Anda di halaman 1dari 11

Nama :Sari Mharani

Arifianti

NIM : 0501203183
Kelas : Eki 6e

Ujian Akhir Semester Ekonomi Politik

Soal & Jawaban


1a. Coba anda sebutkan dan jelaskan tentang: Kesejahteraan dalam perspektif Alquran- Sunnah
dilengkapi dengan dalil-dalilnya.
Adapun kesejahteraan dalam perspektif Al-Qur'an dan Sunnah yaitu sebagai suatu konsep
yang luas dan mencakup berbagai aspek kehidupan manusia, termasuk kesejahteraan
spiritual, fisik, sosial, dan ekonomi. Al-Qur ’ an telah menyinggung indikator kesejahteraan
dalam Surat Quraisy ayat 3-4, “ Maka hendaklah mereka menyembah Tuhan (pemilik) rumah ini
(Ka ’ bah). yang telah memberikan makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan
mengamankan mereka dari rasa takut” berdasarkan ayat di atas, maka kita dapat melihat bahwa
indicator kesejahteraan dalam Al-Qur ’ an tiga, yaitu menyembah Tuhan (pemilik) Ka ’ bah,
menghilangkan lapar dan menghilangkan rasa takut.
Ada beberapa poin penting tentang kesejahteraan dalam perspektif Al-Qur'an dan
Sunnah, beserta dalilnya :
Kesejahteraan Spiritual : Kesejahteraan spiritual yaitu suatu keadaan ketenangan dan
keseimbangan dalam hubungan manusia dengan Allah. Alquran mengajarkan
pentingnya koneksi spiritual dan mengikuti petunjuk Allah. Contoh dalilnya yaitu :
"Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan baginya
jalan keluar (dari kesulitan), dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-
sangkanya." (QS. Ath-Thalaq [65]: 2-3).
Kesejahteraan Fisik : Kesejahteraan fisik yaitu yang mencakup kesehatan tubuh dan
kebutuhan fisik yang mencukupi. Alquran dan Sunnah mendorong untuk menjaga
kesehatan dan menjalani gaya hidup sehat. Contoh dalilnya yaitu :
"Dan janganlah kamu menjadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan janganlah
kamu terlalu longgar (memboros), sehingga kamu menjadi tercela dan dalam keadaan
terhina." (QS. Al-Isra' [17]: 29).
Kesejahteraan Sosial : Kesejahteraan sosial mencakup hubungan harmonis dengan
sesama manusia dan masyarakat. Alquran dan Sunnah mendorong persaudaraan,
keadilan, dan kepedulian sosial. Contoh dalilnya adalah:
"Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah
orang-orang yang beruntung." (QS. Ali Imran [3]: 104).
Kesejahteraan Ekonomi : Kesejahteraan ekonomi melibatkan pemenuhan kebutuhan
material dan pengelolaan sumber daya secara adil. Alquran dan Sunnah mendorong
usaha yang halal, adil, dan berbagi kekayaan dengan orang lain. Contoh dalilnya yaitu :
"Sesungguhnya Allah mencintai hamba yang makan (mendapatkan) rizki dari hasil
usahanya sendiri." (HR. Tirmidzi).

1b. Dalam politik ekonomi Islam kebijakan apa menurut saudara yang harus menjadi perhatian
khusus Negara dalam mensejahterakan masyarakatnya, berikan penjelasan secara
komprehensif.
Menurut saya dalam politik ekonomi Islam, terdapat beberapa kebijakan yang dapat menjadi
perhatian khusus bagi negara dalam mensejahterakan masyarakatnya. Berikut adalah
penjelasan komprehensif tentang beberapa kebijakan tersebut :
1) Kebijakan Pendidikan dan Penelitian: Pendidikan dan penelitian memiliki peran
kunci dalam mensejahterakan masyarakat dan meningkatkan daya saing negara.
Negara perlu berinvestasi dalam sektor pendidikan, mulai dari pendidikan dasar
hingga perguruan tinggi, serta mendukung penelitian dan pengembangan di
berbagai bidang.
2) Kebijakan Pemberdayaan Ekonomi: Negara dalam politik ekonomi. Kebijakan
Pemberdayaan Ekonomi: Negara dalam politik ekonomi Islam perlu
memperhatikan pemberdayaan ekonomi masyarakatnya. Hal ini mencakup
memberikan akses yang adil terhadap peluang ekonomi, pendidikan, pelatihan
keterampilan, dan modal usaha bagi seluruh lapisan masyarakat.
3) Kebijakan Perlindungan Sosial: Negara juga memiliki tanggung jawab untuk
melindungi masyarakatnya, terutama yang rentan terhadap kemiskinan,
pengangguran, atau bencana. Dalam politik ekonomi Islam, negara diharapkan
menjalankan kebijakan perlindungan sosial yang meliputi jaminan sosial, program
bantuan sosial, jaminan kesehatan, jaminan pensiun, dan perlindungan terhadap
kaum dhuafa dan yatim piatu. Hal ini bertujuan untuk menciptakan jaring
pengaman sosial yang kuat bagi masyarakat yang membutuhkan.
4) Kebijakan Pembangunan Infrastruktur: Pembangunan infrastruktur yang baik
menjadi faktor penting dalam mensejahterakan masyarakat. Negara harus
memberikan perhatian khusus pada pembangunan infrastruktur seperti jalan,
jembatan, transportasi, listrik, air bersih, dan telekomunikasi.
5) Kebijakan Redistribusi Kekayaan: Dalam politik ekonomi Islam, terdapat prinsip
adil dalam redistribusi kekayaan. Negara memiliki peran penting untuk
memastikan bahwa kekayaan dan sumber daya alam yang ada di negara tersebut
didistribusikan secara adil kepada seluruh masyarakat. Ini dapat dicapai melalui
kebijakan seperti pemungutan zakat, infak, dan sedekah yang dikelola secara
efektif untuk membantu mereka yang membutuhkan. Pemerintah juga dapat
melalui kebijakan pajak yang adil dan kebijakan pengelolaan aset negara yang
menguntungkan seluruh masyarakat.

2a. Coba saudara sebutkan dan jelaskan perspektif Islam terhadap hutang Negara.
Dalam perspektif Islam, ada beberapa prinsip dan pandangan terkait hutang negara. Berikut
ini adalah beberapa poin penting yang dapat menjelaskan perspektif Islam terhadap hutang
negara :
1) Larangan Riba: Islam melarang praktik riba, yaitu penambahan atau penerimaan
bunga dalam transaksi keuangan. Hutang negara yang melibatkan pembayaran
bunga dianggap bertentangan dengan prinsip ini. Dalam Islam, riba dianggap
sebagai dosa besar dan dapat merusak keadilan dan kestabilan ekonomi.
2) Kewajiban Membayar Hutang: Islam mengajarkan tanggung jawab dalam
membayar hutang. Negara dianggap memiliki tanggung jawab untuk memenuhi
kewajiban pembayaran hutangnya. Ketika negara meminjam uang, Islam
mendorong negara untuk menjaga integritas dalam membayar hutangnya sesuai
dengan perjanjian yang telah ditetapkan.
3) Keadilan dan Kesetaraan: Islam mendorong adanya keadilan dan kesetaraan dalam
transaksi keuangan. Dalam konteks hutang negara, hal ini berarti negara harus
memperhatikan kemampuan untuk membayar hutangnya dan memastikan bahwa
pembayaran hutang tidak memberatkan rakyat secara berlebihan.
4) Kepentingan Publik: Perspektif Islam juga menekankan pentingnya kepentingan
publik dalam mengambil hutang. Negara diharapkan menggunakan hutang dengan
bijaksana untuk memenuhi kebutuhan dan membangun infrastruktur yang
bermanfaat bagi masyarakat. Hutang negara harus digunakan untuk kepentingan
yang adil dan berkelanjutan.
5) Penghindaran Hutang yang Berlebihan: Islam mendorong penghindaran hutang
yang berlebihan, baik bagi individu maupun negara. Hutang yang berlebihan dapat
menyebabkan ketergantungan yang tidak sehat dan mengancam stabilitas keuangan.

2b. Sebutkan indikator-indikator atau ratio hutang luar negeri dan menurut saudara ratio mana yang
cocok untuk Negara Indonesia dan berikan alasannya.
 Debt-to-GDP Ratio (Rasio Hutang terhadap PDB): Indikator ini mengukur besarnya hutang
suatu negara sebagai persentase terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) negara tersebut.
Rasio ini menggambarkan kemampuan negara dalam membayar hutang berdasarkan ukuran
ekonominya. Semakin tinggi rasio ini, semakin besar beban hutang terhadap perekonomian
negara.
 External Debt Service Ratio (Rasio Pelayanan Hutang Luar Negeri): Rasio ini mengukur
kemampuan suatu negara untuk membayar bunga dan pokok hutang luar negeri dari
penerimaan devisa. Rasio ini menunjukkan sejauh mana negara mampu membayar
kewajiban hutangnya tanpa menimbulkan kesulitan keuangan yang serius.

 Debt-to-Export Ratio (Rasio Hutang terhadap Ekspor): Indikator ini mengukur besarnya
hutang suatu negara sebagai persentase terhadap total nilai ekspor negara tersebut. Rasioini
menunjukkan sejauh mana hutang negara tersebut terkait dengan kemampuan negara untuk
menghasilkan pendapatan devisa melalui ekspor. Semakin tinggi rasio ini, semakin besar
risiko ketidakmampuan negara membayar hutangnya jika terjadi penurunan tajam dalam
ekspor.
 Setiap indikator dan rasio memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing, dan pilihan
tergantung pada konteks negara tertentu. Namun, untuk Negara Indonesia, Menurut Saya
rasio yang paling relevan adalah Debt-to-GDP Ratio (Rasio Hutang terhadap PDB) dan
External Debt Service Ratio (Rasio Pelayanan Hutang Luar Negeri).
 Rasio Hutang terhadap PDB memberikan gambaran tentang seberapa besar hutang negara
dalam kaitannya dengan ukuran ekonomi. Saat mempertimbangkan hutang luar negeri,
penting untuk memperhatikan apakah negara tersebut mampu membayar kembali hutang
tersebut dengan memperhitungkan ukuran ekonominya. Dalam kasus Indonesia, tingkat
hutang luar negeri yang berlebihan dapat memberikan tekanan besar pada perekonomian,
terutama jika rasio ini terlalu tinggi.
 Rasio Pelayanan Hutang Luar Negeri juga penting karena menunjukkan kemampuan negara
dalam membayar kewajiban hutangnya. Indonesia perlu memastikan bahwa penerimaan
devisa yang ada mencukupi untuk membayar bunga dan pokok hutang luar negeri tanpa
menimbulkan kesulitan keuangan yang signifikan.
Kedua rasio ini digunakan bersama-sama untuk memberikan gambaran yang lebih lengkap
tentang hutang luar negeri dan risiko keuangan yang terkait. Namun, penting juga untuk
mempertimbangkan faktor-faktor lain seperti kualitas hutang, struktur hutang, kebijakan
moneter, dan stabilitas ekonomi secara keseluruhan untuk mendapatkan pemahaman yang
lebih komprehensif tentang kesehatan keuangan negara Indonesia.

3. Islam melarang Riba dalam segala kegiatan aktifitas ekonomi di sisi lain kebijakan
pemerintah khususnya Indonesia yang sangat aggressif dalam mencari hutang Luar negeri yang
sebahagian besar hutangnya berbasis riba. Menurut saudara bagaimana cara atau kebijakan apa
agar pemerintah Indonesia bisa mendapatkan hutang untuk menutupi defisit anggaran tapi
terbebas dari riba. Berikan contoh dan modelnya maupun akadnya.
 Dalam Islam, praktik riba (bunga) dalam transaksi keuangan diharamkan. Oleh karena itu,
pemerintah Indonesia dapat mencari alternatif yang sesuai dengan prinsip-prinsip syariah
untuk mendapatkan dana yang dibutuhkan untuk menutupi defisit anggaran. Berikut ini
adalah beberapa contoh kebijakan yang dapat diterapkan :
1) Sukuk (Obligasi Syariah): Sukuk adalah instrumen keuangan yang sesuai dengan
prinsip-prinsip syariah. Pemerintah Indonesia dapat menerbitkan sukuk untuk

mendapatkan dana dari investor. Sukuk ini dapat berupa sukuk ritel atau sukuk
korporasi. Dalam konteks ini, pemerintah dapat menerbitkan sukuk untuk
mendapatkan dana dengan mekanisme bagi hasil tanpa melibatkan riba.
2) Pembiayaan Infrastruktur Melalui Kerjasama Investasi dengan Pihak Swasta:
Pemerintah dapat mencari kerjasama investasi dengan pihak swasta, baik dalam
negeri maupun luar negeri, untuk membiayai pembangunan infrastruktur. Melalui
model kerjasama seperti ini, pihak swasta dapat berinvestasi dalam pembangunan
infrastruktur dan mendapatkan imbalan dari pendapatan proyek tersebut. Dalam
hal ini, pemerintah dapat menghindari pembiayaan berbasis riba dan menerapkan
akad-akad yang sesuai dengan prinsip syariah, seperti akad bagi hasil (mudharabah)
atau akad bagi hasil dan modal bersama (musharakah).
3) Dana Zakat dan Infak/Sedekah: Pemerintah juga dapat memanfaatkan dana zakat
dan infak/sedekah yang dikumpulkan untuk mendukung pengentasan kemiskinan,
pembangunan sosial, dan kesejahteraan umum. Dana ini dapat digunakan untuk
membiayai program-program sosial, pendidikan, kesehatan, dan pembangunan
ekonomi. Dengan memanfaatkan dana zakat dan infak/sedekah, pemerintah dapat
mengurangi ketergantungan pada hutang luar negeri berbasis riba.
4) Kerjasama dengan Lembaga Keuangan Syariah: Pemerintah dapat menjalin
kerjasama dengan lembaga keuangan syariah, baik di dalam negeri maupun luar
negeri, untuk mendapatkan pembiayaan yang sesuai dengan prinsip syariah.
Adapun contoh dan modelnya adalah sebagai berikut :
1) Pembiayaan melalui Dana Sosial: Pemerintah Indonesia juga dapat mencari
pendanaan melalui dana sosial, seperti dana zakat, infak, dan sedekah. Pemerintah
dapat mengumpulkan dana ini dari masyarakat, baik melalui lembaga zakat yang
ada atau melalui program-program pemerintah yang mendukung pengumpulan
dana sosial.
2) Sukuk Mudharabah: Pemerintah juga dapat menerbitkan sukuk mudharabah.
Dalam model ini, pemerintah bertindak sebagai pemilik dana (rabbul-mal),
sedangkan investor bertindak sebagai pengelola proyek atau bisnis (mudharib).
Pemerintah menyediakan dana, sedangkan investor bertanggung jawab dalam
mengelola proyek atau bisnis tersebut. Keuntungan yang dihasilkan akan dibagi
sesuai kesepakatan antara pemerintah dan investor.
3) Sukuk Ijarah: Pemerintah Indonesia dapat menerbitkan sukuk ijarah, yang
merupakan salah satu jenis sukuk syariah. Dalam model ini, pemerintah dapat
menjual aset-aset yang dimilikinya kepada investor dengan akad ijarah (sewa).
Investor akan membayar sewa berkala kepada pemerintah sebagai imbalan atas
kepemilikan dan penggunaan aset tersebut. Dana yang diperoleh oleh pemerintah
dari penjualan aset tersebut dapat digunakan untuk menutupi defisit anggaran.

4a. Coba Saudara sebutkan dan jelas perbedaan antara pembangunan ekonomi Kapitalis dan
pembangunan ekonomi menurut Islam.
Perbedaan kapitalis dan pembangunan ekonomi Islam yaitu :
1) Sistem Kepemilikan: Dalam pembangunan ekonomi kapitalis, kepemilikan aset dan
sumber daya ekonomi secara luas diberikan kepada individu dan perusahaan swasta.
Sistem ini mendorong persaingan pasar dan dorongan untuk mencapai keuntungan
pribadi. Sebaliknya, dalam pembangunan ekonomi menurut Islam, kepemilikan dan
penggunaan kekayaan diatur oleh prinsip-prinsip syariah. Kekayaan dianggap sebagai
titipan dari Allah, dan konsep kepemilikan dalam Islam melibatkan tanggung jawab
sosial dan kewajiban untuk berbagi dengan masyarakat yang lebih luas.
2) Bunga (Riba): Dalam pembangunan ekonomi kapitalis, sistem keuangan didasarkan
pada praktik bunga (riba). Bunga digunakan dalam pinjaman, investasi, dan transaksi
keuangan lainnya. Namun, dalam pembangunan ekonomi menurut Islam, riba dianggap
haram. Islam melarang praktik bunga dan mendorong prinsip berbagi risiko dan
keuntungan dalam transaksi ekonomi. Oleh karena itu, sistem keuangan dalam ekonomi
Islam berfokus pada prinsip bagi hasil (profit-sharing) dan instrumen keuangan syariah
seperti mudharabah dan musharakah.
3) Keadilan dan Kesejahteraan Sosial: Dalam pembangunan ekonomi kapitalis, tujuan
utama adalah mencapai pertumbuhan ekonomi dan mencapai keuntungan pribadi yang
maksimal. Fokusnya terutama pada pencapaian hasil ekonomi yang tinggi dan
pembangunan individu. Di sisi lain, dalam pembangunan ekonomi menurut Islam,
terdapat penekanan yang kuat pada keadilan sosial dan kesejahteraan masyarakat secara
keseluruhan. Tujuan utama adalah memenuhi kebutuhan dasar masyarakat, mengurangi
kesenjangan sosial, dan memastikan keadilan dalam distribusi kekayaan.
4) Peran Negara: Dalam pembangunan ekonomi kapitalis, peran negara cenderung lebih
terbatas, dan pemerintah berperan sebagai regulator dan pemegang kebijakan yang
memberikan kerangka hukum dan mengawasi pasar. Dalam pembangunan ekonomi
menurut Islam, negara memiliki peran yang lebih aktif dalam mengatur dan
mengarahkan ekonomi. Negara bertanggung jawab untuk melindungi masyarakat dari
ketidakadilan ekonomi, mempromosikan kesejahteraan sosial, dan menerapkan
kebijakan ekonomi berdasarkan prinsip-prinsip syariah.
5) Etika Bisnis: Dalam pembangunan ekonomi kapitalis, orientasi utama adalah mencapai
keuntungan dan pertumbuhan ekonomi, dengan sedikit penekanan pada etika bisnis. Etika
bisnis sering kali menjadi tanggung jawab individu atau perusahaan. Namun, dalam
pembangunan ekonomi menurut Islam, etika bisnis sangat penting. Islam mendorong praktik
bisnis yang adil, jujur, transparan, dan bertanggung jawab sosial. Prinsip-prinsip seperti

keadilan, kejujuran, dan keberlanjutan merupakan bagian integral dari praktik bisnis dalam
ekonomi Islam.
4b. Menurut saudara kebijakan apa yang harus dilakukan Pemerintah Indonesia jika
menggunakan konsep pembangunan ekonomi berdasarkan Islam. Jelaskan dasar dan
alasannya.
Ada beberapa kebijakan jika Pemerintah Indonesia ingin menerapkan konsep pembangunan
ekonomi berdasarkan Islam, berikut adalah beberapa kebijakan yang dapat dilakukan,
didasarkan pada prinsip-prinsip Islam dan alasan-alasannya :
1) Kebijakan Pemberdayaan Zakat dan Infak/Sedekah: Pemerintah dapat memperkuat
pemberdayaan zakat dan infak/sedekah sebagai sumber pembiayaan untuk
programprogram kesejahteraan sosial dan pembangunan ekonomi. Pemerintah harus
mengelola dana zakat dengan baik, melibatkan lembaga zakat yang terpercaya, dan
memastikan distribusi yang adil dan efektif..
2) Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat: Pemerintah dapat menerapkan kebijakan yang
mendorong pemberdayaan ekonomi masyarakat, terutama yang berada di lapisan
bawah. Hal ini dapat dilakukan melalui program-program pendidikan dan pelatihan
keterampilan, pemberian modal usaha yang terjangkau, serta dukungan dan fasilitas
bagi sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Dengan pemberdayaan
ekonomi masyarakat, pemerintah dapat mengurangi kesenjangan sosial dan
meningkatkan kesejahteraan umum sesuai dengan prinsip keadilan sosial dalam Islam.
3) Pengembangan Infrastruktur dan Pembangunan Ekonomi yang Berkelanjutan:
Pemerintah dapat fokus pada pengembangan infrastruktur yang mendukung
pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Hal ini meliputi pembangunan transportasi,
energi, telekomunikasi, air bersih, dan sanitasi yang memadai. Infrastruktur yang baik
akan mendorong investasi, pertumbuhan ekonomi, dan penciptaan lapangan kerja.
Pemerintah juga harus memastikan bahwa pembangunan
ekonomi dilakukan dengan mempertimbangkan dampak lingkungan dan menjaga
keberlanjutan sumber daya alam, sesuai dengan prinsip amanah dalam Islam.
4) Kebijakan Fiskal dan Pajak yang Adil: Pemerintah harus menerapkan kebijakan fiskal
yang adil dan proporsional, termasuk kebijakan pajak yang berlandaskan prinsip
keadilan. Hal ini berarti memastikan bahwa beban pajak yang ditanggung oleh
masyarakat dipertimbangkan dengan adil, sesuai dengan kemampuan ekonomi mereka.
Pemerintah juga harus mencegah praktik penghindaran pajak yang merugikan
masyarakat secara keseluruhan.
5) Penerapan Prinsip-Prinsip Syariah dalam Sistem Keuangan: Pemerintah dapat
mendorong pengembangan lembaga keuangan syariah yang menyediakan produk dan
layanan yang sesuai dengan prinsip-prinsip syariah. Dengan mengadopsi prinsip
syariah, seperti larangan riba (bunga) dan praktik keuangan yang adil, pemerintah
dapat menciptakan sistem keuangan yang berlandaskan keadilan dan transparansi. Hal
ini akan mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan memastikan
bahwa semua transaksi keuangan dilakukan sesuai dengan ajaran Islam.
Kebijakan-kebijakan ini juga sejalan dengan prinsip-prinsip Islam yang
mengedepankan keadilan sosial, distribusi yang adil, dan pengelolaan sumber daya
dengan bijaksana.Penerapan kebijakan-kebijakan ini bisa saja akan memungkinkan
Pemerintah Indonesia untuk mewujudkan konsep pembangunan ekonomi berdasarkan
Islam, yang berorientasi pada keadilan, keberlanjutan, dan kesejahteraan umum.

..................Selamat bekerja.....................

Anda mungkin juga menyukai