Anda di halaman 1dari 7

BAB II

PEMBAHASAN
Siyasah al maliyyah wal iqtishadiyyah
A. Pengertian Siyasah Dusturiyah
Siyasah al maliyyah wal iqtishadiyyah adalah salah satu cabang ilmu politik dan ekonomi
yang membahas tentang kebijakan publik yang terkait dengan keuangan dan ekonomi suatu negara.
Dalam bahasa Arab, "siyasah" berarti politik, sedangkan "maliyyah" berarti keuangan dan
"iqtishadiyyah" berarti ekonomi. Dalam makalah ini, kita akan membahas lebih dalam mengenai
Siyasah al maliyyah wal iqtishadiyyah, termasuk sejarah perkembangannya, pentingnya, dan
pengaruhnya terhadap kehidupan modern.

Sejarah Perkembangan Siyasah al maliyyah wal iqtishadiyyah

Sejarah Siyasah al maliyyah wal iqtishadiyyah dapat dilacak ke zaman kuno, ketika ekonomi
berperan penting dalam kebijakan publik. Pada masa itu, kebijakan ekonomi terfokus pada
perdagangan dan keseimbangan keuangan negara, serta pembuatan undang-undang yang
terkait dengan perpajakan, monopoli, dan subsidi.

Pada abad ke-18 dan ke-19, konsep Siyasah al maliyyah wal iqtishadiyyah mulai berkembang
di Eropa, ketika negara-negara seperti Inggris, Perancis, dan Jerman mulai menerapkan
kebijakan ekonomi yang berpusat pada pembangunan ekonomi dan kesejahteraan sosial.
Konsep ekonomi politik lahir pada masa ini, dengan tokoh-tokoh seperti Adam Smith dan
David Ricardo yang memperkenalkan teori-teori tentang pasar bebas dan perdagangan
internasional.

Pentingnya Siyasah al maliyyah wal iqtishadiyyah

Siyasah al maliyyah wal iqtishadiyyah sangat penting dalam kehidupan modern karena
kebijakan publik yang terkait dengan keuangan dan ekonomi mempengaruhi kehidupan
semua orang di dalam suatu negara. Kebijakan-kebijakan ini mencakup perpajakan,
pengeluaran publik, kebijakan moneter, dan regulasi ekonomi, dan semua kebijakan ini
berdampak pada harga, upah, inflasi, dan pertumbuhan ekonomi.

Dalam konteks globalisasi, kebijakan ekonomi yang tepat sangat penting untuk menarik
investasi dan menjaga daya saing negara dalam pasar global. Negara-negara yang memiliki
kebijakan ekonomi yang baik dan stabil cenderung menarik lebih banyak investasi asing dan
memperkuat posisi mereka di pasar global.

Pengaruh Siyasah al maliyyah wal iqtishadiyyah terhadap Kehidupan Modern

Siyasah al maliyyah wal iqtishadiyyah berpengaruh besar pada kehidupan modern, terutama
dalam konteks globalisasi dan keterbukaan pasar internasional. Kebijakan-kebijakan ekonomi
seperti liberalisasi perdagangan, deregulasi, dan privatisasi yang diterapkan oleh banyak
negara di seluruh dunia telah menghasilkan keuntungan
B. Sumber-Sumber Siyasah al maliyyah wal iqtishadiyyah:

Sumber-sumber Siyasah al maliyyah wal iqtishadiyyah mencakup beberapa sumber utama


yang meliputi:

1. Al-Qur'an dan Hadis: Dalam ajaran Islam, konsep keuangan dan ekonomi diatur
dalam Al-Qur'an dan Hadis. Beberapa prinsip seperti zakat, riba, dan muamalah diatur
dengan jelas dalam ajaran Islam.
2. Teori Ekonomi: Konsep Siyasah al maliyyah wal iqtishadiyyah juga didasarkan pada
teori-teori ekonomi yang ada, seperti teori pasar bebas, teori perusahaan, dan teori
keseimbangan pasar.
3. Hukum: Hukum adalah sumber lain dalam Siyasah al maliyyah wal iqtishadiyyah.
Hukum dapat mengatur masalah-masalah keuangan dan ekonomi seperti kontrak, hak
cipta, kepemilikan, dan kekayaan intelektual.
4. Kebijakan Publik: Kebijakan publik yang terkait dengan keuangan dan ekonomi juga
menjadi sumber penting dalam Siyasah al maliyyah wal iqtishadiyyah. Kebijakan-
kebijakan seperti anggaran, pajak, moneter, perdagangan, dan investasi dapat
berpengaruh pada perekonomian suatu negara.
5. Praktik Bisnis: Praktik bisnis yang dilakukan oleh perusahaan dan individu juga
menjadi sumber dalam Siyasah al maliyyah wal iqtishadiyyah. Praktik bisnis yang
adil dan etis dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dan stabilitas keuangan
suatu negara.

