Makalah Ini Diajukan Untuk Bahan Diskusi Mata Kuliah Fikih Muamalah I
Dosen Pengampu : Jefik Zulfikar Hafidz, M.H
Dari pemaparan di atas maka kami tertarik untuk membahas lebih dalam
mengenai riba dalam ekonomi islam, dimana terdapat beberapa pertanyaan yang
akan menjadi pokok pembahasan nantinya, yaitu pertama, Bagaimana definisi riba
itu sendiri? Kedua, Bagaimana indikasi dan macam-macam riba? Ketiga, apasaja
sanksi bagi pemakan riba?
METODELOGI PENULISAN
Metodologi penulisan yang digunakan dalam pembuatan karya ilmiah ini
adalah penulisan kepustakaan (penelitian perpustakaan) dengan meninjau
beberapa referensi sebagai sumbernya yaitu buku-buku dan jurnal serta metode
yang digunakan penyusuan karya ilmiah ini yaitu metode kualitatif. Dimana,
pemikiran terpenting dalam pembahasanya adalah memberikan pemahaman dan
pengetahuan bagi mahasiswa mengenai pengertian riba, macam-macam riba dan
sanksi bagi pemakan riba
LITERATUR REVIEW
Mengkaji mengenai sanksi bagi pemakan riba dan dampak riba dalam
masyarakat dan ekonomi, maka pada penulisan karya ilmiah ini terdapat beberapa
buku dan jurnal yang membahas mengenai hal tersebut, diantaranya. Pertama,
Ummi Kalsum dalam jurnal al-Adl, urnal ini menelaskan devinisi riba yaitu, kata
riba dalam bahasa inggris diartikan dengan usury, yangberarti suku bunga yang
lebih dari biasanyaatau suku bunga yang mencekik. Sedangkan dari bahasa arab
berarti tambahan atau kelebihan meskibun sedikit, atas jumlah pkok yang
dipinamkan.1
Kedua, Ahmad Naufal dalam jurnal yang berudul “Riba Dalam Al-Quran
Dan Strategi Menghadapinya”, jurnal ini menjelaskan macam macam riba, secara
umum riba dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu riba utang dan riba jual beli.
Riba utang terbagi menjadi dua, yaitu ribâ qard dan ribâ jâhiliyyah. Sementara
riba jual beli terbagi juga menjadi dua, ribâ fadhl dan ribâ nasî`ah. (Antonio,
2005) Riba Qard adalah suatu manfaat atau tingkat kelebihan tertentu yang
disyaratkan terhadap yang berutang. Riba Jâhiliyyah adalah utang dibayar lebih
dari pokoknya karena si peminjam tidak mampu membayar utangnya pada waktu
yang ditetapkan. Riba fadhl adalah pertukaran antar barang sejenis dengan kadar
atau takaran berbeda, sedangkan barang yang dipertukarkan itu termasuk dalam
jenis barang ribawi. Riba nasi`ah adalah penangguhan penyerahan atau
penerimaan jenis barang ribawi yang dipertukarkan dengan jenis barang ribawi
lainnya. Riba dalam nasi`ah muncul karena adanya perbedaan, perubahan, atau
tambahan antara yang diserahkan saat ini dan yang diserahkan kemudian.2
1
Ummi Kulsum, “Riba Dan Bunga Bank Dalam Islam (Analisis Hukum Dan Dampaknya
Terhadap Pereknomian Umat)”, Urnal Al-Adl Vol. 7 No.2 (Juli 2014): 68-69
Ketiga, Marwini dalam jurnal az-Zarqa, menjelaskan tentang dampak sistem
ekonomi ribawi terhadap perekonomian bahwasannya sistem ekonomi ribawi
telah banyak menimbulkan krisis ekonomi didunia sepanang sejarah, kemudian
uga berpengaruh terhadap investasi, produksi dan terciptanya pengangguran.3
Kelima, Mohammad Thoin, dalam urnal berudul "Larangan Riba Dalam Teks Dan
Konteks" Riba secara bahasa bermakna ziyadah (tambahan atau kelebihan).
Dalam arti lain juga bermakna tumbuh dan berkembang. Menurut istilah berarti
pengambilan tambahan dari harta pokok atau modal secara batil. Sedangkan Jual
beli (bay’) menurut bahasa berarti menukar sesuatu dengan sesuatu yang lain
berupa pengganti. Apabila dilihat dari defenisi riba agaknya sudah jelas, yaitu
menarik keuntungan dari modal secara tidak sah, apakah dalam bentuk pinjam
meminjam maupun dalam bentuk jual beli kredit.5
KONSEP DASAR
Definisi Riba
2
Ahmad Naufal, “Riba Dalam Al-Quran Dan Strategi Menghadapinya”, Al Maal : Journal of
Islamic Economics and Banking, Vol 1 No 1 (Juli Tahun 2019): 103
3
Marwini, “Kontroversi Riba Dalam Perbankan Konvensional Dan Dampaknya Terhadap
Perekonomian”, Az-Zarqa’, Vol.9 No.1 (Juni 2017): 13-15
4
Ali Rohmat, Tafsir Ayat-Ayat Riba (Jakarta: Wali Pustaka, 2018), 42.
