Anda di halaman 1dari 49

MATERI UJIAN KOMPREHENSIF LISAN

(UKL)

KEPRODIAN-PS

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

IAIN SALATIGA

Materi UKL
Prodi Perbankan Syariah 1
MATERI UKL KEPRODIAN

Ekonomi Islam memiliki worldview yang berbeda dengan ekonomi konvensional.


Islamic Worldview (ru’yat al-Islam li al-wujud) berbasis pada pandangan hidup bahwa Tuhan
menciptakan manusia hanya untuk beribadah pada-Nya, mencakup seluruh tujuan dan
aktivitas manusia sebagai bagian dari bentuk ibadah (penghambaan diri). Islamic worldview
mencakup aspek dunia maupun akhirat, dimana keduanya terkait secara mendalam dan tidak
terpisahkan, dengan aspek akhirat memiliki signifikansi lebih besar dan menentukan. Oleh
karena itu ekonomi Islam berbasis pada paradigma dimana keadilan ekonomi-sosial menjadi
tujuan utama. Paradigma keadilan ini berakar pada kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha
Esa, yang menciptakan langit dan bumi untuk kepentingan seluruh umat manusia. Semua
sumber daya ekonomi pada hakikatnya adalah titipan dari Sang Pencipta yang penggunaannya
harus dipertanggungjawabkan di akhirat. Dalam Islam, pengetahuan adalah kebenaran tentang
hakikat Tuhan, ciptaan-Nya dan seluruh fenomena kehidupan yang diperoleh melalui wahyu,
pemikiran dan pengalaman manusia.
Menurut Siddiqi sejarah pemikiran ekonomi Islam berkembang selama tiga fase:
1. Fase Dasar-dasar Ekonomi Islam (berkembang dari awal hingga abad ke-5 hijriyah).
Tokoh-tokoh (fuqaha) yang ada pada masa ini adalah Zain bin Ali (memperbolehkan
penjualan dengan sistem kredit), Abu Hanifah (menghilangkan ambiguitas dan
perselisihan dalam masalah transaksi), Abu Yusuf (pemecahan masalah harga yang tidak
boleh dikendalikan oleh penguasa, pemecahan masalah keuangan publik), dan Ibnu
Masakawaih (pertukaran dan peranan uang).
2. Fase Kemajuan (dimulai dari abad ke-5 hijriyah hingga abad ke-9 hijriyah). Fase ini
terkenal sebagai fase yang cemerlang bagi pemikiran ekonomi Islam karena telah
meninggalkan warisan intelektual yang sangat kaya. Tokoh-tokoh popular pada masa ini
adalah Al Ghazali (evolusi pasar, peranan uang, pelarangan penimbunan uang), Ibnu
taimiyah (mewujudkan keadilan ketika akad transaksi), dan Al Maqrizi (penggunaan
fulus/uang yang harus dibatasi peredarannya).
3. Fase Stagnasi (dimulai pada abad ke-9 hijriyah hingga fase tertutupnya pintu ijtihad yaitu
abad ke-14 hijriyah). Tokoh-tokoh pemikir ekonomi Islam yang terkenal pada masa ini
adalah Shah Wali Allah, Jamaluddin Al Afghani, Muhammad Abduh, dan Muhammad
Iqbal.
Dalam perkembangannya, madzhab dalam Ekonomi Islam terbagi menjadi 3, yaitu:
 Madzhab Baqr As-Sadr/Iqtishaduna
Menyatakan bahwa ilmu ekonomi tidak akan pernah sejalan dengan Islam. Ekonomi tetap
ekonomi dan Islam tetap Islam. Keduanya tidak akan pernah bisa disatukan karena
perbedaan filosofi yang saling kontardiktif.
Materi UKL
Prodi Perbankan Syariah 2
Tokoh: Baqr As-Sadr, Abbas Mirakhor, Qadim As-Sadr
 Madzhab Mainstream
Pendangan madzhab ini tentang masalah ekonomi hampir tidak ada bedanya dengan
ekonomi konvensional. Perbedaannya adalah terletak dari penyelesaian masalah.
Tokoh: Umer Chapra, M.A. Mannan, Nejatullah Shiddiqi
 Madzhab Alternatif-kritis
Madzhab ini mengkritik dua madzhab sebelumnya. Madzhab As-Sadr dikritik sebagai
madzhab yang berusaha menemukan sesuatu yang baru yang sebenarnya telah ditemukan
oleh orang lain. Menghancurkan teori yang lama dengan teori yang baru. Sedangkan
madzhab mainstream dikritiknya sebagai jiplakan dari ekonomi neoklasik dengan
menghilangkan variabel riba dan memasukkan variabel zakat dan niat.
Tokoh: Timur Kuran, Jomo, Muhammad Arif
Pemikiran ekonomi Islam di Indonesia sesungguhnya tidak lepas dari keberadaan
masuknya agama Islam di Indonesia, beberapa buktinya dengan ditemukan banyak mata uang
Islam dinar dan/atau dirham di kerajaan Aceh, Sumenep, Jambi dan Gowa. Adanya bukti
sejarah berupa mata uang dinar dan dirham serta mata uang lainnya yang bertuliskan huruf
dan angka Arab di kerajaan-kerajaan Islam merupakan sebuah bukti, bahwa sistem ekonomi
yang berjalan dalam kerajaan-kerajaan Islam tersebut adalah sistem ekonomi Islam.
Sejumlah tokoh pemikir ekonomi Islam pada periode kontemporer yaitu:
1) Muhammad Nejatullah Siddiqi
 Tujuan utama aktivitas ekonomi adalah Falah
 Keadilan sebagai dasar berekonomi
 Sifat rasionalisme konsumen
 Golongan yang mengharamkan bunga bank
2) Umar Chapra
 Riba akan membawa dampak buruk pada moral dan peradaban manusia
 Sistem ekonomi Islam yang menghapus riba dari prinsip ekonomi
 Ekonomi Konvensional adalah disiplin ilmu yang sangat maju dan terdepan
Pemikir Islam pra modern yang membicarakan teori inflasi salah satunya adalah Al
Maqrizi, dia mengklasifikasikan inflasi berdasarkan faktor penyebabnya, yaitu (1) Natural
inflation atau inflasi yang disebabkan oleh faktor alamiah, seperti bencana alam, kebakaran
dll. (2) Human error inflation atau inflasi akibat kesalahan manusia. Human error inflation
disebabkan oleh tiga hal, yakni: korupsi dan administrasi yang buruk, pajak yang berlebihan
dan peningkatan mata uang fulus.

Materi UKL
Prodi Perbankan Syariah 3
A. Pengertian Fiqh Muamalah
Fiqh muamalah adalah mengetahui ketentuan-ketentuan hukum tentang usaha-usaha
memperoleh dan mengembangkan harta, jual beli, hutang piutang dan jasa penitiapan
diantara anggota-anggota masyarakat sesuai keperluan mereka, yang dapat dipahami dan
dalil-dalil syara’ yang terinci.

B. Ruang Lingkup Fiqh Muamalah


1. Jual beli (Al-bai’ at-Tijarah)
2. Gadai (rahn)
3. Jaminan/ tanggungan (kafalah)
4. Pemindahan utang (hiwalah)
5. Jatuh bangkit (tafjis)
6. Batas bertindak (al-hajru)
7. Perseroan atau perkongsian (asy-syirkah)
8. Perseroan harta dan tenaga (al-mudharabah)
9. Sewa menyewa tanah (al-musaqah al-mukhabarah)
10. Upah (ujral al-amah)
11. Gugatan (asy-syuf’ah)
12. Sayembara (al-ji’alah)
13. Pembagian kekayaan bersama (al-qisamah)
14. Pemberian (al-hibbah)
15. Pembebasan (al-ibra’), damai (ash-shulhu)
16. Beberapa masalah mu’ashirah (mukhadisah), seperti masalah bunga bank, asuransi,
kredit, dan masalah lainnnya.
17. Pembagian hasil pertanian (musaqah)
18. Kerjasama dalam perdagangan (muzara’ah)
19. pembelian barang lewat pemesanan (salam/salaf)
20. Pihak penyandang dana meminjamkan uang kepada nasabah/ Pembari modal
(qiradh)
21. Pinjaman barang (‘ariyah)
22. Sewa menyewa (al-ijarah)
23. Penitipan barang (wadi’ah)

C. Pengertian, Tujuan, Rukun dan Syarat Akad


Kata akad berasal dari Bahasa Arab al-‘aqd yang secara etimolagi berarti perikatan,
perjanjian dan permufakatan. Secara terminologis, akad adalah suatu perikatan antara ijab
dan Kabul dengan cara yang dibenarkan syara, yang menetapkan adanya akibat-akibat

Materi UKL
Prodi Perbankan Syariah 4
hukum pada objeknya. Tujuan akad harus berlangsung adanya hingga berakhirnya
pelaksanaan akad tanpa adanya pelanggaran dari ketentuan syara’.
Adapun rukun-rukun akad adalah sebagai berikut
1. ‘Aqid, adalah orang yang berakad terkadang masing-masing pihak terdiri dari satu
orang, terkadang terdiri dari beberapa beberapa orang.
2. Ma’qud alaih, ialah benda-benda yang diakadkan, seperti benda-benda yang dijual
dalam akad jual beli, dalam akad hibah (pemberian), gadai, utang yang dijamin
seseorang dalam akad kafalah.
3. Maudhu’ al-‘aqd, yaitu tujuan atau maksud pokok mengadakan akad.
4. Shighat al-aqd, ialah ijab Kabul, ijab ialah permulaan penjelasan yang keluar dari
salah seorang yang berakad sebagai gambaran kehendaknya dalam mengadakan akad.
Kabul ialah perkataam yang keluar dari pihak yang berakad pula yang diucapkan
setelah adanya ijab.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam shighat al-aqd (akad) ialah:


a. Shighat al-aqd harus jelas pengertiannya, misalnya: “aku serahkan benda ini kepadamu
sebagai hadiah atau pemberiannya”.
b. Harus bersesuian antara ijab dan Kabul.
c. Menggambarkan kesungguhan kemauan dari pihak-pihak yang bersangkutan, tidak
terpaksa, atau tidak karena diancam.

Syarat-syarat yang bersifat umum, yaitu syarat-syarat yang wajib sempurna wujudnya
dalam berbagai akad:
1. Kedua orang yang melakukan akad cakap bertindak (ahli), maka akad orang tidak
cakap (orang gila, orang yang berada dibawah pengampuan (mahjur) karena boros dan
lainnya akadnya tidak sah
2. Yang dijadikan objek akad dapat menerima hukumnya.
3. Akad itu diijinkan oleh syara’, dilakukan oleh orang yang mempunyai hak
melakukannya, walaupun dia bukan akid yang memiliki barang.
4. Akad bukan jenis akad yang dilarang.
5. Akad dapat memberi faedah.
6. Ijab harus berjalan terus, maka ijab tidak sah apabila ijab tersebut dibatalkan sebelum
adanya qobul.
7. Ijab dan qobul harus bersambung, jika seseorang melakukan ijab dan berpisah
sebelum terjadinya qobul, maka ijab yang demikian dianggap tidak sah.

Materi UKL
Prodi Perbankan Syariah 5
D. Perdagangan (Al Buyu’) dan Hal-hal yang Berkaitan
Jual beli adalah proses pemindahan hak milik/barang atau harta kepada pihak lain
dengan menggunakan uang sebagai alat tukarnya. Kata lain dari jual beli adalah al-ba’i,
asy-syira’, al-mubadah, dan at-tijarah.
Jual beli didasarkan pada al-Qur’an surat an-Nisa’ 29. Adapun rukun jual beli adalah:
1. Dua pihak membuat akad penjual dan pembeli
2. Objek akad (barang dan harga)
3. Ijab qabul (perjanjian/persetujuan)
Jual beli dapat dilihat dari beberapa sudut pandang, antara lain ditinjau dari segi sah
atau tidak sah dan terlarang atau tidak terlarang.
1. Jual beli yang sah dan tidak terlarang yaitu jual beli yang terpenuhi rukun-rukun dan
syarat-syaratnya.
2. Jual beli yang terlarang dan tidak sah (bathil) yaitu jual beli yang salah satu rukun
atau syaratnya tidak terpenuhi atau jual beli itu pada dasar dan sifatnya tidak
disyariatkan.
3. Jual beli yang sah tapi terlarang ( fasid ). Jual beli ini hukumnya sah, tidak
membatalkan akad jual beli, tetapi dilarang oleh Islam karena sebab-sebab lain.

E. Bentuk Kerjasama Dalam Perdagangan: Syirkah dan Mudharabah


Syirkah adalah suatu akad kerja sama antara dua orang atau lebih untuk suatu usaha
tertentu di mana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana (atau amal) dengan
kesepakatan bahwa keuntungan dan kerugian akan ditanggung bersama sesuai dengan
kesepakatan. Syirkah hukumnya diperbolehkan atau disyari’atkan berdasarkan Al-
Qur’an surat Ash-Shad ayat 24.
Jenis syirkah secara umum terbagi dua:
1. Syirkah Amlaak (Hak Milik), Yaitu perserikatan dua orang atau lebih yang dimiliki
melalui transaksi jual beli, hadiah, warisan atau yang lainnya. Dalam bentuk syirkahs
eperti ini kedua belah pihak tidak berhak mengusik bagian rekan kongsinya, ia tidak
boleh menggunakannya tanpa seijin rekannya.
2. Syirkah Uquud (Transaksional/kontrak), yaitu akad kerja sama antara dua orang yang
bersekutu dalam modal dan keuntungan, misalnya, dalam transaksi jual beli atau
lainnya. Berdasarkan penelitian para ulama fikih terdahulu tterdapat lima macam
syarikah: yaitu: (1) syirkah al- inân; (2) syirkah al-abdân; (3) syirkah al-
mudhârabah; (4) syirkah al-wujûh; dan (5)syirkah al-mufâwadhah

Materi UKL
Prodi Perbankan Syariah 6
F. Rukun dan Syarat Mudharabah
Menurut istilah, mudharabah atau qiradh adalah aqad antara pemilik modal (harta)
dengan pengelola modal tersebut, dengan syarat bahwa keuntungan diperoleh dua belah
pihak sesuai jumlah kesepakatan. Adapun rukun-rukun mudharabah ada 6, yaitu:
1. Pemilik barang yang menyerahkan barang-barangnya
2. Orang yang bekerja, yaitu mengelola barang yang diterima dari pemilik barang
3. Aqad mudharabah dilakukan oleh pemilik dengan pengelola barang
4. Harta pokok/modal
5. Pekerjaan pengelolaan harta sehingga menghasilkan laba
6. Keuntungan.
Adapun Syarat sah mudharabah antara lain:
1. Modal/barang yang diserahkan itu berbentuk uang tunai. Apabila barang itu berbentuk
emas/perak batangan (tabar), emas hiasan/barang dagang lainnya, mudharabah
tersebut batal.
2. Bagi yang melakukan aqad disyaratkan mampu melakukan tasharuf. Maka dibatalkan
aqad anak-anak yang masih kecil, orang gila
3. Modal harus diketahui dengan jelas agar dapat dibedakan antara modal yang
diperdagangkan dengan laba
4. Keuntungan yang akan menjadi milik pengelola dan pemilik modal harus jelas
presentasinya
5. Melafadzkan ijab dari pemilik modal
6. Mudharabah bersifat mutlak, pemilik modal tidak mengikat pengelola harta untuk
berdagang di negara tertentu, memperdagangkan barang-barang tertentu pada waktu-
waktu tertentu.

G. Bentuk-bentuk Aqad Pemberian Kepercayaan


1. Hiwalah, adalah pengalihan atau pengoperan. Menurut istilah berarti pengalihan
hutang dari orang yang berhutang kepada orang lain yang wajib menanggungnya.
2. Ijarah, menurut Fatwa Dewan Syariah Nasional, ijarah adalah akad pemindahan hak
guna (manfaat) atas suatu barang atau jasa dalam waktu tertentu melalui pembayaran
sewa/upah, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan barang itu sendiri.
3. Rahn. Menurut istilah berarti memperlakukan harta sebagai jaminan atas hutang yang
dipinjam, supaya dianggap sebagai pembayaran manakala yang berhutang tidak
sanggup melunasi hutangnya
4. Wadi’ah adalah titipan murni dari satu pihak ke pihak yang lain, baik individu
maupun badan hukum, yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja si penitip
menghendakinya

Materi UKL
Prodi Perbankan Syariah 7
H. Konsep Riba dan Kaitannya dengan Bank Konvensional
Riba secara bahasa bermakna: ziyadah (tambahan). Dalam pengertian lain, secara
linguistik riba juga berarti tumbuh dan membesar . Sedangkan menurut istilah teknis,
riba berarti pengambilan tambahan dari harta pokok atau modal secara bathil. Secara
garis besar riba dikelompokkan menjadi dua. Masing-masing adalah riba hutang-
piutang dan riba jual-beli. Kelompok pertama terbagi lagi menjadi riba qardh dan riba
jahiliyyah. Sedangkan kelompok kedua, riba jual-beli, terbagi menjadi riba fadhl dan
riba nasi’ah.
1. Riba Nasii`ah adalah tambahan yang diambil karena penundaan pembayaran
utang untuk dibayarkan pada tempo yang baru, sama saja apakah tambahan itu
merupakan sanksi atas keterlambatan pembayaran hutang, atau sebagai tambahan
hutang baru. Misalnya, si A meminjamkan uang sebanyak 200 juta kepada si B;
dengan perjanjian si B harus mengembalikan hutang tersebut pada tanggal 1
Januari 2009; dan jika si B menunda pembayaran hutangnya dari waktu yang telah
ditentukan (1 Januari 2009), maka si B wajib membayar tambahan atas
keterlambatannya; misalnya 10% dari total hutang. Tambahan pembayaran di sini
bisa saja sebagai bentuk sanksi atas keterlambatan si B dalam melunasi
hutangnya, atau sebagai tambahan hutang baru karena pemberian tenggat waktu
baru oleh si A kepada si B tambahan inilah yang disebut dengan riba.
2. Riba Fadlal adalah riba yang diambil dari kelebihan pertukaran barang yang
sejenis.
3. Riba al-Yadd adalah riba yang disebabkan karena penundaan pembayaran dalam
pertukaran barang-barang. Dengan kata lain, kedua belah pihak yang melakukan
pertukaran uang atau barang telah berpisah dari tempat aqad sebelum diadakan
serah terima.
Kata ekonomi berasal dari bahasa Yunani Kuno (oikonomos) yang berarti rumah
tangga. Menurut istilah pakar ekonomi, ekonomi adalah usaha untuk mendapat dan mengatur
harta baik material maupun non material untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia baik
secara individu maupun kolektif yang menyangkut perolehan, pendistribusian, ataupun
penggunaan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Sedangkan Menurut Kursyid Ahmad, ilmu
ekonomi Islam adalah sebuah usaha sistematis untuk memahami masalah-masalah ekonomi
dan tingkah laku manusia secara rasional dalam perspektif Islam.
Ekonomi mikro adalah salah satu cabang dalam ilmu ekonomi yang terfokus
mempelajari perilaku atau hubungan timbal balik antara produsen dan konsumen yang terlibat
di dalam kegiatan ekonomi. Ekonomi mikro bisa menjelaskan tentang bagaimana dan
mengapa di setiap pengambilan keputusan dalam kegiatan ekonomi.

Materi UKL
Prodi Perbankan Syariah 8
Dengan demikian, ekonomi mikro Islam berarti suatu sistem yang di dalamnya
terdapat perilaku beberapa individu, baik sebagai konsumen, produsen, atau tenaga kerja yang
dalam kegiatan ekonominya selalu diilhami oleh nilai-nilai keIslaman
Beberapa pokok bahasan ilmu Ekonomi Mikro Islam antara lain adalah sebagai berikut.
a. Asumsi rasionalitas dalam ekonomi Islami
Yang dimaksud dengan asumsi rasionalitas adalah bahwa manusia berperilaku secara
rasional (masuk akal), dan tidak akan secara sengaja membuat keputusan yang akan
menjadikan mereka lebih buruk. Perilaku rasional mempunyai dua makna, yaitu metode
dan hasil. Dalam makna metode, perilaku rasional berarti tindakan yang dipilih
berdasarkan pikiran yang beralasan, bukan berdasarkan pikiran yang beralasan, bukan
berdasarkan kebiasaan, prasangka, atau emosi. Sedangkan dalam makna hasil, perilaku
rasional berarti tindakan yang benar-benar dapat mencapai tujuan yang ingin dicapai.
b. Teori konsumsi Islami
Konsumsi adalah suatu bentuk perilaku ekonomi yang asasi dalam kehidupan manusia.
Setiap makhluk hidup pasti melakukan aktivitas konsumsi termasuk manusia. Dalam ilmu
ekonomi, konsumsi adalah setiap perilaku seseorang untuk menggunakan dan
memanfaatkan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Jadi, perilaku
konsumsi tidak hanya menyangkut perilaku makan dan minum saja, tetapi juga perilaku
ekonomi lainnya seperti membeli dan memakai baju, membeli dan memakai kendaraan,
membeli dan memakai sepatu.
Aktivitas konsumsi dalam perspektif ekonomi Islam sesungguhnya tidaklah berbeda
dari ekonomi konvensional. Titik perbedaan yang paling menonjol antara dalam teori
konsumsi tersebut adalah paradigma dasar dan tujuan pencapaian dari konsumsi itu
sendiri.
Dalam Islam, perilaku konsumsi dibangun atas dua hal, yaitu kebutuhan (hajat) dan
kegunaan atau kepuasan (manfaat). Konsumsi dalam Islam diartikan sebagai penggunaan
terhadap komoditas yang baik dan jauh dari sesuatu yang baik dan jauh dari sesuatu yang
diharamkan, maka sudah barang tentu motivasi yang mendorong seseorang untuk
melakukan aktifitas konsumsi juga harus sesuai dengan prinsip konsumsi itu sendiri.
Artinya, karakteristik dari kebutuhan dan manfaat secara tegas juga diatu dalam ekonomi
Islam.
Islam melihat aktivitas ekonomi adalah salah satu cara untuk menciptakan maslahah
menuju ialah (kebahagiaan dunia dan akhirat). Motif berkonsumsi dalam Islam pada
dasarnya adalah Maslahah. Meskipun secara alami motif dan tujuan berkomunikasi dari
seorang individu adalah untuk mempertahankan hidupnya. Teori permintaan yang
terbentuk dari konsumsi dalam ekonomi Islam didasarkan atas adanya kebutuhan bukan
dari keinginan.

Materi UKL
Prodi Perbankan Syariah 9
c. Teori permintaan Islami
Secara sederhana demand dalam pendekatan ekonomi menunjukkan tingkat
permintaan akan suatu produk atau jasa dari konsumen, sedangkan supply menunjukkan
jumlah produk atau jasa yang ditawarkan oleh produsen atau penjual. Adapun hukum
permintaan yang lazim dipahami adalah “Apabila harga barang naik maka jumlah yang
diminta akan turun sebaliknya jika harga turun jumlah yang diminta akan naik”.
Sesungguhnya permintaan yang dilakukan oleh seorang muslim dalam upaya
melakukan konsumsi merupakan cara untuk menciptakan maslahah, bukan untuk
kepuasan pribadi. Oleh karena itu, dalam menganalisa permintaan konsumen muslim akan
sangat erat kaitannya dengan pola dan etika konsumsi seorang muslim.
Terdapat dua pendekatan untuk mengetahui perilaku konsumen, yaitu pendekatan
mashlahah marginal dan pendekatan iso-mashlahah. Pendekatan mashlahah marginal
menganggap manfaat dan berkah bisa dirasakan dan diukur oleh konsumen. Pendekatan
iso-mashlahah didasarkan pada pandangan bahwa mashlahah, terutama berkah hanya bisa
dirakan namun tidak bisa diukur seberapa besarnya. Konsumen hanya bisa
membandingkan tinggi rendahnya berkah antar kegiatan konsumsi.
d. Teori produksi Islami
Kegiatan produksi merupakan mata rantai dari konsumsi dan disttribusi. Kegiatan
produksi adalah proses yang menghasilkan barang dan jasa, kemudian dikonsumsi oleh
para konsumen. Untuk menghasilkan barang dan jasa, kegiatan produksi melibatkan
banyak faktor produksi.
Imam Al-Ghazali memberikan perhatian yang cukup besar terhadap teori
produksi dalam ekonomi Islam. Ia menggambarkan bermacam ragam aktivitas produksi
dalam masyarakat. Ia juga mengklasifikasi aktivitas produksi menurut kepentingan
sosialnya dan menitikberatkan perlunya kerjasama dan koordinasi. Fokus utamanya
adalah tentang jenis aktivitas yang sesuai dengan dasar-dasar etos kerja Islam.
Tanggungjawab manusia sebagai khalifah adalah mengelola resources yang telah
disediakan oleh Allah secara efisien dan optimal agar kesejahteraan dan keadilan dapat
ditegakkan. Dalam ekonomi Islam tentang produksi adalah adanya perintah untuk mencari
sumber-sumber yang halal dan baik bagi produksi dan memproduksi dan memanfaatkan
output produksi pada jalan kebaikan dan tidak menzalimi pihak lain. Dengan demikian,
penetuan input dan output dari produksi haruslah sesuai dengan hukum Islam dan tidak
mengarah kepada kerusakan.
e. Teori penawaran Islami
Dalam ilmu ekonomi, hukum penawaran adalah “Semakin tinggi harga suatu
produk semakin meningkat barang yang ditawarkan, sebaliknya semakin rendah harga
suatu produk, semakin berkurang jumlah yang ditawarkan”.

Materi UKL
Prodi Perbankan Syariah 10
Dalam ekonomi Islam, pengaruh zakat terhadap penawaran dapat dilihat dari dua
sisi. Yang pertama adalah melihat pengaruh kewajiban membayar zakat terhadap perilaku
penawaran. Objek zakat perniagaan adalah barang yang diperjualbelikan. Menurut
Adiwarman A. Karim, pengenaan zakat perniagaan tidak berpengaruh terhadap kurva
penawaran, tidak seperti pajak yang mengakibatkan komponen biaya meningkat. Adanya
pengenaan zakat perniagaan membuat perilaku memaksimalkan keuntungan berjalan
seiring dengan perilaku memaksimalkan zakat. Artinya, jika seorang produsen
memaksimalkan keuntungannya, pada saat yang bersamaan ia memaksimalkan besarnya
zakat yang dibayarkan.

Mekanisme Pasar Islami


Secara umum pasar diartikan sebagai tempat bertemunya pembeli dan penjual. Dalam
ilmu ekonomi, konsep pasar diartikan sebagai setiap struktur yang memungkinkan pembeli
dan penjual untuk menukar jenis barang, jasa dan informasi. Sehingga konsep pasar tidak
hanya pada barang dan jasa, tapi juga pada informasi dan hal-hal berharga lainnya yang bisa
diperjual belikan. Adapun proses pertukaran barang atau jasa untuk uang adalah transaksi.
Perlu dipertegas bahwa objek dari ilmu ekonomi adalah perilaku ekonomi konsumen,
produsen dan pemerintah. Ketiga objek tersebut dalam praktiknya akan dipertemukan dalam
mekanisme pasar baik pasar tenaga kerja, pasar barang, ataupun pasar modal. Peranan
pemerintah sanagt diperlukan dalam bentuk kebijakan pasar, hal ini untuk mencegah pasar
berjalan tidak normal atau terjadinya distrosi pasar. Namun pemerintah mestinya menghindari
praktik penetapan harga, karena dalam prakteknya Rasulullah mengajarkan kepada umat
Islam untuk membiarkan harga berjalan apa adanya, agar harga berjalan dengan adil.
Rasulullah melarang adanya intervensi harga dan sepenuhnya menyerahkan mekanisme harga
pada pasar. Namun dalam praktiknya harga pasar dapat sangat dipengaruhi oleh praktik-
praktik yang dilarang sehingga menyebabkan distorsi dan selanjutnya mampu mengintervensi
harga yang terbentuk di pasar.

Kurva Permintaan Barang Halal dalam Pilihan Halal-Haram


Dalam hal pilihan yang dihadapi adalah antara barang halal dan barang haram, maka
optimal solution-nya adalah corner solution. Katakanlah konsumen mempunyai pendapatan I
= Rp1 juta per bulan, dan menghadapi pilihan untuk mengonsumsi barang halal X dan barang
haram Y. Katakan pula harga barang X Px= Rp 100 ribu, dan harga barang Y Py = Rp200
ribu. Titik A, A’, A” menunjukkan konsumsi seluruhnya dialokasikan pada barang X, dan titik
B menunjukkan konsumsi seluruhnya dialokasikan pada barang Y. Simulasi penurunan harga
juga dilakukan dari Rp 100 ribu ke tingkat Px = Rp50 ribu dan Px = Rp25 ribu.
Dengan mengasumsikan perubahan hanya pada barang X, maka kita sekarang
memiliki tiga tipe garis anggaran yang berbeda. Pada harga x sama dengan Rp 100 ribu budget
Materi UKL
Prodi Perbankan Syariah 11
line berada pada BL1, sedang pada harga X sebesar Rp50 ribu budget line berada pada
BL2 demikian juga ketika harga X berada pada level Rp25 ribu maka budget line menjadi BL3.
Dengan menggunakan simulasi penurunan harga barang X yang halal ini maka kita dapat
memformulasikan kurva permintaan barang halal X dalam pilihan halal-haram.
Semakin tinggi harga, semakin sedikit jumlah barang yang diminta. Dengan demikian,
kita juga mendapatkan slope kurva permintaan yang negatif untuk barang halal dalam pilihan
halal X dan haram Y. Perbedaannya terletak pada kecuraman kurva atau dalam istilah
ekonominya pada elastisitas harga. Penurunan harga dari Rp100 ribu ke Rp 50 ribu
meningkatkan permintaan barang X dari 10 ke 20 (bandingkan dengan pilihan halal X – halal
Y yang hanya dari 3 ke 4), penurunan dari rp 50 ribu ke Rp 25 ribu meningkatkan permintaan
barang X dari 20 ke 40 (bandingkan dengan pilihan halal X – halal Y yang hanya naik dari 4
ke 5).

Keadaan Darurat Tidak Optimal


Dalam konsep Islam, yang haram telah jelas dan begitu pula yang halal telah jelas.
Secara logika ekonomi kita telah menjelaskan bahwa bila kita dihadapkan kepada dua pilihan,
yaitu barang halal dan barang haram, optimal solution adalah corner solution, yaitu
mengalokasikan seluruh pendapatan kita untuk mengonsumsi barang halal. Tindakan
mengonsumsi barang haram berarti meningkatkan disutility, sebaliknya tindakan mengurangi
konsumsi barang haram berarti mengurangi disutility. Corner solution merupakan optimal
solution karna mengonsumsi barang haram sejumlah nihil berarti menghilangkan disutility,
selain itu mengaloksaikan seluruh pendapatan untuk mengonsumsi barang halal berarti
meningkatkan utility.
Secara grafis ditunjukkan dengan terbatasnya supply barang halal X sejumlah Q x F
atau dapat juga dikatakan sejumlah maksimal barang x yang tersedia pada keadaan full capa
cypy adalah sebesar Q x F. Dengan asumsi maximizing behafior, maka tingkat utility U3 lebih
baik dibandingkan U1. Perhatikanlah bahwa untuk tingkat utility U1 dan U3, Optimal
solutionnya adalah corner solution ada garis horizontal sumbu X. Kedua corner solution itu
menunjukkan berapa jumlah barang x yang diminta, sebut saja Q x (U1) untuk tingkat utility
U1 dan Q x (U3) untuk tingkat utility U3. Perhatikan pula bahwa Q x (U1) < Q xF < Q x (U3).
Oleh karena Q x F adalah jumlah maximal barang X, dan Q x (U3) lebih besar dari Q x F,
maka dapat kita simpulkan bahwa tingkat utility U3 tidak tercapai.
Untuk tingkat utility U1, Q x F akan memotong U1 pada DP(Darurat Point). Pada titik
DP ada sejumlah pendapatan yang sebenarnya dapat digunakan untuk mengkonsumsi barang
X sejumlah Q x (U3), namun karena tebatasnya barnag X sejumlah Q x F, maka akan ada
sejumlah pendapatan yang dialokasikan untuk mengkonsumsi barang haram Y. Perhatikanlah
bahwa titik DP bukanlah titik optimal. Titik DP tidak terjadi pada saat persinggungan

Materi UKL
Prodi Perbankan Syariah 12
antara indifference curvedengan budget line atau dengan kata lain MRS pada titik DP tidak
sama denganslope budget line.
Oleh karena itu, dalam pilihan halal haram, optimal solution selalu terjadi corner
solution yaitu mengonsumsi barang halal seluruhnya, maka setiap keadaan darurat, yaitu
keadaan yang secara terpaksa harus mengonsumsi barang haram, pastilah
bukan corner solution dan oleh karenanya pasti bukan optimal solution. Keadaan daruurat
selalu bukan keadaan optimal.
Sub/optimality keadaan darurat dengan jelas terlihat bila kita membandingkan titik DP
dengan titik Q x (U2). Optimal solution untuk tingkat utility U2 adalah corner solution pada
tingkat Q x F. Oleh karena tingkat utility U2 lebih baik dibandingkan tingkat utility U1, jelaslah
titik DP sub optimal dibanding Q x (U3).
Supply barang X terbatas dimana kondisi jumlah maximum pada Q x F (Q x pada full
capacity), sehingga kurva U3 tidak dapat dicapai pada darurat point (DP terdapat barang Y).
Jelas disini bahwa darurat point (DP) bukanlah solusi yang optimal karena titik DP
bukanlah merupakan titik persinggungan. DP selalu tidak optimal. Apabila U2 > U1, maka
U2 optimal. Pada U2 tidak ada permintaan terhadap barang haram Y.

Permintaan Barang Haram dalam Keadaan Darurat


Darurat didefinisikan sebagai keadaan suatu yang mengancam keselamatan jiwa. Oleh
karena itu, sifat darurat itu sendiri adalah sementara maka permintaan barang harampun hanya
bersifat insidentil. Secara sistematis keadaan ini digambarkan dengan fungsi yang discrete,
bukan fungsi yang continue.
Demand terhadap barang Y pada darurat point bkan merupakan fungsi dari harga Y.
Ini adalah point demand (DY). Penggunaan konsep darurat adalah terbatas dan harus sesuai
dengan syariat. Pada titik DP jumlah permintaan barang haram Y adalah sejumlah Q. Dengan
bantuan garis 450 sebgai cermin, kita dapat menurunkan permintaan barang haram Y, yaitu
pada titik koordinat.

Konsumsi Inter-Temporal Konvensional


Yang dimaksud dengan konsumsi inter-temporal adalah konsumsi yang dilakukan
dalam dua waktu, yaitu masa sekarang (periode pertama) dan masa yang akan datang (periode
kedua). Dalam ekonomi konvensional, pendapatan adalah penjumlahan konsumsi dan
tabungan. Atau secara matematis ditulis:
Y= C + S
Dimana: Y= pendapatan, C= Konsumsi , S= Tabungan
Misalkan pendapatan, konsumsi, saving pada periode pertama adalah Y1, C1, S1 dan
pendapatan, konsumsi, dan saving pada periode kedua adalah Y2, C2, dan S2 maka persamaan

Materi UKL
Prodi Perbankan Syariah 13
dapat dituliskan sebagai berikut: pendapatan pada periode pertama adalah : Y1= C1+S1.
Pendapatan pada periode kedua adalah Y2= C2+S2.
Apabila konsumsi di periode pertama lebih kecil dari pada pendapatan, maka akan terjadi
saving dan konsumsi di periode kedua semakin besar.
Y1= C1 + S1 dan C1 < Y1
Y2= C2 + S2
= (C2+S1) + S2
Bila kita mengansumsikan konsumsi periode 1 (C1) dan 2 (C2) ditentukan oleh
besarnya nominal uang (m) yang ada ditangan maka (C1) dipenuhi oleh (m1) dan (C2) dipenuhi
oleh (m2). Maka apabila kita asumsikan sejumlah uang yang tersedia pada periode pertama
dan kedua dialokasikan sepenuhnya untuk konsumsi pada periode 1 dan 2 serta tidak ada
bunga atau value added dari volume uang untuk periode ke 2 (M2).
Besarnya konsumsi juga dipengaruhi oleh posisi konsumen, apakah mengeluarkan
pengeluaran, yang berbeda diantara periode atau tidak. Pada prinsipnya perilaku konsumen
dimana terjadi selisih antara pendapatan dengan jumlah uang yang digunkan untuk konsumsi,
dapat dibagi menjadi 3:
a. Lender, dimana jumlah konsumsi lebih kecil dari pada pendapatan.
b. Borrower, dimana jumlah konsumsi lebih besar dari pada pendapatan.
c. Polonius point, dimana jumlah konsumsi sama dengan jumlah pendapatan.

