DALAM ISLAM A. EKONOMI ISLAM Ciri-ciri Ekonomi Islam 1. Aqidah sebagai substansi (inti) yang menggerakkan dan mengarahkan kegiatan ekonomi. 2. Syari’ah sebagai batasan-batasan untuk memformulasi keputusan ekonomi. 3. Akhlaq berfungsi sebagai parameter dalam proses optimalisasi kegiatan ekonomi. Tujuan Ekonomi Islam (duniawi & ukhrawi) Yang dimaksud tujuan duniawi adalah bahwa kegiatan ekonomi sebagai upaya memepertahankan hidup, memfasilitasi ibadah pribadi, ibadah sosial, meningkatakan peradaban dan membekali keturunan agar mempunyai keberdayaan/kejayaan yang lebih baik. Dasar-Dasar Ekonomi Islam 1. Dalam sistem Islam, pelaku ekonomi harus mengimplementsikan fungsi kekhalifahan dan ibadah karena mengacu kepada Q.S : Al-Baqarah (2):30 dan Adz-Dzariat (51):56 2. Karena efektifitas fungsi kekhalifahan, maka perilaku ekonomi individu dalam Islam harus senantiasa menghormati kepentingan ekonomi agregat (ekonomi makro). 3. Karena efektifitas fungsi ibadah, maka disiplin taqwa dalam perilaku ekonomi adalah pembeda bagi perilaku ekonomi konvensional. Yaitu individu pelaku ekonomi harus menghindari cara bisnis dan objek bisnis yang haram. 4. Dalam sistem Islam berlaku asas “Kepunyaan Allah atas apa yang ada di langit dan dibumi”. Q.S Ali Imran (3): 189 dan Al-Baqarah (2): 384 Artinya antara lain bahwa “economi opportunities” (peluang-peluang ekonomi) tidaklah menjadi klaim manusia hanya karena faktor sebagai penguasa, sebagai pemilik modal dan sebagai lainnya.
Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam
1. Konsumsi dan Permintaan Kebutuhan 2. Alokasi sumber daya alam dan manusia 3. Produksi 4. Distribusi Riba artinya (secara bahasa) “tambahan”, adapun menurut syara’ riba artinya adalah akad yang terjadi dengan penukaran yang tertentu, tidak diketahui sama atau tidaknya (kadar barang yang ditukarkan bahkan cenderung disembunyikan) menurut aturan syara’ atau terlambat menerimanya.
Larangan Riba (QS al baqoroh : 275, Ali imran : 130)
Jenis-jenis riba : 1. Riba fadli 3. Riba qordli 2. Riba yad 4. Riba nasa’ Macam-macam riba (Bank syari’ah dari teori ke praktik, Muh. Syafi’I Antonio)
. Riba fadli yaitu menukarkan dua barang yang sejenis
dengan tidak sama (ukurannya). . Riba qordli yaitu utang dengan syarat ada keuntungan bagi yang memberi utang. . Riba yad yaitu berpisah dari tempat akad sebelum timbang terima. . Riba nasa’ yaitu disyarat dari salah satu kedua barang yang dipertukarkan ditangguhkan penyerahannya. . Riba jahiliyah yaitu utang dibayar lebih dari pokoknya karena terlambat membayar cicilan Riba dalam pandangan agama lain: a. Kitab exodus pasal 22 ayat 25 b. Kitab Deutoronomi pasal 23 ayat 19 c. Kitab Livecitus pasal 25 ayat 36–37 d. Lukas 6 : 34-35
Jenis-jenis muamalah islami :
1. Salam 8. Qirod 2. Musaqoh 9. Serikat ‘inan 3. Muzaro’ah 10. Mukhobaroh 4. Ji’alah 11. Hiwalah 5. Utang piutang. 12. Jaminan 6. Wadi’ah (titipan) 13. Luqothoh 7. Laqithoh 14. ‘ariyah Jenis-jenis muamalah islami : 1. Salam = menjual sesuatu yang tidak dilihat zatnya 2. Musaqoh =(parohan kebun ) 3. Muzaro’ah =parohan sawah atau ladang sedang benihnya dari petani 4. Mukhobaroh= parohan sawah atau ladang sedang benihnya dari pemilik tanah 5. Ji’alah =meminta agar mengembalikan barang yang hilang dengan bayaran tertentu . 6. Utang piutang. 7. Wadi’ah (titipan) 8. Laqithoh = anak temuan 9. Luqothoh= barang temuan 10. Qirod = memberi modal dari seseorang kepada orang lain untuk usaha 11. Serikat ‘inan =kerjasama dua atau lebih untuk berserikat harta yang ditentukan kedua belah pihak 12. Hiwalah= memindahkan utang dari tanggungan seseorang kepada tanggngan orang lain 13. Jaminan= 14. ‘ariyah = pinjam meminjam Perbedaan Antara Bank Konvensional dengan Praktik Ekonomi Syari’ah:
Bank konvensional (bunga)
Penentuan bunga dibuat pada saat akad tanpa berpedoman pada untung rugi Besarnya prosentasi berdasarkan pada jumlah uang (modal) yang dipinjamkan Pembayaran bungan tetap seperti yang dijanjikan tanpa pertimbangan apakah proyek yang dijalankan oleh pihak nasabah untung atau rugi Jumlah pembayaran bunga tidak mengikat sekalipun jumlah keuntungan berlipat ganda Eksistensi bunga diragukan oleh semua agama termasuk agama islam Bank Muamalat (bagi hasil) Penentuan besarnya rasio bagi hasil dibuat pada waktu akad dengan berpedoman pada kemungkinan untung rugi Besarnya rasio bagi hasil berdasarkan pada jumlah keuntungan yang diperoleh Bagi hasil tergantung pada keuntungan proyek yang dijalankan, jika tidak mendapatkan keuntungan maka kerugian akan ditanggung bersama oleh kedua belah pihak Jumlah pembagian laba meningkat sesuai dengan peningkatan jumlah pendapatan Tidak ada yang meragukan keabsahan keuntungan bagi hasil Bank konvensional
Memakai perangkat bunga atau bagi hasil
Profit oriented Hubungan dengan nasabah adalah bentuk Hubungan kreditur dan debitur Creator of money supply Investasi yang halal dan haram Tidak ada dewan seperti yang terdapat di Bank Muamalat Bank Muamalat
Berdasarkan margin keuntungan
Profit dan “falah” orientid Hubungan dengan nasabah dalam bentuk hubungan kemitraan Users of real funds Melakukan investasi-investasi yang halal saja B. KEBUDAYAAN ISLAM 1. Konsep Kebudayaan Dalam Islam
Secara umum kebudayaan dapat dipahami sebagai
hasil oleh akal, budi cipta rasa, karsa, dan karya manusia. Kebudayaan adalah hasil olah akal, budi cipta rasa, karsa dan karya manusia yang tidak lepas dari nilai-nilai ketuhanan. Hasil olah akal, budi, rasa dan karsa yang telah terseleksi oleh nilai-nilai kemanusiaan yang universal berkembang menjadi sebuah peradaban. 2. Sejarah Intelektual Islam Menurut Harun Nasution, sejarah intelektual Islam dapat dikelompokkan kedalam tiga masa:
a. Masa Klasik yaitu tahun 650 – 1250 M (Rasulullah
s/d khulafaur rasyidin) 1. Abu Bakar (Irak & Syiria) 2. Umar Bin Khotob (Damaskus & Mesir) 3. Utsman Bin’Affan (Palestina) 4. Ali Bin Abi Thalib (statis, perlawanan Muawiyah dan khowarij) Setelah Ali ibn Thalib, maka kekusaan beralih pada Mu’awiyah yang membentuk Dinasti Umaiyah (661- 750M) dan ekspansi Islam dilanjutkan oleh keluarga ini. Adapun khalifah-khalifah besar dari dinasti ini ialah Mu’awiyah ibn Sofyan (661-680 M), Abdul Malik ibn Marwan (685-705 M), Walid ibn Abdul Malik (705-715M), Umar bin Abd Aziz (717-720M) dan Hisyam ibn Abdul Malik (724-743 M). b. Masa Pertengahan yaitu tahun 1250 – 1800 M (masa kemunduran islam)
Penyebab kemunduran 1. Pengaruh Kristen 2. Sekularisme
Di masa ini terdapat tiga kerajaan besar
1. Kerajaam Utsmani (Turki) 2. Kerajaan Safawi (Persia – Iran) 3. Kerajaan Mughol (India) c. Masa Moderen yaitu tahun 1800 – sekarang. (masa kebangkitan dari kemunduran)
Penyebab kebangkitan : 1. Memurnikan ajaran islam 2. Mengimbangi barat 3. Membebaskan diri dari penjajahan