Kewirausahaan Syariah
Oleh Dosen Pengampu :
FAKULTAS SYARIAH
PROGRAM STUDI EKONOMI
SYARIAH
DARUSSALAM
1434 / 2013
BAB I
PENDAHULUAN
Ekonomi suatu bangsa akan baik, apabila akhlak masyarakatnya baik.
Antara akhlak
dipisahkan
dengan
demikian,
akhlak
yang
baik
berdampak
pada
yaitu
mencakup
seluruh
aspek
kehidupan
manusia,
hukum,
anggaran
dasar,
dan
kepemilikan
bagian
tujuan
pembangunan
nasional.
Salah
satu
bentuk
BAB II
PEMBAHASAN
A. Akhlak dan Ekonomi
Ekonomi suatu bangsa akan baik, apabila akhlak masyarakatnya
baik. Antara akhlak dan ekonomi memiliki keterikatan yang tak dapat
dipisahkan dengan demikian, akhlak yang baik berdampak pada
terbangunnya
muamalah
atau
kerjasama
ekonomi
yang
baik.
Agama
Islam
mengandung
tiga
komponen
pokok
yang
terstruktur dan tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lain
yaitu:
a. Aqidah atau Iman
Merupakan keyakinan akan adanya Allah dan rasul yang
dipilihnya untuk menyampaikan risalahnya kepada umat melalui
malaikat yang dituangkan dalam kitab suci, yang mengajarkan
adanya hari akhirat, suasana kehidupan sesudah mati.
b. Syariah
Merupakan
aturan
Allah
tentang
pelaksanaan
dari
adalah
larangan
riba
dalam
berbagai
bentuknya,
dan
menggunakan sistem antara lain prinsip bagi hasil. Dengan prinsip bagi
hasil, Bank Syariah dapat menciptakan iklim investasi yang sehat dan
adil karena semua pihak dapat saling berbagi baik keuntungan maupun
potensi risiko yang timbul sehingga akan menciptakan posisi yang
berimbang antara bank dan nasabahnya. Dalam jangka panjang, hal ini
akan
mendorong
pemerataan
ekonomi
nasional
karena
hasil
keuntungan tidak hanya dinikmati oleh pemilik modal saja, tetapi juga
oleh pengelola modal.
Kegiatan usaha yang berasaskan Prinsip Syariah, antara lain,
adalah kegiatan usaha yang tidak mengandung unsur:
1. Maysir yaitu segala bentuk spekulasi judi (gambling) yang
mematikan sektor riil dan tidak produktif.
2. Asusila yaitu praktik usaha yang melanggar kesusilaan atau
norma sosial.
3. Goror yaitu segala transaksi yang tidak transparan dan tidak
jelas sehingga berpotensi merugikan salah satu pihak.
4. Haram yaitu objek transaksi dan proyek usaha yang diharamkan
syariah.
5. Riba yaitu segala bentuk distorsi mata uang menjadi komoditas
dengan mengenakan tambahan (bunga) pada transaksi kredit
atau pinjaman dan pertukaran/barter lebih antar barang ribawi
sejenis. Pelarangan riba ini mendorong usaha yang berbasis
kemitraan
dan
kenormalan
bisnis,
disamping
menghindari
harta
manusia
rela
menanggung
kesusahan
dan
Kami
sedikitpun
tetapi
orang-orang
yang
beriman
dan
terhadap
harta,
hanya
berfungsi
untuk
menunjukkan
sesuai
dengan
syariat
adalah
nilai
yang
patut
penggunaan
kata
min
malillah,
yang
bermakna
Allah
adalah
pemilik
mutlak
harta
yang
kemudian
bumi
buat
kalian
semuanya.
(QS
Al
Baqarah:
29)
dari
hartamu
yang
Allah
telah
menjadikan
kamu
pemilik
sebenarnya
ada
pada
Allah.
Manusia
boros.
Allah
memberikan
kuasa
kepada
manusia
untuk
tersebut
berupaya
mencari
kekayaan,
maka
jadilah
dunia
itu
(dibanding
dengan)
kehidupan
akhirat,
dengan
keimanan
dan
kekufuran.
Barangkali
Allah
orang
Mumin
dengan
maksud
menambah
pahalanya.
Allah melapangkan rezeki bagi siapa pun yang Dia kehendaki
di antara para hambaNya yang pandai mengumpulkan harta dan
mempunyai kemudahan dalam mendapatkan harta dimana hal ini
tidak berhubungan dengan keimanan dan kekufuran seseorang.
Pada hakikatnya, kenikmatan dunia jika dibandingkan dengan
kenikmatan akhirat hanyalah sedikit dan akan cepat hilang. Oleh
sebab itu, mereka yang berharta di dunia tidak berhak untuk
membanggakan dan menyombongkan bagian dari dunia yang
diberikan Allah kepada mereka.
Berdasarkan
penjelasan
di
atas
maka
dapat
diambil
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Hukum Islam atau syariah yang bersumber dari ajaran dan
teladan
Nabi
Muhammad
Saw
yang
mengatur
semua
aspek
antara
akhlak
dan
ekonomi
memiliki
terdapat
keseimbangan
usaha
manusia
dalam
mendapatkan materi agar sesuai dengan harapan yang dicitacitakan sebagai khalifah di bumi.keseimbangan tersebut baik
terhadap Tuhan.