Titik optimal untuk konsumen berada pada perpotongan kurva indifference dengan
budget line yang tersedia. Bagaimana posisi dan letak dari kurva indefference sangat
tergantung dari presfektif dan tingkat kebutuhan dari konsumen. Pada saat kosumen
berperilaku sebagai borrower, perpotongan kurva indefference menyebabkan konsumsi pada
masa kini C1, lebih tinggi dari pada konsumsi pada masa depan C2, karena jumlah uang yang
tersedia pada saat ini hanya M, dimana M1 < C1, maka ada sebagian dari uang yang disediakan
untuk konsumsi masa datang M2 digunakan untuk mengonsumsi pada masa sekarang.
Sehingga untuk mencapai tingkat konsumsi C1 > C2, maka konsumen akan meminjam uang
dari pihak lain dengan jaminan sebagian dari M2 akan digunakan untuk membayar uang
tersebut.

Konsumsi Inter Temporar Dalam Islam


Bagian ini merujuk pada monjer khaf yang berusaha mengembangkan pemikiran tentang hal
ini, dengan memulai membuat asumsi sebgai berikut:
a. Islam dilaksanakan oleh masyarakat
b. Zakat hukumnya wajib
c. Tidak ada riba dalam perekonomiannya.

Materi UKL
Prodi Perbankan Syariah 14
Berlakunya beberapa instrumen dalam ekonomi Islam tentu berdampak pula kepada
perubahan perilaku konsumsi bila tanpa instrumen ekonomi Islam tersebut. Beberapa
intrumen dapat memengaruhi volume jumlah uang yang dialokasikan untuk konsumsi baik
pada periode satu atau dua meliputi:
1. Zakat, pengenaan zakat pada periode 1 (Z1) akan mengurangi m1 yang dialokasikan
untuk C1. Bila tidak ada tabungan atau peminjaman pada periode satu maka final
sepending (m1 = FS =C1+Z1) sama dengan m1.
2. Infak atau sodaqoh, pengeluaran infaq atau sodaqoh pada periode 1 akan mengurangi
m1 yang dialokasikan untuk C1. Tidak ada tabungan atau peminjaman pada periode 1
maka final spending sama dengan m1.
3. Rate off profit atau pendapatan bagi hasil (rp): apabila pada periode satu ada sebagian
m1 yang dialokasikan dalam bentuk tabungan yang di investasikan
maka final spendingperiode 2 (FS2) sama dengan m2 ditambah dengan jumlah m1 yang
ditabung ditambah dengan rate off profit (rp) (FS2= m2+ (1+rp) m1).

Dalam konsep Islam yang dijelaskan oleh hadis rasulullah saw yang maknanya adalah “yang
kamu miliki adalah apa yang telah kamu makan dan apa yang telah kamu infaq kan”. Oleh
karena itu, persamaan pendapatan menjadi: Y=(C+infaq) + S
Secara grafis, hal ini seharusnya digambarkan dengan 3 dimensi. Namun untuk kemudahan
penyajian grafis, yaitu dengan dua dimensi, maka bersama ini disederhanakan menjadi:Y= FS
+ S.
Dimana : FS = C + infaq. FS adalah Final spending dijalan Allah.

Hubungan Terbalik Riba dengan Sedekah


Sekarang bayangkanlah suatu keadaan dimana:
1. Orang tidak mau bekerja mencari pendapatan
2. Praktik riba menjadi tradisi dimasyarakat
3. Zakat wajib dilaksanakan
Dalam keadaan ini berarti sumber pendapatan masyarakat hanya dari riba saja, dan tidak ada
sumber pendapatan lain. Dari keadaan ini dapat digambarkan tiga kombinasi utility function
(dalam hal ini disebut indefference curve atau IC) dengan budget line.

Investasikan Tabungan
Apalah artinya tabungan bila tidak diinvestasikan. Ia hanya menajdi seonggok harata
yang tidak berguna. Islam tidak menyukai adanya tindakan penimbunan harta yang sia-sia ini.
Di satu pihak Islam memberikan disinsetif terhadap saving yang tidak diinvestasikan, namun
dipihak lain Islam memberikan insentif untuk melakukan investasi. Konsekuensi logis dari
investasi adalah munculnya peluang untuk untung dan rugi.

Materi UKL
Prodi Perbankan Syariah 15
Katakanlah seorang mempunyai harta (wealth, W) sebesar Rp100 juta. Harta ini dapat
digunakan seluruhnya untuk investasi atau sebagiannya. Tingkat pemanfaatan harta ini sebut
saja ‘V’. Bila seluruhnya di investasikan maka v=1, sedangkan bila tidak ada yang
diinvestasikan maka v=0.
Dengan v=1, katakanlah tingkat return nya, r = 50% atau R = Rp50 juta. Bila
diasumsikan skala usaha tidak berpengaruh pada tingkat return yaitu tetap 50%, bila v = 0,5
maka return nya R=Rp25 juta. Bila dalam menginvestasikan hartanya, ia tidak melakukannya
sendiri, misalnya melalui kerja sama bagi hasil mudharabah, maka returnnya akan di bagi
hasilkan berdasarkan misbah.” secara matematis dapat ditulis: Y=( πR) vW dimana: Y=
pendapatan, π= nisbah bagi hasil, v= tingkat pemanfaatan harta, W= harta yang ditabung.
Semakin besar pemanfaatan harta (v), semakin besar pula pendapatan (Y).
Dengan kata lain bila tidak seluruh saving digunakan untuk investasi maka konsumen
akan berada pada tingkat kesejahteraan yang lebih rendah. Jadi dengan argumen ilmu
ekonomi. Kita berusaha menjelaskan bahwa salah satu maksud larangan penimbunan harta
yang diatur dalam QS. Attakatsur adalah uintuk meningkatkan kesejahteraan manusia itu
sendiri.

Distorsi Pasar
Pada garis besarnya, ekonomi Islami mengidentifikasi tiga bentuk distorsi pasar, yakni
sebagai berikut:
1. Rekayasa penawaran dan rekayasa permintaan
2. Tadlis (penipuan)
3. Taghrir (dari kata gharar = uncertainty, kerancuan)
Dalam fiqih Islam, rekayasa penawaran (false supply) lebih dikenal sebagai ihtikar,
sedangkan rekayasa permintaan (false demand) dikenal sebagai bai’ najasy. Tadlis (penipuan
= unknown to one party) dapat mengambil empat bentuk, yakni penipuan menyangkut jumlah
barang (quantity), mutu barang (quality) harga barang (price), dan waktu penyerahan barang
(time of delivery). Sedangkan taghrir (kerancuan, ketidakpastian = unknown to both parties),
juga mengambil empat bentuk yang menyangkut kuantitas, kualitas, harga, dan waktu
penyerahan barang. Tadlis dan taghrir, keduanya disebabkan karena adanya incomplete
information.
Kesemua bentuk distorsi pasar ini mengganggu berjalannya mekanisme pasar secara
alamiah. Hal ini menzalimi salah satu pihak yang bertransaksi, karena itu Islam
mengharamkannya.

Materi UKL
Prodi Perbankan Syariah 16
Konsumsi Makro Islam (Konsumsi pada Level Individu)
Seorang muslim dalam berkonsumsi bertujuan untuk mencapai mashlahah maksimum
guna mewujudkan falah. Untuk itu konsumen tidak hanya bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan untuk masa sekarang (dunia, worldy need) namun juga untuk kebutuhan masa
depan (akhirat, hereafter need) atau disebut juga ibadah. Terminologi worldy need dan
hereafter need tidak diartikan sebagaimana dalam sekulerisme, dimana hereafter need hanya
diterjemahkan pada pengeluaran aktivitas ibadah ritual atau terkadang sedikit lebih luas untuk
sedekah (charity). Dalam ajaran Islam, dunia dan akhirat adalah sebuah kesatuan, di mana
dunia adalah ladang untuk mencapai akhirat. Sepanjang konsumsi dilakukan di jalan Allah,
yaitu mengikuti cara yang dituntunkan Allah dan untuk mencari rida Allah, maka konsumsi
ini akan menjadi ibadah. Artinya tetap akan berdampak dalam jangka panjang di akhirat.
Berbagai ayat dalam Al Qur’an memberikan gambaran kesatuan ini misalnya Al Baqarah (2):
177, 195, 215, 245, 254, 262, Ali Imran (3): 92: At Taubah (9): 34: dan Al Anfal (8): 60.
Oleh karenanya, pemisahan di sini lebih pada makna dampak instan yang diharapkan
pada konsumsi. Worldy need bermakna bahwa dampak instannya pada saat sekarang atau di
dunia, sementara hereafter need lebih pada masa depan yaitu akhirat. Dalam berkonsumsi
untuk ibadah, seorang muslim tidak selayaknya mengharapkan manfaat atau balasan di dunia
secara instan, namun hanya untuk mencari rida Allah SWT (dan balasan akhirat, yaitu surga).
Pengeluaran untuk beribadah membutuhkan keikhlasan, yaitu niat semata mencari rida Allah
SWT, sebagaimana dalam Al Qur’an, Al Baqarah (2): 264: An Nisa (4) 38, Al Bayyinah (98):
5, dan lain-lain.
Secara lebih detil, konsumsi total dapat diformulasikan sebagai berikut:
C = Cs + Cd
C = f(Yd)
Cs = Cso + cs (sYd)
Cd = Cdo + cd ((1 – a)Yd)
C = [Cso + cs (aYd)] + [Cdo + cd ((1 – a)Yd)]
C = [(Cso + Cdo] + [cs (aYd) + cd ((1 – a)Yd)]
0 < Cs, Cd < 1
Dimana :
Cs = konsumsi untuk orientasi sekarang
Cd = konsumsi untuk orientasi masa depan
Cso = konsumsi sekarang otonom
cs = MPC sekarang
Cdo = konsumsi masa depan otonom
cd = MPC masa depan
Yd = pendapatan siap dibelanjakan
Materi UKL
Prodi Perbankan Syariah 17
Dalam perspektif Islam, masyarakat dapat dikelompokkan menjadi masyarakat kaya
dan masyaraka miskin. Yang dimaksudkan dengan masyarakat kaya di sini bukan sekadar
masyarakat yang memiliki penghasilan di atas konsumsinya (Y-C > 0), namun masyarakat
pembayar zakat atau muzaki.
Masing-masing kelompok dalam berkonsumsi dipengaruhi oleh tingkat pendapatan
masing-masing. Jumlah konsumsi secara makro yang merupakan penjumahan konsumsi
kelompok kaya dan kelompok miskin sebagai berikut:
C = Ck + Cm
C = [Cko + ck (aY – (zW + sY)] + [Cmo + cm[((1 – a)Y + (zW + sY)]]
C = (Cko + Cmo) + (cK (aY – (zW + sY) + cm [((1 – a)Y + (zW + sY)])
C = Cto + ck (Ydk) + cm (Ydm)
Cto = cko + cmo
Cko > cmo dan 0< ck < cm < 1
Dimana :
C = konsumsi makro keseluruhan
Ck = konsumsi masyarakat kaya
Cm = konsumsi masyarakat miskin
Y = pendapatan total
Yk = pendapatan masyarakat kaya
Ym = pendapatan masyarakat miskin
a = proporsi pendapatan
Ydk = pendapatan siap belanja masyarakat kaya
Z = pengeluaran sedekah
z = proporsi untuk zakat
W = kekayaan bersih
S = proporsi sedekah sunah
Cko = konsumsi otonom masyarakat kaya
ck = MPC masyarakat kaya
Ydm = pendapatan siap belanja masyarakat mskin
Cmo = konsumsi otonom masyarakat miskin
cm = MPC masyarakat miskin
cto = konsumsi total otonom

Materi UKL
Prodi Perbankan Syariah 18
Dengan memperhatikan manfaat dari masing-masing aktivitas ekonomi, yaitu
komsumsi, tabungan, dan sedekah, maka seseorang akan mengalokasikan anggaran yang
dimilikinya untuk tiga aktivitas sekaligus. Kita dapat memiliki persamaan Y = C + S + Z.
Karena S = I maka kita dapat juga menuliskan menjadi Y = C + I + Z. Posisi alokasi optimal
adalah komposisi ketiga aktivitas tersebut yang memberikan mashlahah maksimum pada
tingkat anggaran yang dimilikinya.
Dengan mendasarkan pada Al Quran, Hadis dan praktek-praktek pengelolaan ekonomi
pada masa Islam awal, maka kebanyakan para pemikir muslim berpendapat bahwa commodity
money, khususnya emas (dinar) dan perak (dirham), memang merupakan uang yang paling
ideeal. Meskipun demikian, hal ini bukanlah sebuah keharusan. Pemakaian fiat money
diperkenankan sepanjang memenuhi tiga syarat dasar, yaitu:
a. Telah menjadi kesepakatan bersama
b. Ditetapkan oleh pemerintah
c. Stabilitas nilainya dapat dijaga dengan baik
Beberapa pendapat yang menganggap bahwa fiat money adalah riba, bahkan lebih
besar dari pada riba yang berupa tingkat bunga. Dalam pandangan ini, karenanya, penggunaan
dinar dan dirham, adalah wajib. Beberapa argumentasi dari para ahli fiqih yang mendukung
dan tidak mendukung tentang keharusan uang dinar dan dirham dapat dilihat di Hassan (2005),
Karim (2006), Kricene (2014).
Perekonomian Islam adalah perekonomian tiga sektor, yang menempatkan mekanisme
pasar, peran pemerintah, dan peran masyarakat bersinergi (ta’awun). Pemerintah dan
masyarakat memiliki fungsi dasar merealisasikan segala kewajiban kolektif dalam
mewujudkan falah. Dalam beberapa aspek, fungsi ini changeable dan complementary.
Beberapa kesamaan zakat dan pajak:
a. Unsur paksaan dan kewajiban dalam pengumpulannya.
b. Dikelola oleh negara, baik pemerintah pusat atau daerah.
c. Tidak ada imbalan tertentu yang bersifat langsung bagi para pembayarnya.
d. Tujuan pengumpulannya adalah untuk membiayai kegiatan negara, terutama untuk
pembangunan sosial dan ekonomi.
Beberapa perbedaan zakat dan pajak:
a. Landasan hukum
b. Tujuannya, dimana zakat mmemiliki spesifikasi yang pasti dan baku, sedang pajak
tidak.
c. Subyek dan obyeknya
d. Nisabnya
e. Kelestariannya

Materi UKL
Prodi Perbankan Syariah 19
Etika, bertitik pangkal dari kata “etos”. Menurut Nurcholis Madjid, etos adalah
karakter dan sikap, kebiasaan serta kepercayaan dan seterusnya yang bersifat khusus tentang
seorang individu atau sekelompok manusia. Dan dari kata etos inilah terambil kata “Etika”.
Etika dapat dimaknai Etika Kerja sebagai akhlak atau bersifat akhlaqi yaitu kualitas esensial
seseorang atau sekelompok manusia termasuk suatu bangsa.
Etika tidak bisa dimaknai sempit hanya pada kualitas pribadi seseorang saja. Namun
etika juga dapat dinisbatkan kepada suatu kelompok atau masyarakat. Terbentuknya etika
pada diri pribadi, suatu kelompok atau komunitas masyarakat sangat dipengaruhi oleh
kebiasaan, budaya dan sistem nilai yang diyakini. Bila dimaknai dari sudut pandang Islam,
maka etika dianggap sebagai akhlak (budi pekerti, perangai, tingkah laku juga tabiat
seseorang) yaitu tingkah laku atau perlakuan manusia ke arah kebaikan dan kebermanfaatan.
Perlu diingat, bahwa “kebaikan” dan “kebermanfaatan” yang menjadi tujuan
pencapaian dari etika kerja Islam, tidak bisa dimaknai bebas. Tapi harus dimaknai berdasarkan
Al-Quran dan Sunah Rasulullah. Ambil contoh tentang kasus perang. Bila ukuran kebaikan
dan kebermanfaatan diserahkan kepada persepsi masyarakat umum, maka perang akan
dianggap sebagai sesuatu yang tidak beretika. Namun bila dipandang dalam perspektif Islam,
maka perang justru dapat menjadi satu amalan yang sangat beretika dan dijanjikan pahala
yang begitu besar
Hadits tentang keutamanaan jihad yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah:
“Di antara kehidupan yang terbaik bagi manusia adalah seorang yang memegang
kendali kudanya di jalan Allah, dan ia senantiasa bersiaga untuk memacu kudanya manakala
ia mendengar genderang perang atau denting senjata, pilihannya saat itu hanyalah membunuh
ataukah terbunuh (syahid) di medan perang; atau seorang yang pergi untuk tinggal di atas
bukit atau di lembah, dan di sana ia mendirikan shalat, membayar zakat dan terus menyembah
Tuhannya sampai ajal menjemputnya. Ia tidak memiliki kepedulian dengan urusan siapa pun
kecuali perbuatan yang baik.”
Di sinilah pentingnya, untuk memiliki patokan jelas tentang standar yang digunakan
dalam pengaplikasian etika kerja Islam. Standarnya jelas, yaitu Al-Quran dan Sunah. Bukan
pada persepsi umum apalagi perasaan manusia yang sifatnya labil dan dinamis.
Etika adalah bagian dari ilmu filsafat yang membahas secara rasional dan kritis tentang
nilai, norma dan moralitas. Karena masuk dalam cabang ilmu filsafat, maka pembahasan etika
sangat menekankan pada pengamatan yang kritis dalam melihat dan mengamati nilai dan
norma yang berkembang di masyarakat.
Sebagai cabang dari ilmu filsafat, etika dapat dibedakan menjadi dua: obyektivisme
dan subyektivisme. Obyektivisme memandang bahwa nilai kebaikan suatu perbuatan bersifat
obyektif yaitu terletak pada substansi perbuatan itu sendiri. Paham ini melahirkan
rasionalisme dalam etika, suatu perbuatan dianggap baik, bukan karena kita senang
melakukannya, tetapi merupakan keputusan rasionalisme universal yang mendesak untuk
berbuat seperti itu.

