Anda di halaman 1dari 8

1.

Memenuhi kebutuhan pribadi secara wajar


Tujuan ini tidak dimaksudkan untuk menumbuhkan sikap self interest,
karena yang menjadi konsep dasarnya adalah pemenuhan kebutuhan secara
wajar, tidak berlebihan tetapi tidak kurang. Pemenuhan keperluan secara
wajar juga tidak berarti produksi hanya untuk mencukupi diri sendiri, lebih
baik jika produksi melebihi keperluan pribadi, sehingga bisa di manfaatkan
oleh orang lain.
2. Memenuhi kebutuhan masyarakat
Tujuan ini berarti bahwa produsen harus proaktif dalam menyediakan
komoditi-komoditi yang menjadi kebutuhan masyarakat, dan terus menerus
berupaya memberikan produk terbaik, sehingga terjadi peningkatan dalam
kuantitas dan kualitas barang yang di hasilkan.
3. Keperluan masa depan
Berorientasi ke masa depan berarti produsen harus terus menerus berupaya
meningkatan kualitas barang yang di hasilkan melalui serangkaian proses
riset dan pengembangan serta berkreasi untuk menciptakan barang-barang
baru yang lebih menarik dan diminati masyarakat.
4. Keperluan generasi yang akan datang
Islam menganjurkan umatnya untuk memperhatikan keperluan generasi
yang akan datang. produksi dilakukan tidak boleh mengunakan
keberlanjutan hidup generasi yang akan datang, pemanfaatan infut di masa
sekarang tidak boleh menyebabkan genersai yang akan datang kesulitan
dalam mengakses sumber tersebut, produksi yang di lakukan saat ini
memiliki kaitan yang erat dengan kemampuan produksi di masa depan.
5. Keperluan social dan infak di jalan allah
Ini merupakan inisiatif utama bagi produsen untuk mengahsilkan tingkat
output yang lebih tinggi, yaitu memnuhi tngung jawab social terhadap
masyarat.1

1
Muhammad Djakar, Agama, Etika, dan Ekonomi, (UIN Malang Press: 2007, malang)

1
B. Prinsip-Prinsip Produksi

Secara lebih rinci, para ahli ekonomi islam menyebutkan aksioma-


aksioma dalam kegiatan produksi yang digali dari AL-Qur’an dan sunnah,
yaitu:

1. Unity(keesaan tuhan/tauhid) integritas vertikal, interaksi sistem sosial yang


bermuara kepada keesaan tuhan. Semua di kembalikan kepada tuhan dan
tanggung jawab manusia itu hanya sebagai pengabdi dan pengemban
amanat tuhan, yaitu memakmurkan bumi. Oleh karena itu, produksi harus
dipahami secara menyeluruh mulai dari proses awal pengadaan bahan baku
(input) sampai kepada produk jadi (output).
2. Equilibrum, keseimbangan (keadilan). Jika seorang penguasa memiliki hak
untuk mendapatkan keuntungan dari kegiatan produksinya, demikian juga
semua pihak yang terlibat dan terkena dampaknya juga mempunyai
kepentingan (Berhak) untuk tidak dirugikan dan dirampas haknya dan
kepentingan untuk mendapatkan keuntungan.
3. free will atau bebas berkehendak (ikhtiar). Para ulama mensyaratkan bahwa
dalam transaksi harus dilakukan dengan suka sama suka (at- taradi).hal itu
di maksudkan supaya setiap orang harus melakukan perilaku ekonominya
secara merdeka tanpa ada pemaksaan, baik secara fisik maupun secara
psikologis atau politis, sehingga tidak ada pihak yang di rugikan.
4. Responsibility(pertangung jawaban) terhadap lingkungan sosial, politik,
ekonomi, budaya,fisik,pemerintah,stake holders, manusia dan lain-lain ,
sebagaimana di jelaskan dalam point 3 di atas.
5. Kebenaran: kebijakan dan kejujuran. Secara substansif, bahwa prinsip
kebenaran itu berkaitan dengan hak dan kewajiban sebagaimana tujuan
holistik ekonomi dalam ajaran agama juga dalam rangka mendatangkan
kemaslahatan semua orang.2

2
Muslich, Etika Bisnis Islam (Islamic Bussinnes Athics), penerj. Muhammad, cet 1
( Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2004)
Ibid.

2
C. Etika distribusi dalam islam

Dalam usaha untuk memperlancar arus barang atau jasa dari produsen ke
konsumen, maka salah satu faktor penting yang tidak boleh di abaikan adalah
memilih secara tepat saluran distribusinya (chanel of distribution) yang akan di
gunakan dalam rangka usaha penyaluran barang barang atau jasa dari produsen
ke konsumen. Distribusi secara bahasa artinya penyaluran kepada beberapa
orang atau ke beberapa tempat. Adapun secara istilah distribusi adalah
kegiatan ekonomi yang menjembatani kegiatan produksi dan konsumsi.
Distribusi adalah kegiatan penyaluran barang dan jasa dapat sampai ke
tanggan konsumen. Dengan demikian kegunaan dari barang dan jasa akan lebih
meningkat setelah dapat di konsumsi, sehingga pengunaan nya sesuai dengan
yang di perlukan (jenis, jumlah, harga, dan saat di butuhkan).kegiatan distribusi
akan berjalan dengan lancar jika di tunjangi oleh saluran distribusi yang tepat.

Diakui bahwa distribusi merupakan bagian terpenting dalam ekonomi.


Sebab itu menurut Qardhawi, di antara penulis ekonomi islam berpendapat
bahwa distribusi merupakan hal pokok yang harus di perhatikan.sistem
ekonomi yang harus berdasarkan dua sendi, yaitu sendi kebebasan dan keadilan
kepemilikan. Kebebasan disini adalah kebebasan dalam bertindak yang di
bingkai oleh nilai-nilai agama dan keadilan tidak seperti pemahaman kaum
kapitalis yang menyatakn sebagai tindakan membebaskan manusia untuk
berbuat dan bertindak tanpa campur tangan pihak manpun .

Keberadilan dalam pendistribusian ini tercermin dari larangan dalam


alqur’an agar harta kekayaan tidak di perbolehkan menjadi barang dagangan
yang hanya beredar di antara orang-orang kaya saja, akan tetapi di harapakan
dapat memberi konstribusi kepada kesejahteraan masyarakat sebagai suatu
keseluruhan. Menurut yusuf qardhawi ada empat aspek terkait keadilan
distribusi, yaitu.

1. Gaji yang setara bagi para pekerja

3
2. Profil atau keuangan untuk pihak yang menjalankan usaha atau yang
melakukan perdagangan melalui mekanisme mudharabah maupun
musyarakah.3
3. Biaya sewa tanah serta alat produksi lainya.
4.tangung jawab pemerintah terkait dengan peraturan dari kebijakannya.

Islam sangat mendukung pertukaran barang dan mengapnya produktif


serta mendukung para pedagang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian
dari karunia allah swt. Dan membolehkan orang memiliki modal untuk
berdagang, tapi ia tetap berusaha agar pertukaran barang itu berjalan atas
prinsip- prinsip sebagai berikut:

1. Tetap mengumpulkan antara kepentingan individu dan kepentingan


masyarakat.
2. Anatara dua penyelengara muamalat tetap ada keadilan dan harus tetap ada
kebeabsan ijab kabul dalam akad-akad.
3. Tetap berpengaruhnya rasa cinta dan lemah lembut.
4. Jelas dan jauh dari perselisihan.

Adapun tujuan dari distribusi dalam ekonomi islam adalah:

1. Tujuan dakwah, dalam hal ini dakwah kepada islam dan menyatukan hati
padanya.
2. Tujuan pendidikan,tujuan pendidikan dalam distribusi adalah seperti dalam
surat at-taubah ayat 103 yang bermaksud menjadikan insan yang berakhlak
karimah.
3. Tujuan sosial, memenuhi kebutuhan masyarakat serta keadilan dalam
distribusi sehingga tidak menjadi kerusuhuan dan perkelahian.
4. Tujuan ekonomi, pengembangan harta dan membersihkannya
memberdayakan SDM,kesejahteraan ekonomi dan pengunaa terbaik dalam
menempatkan sesuatu.

3
Siana, Pengertian Distribusi, Fungsi, Tujuan, Jenis, Tugas dan contohnya, diakses pada
tanggal 20 maret 2018 pukul 11.15 WIB dari www.artikelsiana.com.
Ifah Hasifah, Distribusi dalam Ekonomi Islam, diakses pada tanggal 20 maret 2018 pukul 11.30
WIB

4
Adapun etika berdistribusi dalam islam, antara lain:

1. Selalu menghiasi amal dengan niat ibadah dan ikhlas.


2. Transparan dan kondisi barangnya halal serta tidak membahayakan.
3. Adil dan tidak mengerjakan hal-hal yang di larang dalam islam.
4. Tolong menolong,toleransi, dan sedekah.
5. Tidak melakukan pameran barang yang menimbulkan persepsi.
6. Tidak pernah lalai dalam ibadah karena kegiatan distribusi.
7. Larangan ikhtiar, ikhtiar di larang karena akan menyebabkan kenaikan
harga.4
8. Mencari keuntungan yang wajar, maksudnya kita di larang mencari
keuntungan yang semaksimal mungkin yang biasanya hanya mementingkan
pribadi sendiri tanpa memikirkan orang lain.
9. Distribusi kekayaan yang meluas, islam mencegah penumpukan kekayaan
pada kelompok kecil dan menganjurkan distribusi kekayaan kepada seluruh
lapisan masyarakat.
10. Kesamaan sosial, maksudnya dalam pendistribusian tidak ada diskriminasi
atau kasta-kasta, semuanya sama dalam mendapatkan ekonomi.

D. Etika Konsumsi dalam Islam


Islam sebagai agama yang komprehensif telah mengatur segala hal terkait
kemaslahatan manusia, termasuk didalamnya pola serta aturan interaksi
ekonomi, mulai dari produksi, distribusi, dan konsumsi. Sebab dalam ajaran
Islam seorang muslim harus mempertanggung jawabkan tentang hartanya, dari
mana ia mendapatkannya, selanjutnya untuk apa harta itu dibelanjakan.
Dimintanya pertanggung jawaban kita dalam aktivitas ekonomi inilah yang
kemudian mendorong ulama-ulama kontemporer menjelaskan aturan-aturan
terkait aktivitas ekonomi. Aturan konsumsi antar tiap ulama tentu memiliki
batasan-batasan berbeda, tergantung dari aspek apa mereka memandangnya.
Menurut Rafiq Yunus al-Mishri dalam bukunya Ushul al-Iqtishad al
Islami yang menjelaskan aturan-aturan konsumsi dengan menitik beratkan pada
skala prioritas, yaitu:
4
Ibid.

5
1. Seorang hendaknya memenuhi kebutuhan pribadinya terlebih dahulu, baru
memenuhi kebutuhan keluarga dan kerabat-kerabatnya. Prioritas pemenuhan
jenis ini adalah untuk kebutuhan dilihat dari segi subjek yang
membutuhkan.
2. Seorang konsumen muslim hendaknya memenuhi kebutuhan primer terlebih
dahulu, baru kemudian memnuhi kebutuhan sekunder dan tersier.
Pemenuhan jenis ini ditinjau dari segi urgensi pemenuhan.
Rafiq juga menegaskan pentingnya mendahulukan belanja harta untuk
sebuah proyek yang kekal pahalanya di dunia serta akhirat, seperti wakaf,
karen a pahalanya lebih besar daripada sekedar sedekah. 5

Selain dua poin diatas , Rafiq juga menambahkan prinsip lainnya dalam
aktivitas konsumsi manusia:

1. Tidak boleh memenuhi kebutuhan itu dengan sesuatu yang diharamkan baik
dalam pemenuhan primer, sekunder, dan tersier. Larangan ini diatur tegas
dalam Al-quran berupa larangan melampaui batas.
2. Islam telah mengatur batas ideal dalam konsumsi, serta melarang
berlebihan.
Batasan paling rinci dan sistematis dalam konsumsi juga dapat dilihat dari
pemaparan Arif Pujiyono dalam tulisannya Teori Ekonomi Islam. Prinsip-
prinsip tersebut yaitu:
1. Prinsip syariah
Yaitu menyangkut dasar syariat yang harus terpenuhi dalam melakukan
konsumsi dimana terdiri dari prinsip akidah, ilmu, dan amaliyah.
2. Prinsip kuantitas
Yaitu sesuai dengan batas-batas kuantitas yang telah dijelaskan dalam
syariat Islam, diantaranya sederhana, sesuai antara pemasukan dan
pengeluaran, menabung dan investasi.

5
Ibid.
Muhammad Djakfar, Agama, Etika, dan Ekonomi Wacana Menuju Pengembangan
Ekonomi Rabbaniyah, (Malang: UIN Malang Press,2007).

6
3. Prinsip prioritas
Dimana memperhatikan urutan kepentingan yang harus di prioritaskan agar
tidak terjadi kemudharatan, yaitu kebutuhan primer, sekunder dan tersier.
4. Prinsip sosial
Yaitu memperhatikan sosial di sekitarnya sehingga tercipta keharmonisan
hidup dalam masyarakat, diantaranya kepentingan umat, keteladanan, tidak
membahayakan orang, sesuai dengan kaidah dan potensi sumber daya alam.
Begitulah Islam mengatur konsumsi secara rinci aturan konsumsi melalui
dalil-dalil syari’I. karena bagi seorang muslim tujuan konsumsi bukan
sekedar pemenuhan kebutuhan dan pemuas hidup belaka, melainkan
menjadi sarana ketaatan dan mendekatkan diri kepada Allah Swt 6.
Mengkonsumsi sesuai dengan aturan syariat juga merupakan realisasi sukur
kita atas nikmat yang tersedia. 7

6
Ibid.
7

7
DAFTAR PUSTAKA

Djakfar, Muhammad Djakfar. (2007). Agama, Etika, dan Ekonomi Wacana


Menuju Pengembangan Ekonomi Rabbaniyah, Malang: UIN Malang Press.
Muslich. (2004). Etika Bisnis Islam (Islamic Bussinnes Athics), penerj.
Muhammad, cet 1 Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Siana, Pengertian Distribusi, Fungsi, Tujuan, Jenis, Tugas dan contohnya,
diakses pada tanggal 20 maret 2018 pukul 11.15 WIB dari
www.artikelsiana.com.
Ifah Hasifah, Distribusi dalam Ekonomi Islam, diakses pada tanggal 20 maret
2018 pukul 11.30 WIB

Anda mungkin juga menyukai