Anda di halaman 1dari 13

SEJARAH PEMIKIRAN PRA YUNANI KUNO, MITOS DAN

DEMITOLOGISASI, PENEMUAN “ARKHE”ASAL MUASAL ALAM


( FILSAFAT ILMU )

Oleh :

Abdul Mannan & Fasihul Lisan

Dosen Pengampuh : Didin Chonyta,M.Ag


1. Pemikiran Pra-Yunani kuno

Letak geografis Yunani berada di Laut Tengah tepatnya ujung Tenggara


Benua Eropa. Yunani memiliki iklim panas dan sebagian besar tanahnya kering,
alamnya berupa jurang-jurang terjal dan gununggunung yang membentang
tinggi serta terdapat pantai-pantai yang curam dan terjal disertai dengan batu
karang yang tajam. Dengan memiliki iklim panas sudah di pastikan turunnya
hujan sangat jarang sekali di negeri Yunani. Pada periode klasik sekitar abad ke- 5
SM Yunani di dominasi oleh Athena yang selanjutnya digantikan oleh Sparta
pada awal abad ke- 4 SM. Terdapat perbedaan kepribadian antara Athena dengan
Sparta. Athena lebih mengutamakan kesustraan atau ilmu pengetahuan dan
untuk Sparta lebih mengutakan kemiliteran. Terdapat kebijakan yang berbedan
antara di polis Athena dan Sparta. Untuk di Athena semua rakyatnya wajib
menuntut ilmu pengetahuan sedangkan di Sparta anak-anak dari usia 13 tahun
sudah wajib mengikuti sekolah militer sampai dengan usia 30 tahun.

Zaman Pra Yunani Kuno dimulai sebelum abad ke lima belas sebelum masehi
kuno, yaitu ketika manusia belum pernah mengenal peralatan seperti yang
dipakai sekarang. Ketika itu manusia masih menggunkan peralatan yang terbuat
dari batu. Zaman batu berkisar antara empat juta tahun sampai 20.000 tahun SM.
Sisa perabadan manusia yang ditemukan pada masa ini diantaranya sebagai
berikut :

1. Alat-alat dari batu


2. Tulang belulang hewan
3. Sisa-sisa beberapa tanaman
4. Gambar-gambar di gua
5. Tempat-tempat penguburan
6. Tulang belulang manusia purba

Pada zaman ini, manusia menggunakan batu sebagai peralatan karena


ditemukan alat-alat yang bentuknya mirip satu sama lain (misalnya kapak
sebagai alat pemotong dan pembelah, tulang menyerupai jarum untuk menjahit).
Hal ini menandakan bahwa manusia sebagai makhluk berbudaya mampu
berkreasi. Benda-benda yang digunakan manusia mengalami perbaikan dan

1
perkembangan karena manusia melakukan dan mengalami proses trial and error.
Proses ini cukup memakan waktu yang lama dan dengan melalui proses ini
manusia melakukan seleksi pada alat-alat yang digunakan sehingga manusia
menemukan alat yang dianggap lebih baik atau lebih kuat untuk digunakan
membuat peralatan tertentu yang nantinya akan membantu mereka memenuhi
kebutuhan sehari-hari. Antara abad 15 SM sampai abad 6 SM manusia sudah
menemukan besi, tembaga, perak untuk peralatan. Peralatan besi pertama kali
digunakan di Irak, bukan di Eropa atau Tiongkok pada abad 15 SM.

Pada masa ini kemampuan berhitung ditempuh dengan cara one to one


correspondency atau mapping process.  Contoh cara menghitung hewan yang
akan masuk dan keluar kandang dengan kerikil. Jadi serupa halnya anak-anak
yang belajar berhitung dengan menggunakan jari-jari tangan dan kakinya. Pada
masa ini manusia sudah memperhatikan keadaan alam semesta sebagai suatu
proses alam. Lama kelamaan manusia mulai memperhatikan dan menemukan
hal-hal sebagai berikut.

1. Gugusan bintang di langit sebagai suatu kesatuan. Kemudian gugusan ini


diberikan nama dan sekarang merupakan nama-nama zodiak.
2. Kedudukan matahari dan bulan pada waktu terbit dan tenggelam, bergerak
dalam rangka zodiak tersebut
3. Setelah itu dikenal pula bintang yang bergerak di antara gugusan yang sudah
dikenal tadi. Sehingga ditemukan planet-planet.
4. Dapat menghitung waktu bulan kembali pada bentuknya yang sama antara
28-29 hari.
5. Waktu timbul dan tenggelamnya matahari di cakrawala yang berpindah-
pindah dan memerlukan 365 hari sebelum kembali ke kedudukan semula.
6. Saat matahari diketahui timbul tenggelam sebanyak 365 kali, bulan juga
mengalami perubahan sebanyak 12 kali. Berdasarkan hal itu di temukan
perhitungan kalender.
7. Ditemukan beberapa gejala alam, seperti gerhana yang pada masa itu masih
dihubungkan dengan mitologi-mitologi tertentu sehingga menakutkan orang
banyak.
Zaman Pra Yunani Kuno ditandai oleh 5 kemampuan sebagai berikut:

