Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH NUTRISI TERNAK UNGGAS

RANSUM UNTUK AYAM PEDAGING

Oleh :
KELAS B
KELOMPOK 4

NUR SYAEFULLAH ISKANDAR 200110170088


AFIFAH NURAININGSIH 200110170099
INA MARLINA 200110170100

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga

kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Ransum Untuk Ayam

Pedaging” untuk memenuhi tugas mata kuliah Nutrisi Ternak Unggas. Tidak lupa

kami mengucapkan terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi

dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.

Selama penyusunan makalah ini, penulis tidak lepas dari bantuan berbagai

pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Penulis ucapkan terimakasih

yang sebesar-besarnya kepada Dr. Denny Rusmana, S.Pt., M. Si., selaku dosen

pengampu mata kuliah yang telah memberikan bimbingan, wawasan, petunjuk dalam

penyelesaian makalah ini.

Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan bagi para

pembaca, untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi

makalah agar menjadi lebih baik lagi. Kami menyadari bahwa masih banyak

kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan

kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah selanjutnya.

Sumedang, Maret 2020

Penulis,
I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ransum merupakan pakan ternak berupa campuran beberapa bahan pakan

yang disediakan bagi hewan ternak untuk memenuhi kebutuhan akan nutrien yang

seimbang dan tepat selama 24 jam meliputi lemak, protein, karbohidrat, vitamin dan

mineral. Pada prinsipnya ransum diberikan untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok,

membentuk sel dan jaringan pada ternak. Pemberian ransum kepada ternak dapat

berpengaruh terhadap efisiensi penggunaan dan hasil produksi dari ternak. Dengan

demikian kandungan nutrisi dalam ransum harus dikondisikan sesuai dengan

kebutuhan dari ternak tersbut.

Ayam merupakan salah satu hewan ternak yang biasa di budidayakan untuk

diambil daging maupun telurnya. Ayam pedaging adalah ayam jenis ras unggulan

yang berasal dari bangsa-bangsa yang memiliki produktivitas tinggi, terutama dalam

memproduksi daging. Salah satu ayam pedanging yang biasa dikembang biakkan di

Indonesia adalah Ayam Broiler dikarenakan tidak memerlukan perlakuan yang sulit

dalam budidayanya dan dapat dipanen dengan waktu yang singkat.

Kandungan ransum untuk ayam pedaging terutama ayam broiler harus sangat

diperhatikan. Hal ini dikarenakan ayam broiler memiliki performa pertumbuhan yang

sangat cepat. Performa tersebut harus di dukung dengan pakan yang berkualitas dan

kandungan nutrisi yang sesuai dengan kebutuhan. Komposisi yang harus diperhatikan

dalam pembuatan ransum untuk unggas diantaranya kandungan energi, protein,


imbangan energi dengan protein, serta manajemen pemberiaan pakan. Makalah ini

membahas mengenai ransum untuk ayam pedaging secara umum dan diharapkan

dapat menjadi refrensi bagi mahasiswa dalam pembuatan pakan untuk ayam

pedaging.

1.2 Tujuan

(1) Untuk mengetahui kebutuhan energi pada ayam pedaging.

(2) Untuk mengetahui kebutuhan protein dan asam amino pada ayam pedaging.

(3) Untuk mengetahui imbangan energi dan protein pada ayam pedaging.

(4) Untuk mengetahui manajemen pemberian pakan untuk ayam pedaging.

1.3 Kegunaan

Diharapkan dengan dibuatnya makalah ini dapat meningkatkan pengetahuan

mahasiswa terkait dengan ransum ayam pedaging. Selain itu makalah ini dapat

menjadi informasi praktis bagi peternak dalam pengetahuan pengenai pakan ayam

pedaging.
PEMBAHASAN

3.1 Protein dan Asam Amino untuk Ayam Pedaging

Pada manajemen pemberian pakannya ayam pedaging atau yang biasa disebut

ayam broiler terbagi menjadi tiga fase yaitu starter, dan finisher. Perbedaan fase

tersebut didasarkan pada perbedaan umur dan bobot badan ayam. Fase starter dimulai

saat ayam berusia 0-21 hari, sedangkan fase finisher pada saat ayam berusia 22-35

hari (Murwani, 2010). Adapun menurut Cobb-Vantrest (2018) menyatakan fase ayam

pedaging terbagi menjadi empat yaitu starter usia (0-8 hari), grower usia (9-18 hari),

finisher I usia (19-28 hari), dan finisher II usia (>29 hari). Hal ini berdampak pada

kebutuhan protein dan asam amino yang dibutuhkan ayam.

Protein merupakan makromolekul atau makro nutrien yang terbentuk dari

asam amino, disusun dari atom nitrogen, karbon dan oksigen. Menurut Cobb (2018),

kebutuhan protein kasar untuk ayam fase starter sebesar 21-22%, fase grower sebesar

19-20%, fase finisher I sebesar 18-19%, dan fase finisher II sebesar 17-19%. Protein

pada ternak digunakan untuk membangun dan menyusun jaringan tubuh terutama

otot. Hal ini sesuai dengan pernyataan Winarno (1992), yang menyatakan protein

merupakan zat yang makanan yang sangat penting bagi tubuh dan berfungsi sebagai

zat pembangun dan pengatur dalam tubuh. Terdapat perbedaan kebutuhan protein dari

tiap fase budidaya ayam pedaging dimana semakin tua umur ayam kebutuhan protein

semakin rendah. Hal ini disebabkan karena pada ayam yang masih muda protein

digunakan untuk memperbanyak jaringan dalam tubuh ayam, sehingga dengan

kandungan protein yang lebih tinggi diharapkan didapa performa yang maksimal.

Sedangkan pada ayam dewasa kebutuhan hidup pokoknya lebih sedikit dibandingkan
pada ayam yang lebih muda sehingga protein yang terkandung dalam ransum lebih

sedikit.

Asam amino merupakan unsur penyusun protein yang memiliki dua jenis,

yaitu asam amino esensial dan asam amino non-esensial. Asam amino esensial

merupakan asam amino yang tidak dapat disekresi oleh tubuh sehingga

keberadaannya harus disumplementasi dari pakan yang diberikan. Sedangkan asam

amino non-esensial merupakan asam amino yang dapat disintesis oleh tubuh sehingga

tidak perlu ditambahkan kedalam pakan.

Kebutuhan asam amino esensial pada ayam pedaging berbeda-beda sesuai

dengan fase pertumbuhannya. Kebutuhan asam amino dapat dilihat pada tabel 1.

Adapun rasio perbandingan asam amino dapat dilihat pada tabel 2. Rasio tersebut

menetapkan lisin sebagai pembanding untuk asam amino esensial lainnya

dikarenakan asam amino lisin merupakan asam amino yang dibutuhkan oleh ayam

dan jumlahnya selalu kurang sehingga perlu disuplementasi.

Tabel 1. Kebutuhan asam amino dalam ransum yang dapat dicerna oleh ayam

pedaging
Asam Amino Starter (%) Grower (%) Finisher I (%) Finisher II (%)
Lisin 1.22 1.12 1.02 0.97
Metionin 0.46 0.45 0.42 0.40
Met + Cys 0.91 0.85 0.80 0.76
Triptofan 0.20 0.18 0.18 0.17
Treonin 0.83 0.73 0.66 0.63
Arginin 1.28 1.18 1.07 1.02
Valin 0.89 0.85 0.76 0.73
Isoleusin 0.77 0.72 0.67 0.64
Sumber : Cobb (2018)
Tabel 2. Rasio perbandingan asam amino
Asam Amino Starter (%) Grower (%) Finisher I (%) Finisher II (%)
Lisin 100 100 100 100
Metionin 38 40 41 41
Met + Cys 75 76 78 78
Triptofan 16 16 18 18
Treonin 68 65 65 65
Arginin 105 105 105 105
Valin 73 75 75 75
Isoleusin 63 64 65 65
Sumber : Cobb (2018)
Menurut Abun (2006), Asam amino menduduki posisi penting dalam

metabolisme sel. Hampir semua reaksi biokimia dikatalis oleh enzim yang terdiri dari

residu asam amino. Asam amino sangat essensial untuk metabolisme karbohidrat dan

lipid, untuk sintesis jaringan protein. Dengan demikian asam amino merupakan mikro

nutrien pada pakan namun memiliki pengaruh yang besar dalam kebuhan hidup ayam

pedaging. Hal ini disebabkan karena penyusun senyawa penting seperti adrenalin,

tyrosin, melanin, hiistamin, pofirin, hemoglobin, pirimidin, purin, asam nukleat,

choline, asam folic, asam nikotin, vitamin, taurine, garam empedu dan sebagai

sumber energi metabolis.

3.2 Imbangan Energi dan Protein untuk Ayam Pedaging

Imbangan energi dan protein adalah perbandingan kesesuian antara protein

dan energi yang terkandung dalam ransum. Pada penyusunan ransum ayam broiler

harus memperlihatkan unsur energi dan proteinnya. Hal ini dikarenakan imbangan

energi dan protein dalam ransum merupakan faktor utama perbaikan tingkat

pertumbuhan broiler. Salah satu faktor penting yang harus diperhatikan dalam
pembuatan ransum unggas adalah kandungan energinya disamping protein sebagai

faktor penting dalam pembuatan jaringan tubuh (Silondae, 2018).

Tabel 3. Imbangan energi dan protein


Imbangan Starter Grower Finisher I Finisher II
Energi 2975 3025 3100 3150
(Kkal/kg)
Protein (%) 21-22 19-20 18-19 17-18
Sumber : Cobb (2018)
Berdasarkan pengamatan pada Tabel 3, dapat disimpulkan bahwa semakin

dewasa umur ayam maka semakin besar energi yang dibutuhkan, namun berbanding

terbalik dengan protein yang dibutuhkan dimana semakin dewasa umur ayam maka

kebutuhan protein semakin rendah. Hal ini disebabkan karena ayam yang dewasa

akan memerlukan banyak energi untuk kebutuhan hidupnya, mengingat ayam dewasa

lebih banyak beraktifitas dibandingkan ayam yang masih muda. Sementara ayam

muda lebih banyak membutuhkan protein dikarenakan protein digunakan untuk

menunjang pembentukan sel dan jaringan dari pada ayam yang dewasa, mengingat

sel dan jaringan pada ayam dewasa sudah berkembanga secara maksimal.
KESIMPULAN

4.1 Kesimpulan

(1) Energi yang dibutuhkan ayam pedaging dalam ransum untuk periode starter

sebesar 2800-3200 kkal/kg sedangkan untuk periode finisher sebesar 2800-

3300 kkal/kg.

(2) Protein kasar yang dibutuhkan untuk ayam fase starter sebesar 21-22%, fase

grower sebesar 19-20%, fase finisher I sebesar 18-19%, dan fase finisher II

sebesar 17-19%. Sedangkan asam amino yang umum dibutuhkan yaitu Lisin

dan Metionin dengan rasio 100 : 38-41.

(3) Imbangan energi dengan protein pada ransum ayam pedaging berbanding

terbalik pada setiap fase, dimana semakin dewasa umur ayam maka kebutuhan

energi semakin besar, sedangkan semakin dewasa ayam maka kebutuhan

protein akan semakin rendah.

(4) Manajemen pemberian ransum pada ayam pedaging disesuaikan dengan umur

ayam dan kondisi lingkungan. Manajemen tersebut dapat dilakukan dengan

cara menentukan frekuensi pemberian pakan, kualitas dan kuantitas dari pakan

itu sendiri yang disesuaikan dengan fase ayam.

4.2 Saran

Melihat dari antusiasme mahasiswa, penulis berharap kepada pihak fakultas

dalam menyelenggarakan kegiatan perkuliahan terdapat pembahasan mengenai studi

kasus dilapangan sehingga mahasiswa dapat lebih terampil dalam menyelesaikan


masalah. Selain itu ruang kuliah yang digunakan dalam kegiatan perkuliahan terlalu

usang membuat kurangnya kenyamanan dalam belajar.


DAFTAR PUSTAKA

Abun. 2006. Protein dan Asam Amino pada Unggas. Bahan Ajar Mata Kuliah Nutrisi
Ternak Unggas dan Monogastrik Fakultas Peternakan Universitas
Padjadjaran. Sumedang.

Cobb. 2018. Panduan Performan Broiler dan Nutrisi. Diakses dari cobb-
vantress.com pada tanggal 10 Maret 2020 Pukul 00.21 WIB.

Silondae, H., D. Polakitan., 2018. Pengaruh Imbangan Energi dan Protein Serta
Kepadatan Kandang Terhadap Penampilan Ayam Pedaging. Jurnal
Peternakan Indonesia. Balai Teknologi Pengkajian Pertanian Sulawesi Utara.
Minahasa.

Winarno, F. G., 1992. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai