama tidak
yang benar bagi tindakan manusia”.2 membicarakan masalah-masalah negara secara jelas,
Masalah kaitan antara Islam dan negara apalagi menganjurkan pembentukan sebuah negara.
seringkali muncul dari pandangan-pandangan Kalangan ‘blok’ ini sering disebut sebagai kaum
tertentu yang dirumuskan dengan cara sedemikian sekuler, yang tidak mencapur-adukkan dan bahkan
rupa sehingga Islam disejajarkan secara konfrontatif memisahkan masalah-masalah agama dan negara.
dengan negara. Seolah-olah antara keduanya tidak Kedua, ‘blok’ pro, yang dengan tegas
mungkin dibangun hubungan yang saling menyebutkan, bahwa agama dan negara memiliki
melengkapi.3 Karena itu, setidaknya pada awalnya, keterkaitan yang sangat erat, bahkan antara keduanya
kandungan ideologis dan kerangka konstitusional tidak bisa dipisahkan. Mereka yang masuk pada
‘blok’ ini dinamai sebagai kaum formalis, yang ingin
dan memperjuangkan simbol-simbol agama masuk
1 dalam negara. Mereka, misalnya, menginginkan
Robert N. Bellah, Beyond Belief:
pemberlakuan sistem ketatanegaraan agama dalam
Essay on Religion in a Post-
sebuah negara. Dengan lantang, kalangan ini
Traditionalist World, (Berkeley
meneriakkan perlunya ajaran-ajaran agama – dalam
and Los Angeles: University of
Islam disebut syariat – dimasukkan kepada konstitusi
California Press, 1991), hlm. 146.
2 negara.
Fazlur Rahman, Islam, (New York,
Ketiga, ‘blok tengah’, yang mencoba
Chicago and San Francisco: Holt,
mencari titik temu di antara kedua ‘blok’ di atas.
Reinhart, Winston, 1966), hlm.
Kalangan ‘blok’ ini mengakui bahwa agama memang
241.
3 tidak secara tegas menganjurkan pembentukan
Bachtiar Effendy, “Agama dan Politik:
Mencari Keterkaitan yang
negara, namun dalam agama termaktub ajaran-ajaran
Memungkinkan antara Doktrin
substantif yang mengandung kerangka dasar nilai
dan Kenyataan Empirik” etis, dan moral bernegara dan bermasyarakat. ‘Blok’
(Pengantar), dalam M. Din ini tampaknya (berhasil) menemukan dan
Syamsuddin, Islam dan Politik Era mengawinkan kedua ‘blok’ ekstrem (blok kontra –
Orde Baru, (Jakarta: Logos, 2001), sekuler dan blok pro – formalis) dalam membahas
hlm.xix adanya ‘keterpautan’ antara agama dan negara. ‘Blok’
72

ini biasa disebut dengan kaum substansialis, yang pemimpin, maka bisa dikatakan: ،‫ﺳﻮﺳﻮه وأﺳﺎﺳﻮه‬
memahami bahwa dalam agama terdapat nilai-nilai ‫ وﺳﺎس اﻻﻣﺮﺳﯿﺎﺳﺔ‬yang artinya: Seseorang mengatur
substantif berupa nilai-nilai etis dan moral bernegara urusan politik. Seseorang yang mengatur atau
dan bermasyarakat. Nilai-nilai agama, bagi kalangan memimpin suatu kaum bisa disebut sasah wa sawwas
‘blok’ ini, menjadi acuan dan pegangan dalam (‫)ﺳﺎﺳﺔ و ﺳﻮاس‬.7
menjalankan proses kehidupan bernegara dan Jadi as-siyasah artinya kewajiban menangani
bermasyarakat.4 sesuatu yang mendatangkan kemaslahatan.
Pelakunya disebut as-sa’is (‫)اﻟﺴﺎﺋﺲ‬. Pemimpin adalah
II. PEMBAHASAN yang menangani urusan rakyatnya.8
1) Islam dan Politik Politik menurut perspektif syari’at ialah yang
Aristoteles memulai pembahasan dalam menjadikan syari’at sebagai pangkal tolak, kembali
bukunya Politics (ditulis tahun 335 Sebelum Masehi), dan bersandar kepadanya, mengaplikasikannya di
dengan kata-kata bahwa “secara alamiah manusia muka bumi, menancapkan ajaran-ajaran dan prinsip-
adalah makhluk yang berpolitik”. Dalam bahasa prinsipnya di tengah manusia, sekaligus sebagai
aslinya (Yunani) disebut “Zoon Politikon”, dan dalam tujuan dan sasarannya, sistem dan jalannya.
bahasa Inggris disebut “man is by nature a political Tujuannya berdasarkan syariat dan sistem yang
animal”, yang dimaksud Aristoteles adalah bahwa dianut berdasarkan syariat. Inilah politik yang
politik merupakan hakikat keberadaan manusia diinginkan menurut Islam, yaitu pangkal tolaknya
dalam kehidupan bermasyarakat. Jika dua orang atau berdasarkan syariat, tujuannya berdasarkan syariat
lebih berinteraksi satu sama lain (dalam menjalani dan sistemnya berdasarkan syariat.9
kehidupan di dunia), maka mereka tidak lepas dari Akibat kuatnya proses depolitisasi dan
keterlibatan dalam hubungan (yang bersifat) politik.5 deislamisasi yang panjang, telah terjadi kesenjangan
Deliar Noer dalam Pengantar ke Pemikiran jarak yang lebar antara kaum muslimin, terutama
Politik yang dikutip Miriam Budiardjo mengatakan para ulama dengan politik. Bahkan tak sedikit, kaum
bahawa: “Ilmu politik memusatkan perhatian pada muslimin yang beranggapan bahwa aktivitas politik
masalah kekuasaan dalam kehidupan bersama atau itu adalah kotor atau najis dan tidak boleh dilakukan.
masyarakat. Kehidupan seperti ini tidak terbatas Pandangan seperti ini tentu tidak benar dan harus
pada bidang hukum semata-mata, dan tidak pula diluruskan.
pada negara yang tumbuhnya dalam sejarah hidup Penyebab terciptanya iklim seperti ini
manusia relatif baru. Di luar bidang hukum serta menurut Yusuf al-Qardhawy ialah karena
sebelum negara ada, masalah kekuasaan itu pun telah merebaknya filsafat Machiavelli dan mampu
pula ada. hanya dalam zaman modern inilah mengalahkan politik kontemporer, yaitu filsafat yang
kekuasaan itu berhubungan erat dengan negara.6 dilandaskan kepada penyingkiran unsur moral dan
Politik dalam Islam adalah as-siyasah. yang menghalalkan cara untuk mencapai tujuan,
Menurut bahasa Arab as-siyasah (‫ )اﻟﺴﯿﺎ ﺳﺔ‬merupakan sehingga dusta, bohong, dan sifat-sifat yang tercela
mashdar dari kata sasa yasusu (‫)ﺳﺎس ﯾﺴﻮس‬, yang diperbolehkan untuk merealisir tujuan dan kehendak.
pelakunya sa’is (‫)ﺳﺎﺋﺲ‬. Dalam Lisan al-Arab karangan Arak dan wanita diumpankan untuk mengalahkan
Ibnu Manzhur yang dikutip Yusuf Qardhawy, yang musuh, pertumpahan darah diperjualbelikan,
berkata tentang kosa kata sawasa (‫ )ﺳﻮس‬sebagai manusia disiksa secara kejam, tangan besi
berikut, “As-sus” (‫ )اﻟﺴﻮس‬berarti kepemimpinan. diberlakukan untuk menundukkan lawan,
Maka bisa dikatakan, “Sasuhum susan” (‫)ﺳﺎﺳﻮھﻢ ﺳﻮﺳﺎ‬. mengkhianati para pendukung dan lain sebagainya
Jika mereka mengangkat seseorang menjadi dari berbagai macam cara yang tercela. Hal ini seperti
yang dilakukan orang-orang Nazi, Fasis, komunis
dan lain-lainnya, termasuk pula sistem liberal yang
4
Idris Thaha, “Mendamaikan Agama
dan Negara” dalam Azyumardi
Azra, Reposisi Hubungan Agama
7
dan Negara: Merajut Kerukunan Yusuf Qardhawy, As-Siyasah Asy-
antar Umat, (Jakarta: Penerbit Syar’iyah, diterjemahkan Kathur
Buku Kompas, 2002), hlm. Vii-viii. Suhardi, Pedoman Bernegara
5
Teuku May Rudy, Pengantar Ilmu dalam Perspektif Islam, (Jakarta:
Politik: Wawasan Pemikiran dan Pustaka Al-Kautsar, 1999), hlm.
Kegunaannya, (Bandung: PT. 34-35
8
Eresco, 1993), hlm. 1 Ibid.
6 9
Ibid., hlm. 10 Ibid., hlm.34
73

mengacu kepada filsafat yang hanya mendatangkan langsung dan teokrasi tidak langsung. Menurut
kesialan.10 paham teokrasi langsung, pemerintahan diyakini
Bagi kaum muslimin terlebih para ulamanya, sebagai otoritas Tuhan secara langsung. Adanya
berkecimpung dalam masalah politik adalah wajar, negara adalah kehendak Tuhan. Oleh karena itu,
bahkan merupakan suatu kewajiban. Hal ini karena, yang memerintah adalah Tuhan pula.
sistem politik di dalam ajaran Islam didefinisikan
Sedangkan menurut paham teokrasi tidak
sebagai hukum atau pandangan yang berkenaan
langsung, yang memerintah bukanlah Tuhan sendiri,
dengan cara bagaimana urusan masyarakat diurus
melainkan raja atau kepala negara yang memiliki
dan diatur dengan hukum Islam. Dan politik itu
otoritas atas nama Tuhan. Kepala negara atau raja
sendiri, dalam pandangan Islam, adalah mengurus
diyakini memerintah atas kehendak Tuhan. Kerajaan
urusan ummat dengan menerapkan hukum Islam
Belanda dapat dijadikan contoh model paham ini,
baik di dalam negeri maupum di luar negeri.11
yang dalam sejarahnya, raja diyakini sebagai
Pengertian politik atau siyasah dalam Islam
pengemban tugas dan amanat suci dari Tuhan untuk
ini dapat pula diambil dari hadits-hadits yang
memakmurkan rakyatnya.14
menunjukkan aktivitas penguasa, kewajiban untuk
Dalam paham sekuler, agama dan negara
melakukan koreksi (muhasabah), serta pentingnya
terpisah. Tidak ada hubungan antara sistem
mengurus kepentingan kaum muslimin. Berkaitan
kenegaraan dengan agama. negara adalah urusan
dengan dengan ini Rasulullah saw. bersabda:
hubungan manusia dengan manusia lain atau urusan
dunia. Sedangkan agama adalah urusan manusia
‫ﻋﻦ ﻣﻌﻘﻞ أﺣﺪﺛﻚ ﺣﺪﯾﺜﺎ ﺳﻤﻌﺘﮫ ﻣﻦ رﺳﻮل اﷲ ﺻﻠﻌﻢ ﻓﻘﺎل ﻣﺎ ﻣﻦ‬ dengan Tuhan. Dua hal yang berbeda ini tidak bisa
‫وال ﯾﻠﻰ رﻋﯿﺔ ﻣﻦ اﻟﻤﺴﻠﻤﯿﻦ ﻓﯿﻤﻮت وھﻮ ﻏﺎ ش ﻟﮭﻢ اﻻ ﺣﺮم اﷲ‬ disatukan.
‫ﻋﻠﯿﮫ اﻟﺠﻨﺔ‬ Sedangkan komunisme memandang bahwa
Dari Ma’qil r.a. katanya: Saya akan hakekat hubungan agama dan negara berdasarkan
menceritakan kepada engkau hadits yang pada filosofi materialisme-dialektis dan materialisme
saya dengar dari Rasulullah saw. dan beliau historis. Paham ini menimbulkan paham ateis.
bersabda: “Seorang pembesar yang Agama dipandang sebagai candu masyarakat,
memerintah rakyat kaum muslimin, apabila manusia ditentukan oleh dirinya sendiri. Sementara
pembesar itu mati, sedang dia tidak jujur agama dianggap sebagai suatu kesadaran diri bagi
terhadap rakyat, niscaya dia dilarang oleh manusia sebelum menemukan dirinya sendiri.
Allah masuk surga (H.R. Bukhari).12 Kehidupan manusia adalah dunia manusia itu sendiri
1. Hubungan Agama dan Negara yang kemudian menghasilkan masyarakat negara.
Dalam memahami hubungan agama dan Nilai tertinggi dalam negara adalah materi, karena
negara ini, ada beberapa konsep atau teori yang manusia pada hakekatnya adalah materi.15
berkembang dan dianut oleh kebanyakan negara. Di kalangan umat Islam sampai sekarang
Teori-teori itu adalah berdasarkan paham teokrasi, terdapat tiga aliran tentang hubungan antara Islam
sekuler, komunis.13 Dalam paham teokrasi, dengan agama dan negara. Aliran pertama
hubungan agama dan negara digambarkan sebagai berpendirian bahwa Islam adalah satu agama yang
dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Negara menyatu sempurna lengkap dengan pengaturan bagi segala
dengan agama karena pemerintahan dijalankan aspek kehidupan manusia termasuk kehidupan
berdasarkan firman-firman Tuhan, segala tata bernegara. Tokoh-tokoh utama dari aliran ini antara
kehidupan dalam masyarakat, bangsa dan negara lain Syekh Hasan al-Banna, Sayyid Quthb, Syekh
dilakukan atas titah Tuhan. Muhammad Rasyid Ridha, dan Maulana A. A. al-
Dalam perkembangannya, paham teokrasi Maududi. Aliran kedua berpendirian bahwa Islam
terbagi ke dalam dua bentuk, yakni teokrasi adalah agama dalam pengertian barat, yang tidak ada
hubungannya dengan urusan kenegaraan. Menurut
10
Ibid. aliran ini Nabi Muhammad hanyalah seorang rasul
11
Hafidz Abdurrahman, Islam Politik biasa dengan tugas tunggal mengajak manusia
dan Spiritual, (Singapore: Lisan Ul-
Haq, 1998), hlm. 189
12 14
Terjemah Shahih Bukhari, (Jakarta: Adeng Muchtar Ghazali, Civic
Widjaya, 1992), hlm. 145 Education: Pendidikan
13
Tim ICCE UIN Jakarta, Demokrasi, Kewarganegaraan Perspektif
Hak Asasi Manusia dan Islam, (Bandung:Benang Merah
Masyarakat Madani, (Jakarta:ICCE Press, 2004), hlm. 28-29.
15
UIN, 2000), hlm. 59-60 Ibid.
74

kembali kepada kehidupan yang mulia dengan ikatan geografi, bahasa dan kebangsaan.
menjunjung tinggi budi pekerti luhur, dan tidak Mengenai hal ini kita boleh mencontoh pada
pernah dimaksudkan untuk mendirikan dan zaman nabi, boleh berdasar su’ub atau bangsa,
mengepalai satu negara. Tokoh-tokoh terkemuka atau berdasar suku bangsa seperti yang
dari aliran ini antara lain Ali Abd al-Raziq dan Dr. tercantum dalam Q.S. al-Hujurat (49): 13:
Thaha Husein. Aliran ketiga menolak pendapat ‫ﯾَﺂأَﯾﱡﮭَﺎ اﻟﻨﱠﺎسُ إِﻧﱠﺎ ﺧَﻠَﻘْﻨَﺎﻛُﻢ ﻣﱢﻦ ذَﻛَﺮٍ وأُﻧﺜَﻰ وَﺟَﻌَﻠْﻨَﺎﻛُﻢْ ﺷُﻌُﻮﺑًﺎ وَﻗَﺒَﺂﺋِﻞَ إِنﱠ‬
bahwa Islam adalah suatu agama yang serba lengkap. ٌ‫أَﻛْﺮَﻣَﻜُﻢْ ﻋِﻨﺪَ اﷲِ أَﺗْﻘَﺎﻛُﻢْ إِنﱠ اﷲَ ﻋَﻠِﯿﻢٌ ﺧَﺒِﯿﺮ‬
Tetapi aliran ini juga menolak anggapan bahwa Islam “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan
adalah agama dalam pengertian Barat. Aliran ini kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan
berpendapat bahwa dalam Islam tidak terdapat dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan
sistem ketatanegaraan, tetapi terdapat seperangkat bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal.
tata nilai etika bagi kehidupan bernegara. Tokohnya Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara
adalah Dr. Mohammad Husein Haikal.16 kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa
di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha
A.Aliran Pertama Mengetahui lagi Maha Mengenal”.18
Tokoh-tokoh yang terkenal menganut aliran
ini antara lain Syekh Hasan al-Banna, Sayyid Quthb, Berlandaskan tiga dasar keyakinan atau
Syekh Muhammad Rasyid Ridha, dan yang paling anggapan tersebut maka lahirlah suatu konsepsi
vokal adalah Abu al-A’la al-Maududi. kenegaraan Islam yang pokok-pokoknya adalah
Terdapat tiga dasar keyakinan atau anggapan sebagai berikut:
yang melandasi pemikiran Maududi tentang (1) Bentuk negara yang paling tepat menurut
kenegaraan menurut Islam:17 syariat Islam ialah sistem pemerintahan
1) Islam adalah suatu agama yang paripurna, teodemokrasi (demokrasi Ilahi) yang menaungi
lengkap dengan petunjuk untuk mengatur semua kaum muslim untuk mengemban kedaulatan
segi kehidupan manusia, termasuk kehidupan rakyat secara terbatas di bawah pengawasan
politik, yang berarti di dalam Islam terdapat pula Tuhan. Dalam sistem pemerintahan
sistem politik. Oleh karenanya dalam bernegara, teodemokrasi, eksekutif dibentuk berdasarkan
umat Islam tidak perlu atau bahkan dilarang kehendak kaum muslim, yang juga berhak
meniru sistem Barat, cukup kembali kepada membubarkannya. Semua masalah
sistem Islam dengan menunjuk kepada pola pemerintahan dan hal-hal yang tidak diatur
politik semasa al-Khulafa al-Rasyidin sebagai secara jelas dalam syariat diselesaikan
model atau contoh sistem kenegaraan menurut berdasarkan mufakat bulat dan konsensus di
Islam. kalangan kaum muslim. Dalam pengertian ini,
politik Islam disebut sebagai sebuah demokrasi.
2) Kekuasaan tertinggi, yang dalam istilah politik
Akan tetapi ia juga bersifat teokrasi, dalam
disebut kedaulatan, adalah pada Allah, dan umat
pengertian bahwa apabila terdapat perintah atau
manusia hanyalah pelaksana-pelaksana
hukum yang jelas berasal dari Allah SWT atau
kedaulatan Allah tersebut sebagai khalifah-
Rasul-Nya, maka tidak ada seorang atau
khalifah Allah di bumi. Dengan demikian maka
lembaga legislatif pun yang berhak untuk
tidak dapat dibenarkan gagasan kedaulatan
melaksanakan pertimbangan sendiri, kendati
rakyat, dan sebagai pelaksana kedaulatan Allah,
segenap kaum muslim sepakat untuk
umat manusia atau negara harus tunduk kepada
mengubahnya.19
hukum-hukum sebagaimana yang tercantum
(2) Kekuasaan negara dilakukan oleh tiga lembaga
dalam al-Quran dan Sunnah Nabi, sedangkan
atau badan legislatif, eksekutif dan yudikatif,
yang dimaksudkan khalifah-khalifah Allah yang
dengan ketentuan-ketentuan seperti berikut:
berwenang melaksanakan kedaulatan Allah itu
a. Kepala negara yang juga merangkap kepala
adalah umat atau orang-orang laki-laki dan
badan eksekutif atau pemerintah
perempuan Islam.
merupakan pimpinan tertinggi negara yang
3) Sistem politik Islam adalah suatu sistem
universal dan tidak mengenal batas-batas dan
18
Departemen Agama RI, al-Quran
dan Terjemahnya, (Jakarta, 1971),
16
Munawir Sjadzali, Islam dan Tata hlm. 842.
19
Negara, (Jakarta:UI-Press, 1993), Abdul Azis Dahlan, et.al., Ensiklopedi
hlm. 1-3 Islam, Jilid IV, (Jakarta: PT Ichtiar
17
Munawir Sjadzali, Op.Cit., hlm.166 Baru Van Hoeve), hlm. 1156.
75