1. Know how dalam kehidupan sehari-hari yang didasarkan pada pengalaman.


2. Pengetahuan yang berdasarkan pengalaman itu diterima sebagai fakta
dengan sikap receptive mind, keterangan masih dihubungkan dengan
kekuatan magis.
3. Kemampuan menentukan abjad dan sistem bilangan alam sudah
menampakkan perkembangan pemikiran manusia ke tingkat abstraksi.
4. Kemampuan menulis, berhitung menyusun kalender yang didasarkan atas
sintesa terhadap hasil abstraksi yang dilakukan.
5. Kemampuan meramalkan suatu peristiwa atas dasar peristiwa-peristiwa
sebelum yang pernah terjadi. Misalnya gerhana bulan dan matahari
Seetidaknya ada 3 faktor yang mendahului lahirnya filsafat pada zaman Pra
Yunani Kuno yaitu:

2
1. Berkembangnya mite-mite atau mitologi yang cukup luas di kalangan bangsa
Yunani. Mitologi-mitologi ini dianggap salah satu sebab yang membidani
lahirnya filsafat karena mitologi merupakan percobaan untuk memahami. Mite-
mite telah memberi jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang bergejolak dalam
hati manusia, darimana dunia kita? Darimana kejadian alam? Mite yang mencari
keterangan tentang asal-usul dalam semesta disebut mite kosmogonis,
sedangkan mite yang menerangkan tentang asal-usul dan sifat kejadian disebut
dengan mite kosmologis.
2. Kesusasteraan Yunani, seperti karya puisi Homeros yang berjudul Ilias dan
Odyssea mempunyai kedudukan yang istimewa dalam karya sastra Yunani.
Bahkan dalam jangka waktu yang cukup lama, karya tersebut dijadikan sebagai
semacam buku pedoman bagi bangsa Yunani.
3. Pengaruh Timur Kuno seperti Mesir dan Babylonia yang sudah mengenal ilmu
hitung dan ilmu ukur. Tentu saja, hal ini berdampak positif bagi bangsa Yunani,
terutama perannya mendukung perkembangan astronomi Yunani. Di sinilah
letak kecerdasan bangsa Yunani, yang mampu mengolah kembali ilmu
pengetahuan dari timur dengan begitu ilmiah.
1) Pemikiran Filsafat Filsafat Pra Socrates
Zaman Yunani Kuno dipandang sebagai zaman keemasan filsafat, karena
pada zaman ini orang memiliki kebebasan untuk berpendapat atau
mengungkapkan ideidenya. Pada masa itu, Yunani dipandang sebagai
gudang ilmu dan filsafat, karena bangsa Yunani sudah tidak lagi
mempercayai mitos-mitos. Bangsa Yunani juga tidak dapat menerima
pengalaman yang didasarkan pada sikap receptive attitude (sikap menerima
begitu saja) melainkan menumbuhkan sikap yang senang menyelidiki atau
kritis. Sikap kritis inilah yang menjadikan bangsa Yunani berada pada barisan
terdepan dalam ilmu pengetahuan.
2) Filsafat zaman Yunani kuno mencakup zaman Pra Socrates dan zaman
keemasan filsafat. Tokoh-tokoh filosof pada masa itu adalah Thales,
Anaximandros, Anaximenes, Pythagoras, dan Heraklitos. Mereka dikenal
dengan filosof alam. Sedangkan masa keemasan filsafat dimeriahkan oleh
tokoh-tokoh seperti, Socrates, Plato dan Aristoteles. Pada masa inilah filsafat
Yunani menikmati masa keemasannya.
3) Filsafat pra-socrates ditandai oleh usaha mencari asal (asas) segala sesuatu
("arche"). Tidakkah di balik keanekaragaman realitas di alam semesta itu
hanya ada satu azas? 

Thales mengusulkan: air, Anaximandros: yang tak terbatas,  Empedokles: api-


udara-tanah-air. Herakleitos mengajar bahwa segala sesuatu mengalir ("panta rei"
= selalu berubah), sedang Parmenides mengatakan bahwa kenyataan justru sama
sekali tak berubah. Namun tetap menjadi pertanyaan: bagaimana yang satu itu
muncul dalam bentuk yang banyak, dan bagaimana yang banyak itu sebenarnya
hanya satu? Pythagoras (580-500 sM) dikenal oleh sekolah yang didirikannya
untuk merenungkan hal itu. Democritus (460-370 sM) dikenal oleh konsepnya
tentang atom sebagai basis untuk menerangkannya juga. Zeno (lahir 490 sM)

3
berhasil mengembangkan metode reductio ad absurdum untuk meraih
kesimpulan yang benar.
Secara umum dapat dikatakan, para filosof pra-Socrates berusaha
membebaskan diri dari belenggu mitos dan agama asalnya. Mereka mampu
melebur nilai-nilai agama dan moral tradisional tanpa menggantikannya dengan
sesuatu yang substansial.