Materi UKL
Prodi Perbankan Syariah 20
Sedangkan subyektivisme berpandangan bahwa suatu perbuatan disebut baik bila
sejalan dengan kehendak atau pertimbangan subyek tertentu baik subyek Tuhan, subyek
kolektif seperti masyarakat maupun subyek individu (Muhammad, 2004). Islam hadir untuk
mengisi satu “ruang kosong” dalam pembahasan etika, yaitu ruang spiritual. Islam
memberikan motivasi agar manusia bekerja sebagai wujud pengabdian kepada Allah. Mampu
bertindak profesional, memilah kapan pekerjaan itu sebagai wujud prfesinya dan saat kapan
pekerjaan itu sebagai dedikasi pengabdiannya. Dan tentunya etika kerja Islam mengajarkan,
agar melakukan semua pekerjaan dengan niat “karena Allah”.
Menganggap pekerjaannya sebagai bentuk ibadah. Jadi ibadah tidak boleh dimaknai
sempit hanya dalam aspek ritual saja. Seperti shalat dan dzikir semata. Namun ibadah itu luas
cakupannya. Seluruh aktivitas keseharian, termasuk bekerja, jika dilaksanakan dengan niat
ikhlas karena Allah dan melakukannya sesuai tuntunan Allah, maka itulah ibadah.
Pekerjaan yang didasari hanya dengan motivasi jabatan dan kekayaan menjadikan
seseorang bekerja ketika ada iming-iming atau konsekuensi jabatan dan kekayaan, jika tidak
ada, ia akan enggan atau bermalas-malasan.
Tetapi motivasi ibadah dalam bekerja bisa melahirkan karya dan produktivitas meski
tidak dalam pengawasan manusia, walaupun jauh dari kontrol atasan. Ketika bekerja dianggap
sebagai satu ibadah dan bentuk pengabdian kepada umat yang dilakukan atas dasar niat karena
Allah, maka sumber daya insani tidak akan mengabaikan adab-adab kerja dalam Islam.
Misalnya: Pertama, memulai semua pekerjaan dengan niat yang baik. Karena meyakini
bahwa Islam sangat menekankan kejernihan niat sebelum memulai amal. Karena niat adalah
salah satu penentu perbuatan seseorang dapat bernilai ibadah atau tidak. Walaupun caranya
benar, tapi niat salah, maka amalan model tersebut akan tertolak. Pada satu pagi Rasul Saw.
Dan para Sahabat sedang berkumpul kemudian mereka melihat seseorang yang kuat berjalan
dengan cepat dan enerjik menuju kerja. Para Sahabat takjub terhadap orang tersebut. Maka
para Sahabat berkata: Wahai Rasul Saw. bila saja ia berada dalam jalan Allah (fi Sabilillah)
pasti lebih baik baginya. Maka Rasul Saw. berkata: “Jika ia bekerja untuk anaknya yang masih
kecil, maka itu berarti fi Sabilillah. Jika ia bekerja untuk kedua orang tuanya yang renta maka
itu berarti fi Sabilillah. Dan jika ia bekerja karena riya dan kebanggaan maka itu di jalan
Setan”. (HR. Atabrani).
Kedua, tidak menunda-nunda amal. Dalam kaitan ini Rasulullah Saw. Mendorong
umatnya untuk berpagi-bagi, haditsnya berbunyi: Ya Allah berkahilah Umatku di pagi hari.
(HR. Tirmidzi, Ibnu majah dan Ahmad). Dalam pepatah Arab disebutkan:“jangan tunda amal
hari ini hingga esok”.
Ketiga, bersungguh-sungguh Pepatah mengatakan: Siapa yang bersungguh-sungguh
dia akan dapat”.
Keempat, bekerja dengan rapi. Rasulullah Saw. bersabda: “Sesungguhnya Allah
SWT. mencintai seseorang yang bekerja dengan rapi di antara kalian”. (HR. Baihaqi).
Materi UKL
Prodi Perbankan Syariah 21
Kelima, tawadhu (rendah hati) dan syukur. Sebagus apapun pekerjaannya, seorang
Muslim dilarang untuk bersikap sombong. Rasul Saw. Bersabda: Tidak masuk Surga siapa
yang di dalam hatinya ada kesombongan seberat biji sawi. (HR. Muslim).
Keenam, tidak melupakan kewajiban ibadah kepada Allah SWT. Meskipun bekerja
bisa menjadi sarana penghambaan diri kepada Allah SWT. Bekerja hanyalah salah satu dari
sekian banyak kewajiban yang melekat pada seorang muslim. Disamping bekerja, seorang
muslim juga tetap diamanahi kewajiban-kewajiban lain.
Ideologi Islam yang sangat berbeda dengan ideologi sekularisme dengan pahamnya
yang memisahkan antara agama dengan kehidupan, meniscayakan ketidakbolehan
melunturkan nilai ibadah dalam setiap pekerjaan. Agar semangat ibadah itu tidak luntur, maka
ada beberapa nilai yang patut direnungi, khususnya untuk umat muslim dan umumnya bagi
mereka yang hendak meningkatkan kualitas pencapaian kerja.
Pendahuluan
Dua fungsi utama dari perbankan adalah pengumpulan dana dan penyaluran dana.
Penyaluran dana yang terdapat di bank konvensional dengan yang terdapat di bank syariah
mempunyai perbedaan yang esensial, baik dalam hal nama, akad, maupun transaksinya.
Dalam perbankan konvensional penyaluran dana ini dikenal dengan nama kredit sedangkan
diperbankan syariah adalah pembiayaan.
Berbeda dengan pengertian kredit yang mengharuskan debitur mengembalikan
pinjaman dengan pemberian bunga kepada bank, maka pembiayaan berdasarkan prinsip
syariah pengembalian pinjaman dengan bagi hasil berdasarkan kesepakatan antara bank dan
debitur. Misalnya, pembiayaan dengan prinsip jual beli ditujukan untuk membeli barang,
sedangkan yang menggunakan prinsip sewa ditujukan untuk mendapat jasa. Prinsip bagi hasil
digunakan untuk usaha kerjasama yang ditujukan guna mendapatkan barang dan jasa
sekaligus.
Pembiayaan merupakan aktivitas yang sangat penting karena dengan pembiayaan akan
diperoleh sumber pendapatan utama dan menjadi penunjang kelangsungan usaha bank.
Sebaliknya, bila pengelolaannya tidak baik akan menimbulkan permasalahan dan berhentinya
usaha bank .
Oleh karena itu diperlukan adanya suatu manajemen pembiayaan syariah yang baik
sehingga penyaluran dan atau dalam hal ini pembiayaan kepada nasabah bisa efektif dan
efisien sesuai dengan tujuan dari perusahaan maupun syariat Islam itu sendiri.

PEMBAHASAN
A. Pengertian Manajemen, Pembiayaan, dan Bank Syariah
Sebelum membahas pengertian pembiayaan, sebaiknya kita mengetahui tentang
falsafah pembiayaan di Bank Syariah. Diantaranya adalah kaitan antara uang dalam suatau
bisnis usaha adalah penting, namun di dalam pelaksanaannya harus menghilangkan
Materi UKL
Prodi Perbankan Syariah 22
adanya ketidakadilan, ketidakjujuran, dan “penghisapan” dari satu pihak kepihak lain
(bank dengan nasabahnya), dan tentang kedudukan hubungan antara bank syariah dan
nasabah adalah sebagai mitra investor dan pedagang, sedangkan dalam hal bank secara
umumnya adalah hubungan antara kreditur dan debitur. Dengan dikenalnya mekanisme
pembiayaan berdasarkan prinsip mitra usaha pada bank syariah, maka pembayaran bunga
kepada depositor atau pembebanan suatu bunga kepada para nasabah tidak timbul.
Dalam membahas manajemen pembiayaan Bank Syariah terlebih dahulu dipisahkan
dua kata yang membentuk frase tersebut : Manajemen, Pembiayaan dan Bank Syariah.
Secara etimologi manajemen berarti seni melaksanakan dan mengatur. Pembiayaan
diartikan sebagai suatu kegiatan pemberian fasilitas keuangan/finansial yang diberikan
satu pihak kepada pihak lain untuk mendukung kelancaran usaha maupun untuk investasi
yang telah direncanakan. Pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok bank, yaitu
pemberian fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang
merupakan deficit unit.
Berdasarkan UU nomor 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, Bank Syariah
didefenisikan sebagai Bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan Prinsip
Syariah.
Jadi, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah adalah sebuah proses perencanaan,
pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya yang dilakukan oleh
Bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan Prinsip Syariah dalam hal
pemberian fasilitas keuangan/finasial yang kepada pihak lain berdasarkan prinsip-prinsip
syariah untuk mendukung kelancaran usaha maupun untuk investasi yang telah
direncanakan.
Disamping itu, dalam pelaksanaan pembiayaan, bank syariah memenuhi aspek syar’i
dan aspek ekonomi. Yang dimaksud dengan aspek syar’i adalah setiap realisasi
pembiayaan kepada nasabah, bank syariah harus tetap berpedoman kepada syariat Islam
(antara lain tidak mengandung unsur maisir, gharar, dan riba serta bidang usahanya harus
halal. Adupun yang dimaksud dengan asspek ekonomi adalah mempertimbangkan
perolehan keuntungan baik bagi bank syariah maupun bagi nasabah.

B. Tujuan dan Fungsi Pembiayaan


Pembiayaan merupakan sumber pendapatan bagi bank syariah. Tujuan pembiayaan
yang dilaksanakan perbankan syariah terkait dengan stake holder, yakni:
1. Pemilik. Dari sumber pendapatan diatas, para pemilik mengharapkan akan
memperoleh penghasilan atas dana yang ditanamkan pada bank tersebut.
2. Pegawai. Para pegawai mengharapkan dapat memperoleh kesejahteraan dari bank yang
dikelolanya.
3. Masyarakat.
Materi UKL
Prodi Perbankan Syariah 23
a. Pemilik dana; masyarakat sebagai pemilik dana mengharapkan dari dana yang
diinvestasikan akan diperoleh bagi hasil.
b. Debitur yang bersangkutan; dengan penyediaan dana baginya mereka merasa
terbantu guna menjalankan usahanya (sektor produktif) atau terbantu untuk
pengadaan barang yang diinginkannya (pembiayaan konsumtif).
c. Masyarakat umumnya – konsumen; dengan pembiayaan mereka dapat memperoleh
barang-barang yang dibutuhkan.
4. Pemerintah. Pemerintah terbantu dalam pembiayaan pembangunan negara, disamping
itu akan diperoleh pajak.
5. Bank. Bagi bank yang bersangkutan, hasil dari penyaluran pembiayaan diharapkan
bank dapat meneruskan dan mengembangkan usahanya agar tetap survival dan
meluaskan jaringan usahanya, sehingga semakin banyak masyarakat yang dapat
dilayaninya.
Ada bebarapa fungsi pembiayaan yang diberikan oleh bank syariah kepada masyarakat
penerima diantaranya:
1) Meningkatkan daya guna uang
Para penabung menyimpan uangnya di bank dalam bentuk giro, tabungan dan
deposito. Uang tersebut dalam prosentase tertentu ditingkatkan kegunaannya oleh
bank guna suatu usaha peningkatan produkivitas.
2) Meningkatkan daya guna barang
Produsen dengan bantuan pembiayaan bank dapat memprodusir bahan mentah
menjadi bahan jadi sehingga utility dari bahan tersebut meningkat.
3) Meningkatkan peredaran uang
Melalui pembiayaan, peredaran uang kartal maupun giral akan lebih berkembang oleh
karena pembiayaan menciptakan suatu kegairahan berusaha sehingga penggunaan
uang akan bertambah baik kualitatif apalagi secara kuantitatif.
4) Menimbulkan kegairahan berusaha
Bantuan pembiayaan yang diterima pengusaha dari bank inilah kemudian yang
digunakan untuk memperbesar volume usaha dan produktivitas.
5) Stabilitas ekonomi
Dalam ekonomi yang kurang sehat, langkah-langkah stabilitasi pada dasarnya
diarahkan pada usaha-usaha untuk antara lain:
a) Pengendalian inflasi
b) Peningkatan ekspor
c) Rehabilitasi prasarana
d) Pemenuhan kebutuhan-kebutuhan pokok rakyat
6) Sebagai jembatan untuk meningkatkan pendapatan nasional.

Materi UKL
Prodi Perbankan Syariah 24
Para usahawan yang memperoleh pembiayaan tentu saja berusaha untuk
meningkatkan usahanya. Peningkatan usaha berarti peningkatan profit/pendapatan.
7) Sebagai alat hubungan ekonomi internasional.
Bank sebagai lembaga kredit/pembiayaan tidak saja bergerak didalam negeri tapi juga
diluar negeri. Negara-negara kaya atau yang kuat ekonominya, demi persahabatan
antar negara banyak memberikan bantuan kepada negara-negara yang sedang
berkembang atau yang sedang membangun. Bantuan tersebut tercermin dalam bentuk
bantuan kredit dengan syarat-syarat tertentu.

C. Jenis – Jenis Pembiayaan Bank Syariah


1. Pembiyaan Modal Kerja Syariah
Secara umum, yang dimaksud dengan pembiayaan modal kerja syariah adalah
pembiayaan jangka pendek yang diberikan kepada perusahaan untuk membiayai
kebutuhan modal kerja usahanya berdasarkan prinsip-prinsip syariah.
Berdasarkan akad yang digunakan dalam produk pembiayaan syariah, jenis
Pembiayaan Modal Kerja (PMK) dapat dibagi menjadi lima macam, yakni :
a. PMK Mudharabah.
Pembiayaan mudharabah adalah perjanjian antara peranan dana dan pengelola dana
untuk melakukan kegiatan usaha teartentu, dengan pembiayaan keuntungan antara
kedua belah pihak berdasarkan nisbah yang telah disepakati sebelumnya.
b. PMK Isthtisna.
Istishna adalah perjanjian jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang
dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan dan penjual.
c. PMK Salam
Salam adalah perjanjian jual beli barang dengan cara pemesanan dengan syarat-syarat
tertentu dan pembayaran harga terlebih dahulu.
d. PMK Murabahah.
Murabahah adalah perjanjian jual beli antara bank dan nasabah dimana bank syariah
membeli barang yang diperlukan oleh nasabah dan kemudian menjualnya kepada
nasabah yang bersangkutan sebesar harga perolehan ditambah dengan
margin/keuntungan yang disepakati antara bank syariah dan nasabah.
e. PMK Ijarah.
Ijarah adalah perjanjian sewa menyewa suatu barang dalam waktu tertentu melalui
pembayaran sewa.
2. Pembiayaan Investasi Syariah
Pembiayaan Investasi, yaitu untuk memenuhi kebutuhan barang-barang modal
(capital goods) beserta fasilitas-fasilitas yang erat kaitannya dengan itu.