Dalam prakteknya, pengambilan keputusan dalam Siyasah al maliyyah wal iqtishadiyyah


harus mempertimbangkan sumber-sumber ini untuk mencapai kebijakan yang efektif dan
berkelanjutan.1

B. Hak dan Kewajibannya

Siyasah al maliyyah wal iqtishadiyyah merupakan hak negara dalam mengelola dan mengatur
urusan keuangan dan ekonomi di dalamnya. Hak ini juga mencakup beberapa hal seperti:

1. HAK
2.
3. Hak untuk menetapkan kebijakan fiskal dan moneter: Negara berhak menetapkan
kebijakan fiskal dan moneter untuk mengatur keuangan dan ekonomi di dalamnya,
seperti pajak, pengeluaran pemerintah, dan suku bunga.
4. Hak untuk mengatur perdagangan: Negara berhak mengatur perdagangan dalam dan
luar negeri, melalui kebijakan impor dan ekspor, serta kebijakan perdagangan
internasional.
5. Hak untuk mengatur sektor keuangan: Negara berhak mengatur sektor keuangan,
termasuk perbankan, asuransi, dan pasar modal.

1
Muchtar Affandi, “ilmu-ilmu kenegaraan”, Alumni, Bandung, 1971, Hlm. 157.
6. Hak untuk mengatur perlindungan konsumen: Negara berhak melindungi konsumen
dari praktik bisnis yang merugikan, seperti penipuan atau penyalahgunaan hak
kekayaan intelektual.
7. Hak untuk mengatur kekayaan intelektual: Negara berhak mengatur hak kekayaan
intelektual, seperti hak cipta dan paten, untuk mendorong inovasi dan pengembangan
teknologi.

Dalam melaksanakan hak Siyasah al maliyyah wal iqtishadiyyah, negara juga harus
memperhatikan kepentingan masyarakat, termasuk mengedepankan asas keadilan,
kebersamaan, dan kemanfaatan umum. Hal ini menjadi penting dalam mencapai tujuan
pembangunan ekonomi yang berkelanjutan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

D. Persoalan Bai’at
Bai’at (mubayah’ah), pengakuan mematuhi dan menaati imam yang dilakukan oleh
ahal al-hall wa al-aqd dan dilaksanakan sesudah permusyawaratan. 2 Bai’at pertaa terhadap
khalifah terjadi di Tsaqie-fah Bani Sa’idah yang diceritakan oleh Ibnu Qutaibah Adainuri
sebagai berikut:

Kemudian Abu Bakar menghadap kepada orang-orang Ansor memuji Allah dan
mengajak meraka untuk bersatu serta melarang berpecah belah selanjutnya Abu Bakar
berkata,”Saya nasihatkan kepadamu untuk membai’at salah seorang diantara dua orang ini,
yaitu Abi Ubaidah bin Jaroh atau Umar...
Disamping itu kata-kata Bai’at ternyata tidak selamanya sama. Oleh krna itu, lafal
Bai’at dapat dibuat sesuai kebutuhan dan lingkungan asal tidak bertentangan dengan
semangat dan prinsip-prinsip Alqur’an dan sunnah Rasulullah.

E. Persoalan Wuzarah (kementrian)


Menurut Al Mawardi arti Wuzarah menurut bahasa adalah kebebanan dari kata Al
wizru yang memikul beban kepala negara. Dan selanjutnya diambil dari kata Al wazar yang
artinya tempat kembali/lari, karena kepala negara selalu kembali pemikiran/pendapat dan
pertolongan Wazirnya.

