Anda di halaman 1dari 25

1.

Pancasila sebagai Paradigma di berbagai Bidang

1.1 Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan

Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan adalah sistem nilai acuan, kerangka-acuan


berpikir, pola-acuan berpikir atau jelasnya sebagai sistem nilai yang dijadikan sebagai kerangka
landasan, kerangka cara, dan sekaligus sebagai kerangka dalam menentukan arah/tujan bagi yang
menyandangnya.1 Istilah Paradigma awalnya dipakai dalam filsafat Ilmu Pengetahuan. Menurut
Thomas Kuhn, sebagai orang yang pertama kali mengemukakan istilah tersebut yang menyatakan
bahwa ilmu di waktu tertentu didominasi oleh suatu paradigma.

Paradigma adalah pandangan mendasar dari para ilmuwan atas pokok persoalan suatu
cabang ilmu pengetahuan. Tidak hanya dalam bidang ilmu pengetahuan, Paradigma berkembang
dan sering digunakan dalam bidang politik, hukum, sosial, dan ekonomi. Lalu paradigma
berkembang dengan pengertian sebagai kerangka pikir, kerangka bertindak, acuan, orientasi,
sumber, tolok ukur, parameter, arah dan tujuan. Hal dijadikan paradigma berarti sesuatu itu
dijadikan sebagai kerangka acuan, tolok ukur, parameter, arah, dan tujuan dari sebuah kegiatan.

Dapat dikatakan bahwa paradigma berada pada posisi tinggi dan melaksanakan segala hal
dalam kehidupan manusia. Pancasila sebagai paradigma, artinya nilai-nilai dasar pancasila
secara normatif menjadi dasar, kerangka acuan, dan tolok ukur sebagai segenap aspek
pembangunan nasional yang dijalankan di Indonesia. Hal ini merupakan konsekuensi atas
pengakuan dan penerimaan bangsa Indonesia atas Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi
nasional.

Hal tersebut sesuai dengan kenyataan objektif mengenai Pancasila merupakan dasar negara
Indonesia, Sementara negara merupakan organisasi atau persekutuan hidup manusia, dengan
demikian pancasila sebagai landasan dan tolak ukur dari penyelenggaraan bernegara termasuk
dalam melaksanakan pembangunan.

https://dheameiranin.wordpress.com/silabus/pendidikan-pancasila/pancasila-sebagai-paradigma-pembangunan/
Nilai-nilai dasar Pancasila dikembangkan dari hakikat manusia yang menurut Pancasila
adalah makhluk monopluralis. Ciri-ciri kodrat manusia sebagai makhluk monopluralis adalah
sebagai berikut..
a. Susunan kodrat manusia terdiri dari jiwa dan raga
b. Sifat kodrat manusia sebagai individu sekaligus sosial
c. Kedudukan kodrat manusia sebagai makhluk pribadi dan makhluk tuhan

Jadi, pembangunan nasional merupakan upaya meningkatkan harkat dan martabat manusia
terdiri dari aspek jiaw, raga, pribadi, sosial dan aspek ketuhanan. Secara singkat, pembangunan
nasional merupakan upaya dalam peningkatan manusia secara totalitas.Pembangunan sosial wajib
mengembangkan harkat dan martabat manusia secara keseluruhan. Sehingga pembangunan
dilaksanakan dari berbagai bidang mencakup seluruh aspek kehidupan manusia yaitu sebagai
berikut:

 Bidang Politik
 Bidang Ekonomi
 Bidang Sosial Budaya
 Bidang Pertahanan Keamanan

Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka mencapai masyarakat adil yang


berkemakmuran dan makmur yang berkeadilan. 2Dalam pembukaan UUD 1945 disebutan bahwa
tujuan negara adalah “ melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah
Indonesia,memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kepada kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan social”. Tujuna pertama merupakan manifestasi dari negara hokum formal,
sedangkan tujuan kedua dan ketiga merupakan manifestasi dari pengertian negara hukum
material, yang secara keseluruhan sebagai manifestasi tujuan khusus. Sementara tujuan yang
terakhir adalah perwujudan dari kesadaran suatu bangsa yang hidup di tengah-tengah pergaulan
masyarakat internasional.
2
https://www.gurupendidikan.co.id/pancasila-sebagai-paradigma-pembangunan/
Nilai-nilai dasar yang terkandung dalam sila pancasila dikembangkan atas dasar ontomologis
manusia, baik sebagai makhluk individu atau social. Nilai-nilai Pancasila harus dikembalikan
kepada kondisi objektif masyarakat Indonesia. Maka dari itu,pancasila harus menjadi paradigm
perilaku manusia Indonesia, termasuk dalam pembanguan nasionalnya.

Berdasarkan pemikiran diatas,maka pembangunan nasional sebagai sarana untuk mewujudkan


tujuan nasional harus dikembalikan pada hakitkat manusia yang monopluralis yang memiliki
cirri-ciri yaitu : (1) terdiri dari jiwa dan raga, (2)sebagai makhluk individual dan social,serta (3)
sebagai pribadi dan makhluk Allah.

Sebagai konsekuensi pemikiran diatas, maka pembangunan nasional harus meliputi aspek jiwa
seperti akal, kehendak ;raga (jasmani);pribadi;social; dan ketuhanan yang terkristalisasi dalam
nilai-nilai pancasila. Dengan demikina pancasila dapat dijadikan tolak ukur atau paradigma
pembanguna nasional diberbagai bidang.

Pancasila sebagai paradigma, artinya nilai-nilai dasar pancasila secara normative


menjadi dasar, kerangka acuan, dan tolok ukur segenap aspek pembangunan nasional yang
dijalankan di Indonesia. Hal ini sebagai konsekuensi atas pengakuan dan penerimaan
bangsa Indonesia atas Pancasila sebagai dasar negara dan ideology nasional. Hal ini sesuai
dengan kenyataan objektif bahwa Pancasila adalah dasar negara Indonesia, sedangkan
negara merupakan organisasi atau persekutuan hidup manusia maka tidak berlebihan
apabila pancasila menjadi landasan dan tolok ukur penyelenggaraan bernegara termasuk
dalam melaksanakan pembangunan.

Nilai-nilai dasar Pancasila itu dikembangkan atas dasar hakikat manusia. Hakikat
manusia menurut Pancasila adalah makhluk monopluralis. Kodrat manusia yang
monopluralis tersebut mempunyai ciri-ciri, antara lain: a. susunan kodrat manusia terdiri
atas jiwa dan raga b. sifat kodrat manusia sebagai individu sekaligus social c. kedudukan
kodrat manusia sebagai makhluk pribadi dan makhluk tuhan.

Berdasarkan itu, pembangunan nasional diarahkan sebagai upaya meningkatkan


harkat dan martabat manusia yang meliputi aspek jiwa, raga, pribadi, sosial, dan aspek
ketuhanan. Secara singkat, pembangunan nasional sebagai upaya peningkatan manusia
secara totalitas.

Pembangunan sosial harus mampu mengembangkan harkat dan martabat manusia


secara keseluruhan. Oleh karena itu, pembangunan dilaksanakan di berbagai bidang yang
mencakup seluruh aspek kehidupan manusia. Pembangunan, meliputi bidang politik,
ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan. Pancasila menjadi paradigm dalam
pembangunan politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan.3

1.2 Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan Pendidikan

Pendidikan pada hakikatnya adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan
kemampuan / keahlian dalam kesatuan organis harmonis dinamis, di dalam dan di luar sekolah
dan berlangsung seumur hidup. Mengembangkan kepribadian dan kemampuan / keahlian,
4
menurut Notonegoro ( 1973 ) merupakan sifat dwi tunggal pendidikan nasional.
Pendidikan sebagai bagian dari Ilmu Humaniora memperlihatkan proses yang
terus-menerus mengarah pada kesempurnaan, yang semakin manusiawi. Pendidikan pada
dasarnya ialah pemanusiaan , dan ini membuat hominisasi dan humanisasi. Hominisasi proses
pemanusiaan secara umum, yakni memasukkan manusia dalam lingkup hidup manusiawi secara
minimal. Humanisasi adalah proses yang lebih jauh, kelanjutan hominisasi. Dalam proses ini,
manusia bisa meraih perkembangan yang lebih tinggi, seperti nampak dalam
kemajuan – kemajuan budaya dan ilmu pengetahuan ( Driyakara, 2006 ).
Salah satu agenda pending dalam mengatasi krisis dalam kehidupan bangsa kita adalah
melalui pendidikan karakter, pendidikan nilai, pendidikan ahlak, pendidikan budi pekerti. Dalam
penerapan pendidikan karakter, pendidikan nilai atau pendidikan moral, sebagai mana di
kemukakan oleh D. Purpel & K. Ryan (Esd) dalam Colin J. Marsh ( 1996 ), hendaknya
memperhitungkan baik kemampuan peserta didik untuk berfikir tentang persoalan – persoalan
moral, maupun di mana seorang peserta didik benar – benar bertindak dalam situasi – situasi
yang menyangkut benar dan salah.

3
https://ayoonkq.wordpress.com/2011/05/04/pancasila-sebagai-paradigma-dalam-berbagai-bidang/

4
https://www.academia.edu/26225828/PANCASILA_sebagai_PARADIGMA_PEMBANGUNAN_PENDIDIKAN
Pendidik (guru) adalah vital bagi kemajan dan juga keselamatan bangsa. Guru tidak hanya
menyampaikan idea-idea, tetapi hendaknya menjadi sutu wakil dari suatu cara hidup yang kreatif,
suatu simbol kedamaian dan ketenangan dalam suatu dunia yang di cemaskan dan di aniaya. Ia
menjadi penjaga peradaban dan pelindung kemajuan ( Frederick Mayer, 1963 ). Keteladanan
pendidik adalah suatu keniscayaan yang harus di wujudkan. Perilaku pendidik aka lebih di ikuti
oleh para peserta didik dari pada yang di katakan guru.
Pendidik (guru) yang memiliki ahlak, budi pekerti, karakter yang baik, akan sangat
kondusif dalammewujudkan keberhasilan pendidikan moral, yang muaranya akan mendukung
bagi peserta didik untuk memiliki karakter yang baik. Karakter yang baik mencakup secara
organis harmonis dan dinamis komponen – komponen pengetahuan moral yang baik, perasaan
moral yang baik, dan tindakan moral yang baik. Oleh karena itu, Lickona (1991) daam I Wayan
Koyan (1997) menyatakan bahwa untuk mewujudkan karakter yang baik, memerlukan pendidikan
moral yang komperhensif.
Komponen – komponen karakter yang baik mencakup pengetahuan moral (moral
knowing), perasaan moral (moral feeling) dan tindakan moral (moral action). Untuk pendidikan
anak usia dini pendekatan ini perlu di sesuaikan dengan karakteristik anak, yang dalam
pendidikannya lebih mengedepankan bentuk – bentuk bermain. Denagn bermain anak mengalami
kegembiraan dalam mengekspresikan atau mengaktualisasikan dirinya.
Dan pemerintah bertanggung jawab atas rakyat sebagai wakil mereka untuk mengatur
berbagai hal yang berkaitan dengan kenegaraan. Dalam pancasila sila ke empat yang
berbunyi ”Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia” yang di mana di dalamnya
mengandung makna: Kemakmuran yang merata bagi seluruh rakyat dalam arti dinamis dan
meningkat. Seluruh kekayaan alam dan sebagainya dipergunakan bagi kebahagiaan bersama
menurut potensi masing-masing. Melindungi yang lemah agar kelompok warga masyarakat dapat
bekerja sesuai dengan bidangnya. Yang mana yang di maksud bukan lain merupakan hak yang
sama yang di dapatkan warga negara indonesia yang berkaitan dengan pendidikan, baik dari kota,
desa, maupun pelosok kaya maupun miskin. Mereka mempunyai hak yang sama untuk
mendapatkan pendidikan yang layak agar mereka tidak kalah dengan daerah, wilayah, bahkan
negara tetangga kita.
Pendidikan nasional harus dipersatukan atas dasar Pancasila. Tak seyogyanya bagi
penyelesaian-penyelesaian masalah-masalah pendidikan nasional dipergunakan secara
langsung system-sistem aliran-aliran ajaran, teori, filsafat dan praktek pendidikan berasal
dari luar.5

1.3 Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan Ideologi

Ideologi dapat dibedakan menjadi dua pengertian, yaitu ideologi dalam arti luas dan ideologi
dalam arti sempit. Dalam arti luas, ideologi menunjukan sebagai pedoman hidup di semua segi
kehidupan, baik pribadi maupun umum. Sedangkan dalam arti sempit, menunjukan sebagai
pedoman hidup dalam bidang tertentu, misalnya sebagai ideologi negara. Ideologi negara
merupakan ideologi mayoritas warga negara tentang nilai-nilai dasar negara yang ingin
diwujudkan melalui kehidupan negara itu. pancasila adalah ideologi negara, yaitu gagasan
fundamental mengenai bagaimana hidup bernegara. Sebagai ideologi bangsa Indonefsia, Pancasila
sebagai ikatan budaya (cultural bond) yang berkembang secara alami dalam kehidupan
masyarakat Indonesia, bukan secara paksaan.6

Fungsi Pancasila sebagai ideologi negara, yaitu:

Memperkokoh persatuan bangsa karena bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk.