5
Nurfaizal, “Paradigma Keadilan Perspektif Al-Qur’an”, Jurnal Pemikiran Islam, Vol.
39, No. 1 (Juni, 2014): 31
Secara bahasa riba artinya tambahan (ziyadah) atau berarti tumbuh dan
membesar. Riba (usury) adalah melebihkan keuntungan (harta) dari salah satu
pihak dalam transaksi jual beli atau pertukaran barang yang sejenis tanpa
memberikan imbalan terhadap kelebihan itu (riba fadl), atau pembayaran hutang
yang harus di lunasi oleh orang yang berhutang lebih besar daripada jumlah
pinjamannya sebagai imbalan terhadap tenggang waktu yng telah lewat (riba
nasi'ah).6
Macam-Macam Riba
Riba menjadi empat yakni, riba nasi'ah, riba fadhl, riba al-Yadh dan al-Qardhi
1. Riba Nasi'ah
Riba Nasi'ah merupakan tambahan pokok pinjaman yang diisyaratkan
dan diambil oleh pemberi pinjaman dari yang berhutang sebagai kompensasi
atas tangguhan pinjaman yang diberikannya tersebut. Allah melarang dan
mengharamkan kegiatan demikian, sebagaimana firman Allah Swt dalam
surah al-Baqarah ayat 280:
۟ ُص َّدق
وا خَ ْي ٌر لَّ ُك ۖ ْم إِن ُكنتُ ْم تَ ْعلَ ُمون َ ََوإِن َكانَ ُذو ُع ْس َر ٍة فَنَ ِظ َرةٌ إِلَ ٰى َم ْي َس َر ٍة ۚ َوأَن ت
Dan jika (orang yang berhutang) dalam kesukaran, maka berilah tangguh
sampai dia berkelapangan. Dan menyedekahkan (sebagian atau semua utang)
itu, lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.”9
Dari firman Allah di atas, dapat disimpulkan bahwa jika telah jatuh
tempo hutang seseorang tersebut, sedangkan ia masih dalam kesulitan
hendaknya orang yang menghutangkan bersabar dan tidak menagihnya.
Sedangkan jika orang yang berhutang telah memiliki, dan dalam keadaan
lapang, maka wajib baginya membayar hutangnya tersebut, dan dia tidak
9
QS. Al-Baqarah (2):280
perlu menambah nilai dari tanggungan hutang yang dipinjamnya, baik orang
yang berutang tersebut sedang memiliki uang atau sedang keadaan sulit. 10
2. Riba Fadl
Riba al-Fadl adalah penambahan pada salah satu dari benda yang
dipertukarkan dalam jual beli benda ribawi yang sejenis, bukan karena faktor
penundaan pembayaran. Istilah dari riba fadhl diambil dari kata al- fadhl,
yang artinya tambahan dari salah satu jenis barang yang dipertukarkan dalam
proses transaksi. Di dalam keharamannya syariat telah menetapkan dalam
enam hal terhadap barang ini, yaitu: emas, perak, gandum putih, gandum
merah, kurma, dan garam. Jika dari enam jenis barang tersebut ditransaksikan
seara sejenis disertai tambahan, maka hukumnya haram.
3. Riba al-Yadh
10
Mohammad Thoin, "Larangan Riba Dalam Teks Dan Konteks", 65.
11
Mohammad Thoin, "Larangan Riba Dalam Teks Dan Konteks", 66.
12
Adiwarman Azwar Karim, Analisis Fiqih Dan Keuangan, (Jakarta : Iiit Indonesia,
2003), 39.
Riba Yadh adalah jual beli yang dilakukan seseorang sebelum menerima
barang yang dibelinya dari sipenjual dan tidak boleh menjualnya lagi kepada
siapapun, sebab barang yang dibeli belum diterima dan masih dalam ikatan
jual beli yang pertama. Dengan kata lain, kedua belah pihak yang melakukan
pertukaran uang atau barang telah berpisah dari tempat aqad sebelum
diadakan serah terima. Larangan riba yad ditetapkan berdasarkan hadits.
4. Riba Qardhi
Riba qardi adalah meminjam uang kepada seseorang dengan syarat ada
kelebihan atau keuntungan yang harus diberikan oleh peminjam kepada
pemberi pinjaman. Riba semacam ini dilarang didalam Islam, Imam Bukhari
dalam “Kitab Tarikhnya meriwayatkan sebuah hadits dari Anas ra bahwa
Rasulullah SAW telah bersabda, Bila ada yang memberikan pinjaman (uang
maupun barang), maka janganlah ia menerima hadiah (dari yang
meminjamkannya). ( HR. Imam Bukhari )
Dampak Riba
Pada saat resesi ekonomi dan tigh money policy atau kebijakan uang
ketat, sikaya akan memperoleh suku bunga yang cukup tinggi. Sementara
biaya modal menjadi sangat mahal, simiskin menjadi tidak mampu meminjam
dan tidak dapat berusaha, akibatnya dia akan semakin jauh tertinggal.