Materi UKL
Prodi Perbankan Syariah 25
Yang dimaksud dengan investasi adalah penanaman dana dengan maksud untuk
memperoleh imbalan/manfaat/keuntungan dikemudian hari, mencakup hal-hal berikut
antara lain:
a. Imbalan yang diharapkan dari investasi adalah berupa kentungan dalam bentuk
uang.
b. Bahan usaha umumnya bertujuan untuk memperoleh keuntungan berupa uang,
sedangkan badan sosial dan badan-badan pemerintah lainnya lebih bertujuan
memberikan manfaat sosial dibandingkan dengan keuntungan.
c. Badan-badan usaha yang mendapat pembiyaan investasi dari bank harus mampu
memperoleh keuntungan finansial agar dapat hidup dan berkembang serta
memenuhi kewajiban kepada bank.
Pembiayaan investasi diberikan kepada nasabah untuk keperluan penambahan modal
guna mengadakan rehabilitasi, perluasan usaha ataupun pendirian proyek baru. Ciri-
ciri pembiayaan investasi adalah:
a. Untuk pengadaan barang-barang modal
b. Mempunyai perencanaan yang matang dan terarah.
c. Berjangka waktu menengah dan panjang
Melihat luas aspek yang dikelola dan dipantau, maka untuk pembiayaan investasi di
Bank Syariah menggunakan skema musyarakah mutanaqishah. Dalam hal ini bank
memberikan pembiayaan dengan prinsip penyertaan, dan secara bertahap bank
melepaskan penyertaannya, dan pemilik perusahaan nasabah akan mengambil alih
kembali porsi penyertaan bank, baik dengan menggunakan dana sendiri sebagai
penambahan setoran modal. Skema lain yang dapat digunakan adalah ijarah muntahia
bi tamlik, yaitu menyewakan barang modal dengan opsi kepemilikan setelah masa
sewa berakhir.
3. Pembiayaan Konsumtif Syariah
Pembiayaan konsumtif diperlukan oleh pengguna dana untuk memenuhi kebutuhan
konsumsi dan akan habis dipakai untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Kebutuhan
konsumsi dapat dibedakan atas kebutuhan primer (pokok atau dasar) dan kebutuhan
sekunder. Kebutuhan primer adalah kebutuhan pokok, baik berupa barang, seperti
makanan, minuman, pakaian, dan tempat tinggal, maupun berupa jasa, seperti
pendidikan dasar dan pengobatan. Sedangkan kebutuhan sekunder adalah kebutuhan
tambahan, yang secara kuantitatif maupun kualitatif lebih tingi atau lebih mewah dari
kebutuhan primer, baik berupa barang, seperti makanan dan minuman, pakaian/
perhiasan, bangunan rumah, kendaraan, dan sebagainya, maupun berupa jasa seperti
pendidikan, pelayanan kesehatan, pariwisata, hiburan, dan sebagainya.
Menurut jenis akadnya dalam produk pembiayaan syariah, pembiayaan konsumtif
dapat dibagi menjadi lima bagian, yaitu:
Materi UKL
Prodi Perbankan Syariah 26
a. Pembiayaan konsumen akad Murabahah
b. Pembiayaan konsumen akad IMBT
c. Pembiayaan konsumen akad Ijarah
d. Pembiayaan konsumen akad Istishna
e. Pembiayaan konsumen akad Qard + Ijarah
Dalam menetapkan akad pembiyaan konsumtif, langkah-langkah yang perlu dilakukan
bank adalah sebagai berikut :
a. Apabila kegunaan pembiayaan yang dibutuhkan nasabah adalah untuk kebutuhan
konsumtif semata, harus dilihat dari sisi apakah pembiyaan tersebut berbentuk
pembiayaan barang atau jasa.
b. Jika untuk pembelian barang, faktor selanjutnya yang harus dilihat adalah apakah
barang tersebut berebentuk ready stock atau good in process. Jika ready stock
pembiayaan yang diberikan adalah pembiayaan murabahah. Namun, jika berbentuk
good in process, yang harus dilihat berikutnya adalah dari sisi apakah proses barang
tersebut memerlukan waktu dibawah enam bulan atau lebih. Jika dibawah enam
bulan, pembiayaan yang diberikan adalah pembiayaan salam. Jika proses barang
tersebut memerlukan waktu lebih dari enam bulan, pembiayaan yang diberikan
adalah istishna.
c. Jika pembiayaan tersebut dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan nasabah
dibidang jasa, pembiyaan yang diberikan adalah ijarah.
4. Pembiayaan Sindikasi
Pembiayaan sindikasi adalah pembiayaan yang diberikan oleh lebih dari satu lembaga
keuangan bank untuk satu obejek pembiayaan tertentu. Pada umumnya pembiayaan ini
diberikan kepada nasabah korporasi yang memiliki nilai transaksi yang sangat besar.
Pembiayaan sindikasi memiliki tiga bentuk yakni:
a. Lead Syndication, yakni sekelompok bank yang secara bersama-sama membiaya
suatu proyek dan dipimpin oleh satu bank yang bertindak sebagai leader. Modal
yang diberikan masing-masing bank dilebur menjadi satu kesatuan, sehingga
keuntungan dan kerugian menjadi hak bersama, sesuai dengan proporsi modal
masing-masing.
b. Club Deal, yakni sekelompok bank yang secara bersama-sama membiayai suatu
proyek, tetapi diantara bank yang satu dan bank yang lain tidak mempunyai
hubungan kerjasama bisnis dalam arti penyatuan modal.. Masing-masing bank
membiayai suatu bidang yang berbeda dalam proyek tersebut. Dengan demikian,
masing-masing bank akan memperoleh keuntungan sesuai dengan bidang yang
dibiayai dalm proyek tersebut. Jelasnya hubungan antarpeserta sindikasi ini hanya
sebatas hubungan koordinatif.

Materi UKL
Prodi Perbankan Syariah 27
c. Sub Syndication, yakni bentuk sindikasi yang antara suatu bank dengan salah satu
bank peserta sindikasi lain dan kerjasama bisnis yang dilakukan keduanya tidak
berhubungan secara langsung dengan peserta sindikasi lainnya.
5. Pembiayaan berdasarkan take over
Salah satu bentuk jasa pelayanan keuangan bank syariah adalah membantu masyarakat
untuk mengalihkan transaksi nonsyariah yang masih berajalan menjadi transaksi yang
sesuai dengan syariah. Dalam hal ini atas permintaan nasabah bank melakukan
pengambilanalihan hutang nasabah di bank konvensional dengan cara memberikan
jasa hiwalah atau dapat juga menggunakan qard, disesuaikan dengan ada atau tidaknya
unsur bunga dalm hutang nasabah kepada bank konvensional. Setelah nasabah
melunasi kewajibannya kepada bank konvensional, transaksi yang terjadi adalah
transaksi antara nasabah dengan bank syariah. Dengan demikian, yang dimaksud
dengan pembiayaan take over adalah pembiayaan yang timbul sebagai akibat dari take
over terhadap transaksi nonsyariah yang telah berjalan yang dilakukan oleh bank
syariah atas permintaan nasabah.
6. Pembiayaan Letter of Credit (L/C)
Pembiayaan letter of creadit adalah bentuk pembiayaan yang diberikan dalam rangka
memfasilitasi transaksi impor atau ekspor nasabah. Pada umumnya pembiayaan L/C
dapat menggunakan beberapa akad. Untuk pembiayaan L/C Impor Berdasarkan fatwa
Dewan Syariah Nasional 34/DSN-MUI/IX/2002, akad yang dapat digunakan untuk
pembiayaan L/C Impor adalah: Wakalah bil Ujrah, Wakalah bil Ujrah dengan Qardh,
Murabahah, Salam atau Istishna dan Murabahah, Wakalah bil Ujrah dan
Mudharabah, Musyarakah, dan Wakalah bil Ujrah dan hawalah. Adapun untuk
pembiayaan L/C ekspor. Berdasarkan fatwa Dewan Syariah Nasional 35/DSN-
MUI/IX/2002, akad yang dapat digunakan untuk pembiayaan L/C Impor adalah:
Wakalah bil Ujrah, Wakalah bil Ujrah dengan Qardh, Wakalah bil Ujrah dan
Mudharabah, Musyarakah, dan Bai’ dan Wakalah.

D. Penentuan Kebijakan Pembiayaan di Bank Syariah.


Penentuan sektor-sektor pembiayaan Bank Syariah ditetapkan bersama oleh Dewan
Komisaris, Direksi (termasuk Komite Kebijakan Pembiayaan) serta Dewan Pengawas
Syari’ah, baik mengenai jenis maupun besarnya (nilai rupiahnya) sehingga pilihan yang
ditentukan diharapkan memenuhi aspek syar’i disamping aspek ekonomisnya.
Proses pemberian pembiayaan meliputi:
1. Surat permohonan pembiayaan
Dalam surat permohonan, berisikan jenis pembiayaan yang diminta nasabah, untuk
berapa lama, berapa limit yang diminta, serta sumber pelunasan pembiayaan berasal
dari mana. Disamping itu, surat diatas dilampiri dengan dokumen pendukung, antara
Materi UKL
Prodi Perbankan Syariah 28
lain: identitas pemohon, legalitas (akta pendirian atau perubahan, surat keputusan
menteri, perizinan-perizinan), bukti kepemilikan agunan (jika diperlukan).
2. Proses evaluasi
Dalam penilaian suatu permohonan, bank syariah tetap berpegang pada prinsip kehati-
hatian serta aspek lainnya, sehingga diharapkan dapat diperoleh hasil analisis yang
cermat dan akurat.
Langkah pengamanan yang dilakukan bank syariah untuk mengendalikan terjadinya
pembiayaan bermasalah dapat dilakukan sebagai berikut:
1. Sebelum realisasi pembiayaan
Dalam tahapan ini, bank melakukan penutupan asuransi dan/atau pengikatan agunan
(jika diperlukan). Setelah ini selesai, baru pembiayaan dapat dicairkan.
2. Setelah realisasi pembiayaan
Dalam tahap awal pencairan, dana diarahkan pada pembiayaan sebagaimana diajukan
dalam permohonan atau persetujuan bank, dan jangan sampai “bocor” dalam arti lari
ke hal-hal diluar kesepakatan. Selanjutnya, bank melakukan pembinaan dan kontrol
atas aktivitas bisnis nasabah.
E. Prinsip-Prinsip Pemberian Pembiayaan
Dalam melakukan penilaian permohonan pembiayaan bank syariah bagian marketing
harus memperhatikan beberapa prinsip utama yang berkaitan dengan kondisi secara
keseluruhan calon nasabah. Di dunia perbankan syariah prinsip penilaian dikenal dengan
5 C + 1 S, yaitu
1. Character
Yaitu penilaian terhadap karakter atau kepribadian calon penerima pembiayaan dengan
tujuan untuk memperkirakan kemungkinan bahwa penerima pembiayaan dapat
memenuhi kewajibannya.
2. Capacity
Yaitu penilaian secara subyektif tentang kemampuan penerima pembiayaan untuk
melakukan pembayaran. Kemampuan diukur dengan catatan prestasi penerima
pembiayaan di masa lalu yang didukung dengan pengamatan di lapangan atas sarana
usahanya seperti toko, karyawan, alat-alat, pabrik serta metode kegiatan.
3. Capital
Yaitu penilaian terhadap kemampuan modal yang dimiliki oleh calon penerima
pembiayaan yang diukur dengan posisi perusahaan secara keseluruhan yang ditujukan
oleh rasio finansial dan penekanan pada komposisi modalnya.
4. Collateral
Yaitu jaminan yang dimiliki calon penerima pembiayaan. Penilaian ini bertujuan untuk
lebih meyakinkan bahwa jika suatu resiko kegagalan pembayaran tercapai terjadi ,
maka jaminan dapat dipakai sebagai pengganti dari kewajiban.
Materi UKL
Prodi Perbankan Syariah 29
5. Condition
Bank syariah harus melihat kondisi ekonomi yang terjadi di masyarakat secara spesifik
melihat adanya keterkaitan dengan jenis usaha yang dilakukan oleh calon penerima
pembiayaan. Hal tersebut karena kondisi eksternal berperan besar dalam proses
berjalannya usaha calon penerima pembiayaan.
6. Syariah
Penilaian ini dilakukan untuk menegaskan bahwa usaha yang akan dibiayai benar-benar
usaha yang tidak melanggar syariah sesuai dengan fatwa DSN “Pengelola tidak boleh
menyalahi hukum syariah Islam dalam tindakannya yang berhubungan dengan
mudharabah.”
Memang secara teoritis bahwa yang terpenting pertama adalah karakter dari nasabah
calon penerima pembiayaan (nasabah debitur), karena jika karakternya baik, sekalipun
kondisinya buruk, nasabah debitur akan tetap berusaha serius dan dengan jujur
mengembalikan dana pembiayaan yang telah disepakati dalam perjanjian. Namun tidak
dapat dipungkiri bahwa pada kenyataannya jaminan sangat menentukan tingkat keamanan
pembiayaan yang disalurkan oleh bank. Disamping itu keberadaan agunan menjadi sangat
penting, dan hal ini berhubungan dengan filosofi dasar dari dana bank, yaitu bahwa dana
bank adalah dana nasabah, dana masyarakat, yang oleh karenanya harus dilindungi dan
digunakan dengan sangat hati-hati (trust and prudential).

F. Batas-Batas Pemberian Pembiayaan


Dalam menyalurkan pembiayaan, bank syariah akan memperhatikan batas-batas
pemberian pembiayaan. Hal penting yang perlu diperhatikan adalah ketentuan financing
deposit ratio yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia. Penentuan batas penyaluran
pembiayaan suatu bank syariah sebagaimana yang diatur dalam UU No. 21 Tahun 2008
tentang Perbankan Syariah adalah sebagai berikut: Untuk peminjam dari pihak tidak
terkait, batas maksimum pemberiaan pembiayaanya adalah 30% dari modal bank syariah
sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh bank Indonesia. Dan untuk pihak terkait,
dalam hal ini yang dimaksudkan adalah pemegang saham yang memiliki 10% atau lebih
dari modal disetor bank syariah, anggota dewan komisaris, anggota direksi, keluarga dari
persero perorangan, komisaris, dan direksi, pejabat bank lainnya, serta perusahaan yang
didalamnya terdapat kepentingan dari pihak yang diatas, batas maksimum pemberian
pembiayaannya 20% dari modal bank syariah sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan
oleh Bank Indonesia.
Disamping memperhatikan kebijakan otoritas moneter dalam menentukan batas
maksimum pemberian pembiayaan (BMPP), bank syariah juga memperhatikan kebijakan
internal bank dalam memberikan pembiayaan. Hal ini berkaitan dengan masalah
kecepatan pengambilan keputusan. Pada prinsipnya yang memiliki kewenangan memutus
Materi UKL
Prodi Perbankan Syariah 30
suatu permohonan pembiayaan adalah (Pejabat) kantor pusat. namun jika seluruh
permohonan diajukan kekantor pusat, akan terjadi over loaded pada suatu unit kerja dan
kekosongan pada unit kerja lainnya yang pada akhirnya pembiayaan tidak tersedia secara
“on time”. Sehubungan dengan itu untuk limit/plafon dalam jumlah tertentu, kantor pusat
mendelegasikan wewenang memutus kepada (Pejabat) Kanwil dan kantor cabang serta
kantor cabang pembantu.
Hal yang juga diperhatikan bank dalam menentukan batas maksimum pemberian
pembiayaan adalah operasional. Dalam tataran operasional, secara umum dalam kondisi
normal, besaran/totalitas pembiayaan sangat tergantung pada besaran dana yang tersedia,
baik yang berasal dari pemilik berupa modal (sendiri, termasuk cadangan) serta dana dari
masyarakat luas-Dana Pihak Ketiga. Jelasnya, semakin besar funding suatu bank, akan
meningkat potensi bank yang bersangkutan dalam penyediaan pembiayaan. Dalam
kondisi yang situasional, besarnya porsi pembiayaan dipengaruhi oleh alokasi dana untuk
itu, yang diantaranya bank juga mempertimbangkan penyaluran kesektor lain yang lebih
menguntungkan dibanding pembiayaan, dapat meberikan hasil yang lebih banyak/baik.
1. Konsep Pemasaran
Seiring dengan pertumbuhan perbankan syariah, dinamika kompetisi di antara pelaku
bank syariah yang semakin tinggi, mengakibatkan suatu competitive advantage yang
dimiliki oleh suatu bank makin tidak sustainable. Dengan demikian, sebuah bank harus
melakukan berbagai upaya pembaharuan yang tidak kenal henti untuk dapat menjadi
pemain utama pada segment-nya, sehingga, dapat menjadi preferensi
utama customer yang berujung pada kepuasan dan bahkan loyalitas. Untuk itu sebuah
bank syariah dituntut untuk mempunyai sistem pemasaran yang teruji dan tidak sekedar
mengharapkan emotional mass untuk menjadi nasabah.
Para pelaku perbankan syariah diharapkan dapat menyadari bahwa konsep pemasaran
telah berubah dibandingkan dua dasawarsa yang lampau. Pemasaran pada awal abad 20
hingga pertengahan 1980-an dipandang sebagai sebuah “kotak peralatan”. Pada akhir
1980-an terjadi pergeseran, pemasaran dipandang sebagai sebuah “cara berpikir” tentang
bagaimana berurusan dengan pelanggan. Pandangan lama menganggap pemasaran
sebagai sebuah fungsi yang jelas atau departemen/divisi dalam sebuah perusahaan dengan
tanggungjawab terhadap urusan-urusan yang telah dilakukan pemasaran secara
tradisional.
Pada pandangan tradisional, pemasaran berbasiskan transaksi. Bauran pemasaran yang
dikenal dalam pandangan tersebut adalah 4P yang diartikan
sebagai: Product, Price, Place, dan Promotion. Produk menyangkut produk apa yang
dijual, price menyangkut harga pada produk tersebut, place menyangkut bagaimana
produk tersebut didistribusikan atau dimana produk didistribusikan, dan promotion
menyangkut bagaimana mempromosikan atau menawarkan produk tersebut.
Materi UKL
Prodi Perbankan Syariah 31
Pandangan pemasaran sekarang adalah berbasis kepada hubungan dengan pelangggan.
Inti pemasaraan sekarang adalah meningkatkan kepuasan pelanggan melalui penciptaan
nilai bagi pelanggan. Tugas ini menjadi terlalu kompleks untuk dikerjakan hanya oleh
departemen/divisi pemasaran.
Dalam pandangan sekarang, menurut James G. Barnes dalam Secrets of Customer
Relationship Management, pemasaran adalah tugas setiap orang dalam sebuah
perusahaan. Setiap pegawai memiliki potensi untuk mempengaruhi kepuasan pelanggan
secara langsung maupun tidak langsung. Semua pegawai harus menyadari keuntungan
bagi perusahaan untuk mempertahankan pelanggan dalam jangka panjang. Semua
pegawai harus mengenali cara-cara untuk memperbaiki hubungan dengan pelanggan pada
saat mereka melayani pelanggan tersebut. Namun, tidak semua pegawai berhubungan
langsung dengan pelanggan. Oleh karena itu, membangun hubungan pelanggan tidak
selalu mungkin dilakukan secara langsung. Dengan demikian bentuk-bentuk hubungan
antara satu pegawai dengan pegawai lain terhadap para pelanggan akan berbeda dengan
tujuan yang sama.
Tujuan yang sama itu adalah menciptakan keterikatan pelanggan bukan hanya dengan
produk yang dihasilkan, tetapi juga dengan atribut yang dimiliki perusahaan. Perubahan
pandangan terhadap pemasaran, juga membuat bauran pemasaran 4P ikut berubah. 4P
dalam pandangan pemasaran yang baru adalah product, process, perform, dan people.
Produk merupakan inti dari apa yang ditawarkan perusahaan kepada pelanggan. Proses
merupakan sistem dan aktivitas yang mendukung ketersediaan produk atau jasa inti.
Performa merupakan penyediaan produk sesuai yang dijanjikan dan menjadikannya benar.
People (orang) merupakan interaksi pegawai, yakni bagaimana pelanggan diperlakukan
dalam interaksi bisnis.
Perbankan sebagai salah satu pelaku bisnis, selama dua dasawarsa terakhir tidak henti-
hentinya berkompetisi untuk membuat nasabahnya tetap setia pada produknya dan tidak
berpaling ke produk lain. Salah satu kiat yang diyakini dalam pemasaran sekarang untuk
membuat nasabah setia adalah menciptakan sistem layanan yang selalu mengarah
kepada customer satisfaction.
Customer satisfaction atau kepuasaan pelanggan dapat didefinisikan sebagai
perspektif pengalaman nasabah setelah menggunakan suatu produk atau layanan jasa
perbankan di sebuah bank. Kepuasan dapat diartikan sebagai hasil dari penilaian atau
persepsi nasabah bahwa produk atau jasa layanan telah memberikan tingkat kenikmatan
tertentu. Tingkat kenikmatan yang dimaksud adalah kesesuaian antara apa yang dirasakan
oleh nasabah dari pengalaman yang diperoleh dengan apa yang diharapkan. Dengan
demikian, dapat terjadi bahwa secara aktual, suatu produk dan jasa layanan, menurut pihak
bank mempunyai potensi untuk memenuhi harapan nasabah, tetapi ternyata hasil dari
persepsi nasabah tidak sama dengan apa yang diinginkan oleh pihak bank sebagai pemilik
Materi UKL
Prodi Perbankan Syariah 32
produk dan layanan jasa. Hal ini dapat terjadi karena adanya gap antara apa yang
dipersepsikan oleh pihak bank dengan apa yang dipersepsikan oleh nasabah.
Pengambilan keputusan seorang nasabah berinvestasi di suatu bank, mengambil
pembiayaan, atau memanfaatkan jasa bank tersebut selalu didasari dengan pertimbangan
yang rasional. Banyaknya pilihan, membuat nasabah berada pada phase at risk karena
begitu mudahnya melirik produk subtitusi yang ditawarkan oleh pesaing. Tingkat
ekspektasi nasabah yang berbeda menjadi faktor utama yang menghambat bank dalam
memenuhi fasilitas dan manfaat produk/ jasa yang sesuai dengan kebutuhan nasabah demi
meningkatkan kepuasan nasabah. Apalagi, saat ini, setiap bank menyediakan fasiltas, fitur,
dan manfaat yang relatif sama.
Dalam persaingan yang tinggi, fungsi informasi merupakan faktor penentu yang cukup
signifikan bagi masyarakat umum maupun nasabah eksisiting untuk memancing minat
mereka memiliki atau memanfaatkan produk/layanan yang disediakan oleh bank.
Informasi yang diperoleh oleh nasabah bukan harus selalu berbentuk iklan promosi,
melainkan juga informasi yang disampaikan oleh setiap stakeholders yang terkait dengan
bisnis bank.
2. Teknik Persaingan Pemasaran Bank Syariah
Penguasaan faktor perang oleh bank syari’ah dalam persaingan pemasaran dengan
menggunakan beberapa dari langkah jurus perang Sun Tzu.
a. Menang Tanpa Bertempur
Sun Tzu mengatakan, “Dalam perang, strategi terbaik adalah merebut suatu negara
secara utuh. Memperoleh 100 kemenangan dalam 100 pertempuran bukanlah suatu
keahlian. Namun menaklukan musuh tanpa bertempur, itu baru keahlian.” Karena
tujuan pemasaran Bank syari’ah adalah survive dan meraih untung, maka bank syari’ah
harus merebut pasar. Hal ini mesti dilaksanakan sedemikian rupa, sehingga pasar tidak
hancur dalam prosesnya. Hal ini tentu saja sesuai dengan etika persaingan dan ekonomi
Islam. Sun Tzu menyebutnya sebagai “menang tanpa bertempur”.
Bank syari’ah bisa melakukan “menang tanpa bertempur” dengan beberapa cara,
seperti menyerang bagian pasar yang selama ini terlayani oleh produk bank syari’ah
maupun lembaga keuangan lain. Dalam hal ini bank syari’ah bisa melakukannya
dengan penyediaan pembiayaan bagi para pengusaha kecil yang selama ini belum
banyak tersentuh oleh bank syari’ah. Bank syari’ah juga bisa menggarap pasar
mengambang (floating market) yang mempunyai potensi sangat besar. Pasar
mengambang ini terdiri dari para nasabah rasional, bukan nasabah loyalis syariah. Bank
syari’ah dapat memperkenalkan keunggulan return yang kompetitif dari sistem bagi
hasil yang berprinsip keadilan. Return yang kompetitif ini tentu dapat menarik nasabah
yang berpikir rasional dan mengharap keuntungan yang tinggi. Dengan begitu bank

Materi UKL
Prodi Perbankan Syariah 33
syari’ah akan memperoleh pangsa pasar yang lebih besar tidak hanya nasabah loyalis
syariah saja.
b. Hindari Kekuatan Lawan dan Serang Kelemahannya
Sun Tzu mengarahkan kita fokus pada kelemahan kompetitor, yang bakal
memaksimalkan profit karena dapat meminimalkan sumber daya yang digunakan.
“Pasukan itu ibarat air. Agar bisa mengalir, dia harus menghindari tempat tinggi dan
mencari tempat rendah. Makanya, hindarilah kekuatan dan seranglah kelemahan
lawan,” demikianlah petuah Sun Tzu. Dalam pemasaran, lokasi strategis sangat
menentukan bagi penigkatan laba. Pemilihan lokasi pendirian bank syari’ah haruslah
disesuaikan dengan potensi pasar (medan perang) yang akan menjadi fokus
garapannya. Banyak pemasaran bank syari’ah yang familiar dengan teknik analisis
SWOT sebagai cara untuk menganalisa situasi bank syari’ah. Kebanyakan strategi
pemasaran sudah menggunakan secara implisit, namun tidak begitu sempurna karena
kurang eksplisit. Bank syari’ah sebaiknya menggunakan strategi “flanking”
(menyerang sisi) terhadap pesaing lewat diferensiasi, perluasan atau membentuk
kembali kebutuhan nasabah. Serangan bisa juga dilakukan ketika pesaing tak
menduganya sama sekali.
Kelemahan bank syari’ah adalah pada sisi modal atau aset, sehingga bank syari’ah
harus menghindari persaingan harga secara terbuka. Bank syari’ah tidak perlu
terpancing dengan pergerakan suku bunga konvensional dalam menentukan nisbah bagi
hasilnya. Selain tidak sehat dari aspek syariah, persaingan ini juga kan membahayakan
kelangsungan aset bank syari’ah Sebaliknya, bank syari’ah harus menyerang
kelemahan pesaing dari aspek syariah yaitu, bunga yang ribawi. Dengan kelemahan itu,
bank syari’ah dapat terus menerus mempersoalkan hukum bunga yang eksploitatif
tersebut. Caranya dapat melalui sosialisasi fatwa MUI tentang keharaman bunga atau
dengan mengadakan kampanye anti bunga. Disamping itu, bank syari’ah juga harus
menonjolkan kekuatannya pada sistem bagi hasil yang lebih syar’i.
Penyerangan sisi oleh bank syari’ah, yaitu dengan cara terus membedakan diri dengan
pesaing, yaitu mengenai:
(a). Konsep pengelolaan berdasarkan syariah yang bebas riba.
(b). Pengelola berperilaku dan berkomunikasi agamis serta banyak para marketer bank
syari’ah yang mempunyai hubungan yang sangat dekat secara psikologis dengan
para nasabahnya.
(c). Mengadakan pengajian rutin antar nasabah, pengelola, dan pengurus sebagai media
promosi yang tepat.
(d). Mengembangkan pola pembinaan dan pendampingan dengan membentuk
kelompok-kelompok binaan. Beberapa bank syari’ah menggunkan sistem

Materi UKL
Prodi Perbankan Syariah 34
tanggung renteng, yakni pembiayaan secara kelompok sehingga pembiayaan yang
macet bisa ditanggulangi.
Kondisi perekonomian seperti sekarang tentu membuat jalannya dunia usaha agak
lambat, bank syari’ah harus mampu memotivasi nasabahnya agar bangkit, sehingga
nasabah tersebut membutuhkan pembiayaan. Motivasi ini merupakan cara untuk
menciptakan kebutuhan baru sebagai salah satu upaya penyeragan sisi. Hal ini tidak
akan disadari dan diduga sebelumnya oleh pesaing.
c. Gunakan Pengetahuan dan Strategi
Inilah petuah Sun Tzu yang sangat terkenal: “Kenalilah musuhmu dan kenalilah dirimu,
niscaya Anda akan berjaya dalam ratusan pertempuran.” Agar bisa tahu dan
mengeksploitasi kelemahan pesaing, butuh pemahaman mendalam tentang strategi,
kapabilitas, pemikiran, dan hasrat para pemimpinnya; seperti juga pengetahuan yang
dalam atas kekuatan dan kelemahan bank syari’ah. Penting juga untuk mengerti
keseluruhan persaingan serta tren yang terjadi di sekeliling. Dengan demikian bank
syari’ah memiliki feeling atas medan persaingan tempat di mana bank syari’ah akan
bertempur. Sebaliknya, untuk menjaga agar kompetitor tidak memakai strategi yang
sama melawan bank syari’ah, penting kiranya untuk menutupi dan merahasiakan
rencana tersebut.
Dalam mengenali diri sendiri, bank syari’ah harus mempunyai percaya diri yang tinggi
dan tidak mudah menyerah dalam persaingan. Sebaliknya bank syari’ah tidak boleh
sombong, ketika meraih kesuksesan. Kesombongan itu akan mengaburkan bank
syari’ah untuk mengetahui kekuatan dan kelemahannya. Pengenalan pesaing
diharapkan dapat membantu untuk menentukan strategi yang dipakai menyerang
kelemahan pesaing. Untuk mengenal medan atau pasar diperlukan pengalaman di
lapangan. Dengan mengenal medan, bank syari’ah akan mampu terus berinovasi dan
menciptakan momentum. Pengenalan ini tentu memerlukan data informasi dari sebuah
tim Research and Development yang handal. Oleh karena itu bank syari’ah
memerlukan sebuah departemen Penelitian dan Pengembangan yang terus menerus
bekerja di belakang layar.“Suatu perhitungan akan membuahkan hasil kemenangan bila
kita mempunyai informasi yang tepat waktu, relevan, dan akurat,” begitulah pendapat
Sun Tzu. Oleh karena itu, bank syari’ah harus memaksimalkan kekuatan dalam
mengumpulkan informasi yang penting. Penggunaan intelejen pasar (spy) yang jitu
akan meningkatkan pengetahuan untuk menyerang pasar dan mendiferensiasikan diri
dalam mind share pelanggan. Pemasar bank syari’ah juga tidak bisa mengabaikan
gerakan pesaing, lebih-lebih lagi tidak bisa mengabaikan kebutuhan nasabah. Di dunia
pemasaran, bank syari’ah mesti mengenal siapa nasabahnya, mengenal siapa
pesaingnya, dan mengenal diri bank syari’ah sendiri untuk dapat merebut kemenangan.

Materi UKL
Prodi Perbankan Syariah 35
Bank syari’ah tidak boleh hanya mengandalkan informasi yang tersedia di publik atau
pasar. Produk bank syari’ah yang bagus saja tidak cukup menjamin untuk
memenangkan persaingan, tetapi diperlukan sebuah informasi tentang manuver pesaing
melalui penggunaan intelejen pasar (spy) yang sesuai dengan etika persaingan bisnis
dan ajaran Islam. Dengan informasi dari mata-mata (marketer), Bank syari’ah bisa
menentukan strategi pemasaran yang cerdik, tanpa menimbulkan konflik dan dengan
biaya yang sehemat mungkin. Dengan informasi ini, bank syari’ah tidak akan
melakukan kesalahan dan kecolongan oleh manuver pesaing yang sebenarnya tidak
perlu ditanggapi disamping itu pula dengan penguasaan informasi bank syari’ah
diharapkan bisa menerapkan strategi yang lebih jitu dan menjalankan strategi tersebut
secara efektif dan efisien.
Disamping itu bank syari’ah yang mempunyai informasi yang lengkap dapat
mendahului pesaing dalam melakukan manuver-manuver mengecoh perhatian pesaing,
sehingga pesaing akan kecolongan dan tidak menyadari strategi bank syari’ah. Bank
syari’ah harus menyembuyikan strategi yang akan digunakan dalam persaingan
sehingga pesaing akan kesulitan dalam meramalkan gerak kita. Dengan begitu bank
syari’ah dapat mengalihkan perhatian pesaing dan membuat mereka kewalahan dan
kebingungan dalam menghadapi strategi bank syari’ah.
d. Kecepatan dan Persiapan
Pemasaran bank syari’ah harus bergerak cepat untuk dapat menguasai persaingan. Agar
bisa menggunakan pengetahuan dan tipuan secara penuh, Sun Tzu menyatakan bahwa
kita harus mampu bertindak dengan kecepatan tinggi. “Bersandar apa adanya tanpa
persiapan merupakan kejahatan terbesar, persiapan terhadap kemungkinan yang
muncul adalah kebijakan terbesar”. Bergerak dengan cepat bukan berarti mengerjakan
secara tergesa-gesa. Kenyataannya, kecepatan butuh persiapan matang. Mengurangi
waktu yang diperlukan untuk mengambil keputusan, mengembangkan produk, dan
layanan nasabah adalah hal utama. Memahami reaksi kompetitor potensial terhadap
serangan kita merupakan hal yang juga penting.
Timing dan kecepatan sangat krusial dalam persaingan lembaga keuangan Kemampuan
membaca pasar dan meluncurkan produk secara cepat, biasanya merupakan langkah
utama dalam meraih mind share dan market share. Kecepatan ini mesti dilakukan lewat
persiapan yang matang dan membangun struktur tertentu yang cerdas, prospektif, dan
adaptif. Dalam meluncurkan produk baru, bank syari’ah harus mempunyai kecepatan
dibandingkan pesaing. Kecepatan itu juga harus diimbangi dengan persiapan yang
matang atas segala kemungkinan, sehingga bank syari’ah akan siap dalam menhadapi
segala resiko yang ditimbulkan dan produk yang diluncurkan itu tidak menjadi
bumerang di kemudian hari.

Materi UKL
Prodi Perbankan Syariah 36
Nasabah bank syari’ah yang sebagian besar pedagang kecil membutuhkan dana
pembiayaan yang dengan mudah dan cepat cair. Bank syari’ah harus mampu
melakukan pelayanan itu secara cepat, dalam hal ini bank syari’ah bisa membentuk
kelompok-kelompok dalam pasar sehingga waktu untuk menarik dan menyalurkan
pada nasabah bisa dilakukan dengan waktu yang singkat dengan biaya yang lebih
sedikit Namun demikian, bank syari’ah harus tetap memperhatikan prinsip kehati-
kehatian dalam memberikan pembiayaan. Kepercayan dan kemitraan dengan nasabah
merupakan senjata ampuh dalam menerapkan jurus Sun Tzu ini.
Sun Tzu juga mengatakan “bahwa pasukan yang datang terlebih dahulu akan
memproleh kemenagan yang lebih besar dibanding dengan pasukan yang datang
tergesa-gesa”, dalam hal ini pemasar lapangan bank syari’ah ibarat pasukan yang harus
mempunyai mobilitas dan kecepatan membaca peluang pasar karena pemasar
lapanganlah yang langsung berhadapan dengan para nasabah.
e. Membentuk Lawan
“Mereka yang ahli adalah mereka yang menggiring lawan menuju medan pertempuran
dan bukan sebaliknya,” kata Sun Tzu. Membentuk medan persaingan berarti mengubah
aturan kontes (rules of contest), membuat persaingan sesuai dengan keinginan bank
syari’ah . Maka dari itu, kendali situasi harus berada dalam genggaman bank syari’ah,
bukan pesaing. Salah satu cara melakukan strategi ini ialah melalui penggunaan aliansi.
Dengan membangun jaringan aliansi, pergerakan kompetitor dapat dibatasi. Demikian
pula, dengan mengontrol titik-titik strategis dalam industri, kita bakal sanggup
membuat pesaing menari sesuai irama yang kita tentukan.
Sekarang co-marketing dan co-branding populer digunakan untuk menaikkan
marketing relationship, pelengkap produk dan pengalaman yang lain. Menurut Sun
Tzu, membangun jaringan aliansi yang kuat merupakan cara untuk membendung
gerakan aktraktif lawan. Daripada merger dan akuisisi, aliansi mudah dibentuk dan
mudah pula bubar. Ini mengurangi resiko investasi serta memberikan respon pasar dan
persaingan yang cepat. Setiap marketing plan yang strategis mesti melibatkan
identifikasi, analisis, dan evaluasi dari aliansi potensial untuk mengendalikan medan
persaingan. Namun, sebelum membentuk aliansi, perlu dikaji keuntungan apa yang kita
peroleh dan tawarkan kepada pihak lain dalam beraliansi.
Dalam melakukan aliansi, bank syari’ah dapat membentuk jaringan sebagai wadah
untuk bertukar pikiran dan informasi, saling membantu dalam hal likuiditas, serta
berkonsolidasi dalam menghadapi persaingan maupun menyelesaikan konflik yang
muncul antar bank syari’ah sendiri. Dengan adanya jaringan ini diharapkan posisi tawar
bank syari’ah di hadapan pemerintah maupun pesaing akan meningkat. Dengan posisi
tawar yang tinggi, bank syari’ah akan lebih mudah membatasi gerak pesaing. Gerak

Materi UKL
Prodi Perbankan Syariah 37
pesaing yang terbatas akan memudahkan bank syari’ah untuk membuat pesaing
melakukan persaingan sesuai aturan bank syari’ah.
f. Pemimpin Berkarakter
“Bila pemimpin memperlakukan orang dengan kebajikan, keadilan, dan kebenaran,
serta mengangkat rasa percaya diri mereka; semua pasukannya akan satu pikiran dan
senang melayani.” Implementasi suatu strategi pemasaran bank syari’ah memerlukan
delegasi. Butuh seorang pemimpin dalam hal ini manajer bank syari’ah spesial, untuk
mewujudkan konsep-konsep strategi ini dan memaksimalkan potensi karyawan bank
syari’ah. Sun Tzu menggambarkan beberapa ciri dari seorang leader yang baik. Seorang
pemimpin harus bijak, tulus, ramah, berani, dan tegas. Pemimpin juga mesti selalu
memberikan contoh pada bawahannya. Hanya leader berkarakter yang bisa merebut
hati para karyawannya. Manajer bank syari’ah yang berkarakter akan mampu
menciptakan suasana manajemen bank syari’ah yang dapat menumbuhkan disiplin dan
percaya diri pegawai dalam menjalankan strategi pemasran yang telah ditetapkan
Seperti yang kita ketahui, kemampuan suatu bank syari’ah mendorong inisiatif
karyawannya merupakan hal yang amat penting. Hanya dengan demikianlah, bank
syari’ah tersebut bisa menyesuaikan strateginya, serta merespon lingkungan
kompetensi yang dinamis dan tuntutan nasabah yang semakin tinggi. Seperti yang
dikatakan Sun Tzu, “Dalam perang sekarang, terdapat seratus perubahan pada setiap
langkahnya. Bila seseorang yakin ia mampu, ia maju; bila ia menganggapnya sulit, ia
bakal tertinggal”. Sistem manajemen bank syari’ah juga harus mendorong kreativitas
pegawai dengan cara memberikan kesempatan untuk menyampaikan ide atau pendapat
yang dapat membantu kinerja pemasaran bank syari’ah .
Sun Tzu sangat memperhatikan kedisiplinan dan kepemimpinan, ia menyatakan “jika
kata-kata perintah yang diberikan tidak jelas dan perintah tidak dipahami sepenuhnya,
maka yang salah adalah panglimanya, namun jika perintah yang diberikan sudah jelas
tapi para perajurit tidak mematuhinya maka yang salah adalah pemimpin” dari
pernyataan tersebut jelas bahwa Sun Tzu sangat mengutamakan kebijakan pemimpin
dan kedisipilinan bagi seluruh bawahannya untuk menaati akan tetapi di sisi yang lain
Sun Tzu menyatakan bahwa “petarung yang handal akan mempertimbangkan pengaruh
energi gabungan, dan tidak terlalu banyak meminta dari pasukannya” dari pernyataan
tersebut dapat dilihat bahwa Sun Tzu memperhatikan komunikasi dua arah antara
pemimpin dengan bawahannya. Komunikasi ini penting dalam bank syari’ah agar
keharmonisan hubungan atasan dan bawahan bank syari’ah tetap terjaga.

Materi UKL
Prodi Perbankan Syariah 38
3. Strategi Pemasaran Perbankan Syari’ah
Tingginya potensi nasabah dengan rendahnya persepsi masyarakat terhadap syari’ah
menunjukkan minimnya informasi syariah di masyarakat. Strategi yang dapat dilakukan
oleh perbankan syari’ah adalah: strategi pertama yang harus ditempuh perbankan syari’ah
adalah komunikasi eksternal baik dalam rangka edukasi prinsip syari’ah maupun produk-
produk yang ditawarkan. Strategi kedua adalah menciptakan efisiensi melalui inovasi
produk dan inovasi proses. Tidak seperti perbankan konvensional yang didukung oleh
banyak instrumen keuangan, produk-produk syari’ah cenderung terbatas mengingat belum
lengkapnya instrumen keuangan syari’ah. Dengan diberlakukannya UU No. 21 Tahun
2008 tentang Perbankan Syari’ah semakin memperkuat basis perbankan syari’ah di
Indonesia. Payung hukum ini juga bisa digunakan oleh perbankan syari’ah untuk
mensejajarkan diri dengan perbankan konvensional di Indonesia. Maka produk-produk
atau instrumen-instrumen yang ditawarkan perbankan syari’ah akan lebih meyakinkan.
Tingginya margin bagi hasil yang ditawarkan saat ini (relatif terhadap bunga
perbankan konvensional) menjadikan perbankan syari’ah cenderung mengalami excess
funding. Untuk itu perlu dilakukan inovasi produk pembiayaan dengan skim yang menarik
untuk menjaga agar tingkat bagi hasil yang ditawarkan tetap bersaing. Inovasi proses
untuk efisiensi dapat dilakukan dengan cara menyederhanakan adopsi proses kredit
perbankan konvensional untuk proses pembiayaan perbankan syari’ah. Sistem referensi
cross-selling dan sistem skoring pada kredit perbankan konvensional merupakan beberapa
inovasi yang dapat ditiru perbankan syari’ah.
Perbankan syari’ah juga tidak dapat menghindari timbulnya risiko pembiayaan. Hal
tersebut terjadi ketika bank tidak dapat memperoleh kembali sebagian atau seluruh
pembiayaan yang disalurkan atau investasi yang sedang dilakukannya. Risiko pembiayaan
dapat mempengaruhi tingkat profitabilitas perbankan syari’ah. Hal ini disebabkan ketika
tingkat jumlah pembiayaan bermasalah (Non Performing Financing) menjadi besar,
semakin besar pula jumlah kebutuhan biaya penyisihan penghapusan pembiayaan yang
berpengaruh terhadap kemampuan bank untuk menghasilkan keuntungan. Maka dari itu
pembiayaan dan investasi yang disalurkan harus dijaga serta dikelola dengan hati-hati
(Prudential) agar tidak menjadi pembiayaan yang bermasalah (Non Performing
Financing). Strategi berikutnya adalah megembangkan budaya syari’ah sebagai salah satu
usaha menuju good corporate governance. Diperlukan komitmen yang kuat untuk
menciptakan budaya syari’ah yang berbeda dengan budaya perbankan konvensional.

Materi UKL
Prodi Perbankan Syariah 39
Pada masa sekarang ini perekonomian dunia semakin berkembang dengan perluasan
pasar dan peningkatan produksi, perdagangan internasional terus berkembang dengan
disukukung oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi. Sistem perekonomian
telah beralih dari sistem perekonomian yang primitif menjadi sistem perekonomian modern
yang lebih efisien. Semakin kompleksnya perdagangan dan spesialisasi membutuhkan sebuah
alat tukar yang diakui bersama untuk memudahkan transaksi, akhirnya digunakanlah uang
sebagai alat tukar yang pada akhirnya pola kegiatan ekonomi sekarang ini dikatakan sebagai
perekonomian uang.
Dalam sistem ekonomi konevensional diakui bahwa uang memiliki nilai waktu. Uang
pada masa sekarang memiliki nilai yang berbedaa dengan uang pada masa depan. Sebagai
contoh uang Rp.1000, memiliki nilai yang sama dengan uang Rp.1.200 satu tahun kedepan.
Sehingga pada konsepnya uang dibedakan menjadi nilai sekarang (present value) dan nilai
akan datang (future value)
Pandangan Islam tentang nilai waktu uang:

‫ﻖ‬
‫ت وَ ﺗَ َﻮاﺻَﻮْ ا ﺑِﺎﻟْﺤَ ﱢ‬
ِ ‫( إِﻻ اﻟﱠﺬِﯾﻦَ آ َﻣﻨُﻮا َو َﻋ ِﻤﻠُﻮا اﻟﺼﱠﺎﻟِﺤَﺎ‬٢) ‫( إِنﱠ اﻹ ْﻧﺴَﺎنَ ﻟَﻔِﻲ ُﺧ ْﺴ ٍﺮ‬١) ‫َوا ْﻟﻌَﺼْ ِﺮ‬
(٣) ‫ﺼ ْﺒ ِﺮ‬
‫َوﺗَ َﻮاﺻَﻮْ ا ﺑِﺎﻟ ﱠ‬
1. demi masa. 2. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, 3. kecuali orang-
orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati
kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.

Dalam sistem ekonomi Islam, tidak akan terjadi konsep niali waktu uang seperti dalam
perekonomian konvensional. Jika dilihat dari surat al-Ashr ayat satu sampai ayat tiga diatas
dapat dikatakan bahwa setiap orang memiliki jumlah waktu yang sama secara kuantitas, tetapi
yang membedakan adalah kualitasnya. Semua orang memiliki waktu 24 jam dalam sehari,
namun niali dari waktu itu akan berbeda dari satu orang dengan orang lain. Perbedaan nilai
waktu tersebut adalah tergantung pada bagaiman seseorang memanfaatkan waaktu. Semakin
efektif dan efisien, maka akan semakin tinggi nilai waktunya.

Analisis Kritis Tentang Konsep Time Value of Money Dalam Perspektif Syariah
Analisis kritis tentang konsep time value of money dalam perspektif Syariah meliputi:
1. Positive time prefference merupakan pola yang irasional dengan melihat latar historis,
karena adanya kemungkinan terjadi positive maupun negative time preference bahkan zero
time prefference dan juga karena ketidakpastian (uncertainty) di masa depan. Sebagaimana
Firman Allah yang artinya: "Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti)
apa yang akan diusahakannya besok". (QS 31:34) Itu sebabya dalam teori keuangan, selalu
dikenal hubungan antara risk-return. Ada dua alasan dari ekonomi konvensional terhadap
teori time value of money, yaitu: a) Presence of inflation b) Preference present
consumption to future consumption. Alasan pertama tidak dapat diterima karena tidak
Materi UKL
Prodi Perbankan Syariah 40
lengkap kondisinya. Dalam setiap perekonomian selalu ada keadaan inflasi dan keadaan
deflasi. Alasan mengenai ketidakpastian return dalam usaha. Bila unsur ketidakpastian
return ini dimasukkan, ekonomi konvensional menyebut kompensasinya sebagai discoun
rate. Jadi istilah discount rate lebih bersifat umum dibandingkan istilah interst rate. Jadi
dalam ekonomi konvensional, ketidakpastian return dikonversi menjadi suatu kepastian
melalui premium for uncertainty.
2. Pandangan Islam uang bukanlah komoditi melainkan sebagai alat penukar dan dan alat
pengukur nilai atau harga (Economic Added Value). Dan ini bertentangan dengan konsep
Time Value of Money yang menerapkan adanya bunga.
3. Implikasi konsep Time Value of Money adalah adanya bunga. Sedangkan bunga erat
kaitannya dengan riba, dan riba adalah haram serta Zulm. Dan agama melarangnya.
Sehinga dianggap tidak sesuai dengan keadilan dimana “al-al-qhumu bi qhurni”
(mendapatkan hasil tanpa mengeluarkan resiko), dan “al-khraj bil adhaman” (memperoleh
hasil tanpa mengeluarkan biaya).
4. Dalam pendapat Azzarqa yang menyamakan pembolehan discount rate pada investasi atau
pada evaluasi proyek pada bayar tangguh adalah beda. Dalam ekonomi Islam, Islam
memberikan pengeculian penggunaan discount rate dalam hal menentukan harga
membayar tangguh (bai’ muajjal). Adapun asumsi pembenaran ini adalah berlandaskan
pada argumentasi, antara lain jual beli dan sewa menyewa adalah sektor riil yang
menimbulkan nilai tambah ekonomis (economic value of added).
5. Dalam pandangan Islam, nilai bagi semua orang itu sama kuantitas dan nilai waktunya,
namun akan berbeda dari sisi kualitasnya. Maka faktor yang menentukan waktu itu adalah
bagaimana seseorang memanfaatkan nilai suatu waktu. Sehingga bagi siapa saja yang
melakukan kegiatan bisnisnya secara maksimal (efektif dan efesien), tentu ia akan mengais
Profit sesuai dengan yang diharapkannya. Jadi uang bukan modal/capital (jika uang sebagai
flow concept, sedangkan modal sebagai stock concept).
Formula Investasi Menurut Pandangan Islam Y= (QR) vW dan Konsep Investible
Surplus Method (ISM) Sebagai Usulan
Hasil investasi di masa yang akan datang sangat dipengaruhi banyak faktor, baik faktor
yang dapat dipridiksikan maupun tidak. Faktor-faktor yang dapat dipridiksikan atau dihitung
sebelumnya adalah : berapa banyaknya modal; berapa nisbah yang disepakati; berapa kali
modal dapat diputar. Sementara faktor yang efeknya tidak dapat dihitung secara pasti atau
sesuai dengan kejadian adalah perolehan usaha (return). Formula investasi menurut
pandangan Islam sebagai berikut:
Formula investasi menurut pandangan Islam sebagai berikut:
Y = (QR) vW
Dimana : Y = Pendapatan Q = Nisbah bagi hasil R = Return Usaha V = Tingkat pemanfaatan
harta W = Harta yang ditabung
Materi UKL
Prodi Perbankan Syariah 41
Formula ini, dapat diterapkan sebagai pengganti formula time value of money. Karena
formula ini tidak menggunakan mekanisme bunga. Akan tetapi menggunakan dasar
mekanisme bagi hasil dan return usaha yang terjadi secara riil. Dengan menggunakan formula
tersebut, maka yang memberikan nilai ekonomi adalah pemanfaatan waktu yang ada.
Sehingga di dalam Islam yang ada hanyalah Economic Value of Time bukan Time Value of
Money. Teori keuangan Islam sebagai bagian dari sistem ekonomi Islam, saat ini telah
mengemuka, berbarengan dengan munculnya permasalahan teori keuangan Islam, terkait
dengan instrumen keuangan Islam. Polemik tersebut berhubungan dengan masalah instrumen
penilaian kelayakan usaha. Teori yang telah ada sekarang ini, seperti Payback Method,
Average Rate of Return (ARR), Discounted Cash Flow Rate of return (DCFR), Net Present
Value (NPV), dan Machinary and Allied Products Institute Method (MAPI), maupun yang
lainnya, masih menggunakan instrument ‘interest rate’ dan ‘discount rate’ sebagai
instrumennya, padahal keduanya dilarang oleh Islam, sebagaimana termaktub dalam al-Quran
dan hadits yang notabenenya sebagai ruhnya sistem ekonomi Islam.16 Jika suatu usaha
dijalankan dengan konsep bebas riba, maka alat analisa ekonominya pun seharusnya juga
berbeda dengan tori yang selama ini ada dan dipraktekkan dalam ekonomi konvensional. Dari
teori-teori yang telah ada, ternyata masih mengandung kelemahan. Oleh karenanya ada satu
teori yang diusulkan yaitu Investible Surplus Method (ISM).
ISM didasarkan pada kerangka kerja ‘kelebihan barang yang dapat diinvestasikan’,
berapa banyak ‘investible surplus’ yang dihasilkan selama proyek berlangsung. Jawabannya
diketahui dengan cara menghitung banyaknya periode (tahun) dimana sisa ‘investible surplus’
usaha (setelah dikurangi biaya awal proyek) dikalikan kuantum surplus.
Sebagai contoh, suatu proyek 5 tahun biayanya Rp. 12.000.000,- setelah 2 tahun biaya
terlunasi, dan tiap tahun usaha mendapatkan laba Rp.2.000.00,- selama tiga tahun. Investible
Surplus perusahaan menjadi (2.000.000x2) + (2.000.000,- x1) + (2.000.000,-x0) = 6.000.000,-
, dengan asumsi surplus dihasilkan pada akhir tahun ke 3, 4, dan 5.
Dengan rumusan teori, maka Investible Surplus Method dapat dirumuskan sebagai
berikut; ISn = (Bt-Ct) (N-t) secara keseluruhan T=1 (Bt - Ct)>0 ISn = investible surplus
setelah n Tahun Bt = Keuntungan yang diterima, cash flow Ct = Biaya yang dikeluarkan
N = lamanya proyek berlangsung T = periode waktu Bt-C1 > 0 artinya hanya
perbedaan positif yang dipakai dalam perhitungan, diasumsikan bahwa semua cash flow
dihasilkan pada ujung periode waktu.
Faktor diskonto yang digunakan sebagai cost of capital tergantung dari asset dan risiko
yang dikandungnya. Islam mengizinkan pinjam-meminjam tidak dengan bunga, melainkan
dengan basis proffit/loss sharing. Hal ini dapat diinterpretasikan bahwa Islam mendorong
umatnya menjadi investor dan bukannya kreditor. Investor selalu berhadapan dengan risiko,
sejalan dengan konsep profit/loss-sharing yang berarti juga risk sharing. Persoalan riba
sebetulnya sangat berkaitan dengan masalah uang. Al-Qur'an juga mengharamkan bunga uang
Materi UKL
Prodi Perbankan Syariah 42
yang selalu dianggap riba. Dan teori economic value of time lah yang dibenarkan menurut
pandangan Islam karena uang itu sendiri sebenarnya tidak memiliki nilai waktu. Namun
waktulah yang memiliki nilai ekonomi. Di dalam ekonomi Islam, uang bukanlah modal. Uang
itu sendiri tidak memberikan kegunaan. Akan tetapi fungsi uanglah yang memberikan
kegunaan. Berkenaan dengan uang, bahwa dalam ekonomi konvensional timbul pemikiran
nilai uang menurut waktu (time value of money). Landasan atau keadaan yang digunakan oleh
ekonomi konvensioal inilah yang ditolak dalam ekonomi syariah, yaitu keadaan mendapatkan
hasil tanpa memperhatikan suatu resiko (algunmu bi al ghurni) dan memperoleh hasil tanpa
mengeluarkan suatu biaya (al kharaj bi la dhaman).
Aturan Syariah Tentang Modal
Pada dasarnya, modal tidak hanya berbentuk uang, namun harta yang digunakan untuk
kepentingan bisnis dengan proses perputaran dinamis. Sehingga, dengan perputaran modal
tersebut diharapkan roda ekonomi berjalan sesuai yang diharapkan dengan bentuk pemerataan
kekayaan. Maka, Allah SWT melarang bagi hamba-Nya untuk menimbun harta dengan
ancaman yang pedih dan harta tersebut tidak hanya beredar di kalangan orang-orang kaya
saja.

ٍ‫ب أَﻟِﯿﻢ‬
ٍ ‫ﷲِ ﻓَﺒَﺸﱢﺮْ ھُﻢ ﺑِ َﻌﺬَا‬
ّ ‫ﻀﺔَ َوﻻَ ﯾُﻨﻔِﻘُﻮﻧَﮭَﺎ ﻓِﻲ َﺳﺒِﯿ ِﻞ‬
‫وَاﻟﱠﺬِﯾﻦَ ﯾَ ْﻜﻨِﺰُونَ اﻟ ﱠﺬھَﺐَ وَا ْﻟﻔِ ﱠ‬
﴾٣٤﴿
“Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan
Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang
pedih,” (QS. At-Taubah: 34)

﴾٧﴿ … ‫ﻛَﻲْ َﻻ ﯾَﻜُﻮنَ دُوﻟَﺔً ﺑَﯿْﻦَ ْاﻷَ ْﻏﻨِﯿَﺎء ﻣِﻨ ُﻜ ْﻢ‬


“Supaya harta itu jangan hanya beredar di antara orang-orang kaya saja di antara
kamu.” (QS. Al-Hasyr: 7)
Islam memberikan ketentuan dalam konteks modalusaha perorangan atau kelompok
(Abdullah Al-Mushlih dan Shalah ash-Shawi, 2004 : 150-151) sebagai berikut:
1. Modal harus diketahui
2. Jika modal tidak diketahui jumlahnya maka sama dengan spekulatif yang berimplikasi
pada ketidaksahan transaksi.
3. Modal berbentuk rill
4. Modal harus ada secara rill pada saat transaksi. Karena jika modal ada saat transaksi maka
aliansi dapat dilanjutkan, namun apabila modal tidak ada maka aliansi tersebut secara
otomatis batal.
5. Modal bukan merupakan utang
Hal ini bertujuan untuk menghindari adanya riba. Karena jika modal dianggap sebagai
utang, maka kelebihan pengembalian pokok disebut sebagai riba.

Materi UKL
Prodi Perbankan Syariah 43
Pengertian Modal Kerja
Kebijakan modal kerja akan melihat trade-off antara risiko dan return (tingkat
keuntungan). Secara spesifik, modal kerja pada umumnya mempunyai tingkat keuntungan
yang lebih rendah dibandingkan dengan investasi aktiva tetap. Karena itu modal kerja yang
kecil akan lebih menguntungkan perusahaan. Sebaliknya, modal kerja yang terlalu kecil akan
menaikkan risiko perusahaan (khususnya risiko likuiditas). Dari sudut pandang risiko, modal
kerja yang lebih tinggi akan menguntungkan perusahaan, karena risiko menjadi lebih rendah.
Prinsip-prinsip Islam dalam kegiatan investasi:
1. Tidak mencari rizki pada hal yang haram, baik dari segi zatnya maupun cara
mendapatkannya serta tidak menggunakan untuk hal-hal yang haram.
2. Tidak mendzalimi dan tidak didzalimi.
3. Keadilan pendistribusian pendapatan.
4. Transaksi dilakukan atas dasar ridha sama ridha/an-tardin
5. Tidak ada unsur riba, maysir (perjudian/spekulasi), dan gharar (ketidakjelasan/samar-
samar).
Ada empat etika manajemen menurut Islam:
1. Tauhid yang berarti memandang bahwa segala aset dari transaksi bisnis yang terjadi di
dunia adalah milik Allah, manusia hanya mendapatkan amanah untuk mengelolahnya.
2. Adil yang berarti segala keputusan transaksi dengan lawan bisnis atau sepakat kerja bisnis
dilandasi dengan akad saling setuju dengan sistem profit and loss sharing.
3. Kehendak bebas untuk menumpahkan kreavitas dalam melakukan transaksi bisnisnya
sepanjang memenuhi asas hukum ekonomi Islam yaitu halal.
4. Pertanggungjawaban semua keputusan seorang pimpinan harus tanggungjawabkan oleh
yang bersangkutan.
Hubungan Manajemen dengan Investasi Syari’ah
Investasi Syari’ah harus didasarkan pada prinsip Islam maka mengelola,
merencanakan, dan mengendalikan serta mengornisasikan usaha inipun perlu kesungguhan
dan di niatkan sebagai bentuk Ibadah. Karena itu lah hubungan manajemen dengan investasi
syari’ah mengandung makna satu kesatuan bentuk ibadah muamalah. Berinvestasi sama
dengan berusaha mencari ma’isyah (penghidupan) maka manajemen investasi syari’ah berarti
pelaksanaan (manajer) investasi yang bersikap secara Islami.jadi hubungan manajemen
dengan investasi syari’ah saling berkaitan.
Secara umum investasi berarti penundaaan konsumsi saat ini untuk konsumsi di masa
yang akan datang. Pengertian investasi yaitu menempatkan modal atau dana pada suatu asset
yang diharapkan akan memberikan hasil atau akan meningkatkan nilainya di masa yang akan
datang. Manajemen investasi adalah manajemen profesional yang mengelola beragam
sekuritas atau surat berharga seperti saham, obligasi, dan aset lainnya seperti properti dengan
tujuan untuk mencapai target investasi yang menguntungkan bagi investor. Manajemen
Materi UKL
Prodi Perbankan Syariah 44
investasi syariah adalah suatu kegiatan atau seni mengelola modal atau sumber-sumber
penghidupan ekonomi maupun sumber daya, secara profesional untuk masadepan baik di
dunia mapupun di akherat sesuai dengan syariat dan prinsip-prinsip yang diajarkan Rasulullah
SAW. Prinsip-prinsip yang diajarkan Rasulullah sebagaimana dimaksud merupakan asas yang
mendasari manajemen investasi syariah seperti perencanaan matang dalam mengarungi
kehidupan dunia adalah bekal (investasi) pada kehidupan yang abadi di akhirat.
Dilihat dari sudut pandang ekonomi, investasi merupakan suatu komitmen untuk
mengorbankan dana dengan jumlah yang pasti pada saat sekarang ini untuk mendapatkan
keuntungan di masa depan. Namun demikian, investasi dari sudut pandang ekonomi pun tidak
boleh jauh dari kedua rambu-rambu di atas, yaitu al-qur’an dan al-hadis. Jadi, Islam sangat
menganjurkan investasi baik dari sudut non-ekonomi maupun sudut pandang ekononi. Sebab
dalam Islam ada perintah yang menganjurkan umatnya untuk mengembangkan harta
kekayaan, bukan menumpuk kekayaan. Mengembangkan kekayaan berarti memanfaatkan
fadzilah Allah, sedangkan menumpuk-numpuk harta kekayaan merupakan perbuatan yang
sangat tidak dibenarkan.
Pasar Modal Syari’ah adalah suatu kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran
umum dengan perdangangan efek, perusahaan publik yang bersangkutan dengan efek yang
diterbitkannya serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek yang menjalankan
kegiatannya yang sesuai dengan prinsip-prinsip syari’ah Islam.
Prinsip pasar modal syari’ah yaitu pada prinsipnya Investasi syari’ah di pasar modal
tidak terlalu berbeda dengan dengan investasi keuangan konvensional, namun, ada beberapa
mendasar yang membedakan antara investasi syari’ah dengan konvensional di pasar modal
tersebut yaitu Investasi di pasar modal tidak boleh mengandung unsur riba (Bunga), Gharar
(ketidakpastian atau spekulasi), Maysir (judi).
Saham Syari’ah yaitu suatu sertifikat atau tanda otentik yang mempunyai kekuatan
hukum bagi pemegangnya sebagai keikutsertaan di dalam perusahan serta mempunyai
nominal (mata uang) serta dapat di jual belikan.
Prinsip dan Syarat Investasi Saham Sesuai Syariah
Prinsip dasar saham syariah:
1. Bersifat musyarakah jika ditawarkan secara terbatas.
2. Bersifat mudharabah jika ditawarkan kepada publik.
3. Tidak boleh ada pembeda jenis saham, karena risiko harus ditanggung oleh semua pihak.
4. Prinsip bagi hasal laba-rugi.
5. Tidak dapat dicairkan kecuali dilikuidasi.
Syarat suatu saham yang dikeluarkan oleh perusahaan dapat dikatakan syariah adalah
sebagai berikut:

Materi UKL
Prodi Perbankan Syariah 45
1. Jenis usaha, produk barang, jasa yang diberikan dan akad serta cara pengelolaan
perusahaan yang mengeluarkan saham (emiten) atau perusahaan publik yang
menerbitkan saham syariah tidak boleh bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah.
2. Emiten atau perusahaan publik yang menerbitkan saham syariah wajib untuk
menandatangani dan memenuhi ketentuan akad yang sesuai dengan syariah atas saham
syariah yang dikeluarkan.
3. Emiten atau perusahaan publik yang menerbitkan saham syariah wajib menjamin bahwa
kegiatan usahanya memenuhi prinsip-prinsip syariah dan memiliki shariah compliance
officer.
Diversifikasi investasi saham ini mempunyai perbedaan risiko yang terlibat oleh
investor. Oleh karena itu, lebih baik investor melakukan diversifikakasi investasi apabila
investor ingin mengetahui berapa banyak investasi yang diperlukan untuk setiap pilihan dalam
rangka memaksimalkan tingkat pengambilan investasi. Untuk melakukan diversifikasi
investasi dan mengurangi risiko yang terlibat oleh investor:
1) Tidak lebih dari 20% dari total investasi dalam bentuk obligasi pendapatan
2) Paling seedikit 30% investasi harus dalam wesel bayar dan sertifikat deposito.
3) Jumlah yang diinvestasikan dalam sertifikat deposito tidak boleh melebihi jumlah yang
di investasikan dalam ketiga pilihan yang lain
4) Perbandingan antara jumlah yang diinvestasikan dalam obligasi pemerintah dengan
jumlah yang diinvestasikan dalam treasurry bill tidak boleh melebihi satu dibandingkan
tiga
Penilaian surat berharga saham dapat dirinci ke dalam beberapa macam jenis nilai
saham, sebagai berikut:
1) Nilai nominal (par value): nilai kewajiban yang ditetapkan untuk tiap lembar saham
2) Agio saham (additional paid in capital atau in excess of par value): selisih yang dibayar
dengan nilai nominalnya.
3) Nilai modal disetor (paid in capital ): total yang dibayar oleh pemegang saham kepada
emiten untuk ditukarkan dengan saham biasa atau preferen.
4) Laba ditahan (retained earnings): sebagai laba yang tidak dibagikan kepada pemegang
saham untuk ditanamkan kembali ke perusahaan.
5) Nilai buku: menunjukkan aktiva bersih yang dimiliki pemegang saham dengan memiliki
satu lembar saham
6) Nilai pasar : harga yang ditentukan oleh pasar pada saat tertentu
7) Nilai intrinsik atau nilai fundamental: nilai saham yang sebenarnya. Nilai intrinsik ini
mempunyai dua pendekatan, yakni menggunakan analisis data keuangan perusahaan,
misalnya laba, dividen, penjualan, dan sebagainya
Mekanisme Investasi saham syari’ah yaitu mekanisme penawaran saham di Bursa efek
ada dua bentuk yaitu penawaran melalui pasar perdana dan penawaran melalui pasar
Materi UKL
Prodi Perbankan Syariah 46
sekunder. Harga saham yang di tawarkan kepada kedua pasar ini bisa berbeda dan secara
mayoritas, harga saham di pasar sekunder lebih tinggi di bandingkan dengan harga saham
perdana. oleh karena itu perdagangan saham di pasar sekunder lebih mendekati unsur
spekulasi dengan risiko tinggi yang mengandung unsur gambling yang di larang oleh Islam.
Jadi penawaran saham syari’ah di perdagangkan hanya pada pasar perdana.
Obligasi syari’ah merupakan surat utang yang di keluarkan oleh perusahaan kepada
investor dengan janji membayar bunga dengan cara periodik selama periode tertentu, serta
membayar nilai nominalnya pada saat jatuh tempo. Para investor tersebut akan mendapatkan
return dalam bentuk suku bunga tertentu, bagi pemegang obligasi mempunyai hak
mendapatkan bunga yang teteap sesuai dengan kesepakatan. hak pengembalian nilai atau
harga obligasi pada saat habis masanya dan hak untuk mengedarkan menjual kepada orang
lain.
Keuntungan obligasi syari’ah, ini apabila obligasi yang diterbitkan berupa obligasi
syari’ah Mudharabah, maka mengacu pada sistem bagi hasil. Begitu pula apabila obligasi
yang diterbitkan adalah obligasi syari’ah Ijarah maka keuntungan yang terdapat itukarena ada
faktor sewa.
Risiko obligasi syari’ah yaitu risiko perusahaan tidak mampu membayar kupon
obligasi maupun obligasi risiko perusahaan yang tidak mampu mengembalikan pokok
obligasi ketidakmampuan perusahaan dalam membayar kewajiban dan risiko tingkat suku
bunga.
Prinsip obligasi syari’ah tidak mengenal asalnya utang, tetapi mengenal adanya
kewajiban yang hanya timbul akibat adanya transaksi atas asset/produk maupun jasa yang
tidak tunai, sehingga terjadi transaksi pembayaran.
Proses penerbitan obligasi:
1. Pernyataan pendaftaran telah di nyatakan efektif oleh Bapepam
2. Laporan keuangan yang di audit akuntan yang terdaftar di Bapepam
3. Nilai nominal obligasi yang di catatkan Rp 25 Milyar
4. Jarak masa permohonan dengan penerbitan sekurang-kurangnya 6 bulan dan masa jatuh
tempo obligasi minimal 4 Tahun
5. Perusahaan penerbit telah beroprasi minimal 3 Tahun
6. Pada 2 Tahun terakhir perusahaan telah mendapatkan keuntungan dan tidak ada kerugian
pada 1 tahun terakhir
7. Anggota administrasi mempunyai nama baik.
Perdagangan Obligasi
Obligasi ini akan di bagikan kepada investor melalui Wali Amanah dan agen
penjualan. Obligasi yang telah diterbitkan perusahaan akan dibeli atau di jual dipasar primer
dengan nominal setelah dilakukan penawaran dan perdagangan obligasi pada pasar primer
kemudian dicatatkan di bursa efek. Sedangkan pembayaran obligasi dilakukan melalui prinsip
Materi UKL
Prodi Perbankan Syariah 47
Delivery Versus Payment atau DVP (ini berlaku bagi obligasi Swasta dan Pemerintah)
investor dapat membayar melalui broker atau bank.
Penyelesaian Transaksi Obligasi tergantung pada jenis yang di gunakan pada obligasi
perusahaan yang berbentuk sertifikat penyelesaian transaksi di lakukan melalui lembaga
kliring dan penjamin dengan lembaga penyimpanan dalam penyelesaian yaitu bank kustodian.
 Reksadana Syari’ah merupan wadah yang digunakan untuk menghinpun dana dari
masyarakat pemodal sebagai pemilik dana (Shabul maal). Prinsip Reksadana Syari’ah
berdasarkan mudharabah dimana manajer investasi dan bank kusrodian bertindak sebagai
pengelola (mudharib) dan investor sabagai pemilik dana (shahibul maal). Keuntungan
Reksanada Syari’ah yaitu diversifikan investasi dan penyebaran risiko, biaya rendah,
harga, dapat di monitor secara rutin, pengelolaan portofolio yang profesional. Sedangakn
Risikonya yaitu risiko menurunnya nilai aktiva bersih, risiko liquiditas, pasar, wanprestasi,
default.
 Bank Syari’ah yaitu lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan pembiayaan dan
jasa-jasa lain dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang di oprasionalnya di
sesuaikan dengan prinsip syariat Islam.
Landasan hukum perbankan yaitu Al- Qur’an dan Al- Hadits. Karakteristik bank syari’ah
yaitu pelarangan riba dalam berbagai bentuknya tidak mengenal konsep nilai waktu dari
uang konsep uang sebagai alat tukar bukan sebagai komoditas, tidak boleh melakukan
kegiatan yang bersifat spekulatif, tidak boleh menggunakandua harga untuk satu barang,
dan tidak boleh dua transaksi dalam satu akad. Fungsi bank syari’ah yaitu selain
menjalankan fungsi jasa keuangan adalah sebagai perantaraan antara masyarakat yang
kelebihan dana dengan masyarakat yang kekurangan dana, melalui pembiayaan produk dan
jasa syari’ah.
 Asuransi Syari’ah merupan usaha saling melindungi dan tolong menolong di antara
sejumlah orang / pihak melalui investasi dalam bentuk aset dan tabarru. Produk asuransi
adalah dari sisi kepemilikan dana serta pengelolaan dana dan investasi yang dilakukan oleh
perusahaan asuransi.
 Zakat menurut syara berarti hak yang wajib di keluarkan dari harta . sedangkan menurut
Mazhab Maliki yaitu mengeluarkan sebagian harta yang khusus pula yang telah mencapai
nishab dan kepada orang yang berhak menerimanya.
Adanya peningkatan pendapatan ini akan menggeser pola konsumsi mustahiq tersebut.
misalnya, sebelum ada zakat, komsumsi mustahiq sebagian besar untuk makanan.
Kemudian setelah ada zakat, karena kebutuhan akan pangan dasar sudah terpenuhi, maka
mustahiq tersebut akan lebih memilih untuk menabung dan berinvestasi.
 Shadaqah dan Infak merupakan suatu pemberian harta benda dari seseorang kepada pihak
lain.

Materi UKL
Prodi Perbankan Syariah 48
 Wakaf dan Nazhir. Wakaf merupakan menahan harta yang dapat diambil manfaatnya
bukan untuk diri sendiri , dan benda yang diwakafkan tetap ada, sedangkan maanfatnya di
gunakan untuk kebaikan atau ridha Allah SWT. Sedangkan pengertian Nazhir yaitu oarang
yang di beri tugas untuk mengelolah wakaf.
Investasi Wakaf Produktif, misalnya Masjid ini sebenarnya juga bisa diproduktifkan dan
menghasilkan ekonomi dengan mendirikan lembaga-lembaga perekonomian Islam di
dalamnya seperti BMT, lembaga zakat, wakaf, mini market, dan sebagainya.

SEMOGA SUKSES

Materi UKL
Prodi Perbankan Syariah 49

Anda mungkin juga menyukai