A. Aliran Miletos/Madzhab Milesian


Aliran ini disebut Aliran Miletos karena tokoh-tokohnya merupakan warga
asli Miletos, di Asia Kecil, yang merupakan sebuah kota niaga yang maju.
Berikut beberapa tokoh yang termasuk kedalam Aliran Miletos atau dikenal
pula dengan istilah Madzhab Milesian:
1) Thales
Thales hidup sekitar 624-546 SM. Ia adalah seorang ahli ilmu termasuk ahli
ilmu Astronomi. Ia berpendapat bahwa hakikat alam ini adalah air. Segala-
galanya berasal dari air. Bumi sendiri merupakan bahan yang sekaligus keluar
dari air dan kemudian terapung-apung diatasnya. Pandangan yang demikian itu
membawa kepada penyesuaian-penyesuain lain yang lebih mendasar yaitu
bahwa sesungguhnya segalanya ini pada hakikatnya adalah satu. Bagi Thales, air
adalah sebab utama dari segala yang ada dan menjadi akhir dari segala-galanya.
Ajaran Thales yang lain adalah bahwa tiap benda memiliki jiwa. Itulah sebabnya
tiap benda dapat berubah, dapat bergerak atau dapat hilang kodratnya masing-
masing. Ajaran Thales tentang jiwa bukan hanya meliputi benda-benda hidup
tetapi meliputi benda-benda mati pula.
2) Anaximander
Anaximander adalah murid Thales yang setia. Ia hidup sekitar 610-546 SM. Ia
berpendapat bahwa hakikat dari segala seuatu yang satu itu bukan air, tapi yang
satu itu adalah yang tidak terbatas dan tidak terhingga, tak berubah dan meliputi
segalagalanya yang disebut “Aperion”. Aperion bukanlah materi seperti yang
dikemukakan oleh Thales. Anaximander juga berpendapat bahwa dunia ini
hanyalah salah satu bagian dari banyak dunia lainnya.
3) Anaximenes
Anaximenes hidup sekitar 560-520 SM. Ia berpendapat bahwa hakikat segala
sesuatu yang satu itu adalah udara. Jiwa adalah udara; api adalah udara yang
encer; jika dipadatkan pertama-tama udara akan menjadi air, dan jika dipadatkan
lagi akan menjadi tanah, dan akhirnya menjadi batu. Ia berpendapat bahwa bumi
berbentuk seperti meja bundar.

B. Aliran Pythagoras
Pythagoras lahir di Samos sekitar 580-500 SM. Ia berpendapat bahwa semesta
ini tak lain adalah bilangan. Unsur bilangan merupakan prinsip unsur dari
segalagalanya. Dengan kata lain, bilangan genap dan ganjil sama dengan terbatas
dan tak terbatas.
1) Xenophanes
Xenophanes merupakan pengikut Aliran Pythagoras yang lahir di Kolophon,
Asia Kecil, sekitar tahun 545 SM. Dalam filsafatnya ia menegaskan bahwa Tuhan
bersifat kekal, tidak mempunyai permulaan dan Tuhan itu Esa bagi seluruhnya.
KeEsaan Tuhan bagi semua merupakan sesuatu hal yang logis. Hal itu karena

4
kenyataan menunjukkan apabila semua orang memberikan konsep ketuhanan
sesuai dengan masing-masing orang, maka hasilnya akan bertentangan dan
kabur. Bahkan “kuda menggambarkan Tuhan menurut konsep kuda, sapi
demikian juga” kata Xenophanes. Jelas kiranya ide tentang Tuhan menurut
Xenophanes adalah Esa dan bersifat universal.
2) Heraklitus (Herakleitos)
Heraklitus hidup antara tahun 560-470 SM di Italia Selatan sekawan dengan
Pythagoras dan Xenophanes. Ia berpendapat bahwa asal segalanya adalah api
dan api adalah lambang dari perubahan. Api yang selalu bergerak dan berubah
menunjukkan bahwa tidak ada yang tetap dan tidak ada yang tenang.
C. Aliran Elea
1) Parmenides
Lahir sekitar tahun 540-475 di Italia Selatan. Ajarannya adalah kenyataan
bukanlah gerak dan perubahan melainkan keseluruhan yang bersatu. Dalam
pandangan Pamenides ada dua jenis pengetahuan yang disuguhkan yaitu
pengetahuan inderawi dan pengetahuan rasional. Apabila dua jenis
pengetahuan ini bertentangan satu sama lain maka ia memilih rasio. Dari
pemikirannya itu membuka cabang ilmu baru dalam dunia filsafat yaitu
penemuannya tentang metafisika sebagai cabang filsafat yang membahas
tentang yang ada.
2) Zeno
Lahir di Elea sekitar 490 SM. Ajarannya yang penting adalah
pemikirannya tentang dialektika. Dialektika adalah satu cabang filsafat yang
mempelajari argumentasi.
3) Melissos
Lahir di Samos tanpa diketahui secara tepat tanggal kelahirannya. Ia
berpendapat bahwa “yang ada” itu tidak berhingga, menurut waktu maupun
ruang.
4. Aliran Pluralis
1) Empedokles
Lahir di Akragas Sisislia awal abad ke-5 SM. ia menulis buah
pikirannya dalam bentuk puisi. Ia mengajarkan bahwa realitas tersusun dari
empat anasir yaitu api, udara, tanah, dan air.
2) Anaxagoras
Lahir di Ionia di Italia Selatan. Ia berpendapat bahwa realitas
seluruhnya bukan satu tetapi banyak. Yang banyak itu tidak dijadikan, tidak
berubah, dan tidak berada dalam satu ruang yang kosong. Anaxagoras
menyebut yang banyak itu dengan spermata (benih).
5. Aliran Atomis
Pelopor atomisme ada dua yaitu Leukippos dan Demokritos. Ajaran
aliran filsafat ini ikut berusaha memecahkan masalah yang pernah diajukan
oleh aliran Elea. Aliran ini mengajukan konsep mereka dengan menyatakan
bahwa realitas seluruhnya bukan satu melainkan terdiri dari banyak unsur.
Dalam hal ini berbeda dengan aliran pluralisme maka aliran atomisme
berpendapat bahwa yang banyak itu adalah “atom” (a = tidak, tomos =
terbagi).
6. Aliran Sofis