bertanggung jawab kepada Allah dan Nya, bukan mewakili atau atas nama kepala
kepada rakyat. Dalam melaksanakan negara, tetapi mewakili dan atas nama
tugasnya dia harus selalu berkonsultasi Allah.21
dengan Majelis Syura yang mendapatkan (3) Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh
kepercayaan dari umat Islam atau lembaga seseorang untuk dipilih menjadi kepala negara
legislatif, yang anggotanya dipilih melalui adalah: beragama Islam, dewasa, sehat fisik dan
pemilihan. mental, warga negara yang terbaik, shaleh dan
b. Keputusan pada Majelis Syura pada kuat komitmennya terhadap Islam. Pemilihan
umumnya diambil atas dasar suara kepala negara oleh dan harus atas persetujuan
terbanyak, dengan catatan bahwa menurut seluruh umat Islam, dan tidak dibenarkan
Islam banyaknya suara bukan ukuran seseorang memaksakan dirinya atas umat
kebenaran. dengan kekerasan atau paksaan, dan jabatan
c. Kepala negara tidak harus mengikuti kepala negara bukan milik keluarga atau kelas
pendapat Majelis yang didukung oleh suara tertentu.
terbanyak. Dia dapat mengambil pendapat (4) Keanggotaan Majelis Syura terdiri dari warga
yang didukung oleh kelompok kecil dalam negara yang beragama Islam, dewasa dan, yang
Majelis, atau bahkan tidak menghiraukan terhitung shaleh serta cukup terlatih untuk
sama sekali pendapat-pendapat Majelis, dapat menafsirkan dan menerapkan syariah
baik mayoritas maupun minoritas. Tetapi dan menyusun undang-undang yang tidak
rakyat tetap wajib mengawasi dengan jeli bertentangan dengan al-Quran dan sunnah
kebijaksanaan kepala negara, dan kalau Nabi. Jadi wanita Islam tidak boleh duduk
ternyata dalam memerintah dia lebih dalam Majelis Syura. Tugas Majelis adalah: (1)
mementingkan hawa nafsunya maka merumuskan dalam peraturan perundang-
mereka berhak memecatnya. undangan petunjuk-petunjuk yang secara jelasa
d. Untuk jabatan kepala negara, keanggotaan telah didapatkan dalam al-Quran dan hadis
Majelis Syura, atau untuk jabatan-jabatan serta peraturan pelaksanaannya; (2) jika terdapat
lain yang penting, jangan dipilih orang- perbedaan penafsiran terhadap ayat al-Quran
orang yang mencalonkan diri untuk atau hadis, maka memutuskan penafsiran mana
jabatan-jabatan tersebut atau mereka yang yang ditetapkan; (3) jika tidak terdapat petunjuk
berupaya untuk menduduki jabatan-jabatan yang jelas, menentukan hukum dengan
itu, sesuai dengan sabda Nabi bahwa Beliau memperhatikan semangat atau petunjuk umum
tidak akan menyerahkan jabatan kepada dari al-Quran dan Hadis; (4) dalam hal sama
seseorang yang meminta atau berusaha sekali tidak terdapat petunjuk-petunjuk dasar,
mendapatkan jabatan itu. dapat saja menyususn dan mengesahkan
e. Anggota Majelis Syura tidak dibenarkan undang-undang, asalkan tidak bertentangan
terbagi ke dalam kelompok-kelompok atau dengan huruf maupun jiwa syariah.22
partai-partai. Masing-masing anggota (5) Dalam negara Islam terdapat dua kategori
Majelis harus mengemukakan pendapatnya kewarganegaraan; warga negara yang beragama
yang benar sebagai perorangan. Islam Islam dan warga negara bukan Islam. Warga
melarang anggota Majelis terbagi dalam negara yang bukan Islam itu disebut dzimmi
partai-partai, dan kalau harus ada partai (rakyat yang dilindungi). Mereka mendapat
hanyalah satu partai: Partai Kepala Negara perlindungan negara dan hak serta kewajiban
(pemerintah).20 tertentu seperti hak untuk beribadah sesuai
f. Badan yudikatif atau lembaga peradilan itu dengan ajaran agamanya. Dalam hal-hal
sepenuhnya berada di luar lembaga
eksekutif, yang berarti mandiri, oleh karena 21
Pada zaman nabi, lembaga yudikatif
hakim tugasnya adalah melaksanakan
pertama kali dipegang oleh Nabi
hukum-hukum Allah atas hamba-hamba-
Muhammad SAW, lembaga
tersebut terpisah tetapi tidak
20
Dalam sistem pemerintahan Islam berarti berada di luar eksekutif
diperbolehkan adanya partai, sama sekali.
22
tetapi partai tersebut harus Menurut Thantowi Jauhari,
menggambarkan ide pokok dan perbedaan antara laki-laki dan
tidak boleh bertentangan satu perempuan terletak pada
sama lain. pendidikan.
76

