Anda di halaman 1dari 5

Daftar Isi

Sifat Umum Alat Ukur 2


Kecematan 2
Kepekaan 2
Kemudahan Baca 3
Histerisis 3
Kefasifan (Passivity) atau Kelambatan Reaksi 3
Pergeseran (Shifting, Drift) 4
Kestabilan Nol (Zero Stability) 4
Pengambangan (Floating) 4
Kesalahan/Penyimpangan Dalam Proses Pengukuran 5
Ketelitian (Accuracy) 5

1
TUGAS PENGUKURAN TEKNIK

Sifat Umum Alat Ukur

Alat ukur merupakan alat yang dibuat oleh manusia, oleh karena itu ketidaksempurnaan
merupakan ciri utamanya. Meskipun alat ukur direncanakan dan dibuat dengan cara yang
paling seksama, ketidaksempurnaan sama sekali tidak bisa dihilangkan.

Justru dalam kendala ketidaksempurnaan ini alat ukur sering dianggap sebagai cukur baik
untuk digunakan dalam suatu proses pengukuran asalkan pengguna memahami
keterbatasannya.

Untuk menyatakan sifat-sifat atau karakteristik alat ukur digunakan beberapa istilah teknik
yang sewajarnya diketahui supaya jangan menimbulkan keraguan dan kesalahtafsiran
dalam mengkomunikasikan hasil pengukuran.

● Kecermatan (Resolution)

Kecermatan alat ukur ditentukan oleh kecermatan skala dengan cara pembacannya.

Bagi skala yang dibaca melalui garis indeks atau jarum penunjuk kecermatan alat ukur sama
dengan kecermatan skala yaitu arti jarak antar garis skala.

Bila dibaca dengan pertolongan skala nonius (satu atau dua dimensi), kecermatan alat ukur
sama dengan kecermatan interpolasi nonius. Jika digunakan penunjuk digital kecermatan
alat ukur diwakili oleh angka paling kanan (angka satuan terkecil).

● Kepekaan

Setiap alat ukur mempunyai suatu kepekaan tertentu, yaitu kemampuan alat ukur untuk
merasakan suatu perbedaan yang relatip kecil dari harga yang diukur.

Misalnya dua alat ukur yang sejenis A dan B digunakan untuk memerikas perbedaan
panjang yang kecil, apabila alat ukur A lebih jelas menunjukkan suatu perbedaan pada
skalanya daripada apa yang ditunjukkan oleh alat ukur B, maka dikatakan alat ukur A lebih
peka (sensitif) dari pada alat ukur B. Kepekaan suatu alat ukur ditentukan oleh mekanisme
pengubahannya dan harganya dapat diketahui dengnan cara membuat grafik antara harga
yang diukur dengan pembacaan skala.

2
● Kemudahan Baca (Readability)

Kemampuan system penunjukan sari alat ukur memberikan suatu angka yang jelas dan
berarti dinamakan “kemudahan baca”.

Dengan membuat skala nonius dan atau membuat garis-garis skala yang tipis dengan jarak
yang kecil serta jarum penunjuk yang tipis memungkinkan kemudahan baca dari penunjuk
alat ukur yang dipertinggi.

Akan tetapi cara pembuatan skala seperti di atas memungkinkan kesalahan baca, inilah
alasannya kenapa system penunjuk digital elektronis akhir-akhir ini menggeser kedudukan
sistem penunjuk skala dengan jarum atau garis indeks.

● Histerisis

Histerisis adalah penyimpangan yang timbul sewaktu dilakukan pengukuran secara kontinyu
dari dua arah yang berlawanan, yaitu mulai dari skala nol hingga skala maksimum kemudian
diulangi dari skala maksimum sampai skala nol.

● Kepasifan (Passivity) atau kelambatan Reaksi

Kepasifan adalah merupakan kejadian di mana suatu perbedaan/ perubahan kecil dari harga
yang diukur (yang dirasakan sensor) tidak menimbulkan suatu perubahan apapun pada
jarum penunjuk.