5
Sofisme berasal dari kata Yunani “sophos” yang berarti cerdik atau
pandai. Tokoh-tokoh kaum sofis adalah Protagoras, Grogias, Hippias,
Prodikos, dan Kritias.

Kesimpulannya, filsafat Pra Socrates adalah filsafat yang dilahirkan karena


kemenangan akal asas atas dongeng atau mite-mite yang diterima dari agama
yang memberitahukan tentang asal muasal segala sesuatu.

2. Mitos dan Demitologisasi Mitologi Yunani 


Mitos atau mite adalah cerita prosa rakyat yang menceritakan kisah masa lalu
(masa lampau), yang mengandung penafsiran tentang alam semesta serta
keberadaan makhluk di dalamnya, dan dianggap benar-benar terjadi oleh yang
mempunya cerita atau penganutnya. Dalam pengertian yang lebih luas, mitos
dapat mengacu kepada cerita tradisional (cerita kuno). Pada umumnya, mitos
menceritakan kejadian alam semesta, dunia dan para makhluk penghuninya,
bentuk topografi, kisah para mahkluk supranatural, dan sebagainya. Mitos bisa
muncul dari catatan peristiwa sejarah yang terlalu dilebih-lebihkan. Mitos
memberikan jawaban atas “keheranan”, “ketakjuban” hati manusia terhadap
semesta yang melingkupi, yang berarti mitos memberikan semacam “jaminan”
bagi kehidupan manusia Yunani kala itu: “Bahwa kehidupan itu ada maknanya,
ada logikanya ada penyelesaiannya. Mitologi dapat juga memiliki arti rangkaian
cerita yang berisi dongeng para dewa-dewi yang dihubungkan dengan peristiwa
alam dan dipercayai secara turun-temurun, Secara garis besar ada 2 jenis mitos
yaitu :
1) mitos kosmogonis yaitu memberi keterangan tentang asal usul alam
semesta itu sendiri. 
2) Mitos kosmologis yaitu memberi keterangan tentang asal usul serta sifat-
sifat kejadian-kejadian dalam alam semesta. Mitologi Yunani
berpengaruh dalam mendorong kelahiran filsafat karena menimbulkan
ketidakpuasan dan berbagai pertanyaan dalam pikiran. Mitologi juga ikut
mewarnai perkembangan ilmu pengetahuan dan kebudayaan di dunia
sampai sekarang.

A. Filsafat lahir dari mitos, tetapi mitos begitu saja bukanlah filsafat. 

Demitologisasi adalah jalan yang mengarah dari mitos menuju ilmu,


melalui sastra dan filsafat. Dalam pengertian modern, mitos adalah keyakinan
yang keliru. Keluar dari mitos, yaitu mempertanyakan keyakinan-keyakinan
kita yang tak tertanyakan dengan harapan mengubahnya menjadi ungkapan
kebenaran yang lebih andal. Pola “mitos, sastra, filsafat, ilmu” diakui sebagai
paparan perkembangan cara pikir manusia pada skala makrokosmik (budaya
manusia), tetapi berjalan juga pada skala mikrokosmik (individu manusia).

6
 
Cara umum terpenting pemaparan tahap-tahap perkembangan
individu adalah mengacu pada “lahir, muda, dewasa, dan tua”.
Perkembangan dari lahir sampai muda bertepatan dengan pembangkitan
benak bawah sadar (unconscious) anak-anak, perkembangan dari muda
sampai dewasa pun memerlukan penajaman kesadaran (consciousness)
secara bertahap, sampai timbul kesadaran khas akan diri sendiri. Orang yang
sadar diri (self conscious) yang perkembangannya tidak terselangi akhirnya
masuk ke suatu tahap baru yang bisa kita sebut super sadar (super
consciuos). Setiap tahap ini bisa juga berkolerasi dengan daya benak insani
tertentu. Imajinasi merupakan daya yang mengatur tahun-tahun pertama
kehidupan kita, laksana mitos yang mengatur pemikiran orang-orang yang
hidup di budaya primitif. Perbedaan fantasi dan realitas tidak berbeda dalam
benak anak-anak sejati. Pada remaja, daya ini diambil alih oleh gelora jiwa
(passion), dengan berubahnya raga pada masa pubertas, benak pun
mengubah cara mengadaptasi alam.