1) Mengarahkan bangsa Indonesia menuju tujuannya dan menggerakan serta


membimbing bangsa Indonesia dalam melaksanakan pembangunan.
2) Memelihara dan mengembangkan identitas bangsa dan sebagai dorongan dalam
pembentukan karakter bangsa berdasarkan Pancasila.
3) Menjadi standar nilai dalam melakukan kritik mengenai keadaan bangsa dan
negara.

5
https://ayoonkq.wordpress.com/2011/05/04/pancasila-sebagai-paradigma-dalam-berbagai-bidang/

6
https://www.academia.edu/28981540/PANCASILA_SEBAGAI_PARADIGMA_PEMBANGUNAN
Pengembangan Pancasila sebagai ideologi yang memiliki dimensi realitas, idealitas dan
fleksibilitas menghendaki adanya dialog yang tiada henti dengan tantangan-tantangan
masa kini dan masa depan dengan tetap mengacu kepada pencapaian tujuan nasional dan
cita-cita nasional Indonesia.7

1.4 Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan Politik

Manusia Indonesia selaku warga negara harus ditempatkan sebagai subjek atau pelaku
politik bukan sekadar objek politik. Pancasila bertolak dari kodrat manusia maka pembangunan
politik harus dapat meningkatkan harkat dan martabat manusia. Sistem politik Indonesia yang
bertolak dari manusia sebagai subjek harus mampu menempatkan kekuasaan tertinggi pada
rakyat. Kekuasaan adalah dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Sistem politik Indonesia
yang sesuai pancasila sebagai paradigma adalah sistem politik demokrasi bukan otoriter Berdasar
8
hal itu, sistem politik Indonesia harus dikembangkan atas asas kerakyatan (sila IV Pancasila).

Pemahaman untuk implementasinya dapat dilihat secara berurutan-terbalik:

Penerapan dan pelaksanaan keadilan sosial mencakup keadilan politik, budaya, agama, dan
ekonomi dalam kehidupan sehari-hari;

─ Mementingkan kepentingan rakyat (demokrasi) bilamana dalam pengambilan keputusan;

─ Melaksanakan keadilan sosial dan penentuan prioritas kerakyatan berdasarkan konsep


mempertahankan persatuan Dalam pencapaian tujuan keadilan menggunakan pendekatan
kemanusiaan yang adil dan beradab;

─ Tidak dapat tidak; nilai-nilai keadilan sosial, demokrasi, persatuan, dan kemanusiaan
(keadilan- keberadaban) tersebut bersumber pada nilai Ketuhanan Yang Maha Esa.

Di era globalisasi informasi seperti sekarang ini, implementasi tersebut perlu direkonstruksi
kedalam pewujud dan masyarakat-warga (civil society) yang mencakup masyarakat tradisional
(berbagai asaletnik, agama, dan golongan), masyarakat industrial, dan masyarakat purna

7
https://ayoonkq.wordpress.com/2011/05/04/pancasila-sebagai-paradigma-dalam-berbagai-bidang/

8
https://www.academia.edu/19709330/PANCASILASEBAGAI_PARADIGMA_PEMBANGUNAN_POLITIK
industrial. Dengan demikian, nilai-nilai sosial politik yang dijadikan moral baru masyarakat
informasi adalah:

~ nilai toleransi;

~ nilai transparansi hukum dan kelembagaan;

~ nilai kejujuran dan komitmen (tindakan sesuai dengan kata);

~ bermoral berdasarkan konsensus (Fukuyama dalam Astrid: 2000:3).

Pengembangan selanjutnya adalah sistem politik didasarkan pada asas-asas moral


daripada sila-sila pada pancasila. Oleh karena itu, secara berturut-turut sistem politik
Indonesia dikembangkan atas moral ketuhanan, moral kemanusiaan, moral persatuan,
moral kerakyatan, dan moral keadilan. Perilaku politik, baik dari warga negara maupun
penyelenggara Negara dikembangkan atas dasar moral tersebut sehingga menghasilkan
perilaku politik yang santun dan bermoral. Pancasila sebagai paradigma pengembangan
sosial politik diartikan bahwa Pancasila bersifat sosial-politik bangsa dalam cita-cita
bersama yang ingin diwujudkan dengan menggunakan nilai-nilai dalam Pancasila. 9

1.5 Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan Ekonomi

Sesuai dengan paradigma pancasila dalam pembangunan ekonomi maka sistem dan
pembangunan ekonomi berpijak pada nilai moral daripada pancasila. Secara khusus,sistem
ekonomi harus mendasarkan pada dasar moralitas ketuhanan (sila I Pancasila) dan kemanusiaan
( sila II Pancasila). Hal ini untuk menghindari adanya persaingan bebas. Ekonomi yang
humanistik mendasarkan pada tujuan demi menyejahterakan rakyat luas. Sistem ekonomi tidak
hanya mengejar pertumbuhan , tetapi demi kesejahteraan seluruh bangsa.10

9
https://ayoonkq.wordpress.com/2011/05/04/pancasila-sebagai-paradigma-dalam-berbagai-bidang/

10
https://nofiwahyupujilestari.wordpress.com/2016/11/29/makalah-pancasila-sebagai-paradigma-pembangunan-d
i-bidang-ekonomi/
Tujuan ekonomi adalah memenuhi kebutuhan manusia agar manusia menjadi lebih sejahtera.
Oleh karena itu, kita harus menghindarkan diri dari persaingan bebas dan monopoli yang
berakibat pada penderitaan manusia dan penindasan atas manusia satu dengan lainnya. Negara
kita melangsungkan ekonomi berasas kekeluargaan.

Pancasila sebagai paradigma pengembangan ekonomi lebih mengacu pada Sila Keempat
Pancasila. Sementara pengembangan ekonomi lebih mengacu pada pembangunan Sistem
Ekonomi Indonesia. Dengan demikian menunjuk pada pembangunan Ekonomi Kerakyatan atau
pembangunan Demokrasi Ekonomi atau pembangunan Sistem Ekonomi Indonesia atau Sistem
Ekonomi Pancasila.

