1
Muhammad Djakar, Agama, Etika, dan Ekonomi, (UIN Malang Press: 2007, malang)
1
B. Prinsip-Prinsip Produksi
2
Muslich, Etika Bisnis Islam (Islamic Bussinnes Athics), penerj. Muhammad, cet 1
( Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2004)
Ibid.
2
C. Etika distribusi dalam islam
Dalam usaha untuk memperlancar arus barang atau jasa dari produsen ke
konsumen, maka salah satu faktor penting yang tidak boleh di abaikan adalah
memilih secara tepat saluran distribusinya (chanel of distribution) yang akan di
gunakan dalam rangka usaha penyaluran barang barang atau jasa dari produsen
ke konsumen. Distribusi secara bahasa artinya penyaluran kepada beberapa
orang atau ke beberapa tempat. Adapun secara istilah distribusi adalah
kegiatan ekonomi yang menjembatani kegiatan produksi dan konsumsi.
Distribusi adalah kegiatan penyaluran barang dan jasa dapat sampai ke
tanggan konsumen. Dengan demikian kegunaan dari barang dan jasa akan lebih
meningkat setelah dapat di konsumsi, sehingga pengunaan nya sesuai dengan
yang di perlukan (jenis, jumlah, harga, dan saat di butuhkan).kegiatan distribusi
akan berjalan dengan lancar jika di tunjangi oleh saluran distribusi yang tepat.
3
2. Profil atau keuangan untuk pihak yang menjalankan usaha atau yang
melakukan perdagangan melalui mekanisme mudharabah maupun
musyarakah.3
3. Biaya sewa tanah serta alat produksi lainya.
4.tangung jawab pemerintah terkait dengan peraturan dari kebijakannya.
1. Tujuan dakwah, dalam hal ini dakwah kepada islam dan menyatukan hati
padanya.
2. Tujuan pendidikan,tujuan pendidikan dalam distribusi adalah seperti dalam
surat at-taubah ayat 103 yang bermaksud menjadikan insan yang berakhlak
karimah.
3. Tujuan sosial, memenuhi kebutuhan masyarakat serta keadilan dalam
distribusi sehingga tidak menjadi kerusuhuan dan perkelahian.
4. Tujuan ekonomi, pengembangan harta dan membersihkannya
memberdayakan SDM,kesejahteraan ekonomi dan pengunaa terbaik dalam
menempatkan sesuatu.
3
Siana, Pengertian Distribusi, Fungsi, Tujuan, Jenis, Tugas dan contohnya, diakses pada
tanggal 20 maret 2018 pukul 11.15 WIB dari www.artikelsiana.com.
Ifah Hasifah, Distribusi dalam Ekonomi Islam, diakses pada tanggal 20 maret 2018 pukul 11.30
WIB
4
Adapun etika berdistribusi dalam islam, antara lain:
5
1. Seorang hendaknya memenuhi kebutuhan pribadinya terlebih dahulu, baru
memenuhi kebutuhan keluarga dan kerabat-kerabatnya. Prioritas pemenuhan
jenis ini adalah untuk kebutuhan dilihat dari segi subjek yang
membutuhkan.
2. Seorang konsumen muslim hendaknya memenuhi kebutuhan primer terlebih
dahulu, baru kemudian memnuhi kebutuhan sekunder dan tersier.
Pemenuhan jenis ini ditinjau dari segi urgensi pemenuhan.
Rafiq juga menegaskan pentingnya mendahulukan belanja harta untuk
sebuah proyek yang kekal pahalanya di dunia serta akhirat, seperti wakaf,
karen a pahalanya lebih besar daripada sekedar sedekah. 5
Selain dua poin diatas , Rafiq juga menambahkan prinsip lainnya dalam
aktivitas konsumsi manusia:
1. Tidak boleh memenuhi kebutuhan itu dengan sesuatu yang diharamkan baik
dalam pemenuhan primer, sekunder, dan tersier. Larangan ini diatur tegas
dalam Al-quran berupa larangan melampaui batas.
2. Islam telah mengatur batas ideal dalam konsumsi, serta melarang
berlebihan.
Batasan paling rinci dan sistematis dalam konsumsi juga dapat dilihat dari
pemaparan Arif Pujiyono dalam tulisannya Teori Ekonomi Islam. Prinsip-
prinsip tersebut yaitu:
1. Prinsip syariah
Yaitu menyangkut dasar syariat yang harus terpenuhi dalam melakukan
konsumsi dimana terdiri dari prinsip akidah, ilmu, dan amaliyah.
2. Prinsip kuantitas
Yaitu sesuai dengan batas-batas kuantitas yang telah dijelaskan dalam
syariat Islam, diantaranya sederhana, sesuai antara pemasukan dan
pengeluaran, menabung dan investasi.
5
Ibid.
Muhammad Djakfar, Agama, Etika, dan Ekonomi Wacana Menuju Pengembangan
Ekonomi Rabbaniyah, (Malang: UIN Malang Press,2007).
6
3. Prinsip prioritas
Dimana memperhatikan urutan kepentingan yang harus di prioritaskan agar
tidak terjadi kemudharatan, yaitu kebutuhan primer, sekunder dan tersier.
4. Prinsip sosial
Yaitu memperhatikan sosial di sekitarnya sehingga tercipta keharmonisan
hidup dalam masyarakat, diantaranya kepentingan umat, keteladanan, tidak
membahayakan orang, sesuai dengan kaidah dan potensi sumber daya alam.
Begitulah Islam mengatur konsumsi secara rinci aturan konsumsi melalui
dalil-dalil syari’I. karena bagi seorang muslim tujuan konsumsi bukan
sekedar pemenuhan kebutuhan dan pemuas hidup belaka, melainkan
menjadi sarana ketaatan dan mendekatkan diri kepada Allah Swt 6.
Mengkonsumsi sesuai dengan aturan syariat juga merupakan realisasi sukur
kita atas nikmat yang tersedia. 7
6
Ibid.
7
7
DAFTAR PUSTAKA