) َوأَ ْخ ِذ ِه ُم الرِّ بَا َوقَ ْد160( ص ِّد ِه ْم ع َْن َسبِي ِل هَّللا ِ َكثِيرًا ْ َّت أُ ِحل
َ ِت لَهُ ْم َوب ٍ فَبِظُ ْل ٍم ِمنَ الَّ ِذينَ هَادُوا َح َّر ْمنَا َعلَ ْي ِه ْم طَيِّبَا
61( اس بِ ْالبَا ِط ِل َوأَ ْعتَ ْدنَا لِ ْل َكافِ ِرينَ ِم ْنهُ ْم َع َذابًا أَلِي ًما
ِ َّنُهُوا َع ْنهُ َوأَ ْكلِ ِه ْم أَ ْم َوا َل الن
Sulaemang L,” Hukum Riba Dalam Perspektif Hadis Jabir Ra.”, Jurnal Al-‘Adl, Vol. 8
14
17
Mujar Ibnu Syarif, “Konsep Riba Dalam Alquran Dan Literatur Fikih”, Al-Iqtishad:
Vol. Iii, No. 2, (Juli 2011): 298-299.
18
Ahmad Zacky El-Syafa, Indeks Lengkap Hadis, Mutiara Medika (Yogyakarta 2011),
336
KESIMPULAN
Dari uraian di atas dapat kami simpulkan pertama, Secara bahasa riba
artinya tambahan (ziyadah) atau berarti tumbuh dan membesar. Riba (usury)
adalah melebihkan keuntungan (harta) dari salah satu pihak dalam transaksi jual
beli atau pertukaran barang yang sejenis tanpa memberikan imbalan terhadap
kelebihan itu (riba fadl), atau pembayaran hutang yang harus di lunasi oleh orang
yang berhutang lebih besar daripada jumlah pinjamannya sebagai imbalan
terhadap tenggang waktu yng telah lewat (riba nasi'ah). Sedangkan secara
terminologis, menurut al-Shabuni, riba adalah tambahan yang diambil oleh
pemberi hutang dari penghutang sebagai perumbangan dari masa (meminjam). Al-
Jurjani mendefiniskan riba sebagai tambahan atau kelebihan yang tiada
bandingannya bagi salah satu orang yang berakad.
Kedua, Terdapat 4 jenis riba diantaranya : riba nasi'ah, riba fadhl, riba al-
Yadh dan al-Qardhi. Riba Nasi'ah merupakan jual beli yang pembayarannya
diakhirkan, tetapi ditambahkan harganya. Riba fadhl merupakan pertukaran antara
barang-barang sejenis dengan kadar atau takaran yang berbeda dengan barang
ribawi, riba al-Yadh merupakan riba yang terjadi akibat jual beli barang ribawi
maupun non ribawi disertai penundaan serah terima kedua barang yang
ditukarkan, atau penundaan terhadap penerimaan sala satunya. Sedangkan al-
Qardhi merupakan riba yang dihasilkan dari tambahanpengembalian pokok
pinjaman yang disyaratkan kepada peminjam.
Ketiga, adanya dampak riba yaitu, Merampas kekayaan orang lain.
Merusak Moralitas, Melahirkan benih kebencian dan permusuhan. Dan Yang kaya
semakin kaya, dan simiskin semakin miskin.
Keempat, Sanksi Bagi Pemakan Riba dalam surat al-Nisa’ ayat 4: Maka
disebabkan kelaliman orang-orang Yahudi, Kami haramkan atas mereka
(memakan makanan) yang baik-baik (yang dahulunya) dihalalkan bagi mereka,
dan karena mereka banyak menghalangi (manusia) dari jalan Allah. Dan
disebabkan mereka memakan riba, padahal sesungguhnya mereka telah dilarang
daripadanya, dan karena mereka memakan harta orang dengan jalan yang batil.
Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir di antara mereka itu siksa
yang pedih. (Q.s. al-Nisa’ [4]: 160-161).19
19
QS. Al-Nisa’ (4): 160-161
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Ghofur, "Konsep Riba Dalam Al-Qur'an" Jurnal Conomica, Vol. Vii,
No. 1(Mei, 2016).
Ummi Kulsum, “Riba Dan Bunga Bank Dalam Islam (Analisis Hukum Dan
Dampaknya Terhadap Pereknomian Umat)”, Urnal Al-Adl Vol. 7 No.2 (Juli
2014).
Https://Jurnal.Uisu.Ac.Id/Index.Php/Tjh/Article/Download/1531/1218 .
Mohammad Thoin, "Larangan Riba Dalam Teks Dan Konteks", 66
Mujar Ibnu Syarif, “Konsep Riba Dalam Alquran Dan Literatur Fikih”, Al-
Iqtishad: Vol. Iii, No. 2, (Juli 2011).
Sulaemang L,” Hukum Riba Dalam Perspektif Hadis Jabir Ra.”, Jurnal
Al-‘Adl, Vol. 8 No. 1 ( Januari 2015).
LAMPIRAN