Sistem ekonomi harus dikembangkan menjadi sistem dan pembangunan ekonomi yang
bertujuan pada kesejahteraan rakyat secara keseluruhan. Sistem ekonomi yang berdasar
pancasila adalah sistem ekonomi kerakyatan yang berasaskan kekeluargaan. Sistem
ekonomi Indonesia juga tidak dapat dipisahkan dari nilai-nilai moral kemanusiaan.
Pembangunan ekonomi harus mampu menghindarkan diri dari bentuk-bentuk persaingan
bebas, monopoli dan bentuk lainnya yang hanya akan menimbulkan penindasan,
ketidakadilan, penderitaan, dan kesengsaraan warga negara.11

1.6 Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan Sosial Budaya

Pembangunan sosial budaya di Indonesia harus memakai paradigma Pancasila, agar


meningkatkan harkat dan martabat manusia. Sehingga manusia Indonesia akan berbudaya dan
beradab, serta tidak menghasilkan sifat yang biadab, kejam, brutal dan bersifat merusak manusia
satu sama lain maupun hal lainnya. Oleh sebab itu, Pancasila sebagai ilmu pengetahuan akan
berperan untuk pembangunan manusia sehingga meningkatkan derajat kemanusiaannya. Dan
pada akhirnya akan bisa mengembangkan dirinya dari tingkat homo menjadi human sesuai
dengan kehendaknya.12

11
https://ayoonkq.wordpress.com/2011/05/04/pancasila-sebagai-paradigma-dalam-berbagai-bidang/

12
https://guruppkn.com/contoh-pancasila-sebagai-paradigma-pembangunan-sosial-budaya
Berangkat dari keberagaman yang ada di Indonesia, pembangunan sosial budaya harus
memakai paradigma Pancasila sehingga tercapainya rasa persatuan sebagai bangsa akan terwujud.
Sebagai mulanya harus memberi pengakuan terhadap keberadaan budaya dan kehidupan sosial
dari tiap sukunya, tidak dilakukan penyeragaman akan membuat mereka merasa bisa hidup di
Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Sehingga sesuai fungsi toleransi dalam kehidupan berbangsa tidak akan menciptakan
kesenjangan, kecemburuan, diskriminasi dan ketidakadilan sosial. Contoh Pancasila sebagai
paradigma pembangunan yang ada di Indonesia secara garis besar berarti harus bisa
menghormati hak budaya masyarakat komunal yang multikultur sehingga bisa dilibatkan di
samping hak negara untuk mengatur kehidupan berbangsa dan hak asasi individu. Sehingga
semuanya bisa saling bersinergi.

Sila-Sila Pancasila Untuk Pembangunan Sosial Budaya:

Ciri ideologi Pancasila memenuhi kriteria sebagai dasar untuk terus mengembangkan
pembangunan nasional yang berdasar pada kearifan lokal yang ada secara konstektual. Sehingga
bisa dibuat acuan kerangka bersama di setiap daerahnya.

Sila pertama, memperlihatkan bahwa setiap suku mempercayai hadirnya Tuhan Yang Maha
Esa di setiap lini kehidupannya. Sehingga tidak ada yang memiliki paham ateis dalam kehidupan
sehari-harinya. Selain itu dalam kehidupan sosial memberikan ruang untuk setiap suku dalam
beragama akan mempengaruhi pembangunan sosial budaya secara menyeluruh.

Sila kedua, nilai budaya yang dijunjung tinggi oleh segenap suku yang ada di Indonesia
tanpa membedakan asal-usulnya yang berbeda.

Sila ketiga, mencerminkan nilai budaya yang menjadi kepastian tekad masyarakat majemuk
di kepulauan nusantara untuk mempersatukan diri sebagai satu bangsa yang berdaulat.

Sila keempat, merupakan nilai budaya yang luas persebarannya di kalangan masyarakat
majemuk Indonesia untuk melakukan kesepakatan melalui musyawarah. Musyawarah penting
untuk melibatkan contoh partisipasi masyarakat dalam setiap keputusan negara. Sehingga
kepentingan pribadi atau golongan akan kalah dengan kepentingan umum jika menggunakan
cara ini.

Sila kelima, nilai ini menjadi acuan dalam pembangunan sosial untuk membangkitkan
semangat perjuangan bangsa Indonesia dalam memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa, dan ikut serta melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan dalam UUD
1945 yakni berlandaskan kemerdekaan perdamaian abadi dan keadilan sosial.

Pancasila pada hakikatnya bersifat humanistik karena memang pancasila bertolak


dari hakikat dan kedudukan kodrat manusia itu sendiri. Hal ini sebagaimana tertuang
dalam sila Kemanusiaan yang adil dan beradab. Oleh karena itu, pembangunan sosial
budaya harus mampu meningkatkan harkat dan martabat manusia, yaitu menjadi
manusia yang berbudaya dan beradab. Pembangunan sosial budaya yangmenghasilkan
manusia-manusia biadab, kejam, brutal dan bersifat anarkis jelas bertentangan dengan
cita-cita menjadi manusia adil dan beradab. Manusia tidak cukup sebagai manusia secara
fisik, tetapi harus mampu meningkatkan derajat kemanusiaannya. Manusia harus dapat
mengembangkan dirinya dari tingkat homo menjadi human.
Berdasar sila persatuan Indonesia, pembangunan sosial budaya dikembangkan atas
dasar penghargaan terhadap nilai sosial dan budaya-budaya yang beragam si seluruh
wilayah Nusantara menuju pada tercapainya rasa persatuan sebagai bangsa. Perlu ada
pengakuan dan penghargaan terhadap budaya dan kehidupan social berbagai kelompok
bangsa Indonesia sehingga mereka merasa dihargai dan diterima sebagai warga bangsa.
Dengan demikian, pembangunan sosial budaya tidak menciptakan kesenjangan,
kecemburuan, diskriminasi, dan ketidakadilan sosial.13

1.7 Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan Pertahanan Keamanan

Salah satu tujuan nasional menurut Pembukaan UUD 1945 alinea IV adalah melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia. Tugas dan tanggung jawab untuk

13
https://ayoonkq.wordpress.com/2011/05/04/pancasila-sebagai-paradigma-dalam-berbagai-bidang/
mencapai tujuan tersebut berada di tangan penyelenggaraan negara dan rakyat Indonesia
seluruhnya.14

Sistem hankam Indonesia melibatkan seluruh komponen bangsa (sistem hankamrata).


Sistem pembangunan hankam Indonesia disebut sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta
(sistem hankamrata).

Ketentuan pertahanan dan keamanan negara, yaitu :

UUD 1945 pasal 30


Ayat(1)
“Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan
negara”.
Ayat (2)
“Usaha periahanan dan keamanan negara dilaksanakan melalui sistem pertahanan dan keamanan
rakyat semesta oleh TNI dan Polri sebagai kekuatan utama, dan rakyat sebagai kekuatan
pendukung”.