Para filsuf biasanya dikenal bukan karena gelora jiwa mereka, ini
karena daya yang cocok dengan budi-budi dewasa adalah pemahaman. Bila
berkembang sepenuhnya, menjadi daya penimbangan. Tugas para ilmuwan
adalah melampaui sudut pandang mereka sendiri dengan tujuan
menimbang-nimbang bagaimana alam pada kenyataanya. Mitos
menggunakan imajinasi untuk mengungkap keyakinan. Sastra memakai
gelora jiwa untuk mengungkap keindahan. Filsafat memanfaatkan
pemahaman untuk mengungkap kebenaran, sedangkan ilmu menerapkan
penimbangan untuk mengungkap pengetahuan. Penerapan logika secara
tepat diperlukan supaya demitologisasi berlangsung. Kata “logika” berasal
dari kata Yunani logos, yang bermakna “kata” yang meliputi kata yang
terucap (pidato), kata yang tertulis (buku), dan kata yang terpikir (akal). Kata
logos kadang-kadang juga dipakai untuk menunjuk sesuatu yang bisa disebut
makna yang tersembunyi di dalam mitos. Para filsuf berupaya memahami
logos dengan cara sedemikian rupa untuk memisahkan kebenaran dari
khayalan. 
Ilmuwan melalaikan logos sepenuhnya dalam penelusuran fakta-fakta
konkret yang bisa dikelola. Pelalaian ini merupakan sumber masalah
kenirmaknawian atau keterasingan modern. Proses pergeseran dari
pengalaman logos yang mendalam ke suatu keadaan yang melupakan
kehadirannya merupakan proses demitologisasi. Pelalaian logos merupakan
malapetaka bagi umat manusia. Namun dalam pengertian lain, pelalaian
merupakan syarat perlu supaya timbul pengetahuan. Sains mensyaratkan
bahwa kita melupakan logos yang tersembunyi karena pengetahuan faktual
hanya mengakui hal-hal yang terungkap secara terbuka. Para pelaku

7
demitologisasi yang paling awal di Yunani Kuno ialah para filsuf yang hidup
pada jangka waktu antara Thales dan Aristoteles. Para filsuf itu diacu sebagai
filsuf-filsuf “prasokrates”, salah satu kepedulian utama filsuf “prasokrates”
adalah memerikan hakikat “realitas puncak”. Ada empat filsuf yang
istimewa, masing-masing berkenaan dengan salah satuu dari empat “anasir”
tradisional (sesuatu yang menyerupainya) karena betul-betul merupakan
realitas puncak. Thales berpendapat bahwa segala sesuatu pada akhirnya bisa
direduksikan ke air. Anaximenes (kira-kira 585- 528 SM) membantah dengan
mengklaim bahwa anasir yang paling dasar itu sebenarnya udara. Heraklitus
(karyanya muncul kira-kira 500-480 SM), yang memiliki gagasan menarik
mengenai logika lawanan, menyarankan agar api merupakan anasir yang
paling tepat untuk memaparkan kompleks bangunan metafisis dasar.
Demokritus (kirakira 460- 371 SM) membela kondisi “atomisme” terawal,
yang memandang anasir dasar sebagai “yang ada” (being) atau “apa itu”
(what is) saja atau disebut bumi. Anaximender (kira-kira 610-546 SM)
berpendapat bahwa di antara empat anasir tersebut tidak ada yang bias
diakui dengan tepat sebagai unsur dasar, karena 4 anasir itu saling
berlawanan. Empedokles (kira-kira 495-435 SM) yang mengakui keempat
anasir tersebut sebagai realitas-realitas dasar, yang menjelaskan
keseimbangannya karena dianut bersama-sama dengan daya yang
berlawanan antar “cinta” (philia) dan “cekcok” (neikos). 
B. Penemuan “ARKHE”
Filsafat Arche Istilah "arche" adalah kata Yunani kuno yang berarti
awal, asal, penyebab pertama, tempat pertama atau kekuatan, kedaulatan,
kekuasaan, perintah dan sebagainya. Itu adalah tema penting bagi para filsuf
Yunani kuno apa arche itu. Filsuf pertama di dunia biasanya dianggap Thales
of Miletus. Karena dia tidak meninggalkan tulisan, kita tidak dapat
mengetahui rincian teorinya, tetapi menurut laporan orang-orang
sezamannya dia pastilah filsuf yang mencoba menjelaskan secara rasional air
adalah arche dari kosmos. Dengan demikian filsafat dimulai sebagai filosofi
awal. 
1. Thales (640 – 550 SM) 
Sesungguhnya waktu hidup Thales tidaklah diketahui, kita hanya
mengetahuinya dari banyak pengulasnya. Ia awalnya merupakan seorang
insinyur yang melayani keluarga raja Miletos, dan juga aktif dalam
perniagaan di sana. Pada usia paruh baya, ia berkelana ke Mesir dengan niat
untuk berdagang, akan tetapi ia malah mempelajari astronomi, dan geometri
di sana, sehingga akhirnya ia memutuskan untuk berhenti menjadi pedagang,
dan mengabdikan hidupnya untuk filsafat, dan matematika. Ia merupakan
pendiri Mazhab Milesian. Banyak kisah yang dituturkan oleh Aristoteles
terkait kelihaian bisnis sebelum ia memutuskan menjadi filsuf. Contohnya,
monopolinya pada kilang minyak zaitun, dan kemampuannya merekayasa
aliran Sungai Halys dengan membangun tanggul. Ia juga dikenal sebagai
seorang yang mampu menghitung jarak kapal yang berlayar ke laut. Ia
menjadi terkenal setelah mampu memprediksikan gerhana matahari pada