2
Prof. T.M. Hasbi Siddiqy, “Asas-asas Hukum Tata Negara Menurut Syariat Islam” Matahari Masa
Yogya, 1969, Hlm. 66.
Wizarah bukanlah sesuatu yang baru dan terdapat pada pemerintahan Islam saja.
Wizarah telah ada sejak zaman Pra-islam. Wizarah ini telah dikenal jauh pada masa Mesir
kuno, bani Israil dan Persia Kuno. Dalam sejarah islam, pengertian wazir sebagai pembantu
dapat dilihat dari peran yang dimainkan oleh Abu bakr dalam membantu tugas-tugas
kerasulan dan kenegaraan Nabi Muhammad SAW. Pada masa Umar, dinasti Bani Umaiyah
dan Bani Abbas memiliki perbedaan peran dalam wazir. Pada masa bani abbas kata wazir ini
mulai dipakai untuk lembaga kementerian negara.

Wazir pertama yang diangkat oleh Abu al-‘abbas al-saffah pada masa ini adalah Abu
Salamah al-Khallal. Kepadanya khalifah melimpahkan sebagian tugas-tugas kenegaraan. Dia
menjalankan tugas-tugasnya atas nama khalifah. Berdasarkan perbedaan peran dalam hal
wazir maka Al-mawardi membagi kementerian ini menjadi dua bentuk, yaitu wazir al-
tafwidh dan wazir al-tanfidz. Wazir al-tafwidh adalah menteri yang memiliki kekuasaan yang
luas dalam memutuskan kebijaksanaan-kebijaksanaan politik negara. Di sini ia berperan
sebagai perdana menteri. Wazir tanfidz hanyalah pelaksana kebijaksanaan negara yang
diputuskan oleh kepala negara atau wazir tafwidz. Kekuasaannya jauh lebih kecil dari wazir
tafwidh.3

DAFTAR PUSAKA

Prof. H.A. Djazuli, “Implementasi Kemaslahatan Umat dalam Rambu-rambu Syariah”,

Kencana, Jakarta, 2003.

Muchtar Affandi, “Ilmu-ilmu Kenegaraan”, Alumni, Bandung, 1971.

Prof. T.M. Hasbi Siddiqy, “Asas-asas Hukum Tata Negara Menurut Syariat Islam” Matahari

Masa Yogya.

3
Prof. H.A. Djazuli, Op. Cit., Hlm. 79.
MAKALAH SIYASAH DUSTURIYAH
DIPRESENTASIKAN DALAM MATA KULIAH FIQH SIYASAH

DI SUSUN OLEH KELOMPOK 4


HADI SAPUTRA (140105047)
MIRZA RAHMATILLAH (140105048)
ZAMHARIR (140105045)
JURUSAN HUKUM TATA NEGARA
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY
DARUSSALAM-BANDA ACEH
TAHUN AJARAN
2014/2015
Kesimpulan
Dapat kami simpulkan jika fiqh siyasah dusturiyah adalah hukum yang mengatur
hubungan antara warga Negara dengan lembaga Negara yang satu dengan warga Negara yang
lain dalam batas-batas administrasi suatu Negara. Didalamnya mencakup pengangkatan
imam, hukum pengangkatan imam, syarat ahlu ahlwalahli, syarat imam pemberhentian imam,
persoalan bai’ah persoalan hujaroh (kementrian).

Sumber-sumber fiqh dhusturiyah:


1. al-qur’an, yaitu ayat-ayat yang berhubungan dengan prinsip-psrinsip kehidupan
masyarakat.
2. Al-hadits, terutama hadits-hadit yang berhubungan dengan imamah dan
kebijaksanaan-kebijaksanaan Rasul SAW didalam menerapkan hokum di negeri Arab.
3. Kebijakan-kebijakan Khulafau Rasyidin didalam mengendalikan pemerintahan,
meskuipun mereka mempunyai perbedaan didalam gaya pemerinyahannya sesuai
dengan pembawaan sifat dan wataknya masing-masing, tetapi ada kesamaan alur
kebijakan yaitu Reorientasi.

Anda mungkin juga menyukai