UU No. 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Nasional


Sistem hankamrata adalah sistem pertahanan dan keamanan negara yang bersifat semesta yang
melibatkan seluruh warga negara, wilayah, dan sumber daya nasional lainnya, serta dipersiapkan
secara dini oleh pemerintah dan diselenggarakan secara total, terpadu, terarah, dan berlanjut
untuk menegakkan kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan keselamatan segenap bangsa dari
segala ancaman.
Hakikat pertahanan negara adalah segala upaya pertahanan bersifat semesta yang
penyelenggaraannya didasarkan pada kesadaran atas hak dan kewajiban warga negara serta
keyakinan pada kekuatan sendiri.
Pertahanan negara disusun berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut:

─ demokrasi;

─ HAM;

─ kesejahteraan umum;

14
https://www.pelajaran.co.id/2016/24/penjelasan-pancasila-sebagai-paradigma-pembangungan-terlengkap.html
─ lingkungan hidup;

─ ketentuan hukum nasional, hukum internasional, dan kebiasaan internasional;

─ hidup berdampingan secara damai.

Tujuan pertahanan negara yaitu menjaga dan melindungi kedaulatan negara, keutuhan
wilayah, dan keselamatan segenap bangsa dari segala ancaman.
Fungsi pertahanan negara yaitu mewujudkan dan mempertahankan seluruh wilayah negara
kesatuan Rl sebagai satu kesatuan pertahanan.
Sistem pertahanan negara dalam menghadapi ancaman militer menempatkan TNI sebagai
komponen utama dengan didukung oleh komponen cadangan dan komponen pendukung,
sedangkan dalam menghadapi ancaman non-militer menempatkan lembaga pemerintah di luar
bidang pertahanan sebagai unsur utama, sesuai dengan bentuk dan sifat ancaman yang dihadapi
dengan didukung oleh unsur-unsur lain dari kekuatan negara. Komponen-komponen sistem
pertahanan negara, yaitu :

─ Komponen/unsur utama: TNI dalam menghadapi ancaman militer. dan lembaga


pemerintah di luar bidang pertahanan dalam menghadapi ancaman non-militer.

─ Komponen cadangan, terdiri atas cadangan TNI, warga negara, sumber daya alam (SDA),
sumber daya buatan, dan sarana dan prasarana nasional yang telah disiapkan untuk
dikerahkan melalui mobilisasi guna memperbesar dan memperkuat komponen utama

─ Komponen pendukung, terdiri atas warga negara, sumber daya alam (SDA), sumber daya
buatan, dan sarana dan prasarana nasional yang secara langsung atau tidak langsung dapat
meningkatkan kekuatan dan kemampuan komponen utama dan komponen cadangan.

Pancasila sebagai paradigma pembangunan pertahanan dan keamanan tertuang dalam


UU No. 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara, yang menyatakan bahwa pertahanan
negara bertitik-tolak pada falsafah dan pandangan hidup bangsa untuk menjamin keutuhan
dan tetap tegaknya negara kesatuan Rl yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

Salah satu tujuan bernegara Indonesia adalah melindungi segenap bangsa


Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia. Hal ini mengandung makna bahwa
tugas dan tanggung jawab tidak hanya oleh penyelenggara negara saja, tetapi juga
rakyat Indonesia secara keseluruhan. Atas dasar tersebut, sistem pertahanan dan
keamanan adalah mengikut sertakan seluruh komponen bangsa. Sistem pembangunan
pertahanan dan keamanan Indonesia disebut sistem pertahanan dan keamanan rakyat
semesta (sishankamrata).
Sistem pertahanan yang bersifat semesta melibatkan seluruh warga negara,
wilayah, dan sumber daya nasional lainnya, serta dipersiapkan secara dini oleh
pemerintah dan diselenggarakan secara total terpadu, terarah, dan berlanjut untuk
menegakkan kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan keselamatan segenap bangsa
dari segala ancaman

Penyelenggaraan sistem pertahanan semesta didasarkan pada kesadaran atas hak


dan kewajiban warga negara, serta keyakinan pada kekuatan sendiri.Sistem ini pada
dasarnya sesuai dengan nilai-nilai pancasila, di mana pemerintahan dari rakyat
(individu) memiliki hak dan kewajiban yang sama dalam masalah pertahanan negara
dan bela negara.

Pancasila sebagai paradigm pembangunan pertahanan keamanan telah diterima


bangsa Indonesia sebagaimana tertuang dalam UU No. 3 Tahun 2002 tentang
pertahanan Negara. Dalam undang-undang tersebut dinyatakan bahwa pertahanan
negara bertitik tolak pada falsafah dan pandangan hidup bangsa Indonesia untuk
menjamin keutuhan dan tetap tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

1.8 Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan Ketahanan Sosial

Pembangunan nasional di Indonesia bertujuan pada usaha untuk mencapai beberapa


hal sesuai yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945, yakni dengan upaya menjaga
keutuhan NKRI, melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut
15
menegakkan ketertiban dunia berdasarkan perdamaian abadi dan keadilan sosial.

15
https://guruppkn.com/contoh-pancasila-sebagai-paradigma-ketahanan-sosial
Pembangunan nasional salah satunya terkait ketahanan sosial memegang peranan
penting guna mengamankannya. Seturut itu pembangunan nasional mempunyai nilai
meningkatkan nilai tambah disegala bidang kehidupan.

Sehingga ketahanan sosial harus bisa mengemban nilai tersebut, yang berarti harus
juga bisa memakai Pancasila sebagai paradigmanya. Ketahanan sosial dalam hal
perkembangannya harus menjamin tentang pertahanan dan keamanan. Dalam
kekiniannya, aspek keamanan suatu negara tidak hanya terletak pada fungsi militer, tetapi
keamanan lebih luas dan meliputi berbagai faktor seperti politik, ekonomi, kebudayaan,
dan sebagainya. Berarti akan juga mempengaruhi tentang ketahanan sosial masyarakat
Indonesia. Maka dari itu, beberapa hal di atas menjadi satu kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan, sehingga pelaksanaan contoh Pancasila sebagai paradigma pembangunan
untuk ketahanan sosial akan terwujud dengan cara berikut, yakni :

─ Penegakan hukum dan ketertiban (law and order) akan terjamin dengan baik.

Sosial secara menyeluruh akan terjamin kesejahteraan dan kemakmuran (welfare


and prosperity)

─ Pertahanan negara (deffence of the country) terselenggara sesuai dengan yang


dikehendaki bersama.