8
tahun 585 SM. Bagi Thales, yang menjadi arkhe (prinsip vital yang dapat
menjelaskan semesta) adalah air, sebagai hasil permenungannya akan sesuatu
yang dapat menyatukan keseluruhan. Pencarian Thales akan suatu keutuhan
bukanlah hal baru, akan tetapi gagasannya tentang materi yang dapat
mencakup keseluruhan merupakan gagasan orsinal. Ia juga memiliki gagasan
yang agak ganjil, yang mengatakan, bahwa bumi mengapung di atas air
(yang sekali lagi, diperolehnya dari bangsa Mesir). Menurutnya, air
merupakan materi yang dapat dijumpai dalam beragam bentuk, dan mampu
mentransformasikan diri, dan berdiferensiasi menjadi segala macam bentuk
yang dapat dijumpai di alam material. Kita tidak mengetahui detail hipotesis
ini dalam penjelasan praksisnya. 
2. Anaximandros (610 – 546 SM) 
Seperti halnya Thales, Anaximandros juga seorang ilmuwan berbakat,
dengan keahlian utama pada astronomi, dan kartografi. Ia merupakan orang
Yunani pertama yang membuat peta bumi, dan orang Yunani pertama yang
mempersiapkan peta bintang. Ia juga membangun gagasan tentang koordinat
benda langit, dengan bumi berbentuk silinder di bagian tengahnya, dan
lingkaran konsentris langit di luarnya, sehingga ia membangun model
semesta darinya. Bumi tetap diam pada bagian tengahnya, karena ia
menganggapnya sebagai pusat simetri, ia nampaknya berpendapat, bahwa
terdapat kesetimbangan gaya pada titik tengah ini. Anaximandros menulis
sebuah buku yang menerangkan gagasan – gagasan astronomi, dan
filsafatnya. Menurut Anaximandros, yang menjadi arkhe adalah apa yang
disebutnya sebagai, apeiron. Apeiron bersifat abadi, tak terbatas, dan tak
dapat dilihat. Ia berpendapat, bahwa segala hal berasal dari apeiron., dan
berproses dalam jalinan rumit dalam dua prinsip, yaitu panas/dingin, dan
kering/basah. Apeiron berproses dalam ‘dialektika materiil’ tanpa henti,
hingga menghasilkan dunia seperti yang tampak saat ini. Gagasan
Anaximandros tentang apeiron ini cukup menarik, karena ia mengungkapkan
konsep arkhe yang berbeda dibandingkan filsuf sezamannya. Ia menganggap,
bahwa dunia tampak, itu bersifat fana, dan transien. Segalanya mengalir, dan
berubah, kecuali apeiron sendiri. 
3. Anaximenes (585 – 525 SM) 
Kita hanya mengetahui sedikit tentang kehidupan Anaximenes.
Filsafatnya merupakan bantahan terhadap pemikiran Thales. Ia berpendapat
udaralah yang merupakan arkhe, alih – alih air sebagai prinsip pertama.
Segala hal berasal dari udara, yang terbentuk melalui proses kompresi;
transformasi; dan pengudaraan kembali (rarefraction). Seluruh transformasi
ini terjadi akibat panas/dingin, dan kering/basah. Berbeda dengan
Anaximandros, Anaximenes berpendapat, bahwa pemanasan/pendinginan
bukanlah ‘gejala’ dari arkhe, melainkan hanya sekedar agen perubahan saja.
Seperti juga pada Anaximandros, ia juga membangun teori penciptaan surga,
dan dunia berdasarkan gagasannya, bahwa yang utama adalah udara.
Kontribusi utama filsuf – filsuf Milesian adalah memperkenalkan gagasan
tentang arkhe yang membentuk semesta. Gagasan ini merupakan suatu
langkah besar ketimbang kosmogoni yang dianut oleh bangsa Yunani
sebelumnya. Para filsuf Milesian membuat ide – ide kosmologis menjadi lebih
manusiawi. Gagasan tentang arkhe ini, nantinya mempengaruhi filsuf – filsuf