keagamaan, mereka diperintah oleh pemimpin- Islam dari yang bersifat Arab atau Khilafah
pemimpin agama mereka. Tetapi dalam bidang- Islamiah dari Khilafah Arab.25
bidang kehidupan yang lain mereka tunduk Menurut al-Raziq, Nabi Muhammad SAW
kepada hukum Islam, agama mayoritas. Oleh adalah semata-mata seorang rasul yang
karena negara Islam adalah negara yang mendakwahkan agama murni tanpa maksud
berdasarkan ideologi atau agama, maka hanya mendirikan negara. Nabi tidak mempunyai
mereka yang menerima ideologi atau agama kekuasaan duniawi, negara atau pemerintahan. Nabi
Islamlah yang berhak (ikut) mengatur negara. tidak mendirikan kerajaan dalam arti politik atau
Karenanya warga negara bukan Islam tidak sesuatu yang mirip dengan kerajaan. Dia adalah nabi
dibenarkan menduduki jabatan-jabatan kunci semata seperti halnya para nabi sebelumnya. Dia
dalam pemerintahan dan jabatan-jabatan yang bukan raja atau pendiri negara dan tidak pula
merumuskan kebijaksanaan dan politik negara. mengajak umat untuk mendirikan negara.26
Mereka juga dibebaskan dari wajib bela negara. Alasan-alasan yang dikemukakan oleh Ali
Orang-orang non muslim paling tinggi hanya Abd al-Raziq dalam bukunya adalah sebagai berikut:
menduduki jabatan DPRD Tingkat II, yang Pertama, Risalah (kerasulan) adalah sejenis
tidak merumuskan atau memutuskan kedudukan yang berbeda dengan kedudukan
kebijaksanaan politik.23 kerajaan. Kedudukan risalah (kerasulan) menuntut
Menurut al-Maududi, menegakkan negara kepada nabi untuk memiliki kekuasaan atas
dan syariat Islam adalah dua hal yang harus bangsanya. Tetapi itu tidak ada sedikitpun kesamaan
dilakukan secara bersama. Negara diperlukan sebagai dengan kekuasaan seorang raja atas rakyatnya. Watak
wadah dan syariat sebagai undang-undang. seruan keagamaan mempersyaratkan pengembannya
Menurutnya, negara Islam bertujuan untuk seorang yang memiliki kesempurnaan biologis.
menciptakan kondisi sosial yang adil, sesuai dengan Artinya, raga, indera dan perasaannya tidak ada cacat
norma-norma al-Quran, sehingga segenap rakyat dan tidak ditemukan dalam dirinya sesuatu yang bisa
memperoleh jaminan keadilan sosial, terjauhkan dari membuat orang lain takut. Ia harus memiliki wibawa
saling memeras, bebas dari segala bentuk yang mampu menggetarkan hati siapapun disertai
penindasan, dan terlindung dari invasi asing. Untuk penampilan yang simpatik yang mampu menarik
itulah kekuasaan politik dan segala sarana digunakan siapapun. Ia pun harus mempunyai jiwa yang sehat
agar rakyat benar-benar merasakan keadilan dan sehingga hubungan dengan Tuhan tidak pernah
kesejahteraan dalam hidupnya.24 terputus.27
Tugas kerasulan menuntut pemangkunya
B.Aliran Kedua untuk memiliki kekuasaan yang jauh lebih luas
Tokoh yang terkenal dari aliran ini adalah ketimbang kekuasaan yang dimiliki oleh seorang
Dr. Thaha Husein dan Ali Abd al-Raziq. Dalam hakim atas seorang yang diadilinya, bahkan jauh
buku al-Islam wa Usul al-Hukm,Ali Abd al-Raziq lebih luas lagi ketimbang kekuasaan seorang ayah
menjelaskan tiga topik: atas putera-puteranya. Rasul mempunyai jabatan
(1) Lembaga Kekhalifahan beserta ciri-ciri istimewa yaitu melakukan kontak dengan jiwa yang
khususnya. Ia mempertanyakan bahwa berada dalam jasad manusia lalu menyingkapkan
mendirikan pemerintahan dengan pola khilafah tabir yang menutupi hati agar petunjuk-petunjuk itu
merupakan suatu keharusan agama, dan sampai ke dalam hati mereka. Ia wajib membuka hati
mengemukakan bahwa baik dari segi agama para pengikutnya dan menunjukkan jalan yang benar.
maupun dari segi rasio, pola pemerintahan Pemangku rasul harus memiliki hak berhubungan
khilafah itu tidak perlu. dengan siapapun dalam kedudukannya sebagai
(2) Pemerintahan dan Islam, yaitu tentang pemelihara dan pengatur serta memiliki hak untuk
perbedaan risalah kenabian dengan misi mengawasi sanubari setiap orang tanpa batas.28
pemerintahan. Ia berkesimpulan bahwa risalah
kenabian bukanlah pemerintahan dan agama
bukanlah negara. 25
Ibid., Jilid I, hlm. 84-85.
(3) Sistem khilafah dalam berbagai lembaran 26
Ali Abd al-Raziq, Khilafah dan
sejarah. Ia berusaha membedakan yang bersifat Pemerintahan dalam Islam (Terj.
Afif Muhammad),
23
Munawir Sjadzali, Op.Cit., hlm. 167- (Bandung:Pustaka, 1985), hlm. 99.
170.
24 27
Abdul Azis Dahlan, et.al., Op.Cit., Ibid.
28
Loc.Cit. Ibid., hlm. 102-103.
77

