Anda di halaman 1dari 2

Sejarah Ilmu Astronomi Islam

Dari sisi sejarahnya, Ilmu Falak dapat dikatakan sebagai ilmu yang sangat tua. Berbasiskan
hasil pengamatan atau penyelidikan terhadap benda-benda langit, ilmu yang dulunya banyak dikenal
dengan sebutan Ilmu Perbintangan ini lahir dan tumbuh-kembang berseiring dengan perkembangan
aktivitas penyelidikan manusia terhadap benda-benda langit itu sendiri. Ribuan tahun sebelum
masehi, penyelidikan terhadap benda- benda langit itu telah dilakukan oleh bangsa-bangsa
berperadaban tua seperti Mesir, Mesopotamia, Babilonia, dan Tiongkok. Diantara buah dari
penyelidikan tersebut, pada sekitar tahun 4221 SM (sebelum masehi) bangsa Mesir telah membuat
Kalender Matahari (Syamsiyah, Solar), yakni kalender yang disusun berseirama dengan siklus tropis
matahari. Kepentingan mereka pada kalender Matahari tersebut bertemali dengan kebutuhan pada
pengetahuan tentang waktu meluapnya sungai Nil, musim tanam, dan musim panen. Mereka pada
waktu itu menghitung panjang siklus tropik matahari sama dengan 365 hari. Untuk penyusunan
kalender, mereka membagi rata yang 360 hari menjadi 12 bulan (masing-masing bulan umurnya 30
hari), dan 5 hari sisanya mereka skedulkan untuk penyelenggaraan pesta perayaan tahunan. 1 Bangsa
Babilonia yang berada di antara sungai Tigris dan sungai Efrat (selatan Irak sekarang)sekitar 3.000
tahun SM sudah menemukan adanya 12 gugusan bintang (zodiak). Yang posisinya dilangit mereka
bayangkan membentuk satu lingkaran. Setiap gugusan bintang akan berlalu setelah 30hari. Temuan
mereka ini akhirnya melahirkan ilmu geometri dan matematika, ilmu ukur, dan ilmu hisab (hitung). 2

Menurut catatan sejarah, penemu Ilmu Falak, astronomi, dan perbintangan adalah Nabi
Idris, atau Hermes, atau Akhnukh . Beliau adalah 40 Nabi Idris ini pula di dalam literatur-literatur
Yunani sebagaimana di dalam buku sejarah Blotark disebut Ozeres- dewa terpenting orang-orang
Mesir kuno nama aslinya adalah Yasr (bahasa Mesir) yang berarti kekuatan, kemampuan dan
kehendak. Beberapa logat ia berubah menjadi Yusra, Osir, dan Ozir. Logat yang terakhir ini menurut
orang Yunani menjadi Ozeres, sebagaimana adat mereka menambah huruf “ya” dan “sin” diakhir
setiap nama. Kata itu pindah kedalam bahasa arab dengan mengalami pergantian huruf “za” menjadi
“dzal” . dan ini merupakan penggatian yang biasa terjadi, sehingga nama itu menjadi Idris. Nama
Idris ini dipakai dua kali dalam al-Qur’an, yaitu:

‫و اذكر فى الكتاب إدريس انه كان صديقا نبيا‬

“ Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka, kisah) Idris di dalam al-Qur’an. Sesungguhnya Ia
adalah sangat membenarkan dan seorang Nabi” (Maryam: 56).

‫و اسمائيل و ادريس و ذا الكفلكل من الصابرين‬

Dan (ingatlah kisah) Ismail, Idris dan Dzulkifl, semua mereka adalah termasuk orang-orang ” .(sabar”
(al-Anbiya; 85

Idris (Ozeres) juga merupakan orang yang pertama yang menulis dengan pena, dan orang pertama
yang menemukan jahitan serta menjahit pakaian. Disebutkan pula bahwa nabi Idris dan orang-orang
yang bersamanya mendirikan Mesir dan dialah yang mengajak manusia pada amr ma’ruf dan nahi
mungkar dan taat kepada Allah, memperkenalkan politik pemerintahan dan mengajarkan beberapa
Ilmu.3 Pada sekitar abad ke-28 sebelum masehi, embrio Ilmu Falak mulai nampak sebagaimana
digunakan pada penentuan waktu pada penyembahan berhala, seperti yang terjadi di Mesir untuk

1
Shofiyulloh, Mengenal Kalender Yahudi, (Malang: Pondok Pesantren Miftahul Huda, Kepanjen, 2006)
2
Dasuki, Ensiklopedi Islam, vol. 1, 330
3
Zuhdi Harfin. AlMuhtadi Saifulhaq Ahmad, ILMU FALAK ASTRONOMI, (Mataram, 2021). Hlm.21
menyembah dewa Orisis, Isis dan amon, serta di Babilonia dan Mesopotamia untuk menyembah
dewa Astoroth dan Baal.

Pada abad-abad awal Yunani klasik, batas antara kosmologi dan astronomi tidaklah jelas.
Seorang ahli matematika bernama Pythagoras memahami alam semesta dan pergerakan angkasa
yang dibagi berdasarkan tingkat kesempurnaan, dengan yang terendah adalah bumi dan sefra di
bawah Bulan. Plato dan Aristoteles menyempurnakan mekanisme gerakan kosmos sefra sampai ke
tahap dimana daya gerakan ke bawah dan ke atas (atau ke dalam dan ke luar) bekerja untuk
keseimbangan. Inilahyang disebut dengan teori Planeter Aristoteles . Teori ini juga diperkenalkan
secara luas oleh ahli astronomi Ptolemeus (85- 165M) dengan gerakan-gerakannya dan karya
monumentalnya Tibr Al-Magesty, sehingga teori ini terkenal pula dengan nama Geosentris
Ptolemeus. Teori ini memberikan pengaruh kuat pada peradaban sampai abad pertengahan awal
masehi. Sebelum berinjak pada konsep heliosentris Copernicus, maka terlebih dahulu perlu
diketahui bahwa pada tahun 310- 230 SM hidup seorang ahli astronom Helenis, Aristarchus dari
Samos yang memberi pemahaman lain. Ia percaya bahwa Bumi melakukan rotasi penuh pada
sumbunya setiap hari dan berkeliling di sekitar Matahari sekali setahun, dengan Matahari dan
bintang-bintang tetap tidak bergerak. Ia mengemukakan pula jarak Bumi-Matahari ialah 20 kali lebih
jauh dari pada jarak Bumi-Bulan, dengan ukuran Matahari 20 kali lebih besar daripada ukuran Bulan.
Adapun perbandingan ukuran bumi dengan ukuran relatif Bulan adalah diameter bulan setengah
dari diameter Bumi.

Anda mungkin juga menyukai