Oleh :
KELAS B
KELOMPOK 4
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Ransum Untuk Ayam
Pedaging” untuk memenuhi tugas mata kuliah Nutrisi Ternak Unggas. Tidak lupa
kami mengucapkan terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
Selama penyusunan makalah ini, penulis tidak lepas dari bantuan berbagai
pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Penulis ucapkan terimakasih
yang sebesar-besarnya kepada Dr. Denny Rusmana, S.Pt., M. Si., selaku dosen
pengampu mata kuliah yang telah memberikan bimbingan, wawasan, petunjuk dalam
Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan bagi para
makalah agar menjadi lebih baik lagi. Kami menyadari bahwa masih banyak
kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan
Penulis,
I
PENDAHULUAN
yang disediakan bagi hewan ternak untuk memenuhi kebutuhan akan nutrien yang
seimbang dan tepat selama 24 jam meliputi lemak, protein, karbohidrat, vitamin dan
mineral. Pada prinsipnya ransum diberikan untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok,
membentuk sel dan jaringan pada ternak. Pemberian ransum kepada ternak dapat
berpengaruh terhadap efisiensi penggunaan dan hasil produksi dari ternak. Dengan
Ayam merupakan salah satu hewan ternak yang biasa di budidayakan untuk
diambil daging maupun telurnya. Ayam pedaging adalah ayam jenis ras unggulan
yang berasal dari bangsa-bangsa yang memiliki produktivitas tinggi, terutama dalam
memproduksi daging. Salah satu ayam pedanging yang biasa dikembang biakkan di
Indonesia adalah Ayam Broiler dikarenakan tidak memerlukan perlakuan yang sulit
Kandungan ransum untuk ayam pedaging terutama ayam broiler harus sangat
diperhatikan. Hal ini dikarenakan ayam broiler memiliki performa pertumbuhan yang
sangat cepat. Performa tersebut harus di dukung dengan pakan yang berkualitas dan
kandungan nutrisi yang sesuai dengan kebutuhan. Komposisi yang harus diperhatikan
membahas mengenai ransum untuk ayam pedaging secara umum dan diharapkan
dapat menjadi refrensi bagi mahasiswa dalam pembuatan pakan untuk ayam
pedaging.
1.2 Tujuan
(2) Untuk mengetahui kebutuhan protein dan asam amino pada ayam pedaging.
(3) Untuk mengetahui imbangan energi dan protein pada ayam pedaging.
1.3 Kegunaan
mahasiswa terkait dengan ransum ayam pedaging. Selain itu makalah ini dapat
menjadi informasi praktis bagi peternak dalam pengetahuan pengenai pakan ayam
pedaging.
PEMBAHASAN
Pada manajemen pemberian pakannya ayam pedaging atau yang biasa disebut
ayam broiler terbagi menjadi tiga fase yaitu starter, dan finisher. Perbedaan fase
tersebut didasarkan pada perbedaan umur dan bobot badan ayam. Fase starter dimulai
saat ayam berusia 0-21 hari, sedangkan fase finisher pada saat ayam berusia 22-35
hari (Murwani, 2010). Adapun menurut Cobb-Vantrest (2018) menyatakan fase ayam
pedaging terbagi menjadi empat yaitu starter usia (0-8 hari), grower usia (9-18 hari),
finisher I usia (19-28 hari), dan finisher II usia (>29 hari). Hal ini berdampak pada
asam amino, disusun dari atom nitrogen, karbon dan oksigen. Menurut Cobb (2018),
kebutuhan protein kasar untuk ayam fase starter sebesar 21-22%, fase grower sebesar
19-20%, fase finisher I sebesar 18-19%, dan fase finisher II sebesar 17-19%. Protein
pada ternak digunakan untuk membangun dan menyusun jaringan tubuh terutama
otot. Hal ini sesuai dengan pernyataan Winarno (1992), yang menyatakan protein
merupakan zat yang makanan yang sangat penting bagi tubuh dan berfungsi sebagai
zat pembangun dan pengatur dalam tubuh. Terdapat perbedaan kebutuhan protein dari
tiap fase budidaya ayam pedaging dimana semakin tua umur ayam kebutuhan protein
semakin rendah. Hal ini disebabkan karena pada ayam yang masih muda protein
kandungan protein yang lebih tinggi diharapkan didapa performa yang maksimal.
Sedangkan pada ayam dewasa kebutuhan hidup pokoknya lebih sedikit dibandingkan
pada ayam yang lebih muda sehingga protein yang terkandung dalam ransum lebih
sedikit.
Asam amino merupakan unsur penyusun protein yang memiliki dua jenis,
yaitu asam amino esensial dan asam amino non-esensial. Asam amino esensial
merupakan asam amino yang tidak dapat disekresi oleh tubuh sehingga
amino non-esensial merupakan asam amino yang dapat disintesis oleh tubuh sehingga
dengan fase pertumbuhannya. Kebutuhan asam amino dapat dilihat pada tabel 1.
Adapun rasio perbandingan asam amino dapat dilihat pada tabel 2. Rasio tersebut
dikarenakan asam amino lisin merupakan asam amino yang dibutuhkan oleh ayam
Tabel 1. Kebutuhan asam amino dalam ransum yang dapat dicerna oleh ayam
pedaging
Asam Amino Starter (%) Grower (%) Finisher I (%) Finisher II (%)
Lisin 1.22 1.12 1.02 0.97
Metionin 0.46 0.45 0.42 0.40
Met + Cys 0.91 0.85 0.80 0.76
Triptofan 0.20 0.18 0.18 0.17
Treonin 0.83 0.73 0.66 0.63
Arginin 1.28 1.18 1.07 1.02
Valin 0.89 0.85 0.76 0.73
Isoleusin 0.77 0.72 0.67 0.64
Sumber : Cobb (2018)
Tabel 2. Rasio perbandingan asam amino
Asam Amino Starter (%) Grower (%) Finisher I (%) Finisher II (%)
Lisin 100 100 100 100
Metionin 38 40 41 41
Met + Cys 75 76 78 78
Triptofan 16 16 18 18
Treonin 68 65 65 65
Arginin 105 105 105 105
Valin 73 75 75 75
Isoleusin 63 64 65 65
Sumber : Cobb (2018)
Menurut Abun (2006), Asam amino menduduki posisi penting dalam
metabolisme sel. Hampir semua reaksi biokimia dikatalis oleh enzim yang terdiri dari
residu asam amino. Asam amino sangat essensial untuk metabolisme karbohidrat dan
lipid, untuk sintesis jaringan protein. Dengan demikian asam amino merupakan mikro
nutrien pada pakan namun memiliki pengaruh yang besar dalam kebuhan hidup ayam
pedaging. Hal ini disebabkan karena penyusun senyawa penting seperti adrenalin,
choline, asam folic, asam nikotin, vitamin, taurine, garam empedu dan sebagai
dan energi yang terkandung dalam ransum. Pada penyusunan ransum ayam broiler
harus memperlihatkan unsur energi dan proteinnya. Hal ini dikarenakan imbangan
energi dan protein dalam ransum merupakan faktor utama perbaikan tingkat
pertumbuhan broiler. Salah satu faktor penting yang harus diperhatikan dalam
pembuatan ransum unggas adalah kandungan energinya disamping protein sebagai
dewasa umur ayam maka semakin besar energi yang dibutuhkan, namun berbanding
terbalik dengan protein yang dibutuhkan dimana semakin dewasa umur ayam maka
kebutuhan protein semakin rendah. Hal ini disebabkan karena ayam yang dewasa
akan memerlukan banyak energi untuk kebutuhan hidupnya, mengingat ayam dewasa
lebih banyak beraktifitas dibandingkan ayam yang masih muda. Sementara ayam
menunjang pembentukan sel dan jaringan dari pada ayam yang dewasa, mengingat
sel dan jaringan pada ayam dewasa sudah berkembanga secara maksimal.
KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan
(1) Energi yang dibutuhkan ayam pedaging dalam ransum untuk periode starter
3300 kkal/kg.
(2) Protein kasar yang dibutuhkan untuk ayam fase starter sebesar 21-22%, fase
grower sebesar 19-20%, fase finisher I sebesar 18-19%, dan fase finisher II
sebesar 17-19%. Sedangkan asam amino yang umum dibutuhkan yaitu Lisin
(3) Imbangan energi dengan protein pada ransum ayam pedaging berbanding
terbalik pada setiap fase, dimana semakin dewasa umur ayam maka kebutuhan
(4) Manajemen pemberian ransum pada ayam pedaging disesuaikan dengan umur
cara menentukan frekuensi pemberian pakan, kualitas dan kuantitas dari pakan
4.2 Saran
Abun. 2006. Protein dan Asam Amino pada Unggas. Bahan Ajar Mata Kuliah Nutrisi
Ternak Unggas dan Monogastrik Fakultas Peternakan Universitas
Padjadjaran. Sumedang.
Cobb. 2018. Panduan Performan Broiler dan Nutrisi. Diakses dari cobb-
vantress.com pada tanggal 10 Maret 2020 Pukul 00.21 WIB.
Silondae, H., D. Polakitan., 2018. Pengaruh Imbangan Energi dan Protein Serta
Kepadatan Kandang Terhadap Penampilan Ayam Pedaging. Jurnal
Peternakan Indonesia. Balai Teknologi Pengkajian Pertanian Sulawesi Utara.
Minahasa.
Winarno, F. G., 1992. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.