Itulah wujud kekuasaan risalah yang raja mempunyai hak untuk mengatur masyarakat
diberikan Allah kepada rasul-Nya. Kekuasaan memiliki kekuasaan untuk memaksa dan juga
tersebut sama sekali tidak ada kemiripan dengan kedaulatan yang tidak terbatas. Dengan demikian
kekuasaan para raja manapun. Kekuasaan rasul atas Nabi Muhammad tidak mempunyai hak atas
kaumnya adalah kekuasaan rohaniah, sumbernya umatnya selain hak yang ada pada tugas kenabiannya.
adalah keimanan yang ada dalam hati. Ketundukkan Seandainya Muhammad seorang raja atas rakyatnya,
terhadapnya adalah ketundukkan yang sejati dan ia pasti memiliki hak sebagaimana layaknya raja atas
sempurna yang disertai pula dengan ketundukkan rakyatnya. Itu semua menunjukkan bahwa Rasulullah
fisik. Sedangkan kekuasaan raja adalah kekuasaan itu hanyalah menyampaikan risalah Allah kepada
fisik yang berpijak pada ketundukkan jasmaniah umat manusia.33
tanpa ada sedikitpun hubungan dengan hati nurani.
Kekuasaan rasul adalah kekuasaan dalam memberi Ketiga, Seandainya Rasulullah mempunyai
petunjuk menuju agama Allah. Sedangkan kekuasaan kekuasaan politik (negara), mengapa negara yang
raja adalah pengaturan kemaslahatan di muka bumi. dibangunnya itu tidak memiliki perangkat-perangkat
Kekuasaan pertama untuk agama dan yang kedua pemerintahan? Mengapa tidak dikenal sistem
untuk urusan duniawi.29 pemerintahan dan perwalian yang diterapkannya?
Kedua, Rasul hanya bertugas untuk Mengapa rasul tidak menyampaikan kepada umatnya
menyampaikan risalah saja tidak untuk yang lainnya. tentang sistem-sistem pemerintahan dan kaidah-
Rasul bukan sebagai pemelihara, pengatur, penjaga, kaidah permusyawaratannya? Mengapa pula rasul
dan pemaksa. Ini didasarkan atas firman-firman membiarkan para ulama Islam berada dalam
Allah, antara lain:30 kebingungan menghadapi persoalan sistem
pemerintahan yang pernah ada pada zaman beliau?34
‫ﻣﱠﻦ ﯾُﻄِﻊِ اﻟﺮﱠﺳُﻮلَ ﻓَﻘَﺪْ أَﻃَﺎعَ اﷲَ وَﻣَﻦ ﺗَﻮَﻟﱠﻰ ﻓَﻤَﺂأَرْﺳَﻠْﻨَﺎكَ ﻋَﻠَﯿْﮭِ ْﻢ‬
‫ﺣَﻔِﯿﻈًﺎ‬ Menurut Ali Abd al-Raziq, syiar-syiar agama
dan kemaslahatan rakyat tidak tergantung kepada
Barangsiapa yang mentaati Rasul itu, sesungguhnya pemerintah dalam bentuk dan macam apapun dari
ia telah mentaati Allah. Dan barangsiapa yang pemerintahan itu karena Islam tidak mempedulikan
berpaling (dari ketaatan itu), maka Kami tidak sesuatu yang tertentu dalam masalah ini.35
mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka
(QS. al-Nisa [4]: 80).31 Sementara gagasan Thaha Husein mengenai
masalah ini adalah sebagai berikut:
ٍ‫{ ﻟِﻜُﻞﱢ ﻧَﺒَﺈ‬66} ٍ‫وَﻛَﺬﱠبَ ﺑِﮫِ ﻗَﻮْﻣُﻚَ وَھُﻮَ اﻟْﺤَﻖﱡ ﻗُﻞْ ﻟﱠﺴْﺖُ ﻋَﻠَﯿْﻜُﻢ ﺑِﻮَﻛِﯿﻞ‬ Pertama, kejayaan dan kemakmuran dunia
{67} َ‫ﻣُﺴْﺘَﻘَﺮﱞ وَﺳَﻮْفَ ﺗَﻌْﻠَﻤُﻮن‬ Islam dapat terwujud kembali bukan dengan jalan
kembali kepada ajaran Islam yang lama, dan juga
Dan kaummu mendustakaanya (azab) padahal azab bukan dengan mengadakan reformasi atau
itu benar adanya. Katakanlah: “Aku ini bukanlah pembaharuan ajaran Islam, tetapi dengan perubahan-
orang yang diserahi mengurus urusanmu”. Untuk perubahan total yang bernapas liberal dan sekuler
tiap-tiap berita (yang dibawa oleh rasul-rasul) ada dengan berkiblat ke Barat.
(waktu) terjadinya dan kelak kamu akan mengetahui
(QS. al-An’am [6]: 66-67).32 Kedua, dari awal sejarahnya, Islam dan
negara selalu terpisah. “Umat Islam sadar terhadap
Ayat-ayat tersebut menggambarkan bahwa suatu prinsip yang sekarang ini telah diakui secara
rasul bukanlah sebagai pemelihara, penjaga, pemaksa, universal bahwa sistem politik dan agama itu dua hal
pengatur, dan orang yang memiliki hak untuk yang terpisah, dan bahwa konstitusi dan
memaksa manusia untuk beriman. Dengan demikian,
maka siapa saja yang bukan seorang pemelihara,
pengatur dan pemaksa bukanlah seorang raja. Sebab,