─ Keadilan hukum dan sosial (juridical and social justice) terwujud sesuai dengan
nilai kandungan Pancasila.

─ Freedom of the people atau kebebasan rakyat akan terjamin sehingga Indonesia
tidak menjadi negara yang otoriter tetapi menjalankan asas demokrasi dengan
melibatkan contoh partisipasi masyarakat.

Contoh Pancasila Sebagai Paradigma Ketahanan Sosial

Masyarakat Indonesia yang ingin berkembang maka harus dijamin ketahanan dan
keamanannya. Hal ini agar terciptanya masyarakat hukum yang sesuai dengan nilai-nilai
yang terkandung dalam Pancasila. Untuk melihat contoh tentang Pancasila sebagai
paradigma ketahanan sosial adalah sebagai berikut :
Sila pertama dan kedua bisa dilihat dari pemberian negara terhadap jaminan
masyarakat untuk menganut kepercayaannya masing-masing yang tetap berasaskan
Ketuhanan Yang Maha Esa. Maka dari itu kemanusiaan yang adil dan beradab akan juga
tercapai seiring jaminan untuk bebas dalam berekspresi. Sehingga pemberian hak
istimewa terhadap kelompok tertentu tidak terjadi, karena akan menimbulkan rasa tidak
adil dan akan menyebabkan kecemburuan sosial.

Sila ketiga tergambar dari persatuan Indonesia yang menjamin hak dasar persamaan
derajat serta kebebasan kemanusiaan. Sesuai fungsi ciri ideologi Pancasila, negara harus
hadir disaat persatuan terancam, seperti perseteruan antar suku yang tidak berujung
damai.

Sila keempat, pembangunan ketahanan sosial jika menemukan masalah harus


berasaskan pemusyawaratan dan perwakilan. Sehingga jalan keluar yang dipilih
merupakan kesepakatan bersama yang bisa diikuti secara menyeluruh. Hal itu terjadi,
tidak akan tercipta ketimpangan dalam bermasyarakat.

Sila kelima tergambar jelas pemberian negara yang adil sehingga tercipta keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Sehingga masyarakat bisa keadilan hidup diterima
oleh masyarakat dari semua lapisan karena implementasi Pancasila dalam kehidupan
sehari-hari terwujud. Tidak adanya tebang pilih saat proses peradilan, merupakan kunci
untuk ketahanan sosial tercipta.

Perangkat nilai pada bangsa yang satu berbeda dengan perangkat nilai pada
bangsa lain. Bagi bangsa Indonesia, perangkat nilai itu adalah Pancasila. Kaitan
Pancasila dan ketahanan nasional adalah kaitan antara ide yang mengakui
pluralitas yang membutuhkan kebersamaan dan realitas terintegrasinya pluralitas.

1.9 Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan

Indonesia sebagai negara hukum tidak dijelaskan dalam dimensi formal, melainkan
dalam arti materiil atau lazim dipergunakan terminology Negara Kesejahteraan (Welfare
State) atau “Negara Kemakmuran”. Maka dari itu tujuan yang dicapai harus terwujudnya
masyarakat adil dan makmur baik spiritual maupun materiil berdasarkan Pancasila.
Hukum di Indonesia memiliki karakter mandiri, sedangkan dari perspektif penerapan
konsep dan pola karakter mandiri tersebut juga berlandaskan Pancasila, maka Indonesia
bisa disebut sebagai negara hukum dengan ciri ideologi Pancasila16. Sehingga memiliki
ciri tersendiri yang membedakan, diantaranya :

─ Pancasila memiliki aspek kerukunan karena merancang agar keserasian hubungan


antara pemerintah dan rakyat. Kerukunan dalam hukum Indonesia memiliki dua
makna, pertama positif yang berarti terjalinnya hubungan yang serasi dan harmonis,
sedangkan dalam makna negatif berarti tidak konfrontatif dan tidak saling
bermusuhan. Sehingga terdapat hubungan hukum adat dan Pancasila yang sinergis.

─ Kebebasan beragama harus terjamin, hal ini dikarenakan adanya komitmen yang
diberikan negara kepada masyarakat untuk mengimplementasikan kebebasan dalam
memeluk dan beribadat menurut agamanya tanpa khawatir terhadap ancaman dan
gangguan dari pihak lain.

─ Asas kekeluargaan sebagai bagian fundamental dalam penyelenggaraan pemerintah.


Sehingga hal ini akan memberikan kesempatan kepada rakyat banyak untuk tetap
survive guna meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraannya.

─ Persamaan dan penyelenggaraan pemerintah menjadi hal berikutnya yang dicirikan.


Secara UUD 1945 Pasal 28D memberikan landasan untuk lebih menghargai dan
menghayati prinsip persamaan ini dalam kehidupan negara hukum Pancasila, yakni
pertama setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan kepastian
hukum. Kedua setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan
perlakuan adil. Ketiga setiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang
sama dalam pemerintahan.

Contoh Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan Hukum

Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila sebagai paradigma pembangunan


hukum menempatkannya tidak hanya pengendali sosial saja, melainkan untuk upaya

16
https://guruppkn.com/contoh-pancasila-sebagai-paradigma-pembangunan-hukum
menggerakan masyarakat agar berperilaku sesuai dengan cara baru dalam rangka
mencapai suatu keadaan masyarakat yang dicita-citakan. Hal tersebut dikarenakan
nilai-nilai Pancasila mengandung hubungan hak dan kewajiban seperti berikut ini:

─ Segala pembangunan hukum yang tidak boleh bertentangan dengan prinsip


Ketuhanan yang Maha Esa sehingga menghormati ketertiban hidup beragama, dan
rasa keagamaan.

─ Mampu menghormati nilai Hak Asasi manusia baik hak sipil dan politik, maupun
ekonomi, sosial dan budaya dalam kerangka hubungan antar bangsa.

─ Persatuan nasional yang harus bisa mengedepankan pluralism.

─ Hukum di Indonesia harus menghormati indeks atau “core values of democracy”


sebagai alat audit demokrasi

─ Legal Justice menjadi kerangka keadilan sosial dan dalam hubungan antara bangsa
berupa prinsip-prinsip keadilan dunia.

Pembangunan hukum bukan hanya memperhatikan nilai-nilai filosofis, asas


yang terkandung dalam Negara hukum, tetapi juga mempertimbangkan realitas
penegakan hukum dan kesadaran hukum masyarakat.

1.10 Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan Kehidupan Beragama

Pada saat ini, Indonesia sedang mengalami kemunduran ke arah kehidupan

beragama yang tidak berkemanusiaan. Pancasila memiliki peran untuk

mengembalikan suasana kehidupan beragama yang penuh perdamaian, saling

menghargai dan menghormati, serta saling mencintai sebagai manusia yang


17
beradab.

Pancasila memberikan dasar nilai yang fundamental bagi umat bangsa

Indonesia untuk hidup secara damai dalam kehidupan beragama di Negara

Indonesia.

Negara memberikan kebebasan kepada warganya untuk memeluk dan

menjalankan agamanya sesuai dengan keyaninan dan kepercayaannya masing –

masing, yang menunjukkan bahwa dalam Negara Indonesia memberikan

kebebasan untuk berkehidupan agama dan menjamin atas demokrasi di bidang

agama karena setiap agama memiliki hak – hak dan dasar masing – masing.

Mengaplikasikan pancasila menjadi paradigma Kehidupan Beragama

─ Setiap warga Negara Indonesia patut percaya dan berkeyakinan untuk memeluk

suatu agama.Dengan adanya kepercayaan dalam memeluk agama, setiap warga Negara

Indonesia memiliki arah hidup agar ketika melakukan sesuatu selalu ingat kepada

Tuhan Yang Maha Esa yang mengakibatkan untuk melakukan kehidupan bernegara

sesuai dengan nilai-nilai agama dan nilai-nilai pancasila.

─ Dalam kehidupan bermasyarakat diharuskan setiap warga Negara Indonesia

mengedepankan nilai toleransi dan saling menghargai antarsesama umat beragama,

tidak satupun membenarkan dan menyalahkan suatu agama.

─ Dengan menerapkan nilai-nilai pancasila dapat dijadikan tolak ukur dalam

melakukan segala aktivitas beribadah dengan hikmad tanpa adanya diskriminasi dari

agama lainnya

17
https://www.academia.edu/34546010/PANCASILA_SEBAGAI_PARADIGMA_UNTUK_MEMBANGUN_KEHIDUPAN_
BERAGAMA
─ Mengandung makna adanya Causa Prima (sebab pertama) yaitu Tuhan Yang Maha

Esa.

─ Negara memberi fasilitas bagi tumbuh kembangnya agama dan dan iman warga

negara dan mediator ketika terjadi konflik agama.

Manusia sebagai makhluk yang ada di dunia ini seperti halnya makhluk lain

diciptakan oleh penciptaannya. Pencipta itu adalah Causa Prima yang mempunyai

hubungan dengan yang diciptakannya. Manusia sebagai makhluk yang dicipta wajib

menjalankan perintah Tuhan dan menjauhi laranganNya. Dalam konteks bernegara,

maka dalam masyarakat yang berdasarkan Pancasila, dengan sendirinya dijamin

kebebasan memeluk agama masing-masing. Sehubungan dengan agama itu perintah

dari Tuhan dan merupakan sesuatu yang harus dilaksanakan oleh manusia sebagai

makhluk yang diciptakan oleh Tuhan, maka untuk menjamin kebebasan tersebut di

dalam alam Pancasila seperti kita alami sekarang ini tidak ada pemaksaan beragama,

atau orang memeluk agama dalam suasana yang bebas, yang mandiri. Oleh karena itu

dalam masyarakat Pancasila dengan sendirinya agama dijamin berkembang dan

tumbuh subur dan konsekuensinya diwajibkan adanya toleransi beragama.

Salah satu prasyarat terwujudnya masyarakat modern yang demokratis adalah


terwujudnya masyarakat yang menghargai kemajemukan masyarakat dan bangsa
serta mewujudkannya sebagai suatu keniscayaan.

1.11 Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan Ilmu dan Teknologi


Pancasila bukan merupakan ideologi yang kaku dan tertutup, namun justru
bersifat reformatif, dinamis, dan antisipatif. Dengan demikian Pancasilan mampu
menyesuaikan dengan perubahan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
(IPTEK) yaitu dengan tetap memperhatikan dinamika aspirasi masyarakat. Kemampuan
ini sesungguhnya tidak berarti Pancasila itu dapat mengubah nilai-nilai dasar yang
terkandung, tetapi lebih menekan pada kemampuan dalam mengartikulasikan suatu nilai
menjadi aktivitas nyata dalam pemecahan masalah yang terjadi (inovasi teknologi
canggih). Kekuatan suatu ideologi itu tergantung pada kualitas dan dimensi yang ada
pada ideologi itu sendiri.18

Dengan memasuki kawasan IPTEK yang diletakan diatas Pancasila sebagai


paradigmanya, perlu dipahami dasar dan arah peranannya, yaitu :

1) Aspek ontologi
Bahwa hakekat IPTEK merupakan aktivitas manusia yang tidak mengenal titik
henti dalam upayanya untuk mencari dan menentukan kebenaran dan
kenyataan.

2) Aspek Epistemologi, bahwa pancasila dengan nilai–nilai yang terkandung


didalamnya dijadikan metode berpikir.

3) Aspek Askiologi, dengan menggunakan nilai-nilai yang terkandung didalam


pancasila sebagai

Sila-sila pancasila yang harus menjadi sistem etika dalam pengembangan IPTEK :

─ Sila ketuhanan yang maha esa mengkomplementasikan ilmu pengetahuan mencipta,


keseimbangan antara rasional dan irasional, antara akal dan kehendak. Berdasarkan
sila ini IPTEK tidak hanya memikirkan apa yang ditemukan dibuktikan dan
diciptakan tetapi juga dipertimbangkan maksud dan akibatnya apakah merugikan
manusia disekitarnya atau tidak. Pengolahan diimbangi dengan melestarikan.

18
http://akhmadrizqysangaji.blogspot.com/2017/09/pancasila-sebagai-paradigma.html
─ Sila kemanusiaan yang adil dan beradab, memberikan dasar-dasar moralitas bahwa
manusia dalam mengembangkan IPTEK harus bersikap beradab karena IPTEK
adalah sebagai hasil budaya manusia yang beradab dan bermoral. Oleh karena itu,
pengembangan Iptek harus didasarkan pada hakikat tujuan demi kesejahteraan umat
manusia. Iptek bukan untuk kesombongan dan keserakahan manusia. Namun, harus
diabdikan demi peningkatan harkat dan martabat manusia.

─ Sila persatuan Indonesia mengkomplementasikan universalitas dan


internasionalisme (kemanusiaan) dalam sila-sila yang lain. Pengembangan IPTEK
hendaknya dapat mengembangkan rasa nasionalisme, kebesaran bangsa serta
keluhuran bangsa sebagai bagian umat manusia di dunia.

─ Sila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan


perwakilan mendasari pengembangan IPTEK secara demokratis, artinya setiap
ilmuan harus memiliki kebebasan untuk mengembangkan IPTEK juga harus
menghormati dan menghargai kebebasan orang lain dan juga memiliki sikap yang
terbuka untuk dikritik dikaji ulang maupun di bandingkan dengan penemuan
lainnya.

─ Sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia mengkomplementasikan


pengembangan IPTEK haruslah menjaga keseimbangan keadilan dalam kehidupan
kemanusiaan yaitu keseimbangan keadilan dalam hubungannnya dengan dirinya
senndiri maupun dengan Tuhannya, manusia dengan manusia, manusia dengan
masyarakat bangsa dan negara, serta manusia dengan alam lingkungannya.

T.Jacob (2000) (dalam internet) berpendapat bahwa Pancasila mengandung


hal-hal yang penting dalam pengembangan iptek, yaitu:

─ Sila Ketuhanan Yang Maha Esa, mengingatkan manusia bahwa ia hanyalah


makhluk Tuhan yang mempunyai keterbatasan seperti makhluk-makhluk lain, baik
yang hidup maupun yang tidak hidup. Ia tidak dapat terlepas dari alam, sedangkan
alam raya dapat berada tanpa manusia.
─ Sila Kemanusiaan yang adil dan beradab, usaha untuk menyejahterakan manusia
haruslah dengan cara-cara yang berprikemanusiaan. Desain, eksperimen, ujicoba
dan penciptaan harus etis dan tidak merugikan uamat manusia zaman sekarang
maupun yang akan datang. Sehingga kita tidak boleh terjerumus mengembangkan
iptek tanpa nilai-nilai perikemanusiaan.

─ Sila Persatuan Indonesia, mengingatkan pada kita untuk mengembangkan iptek


untuk seluruh tanah air dan bangsa. Dimana segi-segi yang khas Indonesia harus
mendapat prioritas untuk dikembangkan secara merata untuk kepentingan seluruh
bangsa, tidak hanya atau terutama untuk kepentingan bangsa lain.

─ Sila Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan


perwakilan, membuka kesempatan yang sama bagi semua warga negara untuk
mengembangkan iptek, dan mengenyam hasilnya, sesuai kemampuan dan keperluan
masing-masing.

─ Sila Keadilan sosial, memperkuat keadilan yang lengkap dalam alokasi dan
perlakuan, dalam pemutusan, pelaksanaan,perolehan hasil dan pemikiran resiko,
dengan memaksimalisasi kelompok-kelompok minimum dalam pemanfaatan
pengembangan teknologi.

Pemahaman pancasila melalui kelima silanya secara universal dapat masuk kedalam
tatanan pembangunan Indonesia melalui perkembangan IPTEK. Pentingnya keselerasan
diantara keduanya menjanjikan hubungan yang harmonis dalam membangun sebuah
negara yang dicita-citakan. Namun, pada kenyataanya sangat sulit untuk
menyeimbangkan keduanya, karena masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang
plural, tidak jarang di antara masyarakat tersebut tidak memiliki etika dalam
menggunakan teknologi. Hal tersebut sangat tergantung kepada tingkah laku manusia.
Tidak setiap tingkah laku itu memberikan jaminan. Hanya tingkah laku tertentu saja
yang dapat menjamin, yaitu tingkah laku yang bertanggung jawab. Artinya, yang
berdasarkan pada prinsip keadilan, yakni melakukan perbuatan sebagai kewajiban atas
hak yang layak bagi seseorang menurut posisi, fungsi dan keberadaannya.
Peraturan perundangan, sebagai salah satu teknik bernegara, harus mampu
menghidupi warganya dalam suasana tenteram damai, dan bahagia karena hal ini
merupakan wujud ketentraman, kedamaian, dan kebahagiaan negara itu sendiri. Dengan
demikian cara-cara pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi seharusnya
berkiblat kepada kelima sila pancasila yang dapat dijadikan pedoman dalam
menjalankan hak dan kewajiban sebagai basis ketenteraman bernegara.

Pengembangan dan penguasaan dalam IPTEK (ilmu pengetahuan dan teknologi)


merupakan salah satu syarat menuju terwujudnya kehidupan masyarakat bangsa yang
maju dan modern. Pengembangan dan penguasaan IPTEK menjadi sangat penting untuk
dikaitkan dengan kehidupan global yang ditandai dengan persaingan. Namun
pengembangna IPTEK bukan semata-mata untuk mengejar kemajuan material
melainkan harus memperhatikan aspek-aspek spiritual, artinya pengembangan IPTEK
harus diarahkan untuk mencapai kebahagiaan lahir dan batin.

Pancasila merupakan satu kesatuan dari sila-sila yang merupakan sumber nilai,
kerangka pikir serta asas moralitas bagi pembangunan IPTEK. Sehingga bangsa yang
memiliki pengembangan hidup pancasila, maka tidak berlebihan apabila pengembangan
IPTEK harus didasarkan atas paradigma pancasila.

Hasil iptek harus dapat dipertanggungjawabkan akibatnya, baik pada masa lalu,
sekarang, maupun masa depan. Oleh karena itu, diperlukan suatu aturan yang mampu
menjadikan pancasila sebagai roh bagi perkembangan iptek di Indonesia.Dalam hal ini
pancasila mampu berperan memberikan beberapa prinsip etis pada iptek sebagai
berikut :

1) Martabat manusia sebagai subjek, tidak boleh diperalat oleh iptek.

2) Harus dihindari kerusakan yang mengancam kemanusiaan

3) Iptek harus sedapat mungkin membantu manusia melepaskan kesulitan-kesulitan


hidupnya

4) Harus dihindari adanya monopoli iptek


5) Harus ada kesamaan pemahaman antara ilmuwan dan agamawan. Bahwa iman
dalam agama harus memancar dalam ilmu dan ilmu menerangi jalan yang telah
ditunjukkan oleh iman. Hal ini sesuai dengan ucapan Einstein, yaitu without
religion is blind, religion science is lame (ilmu tanpa agama adala buta, agama
tanpa ilmu adalah lumpuh).

Pancasila mengandung hal-hal yang penting dalam pengembangan ilmu dan


teknologi. Perkembangan IPTEK dewasa ini dan di masa yang akan datang sangat
cepat, makin menyentuh inti hayati dan materi di satu pihak, serta menggapai
angkasa luas dan luar angkasa di lain pihak, lagi pula memasuki dan
mempengaruhi makin dalam segala aspek kehidupan dan institusi budaya.

Anda mungkin juga menyukai