Kepasifan pada alat ukur mekanis (apabila ada) disebabkan oleh pengaruh kelembamam,
misalnya pegas pada alat ukur tersebut tidak elastis sempurna.

Kepasifan dapat pula diartikan sebagai kelambatan alat ukur untuk bereaksi atas adanya
perubahan yang dirasakan oleh sensor.

Kerugian seperti ini dapat dialami oleh alat ukur pneumatis dengan sistem tekanan balik,
yaitu apabila pipa elastis yang menghubungkan sensor dengan ruang perantara terlalu
panjang.

Karena volume udara (yang diukur tekanannya) terlalu besar, maka pengaruh
kompresibilitas dari udara menjadi terasa, akibatnya reaksi dari barometer menjadi lambat.

3
● Pergeseran (Shifting, Drift)

Apabila terjadi suatu perubahan harga yang ditunjukkan pada skala atau yang dicatat pada
kertas grafik, sedangkan sesungguhnya sensor tidak mengisyaratkan suatu perubahan
maka kejadian ini disebut dengan pergeseran.

Keadaan ini sering dialami oleh alat ukur dengan pengubahan elektirs, yang mana suatu
perubahan temperatur (di dalam alat ukur tersebut) dapat mempengaruhi sifat-sifat dari
komponen elektroniknya yang sudah tua.

● Kestabilan Nol (Zero Stability)

Apabila benda ukur diambil seketika maka jarum penunjuk harus kembali ke posisinya
semula (posisi nol). Alat ukur disebut mempunyai kestabilan nol yang jelek apabila jarum
penunjuk tidak tepat kembali ke posisi nol.

Keadaan ini sangat erat hubungannya dengan histerisis, yang antara lain disebabkan oleh
keausan pada mekanisme penggerak jarum penunjuk.

● Pengambangan (Floating)

Pengambangan terjadi apabila jarum penunjuk selalu berubah posisi (bergetar) atau angka
terakhir/ paling kanan dari penunjuk digital berubah-ubah.

Hal ini disebabkan oleh adanya perubahan-perubahan yang kecil yang dirasakan sensor
yang kemudian diperbesar oleh bagian pengubah alat ukur.

Semakin peka alat ukur, kemungkinan terjadinya pengambangan sewaktu proses


pengukuran berlangsung adlah besar.

Dengan demikian alat ukur yang peka harus dipakai dengan cara yang cermat serta
hari-hati, getaran pada alat ukur dan benda ukur tidak boleh terjadi.

4
● Kesalahan /Penyimpangan Dalam Proses Pengukuran

Pengukuran adalah merupakan proses yang mencakup tiga bagian yaitu benda ukur, alat
ukur dan orang, karena ketidak sempurnaan dari masing-masing bagian ini maka bisa
dikatakan bahwa tidak ada satupun pengukuran yang memberikan ketelitian yang absolut.

Kesalahan akan selalu ada, yaitu merupakan perbedaan antara hasil pengukuran dengan
harga yang dianggap benar.

Setiap pengukuran mempunyai ketidaktelitian (kesalahan) yang berbeda-beda, tergantung


dari kondisi alat ukur, benda ukur, metoda pengukuran dan kecakapan si pengukur.

● Ketelitian (accuracy)

Adalah persesuaian antara hasil pengukuran dengan harga sebenarnya (dimensi obyek
ukur).

Harga sebenarnya tidak pernah diketahui, yang dapat ditentukan hanyalah harga
pendekatan atau yang disebut dengan harga yang dianggap benar.

Perbedaan antara harga yang diukur dengan harga yang dianggap benar adalah disebut
dengan kesalahan sistematis (systematic error).

Faktor-faktor yang membuat suatu proses pengukuran menjadi tidak teliti dan tidak tepat
dapat berasal dari berbagai sumber yaitu :

alat ukur
benda ukur
posisi pengukuran
lingkungan
orang (sipengukur)

Anda mungkin juga menyukai