29
Ibid., hlm. 105.
30 33
Ibid., hlm. 111-112. Ibid., hlm.118-119.
34
Ibid., hlm. 88-89
31
Departemen Agama RI, Op.Cit., hlm.
35
132 A. Djazuli, Fiqh Siyasah,
(Bandung:Gunung Djati Press,
32
Ibid., hlm. 197 2000), hlm.84
78

(pengaturan) negara itu didasarkan atas landasan- pemikirannya. Prinsip-prinsip Islam bagi peradaban
landasan praktis”.36 manusia yang bersifat spiritual itu adalah:39

C.Aliran Ketiga (1) Prinsip Tauhid.


Islam mengajak kepada persatuan akidah sebagai
Tokoh utama aliran ini adalah Muhammad ajaran dasar yang sederhana dan mudah dicerna
Husain Haikal. Ia berpendapat bahwa Islam tidak oleh akal pikiran manusia dari berbagai bangsa
memberikan petunjuk yang langsung dan rinci dan masa yang berbeda. Konsep tauhid yang
tentang bagaimana umat Islam mengatur urusan ditawarkan Islam itu adalah percaya kepada
negara. Islam hanya meletakkan prinsip-prinsip dasar keesaan Tuhan. Esensinya untuk
yang mengatur perilaku manusia dalam kehidupan mempersatukan umat manusia dalam keyakinan
dan pergaulan dengan sesamanya yang pada yang tidak mempersekutukan Dia, dan menjadi
gilirannya mewarnai kehidupan politik.37 dasar hubungan antar sesama umat manusia
dalam kehidupan bermasyarakat.
Menurut Haikal, sesungguhnya Islam tidak
menetapkan sistem tertentu bagi pemerintahan, akan (2) Prinsip Meyakini adanya Sunatullah di alam
tetapi Islam meletakkan kaidah-kaidah bagi tingkah semesta.
laku dan muamalah dalam kehidupan antar manusia. Sunatullah itu tidak akan berubah. Banyak ayat
Kaidah-kaidah itu menjadi dasar untuk menetapkan al-Quran yang menegaskan hal ini. Karena itu
sistem pemerintahan yang berkembang sepanjang manusia harus tunduk dan mengikuti sunatullah
sejarah. Ia juga membenarkan kehidupan bernegara ini. Tidak boleh menyimpang daripada-Nya.
bagi umat Islam baru mulai setelah Nabi dan Sebab segala sesuatu, termasuk kehidupan umat
pengikutnya berhijrah dan menetap di Madinah. manusia, telah ditetapkan ukuran dan kadarnya.
Untuk keperluan kehidupan bernegara ini Nabi
meletakkan prinsip-prinsip dasar yang mengatur (3) Prinsip Persamaan antara Manusia.
kehidupan keluarga, pembagian waris, perdagangan Keyakinan yang mengesakan Allah dan
dan jual beli berdasarkan wahyu-wahyu Ilahi. mengakui sunnah-Nya di alam semsta membawa
Kaidah-kaidah pokok tentang kehidupan kepada persamaan di antara sesama manusia di
bermasyarakat, kehidupan ekonomi dan budi pekerti hadapan Tuhan, dan ketundukkan mereka atas
ini, menurut Haikal, tidak memberikan rincian dasar persamaan itu.
tentang asas mendirikan negara, dan tidak pula
menyinggung secara langsung tentang sistem Akidah tauhid, mempercayai hukum alam
pemerintahan. Bahkan dua ayat (QS. 3:159 dan QS. dan persamaan, membawa persamaan penuh antara
42:38) yang berkaitan dengan perintah Syura, tidak laki-laki dan perempuan, hak dan kewajiban masing-
diturunkan dalam kaitan dengan sistem masing sama. Prinsip persamaan ini merupakan
pemerintahan. Kedua ayat ini tidak menggambarkan peraturan baru yang diperkenalkan oleh Islam, dan
mengenai sistem pemerintahan tertentu.38 dipandang sebagai dasar peradaban manusia. Prinsip
ini harus dijadikan bagian dari dasar sistem Islam
Walaupun Islam tidak menetapkan sistem bagi pemerintahan.
pemerintahan, namun Islam, menurut Haikal, telah
meletakkan prinsip-prinsip dasar peradaban manusia Oleh karena itu menurut Haikal, sistem
yang akan berkembang sepanjang zaman sesuai pemerintahan yang Islami adalah sistem yang
perkembangan pengetahuan manusia dan berusaha merealisir prinsip-prinsip ajaran Islam yang
berpijak pada keyakinan yang benar pada Allah,
mengakui sunnah-Nya di alam semesta yang dapat
diperoleh oleh akal bebas manusia dan
36
Munawir Sjadzali, Op.Cit., hlm. 138-
memikirkannya secara kontinu, saling tolong-
139.
menolong dan kerjasama atas dasar saling mencintai.
Setiap individu melaksanakan kewajibannya kepada
37
Musdah Mulia, Negara Islam: Allah dan masyarakat, dan masyarakat menunaikan
Pemikiran Politik Husain Haikal, kewajibannya kepada Allah dan individu sepenuhnya
(Jakarta:Paramadina, 2001), atas dasar persamaan.40
hlm.55-56.
38
J. Suyuthi Pulungan, Fiqh Siyasah,
39
(Jakarta:PT Raja Grafindo Persada, Ibid., hlm. 298-299.
40
1999), hlm. 296. Ibid.,
79