9
setelahnya tentang gagasan mengenai substansi. Pemikiran Anaximandros
tentang apeiron juga sangat menarik, hingga menjadi perdebatan filsuf –
filsuf setelahnya tentang gagasan ‘kemenjadian’. Mungkin, dari sudut
pandang manusia moderen seperti kita, adalah bahwa filsuf – filsuf Milesian
mengajukan suatu proposisi empiris dalam menjelaskan semesta. Pemikiran
ini dapat dikatakan sebagai penghipotesaan tentang semesta dalam
pandangan pra – ilmiah. 
3. Asal muasal Alam 
Proses Terbentuknya Alam Semesta Menurut Sains Modern Pertanyaan
tentang awal mula alam semesta telah lama diperbincangkan. Sampai hari inipun
belum ada satupun teori penciptaan alam semesta yang dapat diterima secara
bulat oleh para ilmuwan dikarenakan keterbatasan akal manusia tidak bisa
menjangkau luasnya jagad raya. Sebab penginderaan, penemuan masalah,
penyusunan hipotesis, eksperimen, dan teori yang merupakan urutan langkah
dan prosedur ilmiah yang lazim, harus diakui belum bisa mengakomodir
kebutuhan manusia untuk bisa memahami dunia ini. Berikut adalah teori-teori
tentang asal mula alam semesta. 
a. Teori keadaan tetap (Steady-state theory) 
Teori ini berdasarkan prinsip kosmologi sempurna yang menyatakan
bahwa alam semesta dimanapun dan bilamanapun selalu sama. Berdasarkan
prinsip tersebut alam semesta terjadi pada suatu saat teretentu yang telah lalu
dan segala sesuatu di alam semesta selalu tetap sama walupun galaksi saling
bergerak menjauhi satu sama lain. Teori ini ditunjang oleh kenyataan bahwa
galaksi baru mempunyai jumlah yang sebanding dengan galaksi lama. Denga
demikian teori ini beranggapan bahwa alam semesta itu tidak terhingga
besarnya dan tidak terhingga tuanya (tanpa awal dan tanpa akhir). 
b. Teori dentuman besar (big-bang theoru) 
Teori ini dikembangkan oleh George Lematitre. Menurut teori ini,
pada mulanya alam semesta berupa sebuah “primeval atom” yang berisi
semua materi dalam keadaan yang sangat padat. Suatu ketika, atom ini
meledak dan seluruh materinya terlempar ke ruang alam semesta. Sejak situ,
dimulailah ekspansi yang berlangsung ribuan juta tahun dan akan terus
berlangsung jutaan tahun lagi. Timbul dua gaya yang saling bertentangan,
yang satu disebut gaya gravitasi, dan lainnya dinamakan repulsi kosmis. Dari
kedua gaya tersebut, gaya kosmis lebih dominan sehingga alam semesta
masih terus akan ekspansi. Pada suatu saat nanti, ekspansi tersebut pasti akan
berakhir. 
c. Teori Nebular 
Hipotesis ini dikemukakan pertama kali oleh Laplace pada tahun 1796.
Ia yakin bahwa sistem tata surya terbentuk dari kondensasi awan panas atau
kabut gas yang sangat panas. Pada proses kondensasi tersebut ada sebagian
yang terpisah dan merupakan cincin yang mengelilingi pusat. Bagian yang
mengelilingi pusat itu dengan cara yang sama berkondensasi membentuk
suatu formula yang serupa dengan terbentukya matahari tadi. Setelah
mendingin benda-benda ini akan menjadi planet-planet seperti Bumi dengan
benda-benda yang mengelilinginya berupa sateliti atau bulan. Dapat
dibayangkan bahwa berdasarkan teori ini, planet Saturnus yang dikelilingi
ileh cincin Saturnus itulah merupakan bakal satelitnya. Salah satu keberatan

10
dari hipotesis ini adalah ditemukannya dua biah bulan pada Jupiter dan
sebuah bulan diSaturnus yang berputar berlawanan arah dengan rotasi
planet-planet tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa satelit tersebut bukan
merupakan bagian dari planetnya sesuai dengan hipotesis Laplace.
d. Teori Planettesimal 
Dikemukakan pertama kali oleh Chamberlin dan Moulton.Hipotesis ini
bertitik tolak dari pemikiran yang sama dengan teori nebular yaitu bahwa
sistem tata surya ini terbentuknya dari kabut gas yang sangat besar yang
berkondensasi. Perbedaannya adalah terletak pada asumsu bahwa
terbentuknya plante-planet itu tidak harus dari satu badan tetapi
diasumsikan ada bintang besar lain yang kebetulan sedang lewat dekat
bintang dimana tata surya kita merupakan bagiannya. Kabut gas dari bintang
lain itu sebagaian terpengaruh ileh daya tarik kita dengan setelah mendingin
terbentuklah benda-benda yang disebut planettesimal. Planettesimal
merupakan benda-benda kecil yang padat. Karena daya tarik menarik antar
benda itu sendiri, benda-benda kecil tersebut akan bergumpal menjadi besar
dan menjadi panas. Hal ini disebabkan oleh tekanan akibat akumulasi dari
massanya. Teori ini daptat menjawab pertanyaan mengapa ada satelit-satelit
pada Jupiter maupun pada Saturnus yang mempunyai orbit berlawanan
dengan rotasi planet-planet itu. 
e. Teori Tidal atau Teori Pasang Surut 
Teori ini diungkapkan pertama kali oleh James Jeans dan Harold
Jeffreys pada tahun 1919. Menurut teori ini planet itu merupakan percikan
dari Matahari yaitu seperti percikan matahari yang sampai kini masih
nampak ada. Percikan tersebut disebut “tidal”. Tidal yang besar yang
kemudian akan menjadi planet itu disebabkan karena adanya dua buah
matahari yang bergerak saling mendekat. Peristiwa ini tentu arang sekali
terjadi namun bila ada dua buah bintang yang bergerak mendekat satu
dengan yang lain maka akan terbentuklah planet-planet baru seperti teori
tersebut di atas. 
f. Teori Bintang Kembar 
Menurut teori ini, kemungkinan dahulu matahari merupakan
sepasang bintang kembar. Oleh karena sesuatu sebab, salah satu bintang
meledak dan oleh gaya tarik gravitasi bintang yang satunya (Matahari yang
sekarang), pecahan tersebut tetap berada di sekitar dan beredar
mengelilinginya. 
g. Teori Creatio Continua
Teori ini dikemukakan oleh Fred Hoyle, Bendi, dan Gold. Menurut
teori cratio continua atau continuous creation, saat diciptakan, alam semesta
ini tidak ada. Alam semesta ini selamanya ada dan akan tetap ada, atau
dengan kata lain alam semesta ini tidak pernah bermula dan tidak akan
berakhir. Pada setiap saat, ada partikel yang dilahirkan dan ada yang lenyap.
Partikel-partikel tersebut kemudian mengembun menjadi kabut-kabut spiral
dengan bintang-bintang dan jasad-jasad alam semesta. Karena partikel yang
dilahirkan lebih besar daripada yang lenyap, maka jumlah materi semakin
bertambah dan mengakibatkan pemuaian alam semesta. Pengembangan ini
akan mencapai titik batas kritik pada 10 miliar tahun lagi. Namun, dalam
waktu 10 miliar tahun ini akan dihasilkan kabut-kabut baru. Menurut teori

11
ini, 90% materi alam semesta adalah hidrogen. Dari hidrogen ini akan
terbentuk hedium dan zat-zat lainnya. 
h. Teori G.P. Kiper 
Pada tahun 1950 G.P, Kuiper mengajukan teori berdasarkan keadaan
yang ditemui di luar tata surya dan menyarakan penyempurnaan atas teori-
teori yang telah dikemukakan yang mengandaikan bahwa Matahari serta
semua planet yang berasal dari gas purba yang ada di ruang angkasa. Pada
saat ini, terdapat banyak kabut gas dan diantara kabut terlihat dalam proses
melahirkan bintang. 
i. Teori Ekspansi dan Kontraksi 
Teori ini berlandaskan pikiran bahwa ada suatu siklus dan alam
semesta, yaitu “masa ekspansi”dan “masa kontraksi” diduga bahwa siklus ini
berlangsung dalam waktu 30.000 juta tahun. Usaha para ilmuwan itu
hanyalah sekadar menguji hipotesis. Setelah teruji, teori itu masih mungkin
diperbaiki dengan teori yang lebih akurat. Namun demikian teori-teori
tersebut di atas masih diyakini orang sampai sekarang. 

KESIMPULAN

Perkembangan Ilmu Pengetahuan Di Yunani Abad 5 SM adanya sifat


agama yang tidak mengenal ajaran Tuhan yang ditetapkan sebagai akidah.
Kemudian keadaan geografis negara tersebut yang mengarah pada perdagangan
dan perauntauan sehingga bangsa Yunani sempat bertemu dan bertukar fikiran
dengan bangsa-bangsa lain. Dan bentuk negaranya yaitu Republik-Demokrasi
sehingga rakyat memerintah dengan tanggung jawabnya sendiri.

Tokoh-tokoh filsuf yang memegang peranan besar atas berkembangnya ilmu


pengetahuan di Yunani diantaranya; Thales, Anaximander, Anaximenes,
Heraklitus, Parmanides, Pytagoras, Hippocrates, Socrates, Plato, Aristoteles,
Empledokles.
Perkembangan ilmu sesungguhnya tidak bisa dilepaskan dari rasa
keingintahuan yang besar diiringi dengan usaha-usaha yang sungguh-sungguh
melalui penalaran, percobaan, penyempurnaan, dan berani mengambil resiko
tinggi sehingga menghasilkan penemuan-penemuan yang bermanfaat bagi suatu
generasi dan menjadi acuan pertimbangan bagi generasi selanjutnya untuk
mengoreksi, menyempurnakan, mengembangkan, dan menemukan penemuan
selanjutnya. Faktor-faktor inilah yang kemudian menjadi spirit dan motivasi bagi
pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi. Dampak positifnya
adalah dapat semakin mempermudah dan memberikan kenyamanan dalam
kehidupan manusia, sementara dampak negatifnya adalah dapat menghancurkan
tatanan kehidupan manusia itu sendiri.

12
13

Anda mungkin juga menyukai