Singkatnya, menurut Haikal, di dalam Islam bersama. Negara diperlukan sebagai wadah
tidak terdapat satu sistem pemerintahan yang baku. dan syariat sebagai undang-undang.
Umat Islam bebas menganut sistem pemerintahan b. Aliran Kedua, menurut Ali Abd al-Raziq,
yang bagaimanapun asalkan sistem tersebut syiar-syiar agama dan kemaslahatan rakyat
menjamin persamaan antara para warga negaranya, tidak tergantung kepada pemerintah dalam
baik hak amaupun kewajiban, dan juga di muka bentuk dan macam apapun dari
hukum, dan pengelolaan urusan negara pemerintahan itu karena Islam tidak
diselenggarakan atas syura atau musyawarah, dengan mempedulikan sesuatu yang tertentu dalam
berpegang kepada tata nilai moral dan etika yang masalah ini.
diajarkan Islam bagi peradaban manusia.41 c. Aliran ketiga, menurut Haikal, di dalam
Islam tidak terdapat satu sistem
Senada dengan pendapat Muhammad pemerintahan yang baku. Umat Islam bebas
Husein Haikal, menurut Muhammad Natsir, menganut sistem pemerintahan yang
Rasulullah telah menetapkan patokan-patokan untuk bagaimanapun asalkan sistem tersebut
mengatur negara. Akan tetapi beliau tidak secara menjamin persamaan antara para warga
rinci menetapkan sistem pemerintahannya.42 Hal negaranya, baik hak maupun kewajiban, dan
yang sama dikemukakan oleh Fazlur Rahman. juga di muka hukum, dan pengelolaan
Menurutnya, Nabi Muhammad tidak pernah urusan negara diselenggarakan atas syura
menyatakan dirinya sebagai pemimpin negara tetapi atau musyawarah dengan berpegang kepada
beliau telah menjadikan negara sebagai sebuah alat tata nilai moral dan etika yang diajarkan
bagi agama Islam untuk menyebarkan agama dan Islam bagi peradaban manusia.
mengembangkan agama. Lebih tegas lagi ia
menyatakan bahwa agama dan politik tidak dapat
dipisahkan.43

III. SIMPULAN
Berdasarkan uraian di atas dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:

Mengenai hubungan Islam dan politik, harus bisa


dibedakan antara pengertian politik menurut Islam
dengan pengertian yang lazim di masyarakat bahwa
politik itu kotor dan najis. Politik dalam pengertian
Islam adalah mengatur urusan umat demi
tercapainya kemaslahatan. Ditinjau dari pengertian
tersebut, dapat dipahami bahwa Islam tidak dapat
dipisahkan dengan politik.

Hubungan agama dan negara, di kalangan umat


Islam sampai saat ini ada tiga aliran yang cukup
popular, yaitu:

a. Aliran Pertama, menurut al-Maududi,


menegakkan negara dan syariat Islam adalah
dua hal yang harus dilakukan secara

41
Munawir Sjadzali, Op.Cit., hlm.188.
42
M. Natsir, “Agama dan Negara
dalam Perspektif Islam”, Media
Dakwah, 2001, hlm. 78.
43
M. Hasbi Amiruddin, Konsep Negara
Islam menurut Fazlur Rahman,
(Yogyakarta:UII-Press, 2000), hlm.
80.
80

*) DOSEN PROGRAM STUDI KIMIA UMMI

DAFTAR PUSTAKA

A.Djazuli, Fiqh Siyasah, (Bandung:Gunung Djati Press, 2000)


Abdul Azis Dahlan, et.al., Ensiklopedi Islam, Jilid IV, (Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve)
Adeng Muchtar Ghazali, Civic Education: Pendidikan Kewarganegaraan Perspektif Islam, (Bandung:Benang Merah Press,
2004)
Ali Abd al-Raziq, Khilafah dan Pemerintahan dalam Islam (Terj. Afif Muhammad), (Bandung:Pustaka,
1985)
Bachtiar Effendy, “Agama dan Politik: Mencari Keterkaitan yang Memungkinkan antara Doktrin dan
Kenyataan Empirik” (Pengantar), dalam M. Din Syamsuddin, Islam dan Politik Era Orde Baru,
(Jakarta: Logos, 2001)
Departemen Agama RI, al-Quran dan Terjemahnya, (Jakarta, 1971)
Fazlur Rahman, Islam, (New York, Chicago and San Francisco: Holt, Reinhart, Winston, 1966).
Hafidz Abdurrahman, Islam Politik dan Spiritual, (Singapore: Lisan Ul-Haq, 1998).
Idris Thaha, “Mendamaikan Agama dan Negara” dalam Azyumardi Azra, Reposisi Hubungan Agama dan
Negara: Merajut Kerukunan antar Umat, (Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2002)
J. Suyuthi Pulungan, Fiqh Siyasah, (Jakarta:PT Raja Grafindo Persada, 1999)
M. Hasbi Amiruddin, Konsep Negara Islam menurut Fazlur Rahman, (Yogyakarta:UII-Press, 2000)
Munawir Sjadzali, Islam dan Tata Negara, (Jakarta:UI-Press, 1993)
Musdah Mulia, Negara Islam: Pemikiran Politik Husain Haikal, (Jakarta:Paramadina, 2001).
Robert N. Bellah, Beyond Belief: Essay on Religion in a Post-Traditionalist World, (Berkeley and Los Angeles:
University of California Press, 1991).
Terjemah Shahih Bukhari, (Jakarta: Widjaya, 1992).
Teuku May Rudy, Pengantar Ilmu Politik: Wawasan Pemikiran dan Kegunaannya, (Bandung: PT. Eresco, 1993)
Tim ICCE UIN Jakarta, Demokrasi, Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani, (Jakarta:ICCE UIN,
2000).
Yusuf Qardhawy, As-Siyasah Asy-Syar’iyah, diterjemahkan Kathur Suhardi, Pedoman Bernegara dalam
Perspektif Islam, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 1999).

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai