NIM : 202010100029
Kelas : 201C
a. Kesatuan (unity)
Kesatuan dalam islam menjadi sebuah poin utama yakni dimanapun kapanpun
umat islam berada harus menjaga kesatuan dan persatuan baik sesama muslim
maupun dengan pihak lain yang non muslim. Hal ini perlu dilakukan karena kita harus
selalu menjaga hubungan kita dengan orang lain bisa dibilang silaturrahmi, karena
kita adalah makhluk sosial yang mmebutuhkan orang lain dalam beraktivitas ataupun
bekerja. Dengan persatuan dan kesatuan yang baik maka akan tercipta suasana yang
kondusif danefefktif dalam segala kegiatan, termasuk kegiatan perekonomian.
Dalam dunia perbankan kesatuan ini dimaksudkan sebagai sistem yang
dimana membebaskan semua pihak untuk menjalin kerjasama dalam hal bisnis tanpa
memperhatikan agama, ras, maupun budaya. Dalam artian ketika umat islam ingin
menjalin kerjasam dengan pihak luar atau non muslim boleh tetap diperkenankan
namun masalah aqidah tidak bisa ditawar boleh menjalin kerjasama dengan pihak lain
tapi tetap dalam koridor hukum islam. Pada dasarnya sifat kesatuan yang dimiliki oleh
ekonomi syariah merupakan wujud atau cerminan bahwasannya islam itu cinta damai
dan terbuka untuk bekerjasama dengan pihak manapun asalkan tidak menyangkut hal
akidah atau kepercayaan.
b. Keseimbangan (equilibrium)
Keseimbangan merupakan salah satu poin penting dalam sebuah kehidupan
begitu juga pada dunia perekonomian. Terjadinya keseimbangan antara semua aspek
atau komponen mencerminkan sebuah sistem perekonomian yang baik dan efektif.
Untuk itu semua pihak baik pemerintah maupun swasta selalu berusaha untuk
menciptakan sebuah keseimbangan dalam segala bentuk kegiatannya.
Dalam ekonomi syariah ini memiliki nilai lebih pada poin keseimbangan ini.
Keseimbangan yang dimaksud adalah porsi yang sama antara kehidupan di dunia dan
di akhirat. Dimana selama kegiatan perekonomian berlangsung harus bersih, terbuka
dan jujur, untuk pengenaan bunga atau yang sering disebut dengan riba sangat
dilarang dalam ekonomi syariah. Selain itu dalam ekonomi syariah ini juga
diwajibkan bagi pemilik dana atau pengusaha dan lainnya untuk berinfaq, shodaqah
dan membayar zakat. Inilah yang dimaksud dengan keseimbangan dalam ekonomi
syariah.
c. Kebebasan (Freedom)
Secara umum kebebasan diartika sebagai hak penuh untuk melakukan apapun tanpa
ada batasanya. Hal inilah yang menjadi acuan dari orang-orang barat yakni liberalis.
Mereka menerapkan konsep kebebasannya pada sistem perekonomian mereka yakni
sistem ekonomi liberal. Jadi dalam pasar semua pihak memiliki kewenangan dan hak
yang sama untuk mendapatkan keuntungan yang berlimpah, bukan hanya itu dalam
pasarpun pemerintah tidak diberikan ruang sehingga memang pelaksanaan
perekonomian bebas-sebebas bebasnya.
Namun perlu anda ketahui bahwasannya dalam ekonomi syariah, arti
kebebasan tidak sama seperti faham liberal yang bebas tanpa batasan. Jadi arti
kebebasan dalam ekonomi syariah adalah memberikan keleluasaan pada semua pihak
untuk melakukan kegiatan perekonomian sesuai kehendak mereka namun tetap dalam
koridor islam, harus sesuai dengan nilai-nilai islamiyah. Kebebasan yang diberikan
oleh ekonomi syariah ini memiliki tujuan untuk mengembangkan kreatifitas dan
inovasi yang dimiliki oleh setiap individu sehingga perekonomian pun akan
berkembang dengan pesat. Bukan hanya itu dalam ekonomi syariah pemerintah tetap
diberikan ruang untuk mengatur dan mengelola perekonomian, karena pada dasarnya
kita harus patuh kepada pemerintahan dalam kehidupan berbangsa bernegara, karena
dalam islampun juga dijelaskan bahwa kita harus taat kepada Allah, Rasulullah serta
pemerintah / ulil amri.
d. Tanggung Jawab (Responsibility)
3. Pengertian, dalil dan manfaat dari: syirkah, mudarabah, murabahah, bank syariah, baitul
mal, assalam, musaqoh dan muzaro‟ah.
a. Syirkah
Menurut istilah, syirkah adalah kerja sama dua orang atau lebih dalam
berusaha yang keuntungan dan kerugiannya ditanggung bersama. Adapun menurut
bahasa, Syirkah adalah mencampur dua atau lebih bagian sehingga tidak dapat
dibedakan dari satu bagian ke bagian lain. Landasan hukum syirkah terdapat di dalam
al-Qur‟an surat 38 ayat 24 yang artinya “Kebanyakan yang menyatukan beberapa dari
mereka tentu saja menyesatkan orang lain, kecuali mereka yang percaya dan
melakukan perbuatan baik, dan sangat sedikit dari anda.” Dan dalam sabda Rasulullah
yang artinya “ Aku ini ketiga dari dua orang yang berserikat, selama salah seorang
mereka tidak mengkhianati temannya. Dan jika salah satu dari mereka mengkhianati
temannya, saya akan keluar dari mereka.”
b. Mudarabah
Mudharabah berasal dari kata dharb, berarti memukul atau berjalan. Pengertian
memukul atau berjalan ini lebih tepatnya adalah proses seseorang memukulkan
kakinya dalam menjalankan usaha. Dalam konteks praktisnya mudharabah adalah
akad kerjasama bisnis anatara 2 pihak, yaitu pihak yang mengelola usaha
sebagai mudharib dan pihak yang memiliki modal yang disebut sebagai shahibul mal
Dalam akad tersebut poin pentingnya adalah terletak di awal yaitu kesepakatan atas
nisbah bagi hasil.
Penentuan fatwa tersebut didasarkan pada beberapa dalil dari Al-Qur‟an dan
Hadist. Pada Q.S. Al-Maidah [5] : 1 yang artinya, “wahai orang-orang yang beriman!
Tunaikanlah akad-akad itu. Dihalalkan bagimu binatang ternak, kecuali yang akan
dibacakan kepadamu. (Yang demikian itu) dengan tidak mengalalkan berburu ketika
kamu sedang mengerjakan haji. Sesungguhnya Allah menetapkan hukum-hukum
menurut yang dikehendakinya”
ayat tersebut menegaskan terkait pentingnya akad/perjanjian khususnya bagi
orang-orang yang memiliki iman didalam dirinya. Kemudian pada Q.S. Al-Baqarah
275 dan 278 menegaskan pada larangan terhadap riba.
c. Murabahah
secara bahasa murabahah berasal dari kata “ar-ribhu” yang berarti an-
namaa’ yang berarti tumbuh dan berkembang (Farid, 2013). Secara
istilah, murabahah adalah jual-beli barang pada harga asal dengan tambahan
keuntungan yang sudah disepakati (Prabowo B. A., 2009). Dalam perbankan
syariah, murabahah merupakan salah satu bentuk produk pembiayaan, yaitu melalui
akad jual beli antara bank selaku penyedia barang (penjual) dengan nasabah (pembeli)
(Prabowo M. S., 2014). Wahbah al-Zuhaili menegaskan bahwa jual-
beli murabahah adalah jual beli dengan harga perolehan disertai tambahan sebagai
keuntungan (Mubarok & Hasanudin, 2018). Sedangkan menurut PSAK 102 tentang
Akuntansi Murabahah, murabahah adalah akad jual beli barang dengan harga jual
sebesar biaya perolehan ditambah keuntungan yang disepakati dan penjual harus
mengungkapkan biaya perolehan tersebut kepada pembeli. Maka dari itu penting
diketahui bahwa perbedaan murabahah dengan akad jual-beli lainnya adalah pada
murabahah, margin yang didapat oleh penjual harus diungkapkan kepada pembeli.
Selain itu, murabahah selain dapat dibayarkan secara dicicil juga dapat dibayarkan
secara sekaligus.
Dalil transaksi murabahah terdapat dalam Q.S. Al-Baqarah [2]: 275, yang
artinya “Dan Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba”. Terdapat suatu
hadist yang menjelaskan mengenai murabahah yaitu “Dari Shaleh bin suhaib r.a.
bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Tiga hal yang didalamnya terdapat keberkahan:
jual beli secara tangguh, muqaradhah (mudharabah), dan mencampur gandum dengan
tepung untuk keperluan rumah, bukan untuk dijual. (H.R Ibnu Majah)”. Terdapat juga
sebuah sunnah yaitu ketika Rasulullah SAW akan hijrah, Abu Bakar membeli dua ekor
keledai, lalu Rasulullah berkata kepadanya, “jual kepada saya salah satunya”, Abu
Bakar menjawab: “salah satunya jadi milik Anda tanpa ada kompensasi apapun”.
Rasulullah bersabda: “kalau tanpa ada harga saya tidak mau”.
Rukun akad murabahah adalah adanya penjual dan pembeli yang telah baligh
dan berakal, adanya barang atau objek yang akan dijual, adanya kejelasan harga dan
kondisi barang dengan harga yang disepakati bersama, dan adanya shigat atau ijab
qabul (Qazwa, 2018). Sedangkan ada beberapa syarat sah murabahah. Pertama pihak
yang berakad harus cakap hukum, dan sukarela. Kedua, objek yang diperjualbelikan
harus halal, bermanfaat, merupakan hak penuh pemiliki, dan sesuai spesifikasi antara
si penjual dan pembeli. Ketiga, shigat atau ijab qabul harus disebutkan secara jelas,
harus selaras baik dalam spesifikasi barang maupun harga yang disepakati, dan tidak
mengandung klausul yang bersifat menggantungkan keabsahan transaksi (Ismail,
2015).
d. Bank syariah
Bank syariah adalah bank yang beroperasi sesuai dengan Prinsip-Prinsip
Syariah. Implementasi prinsip syariah inilah yang menjadi pembeda utama dengan
bank konvensional. Pada intinya prinsip syariah tersebut mengacu kepada syariah
Islam yang berpedoman utama kepada Al Quran dan Hadist.Islam sebagai agama
merupakan konsep yang mengatur kehidupan manusia secara komprehensif dan
universal baik dalam hubungan dengan Sang Pencipta (HabluminAllah)maupun dalam
hubungan sesama manusia (Hablumminannas).
Surat Al-Baqarah, ayat 275: Orang-orang yang makan (mengambil) RIBA’
tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan
lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah
disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan
RIBA’, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan RIBA’.
Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus
berhenti (dari mengambil RIBA’), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu
(sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Alloh. Orang yang
kembali (mengambil RIBA’), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka;
mereka kekal di dalamnya.
Surat An-Nisa, ayat 161: Dan karena mereka menjalankan riba, padahal
sesungguhnya mereka telah dilarang darinya dan karena mereka memakan harta
orang dengan cara yang tidak sah (bathil). Kami telah menyediakan untuk orang-
orang kafir diantara mereka azab yang pedih.
Surat Ali „Imran, ayat 130: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
memakan riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya
kamu mendapat keberuntungan.
Surat Ar-Rum, ayat 39: Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar
dia bertambah pada harta manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah.
e. Baitul mal
Bait al-maal barasal dan bahasa arab bait yang berarti “rumah”, dan Al-Mal
yang berarti “harta”. Baitul Maal berarti rumah untuk mengumpulkan atau
menyimpan harta. Baitul mal juga diartikan secara fisik sebagai tempat untuk
penyimpanan dan mengelola segala macam harta yang menjadi pendapatan Negara.
“Mereka ( para sahabat) akan bertanya kepadamu ( Muhammad) tentang
anfal,katakanlah bahwa anfal itu milik allah dan rasul,maka bertakwalah kepada
allah dan perbaikilah perhubungan di antara sesamamu,dan tatkala kepada allah
dan rasul-Nya jika kalian beriman.” QS.al-anfal; 1
f. Muzara‟ah
Muzâra‟ah secara bahasa berasal dari Bahasa Arab dari kata dasar az-zar’u.
Kata az-zar’u sendiri memiliki dua makna, makna yang pertama ialah tharh az-
zur’ah yang artinya melemparkan benih (dalam istilah lain dari az-zur’ah ialah al-
budzr), yakni melemparkan benih ke tanah. Dan makna yang kedua dari az-
zar’u ialah al-inbaat yang memiliki arti “menumbuhkan tanaman”. Makna yang
pertama adalah makna yang sebenarnya (ma’na haqiqiy), dan makna yang kedua
adalah makna konotasi (ma’na majaziy).Oleh karenanya Rasulullah SAW dalam
sebuah hadis bersabda:
ال يقول أحدكم زرعت وليقل حرثت
Artinya: “Janganlah seseorang diantara kalian mengatakan zara’tu, melainkan
katakanlah harats-tu”.
Kedua kata ini memiliki arti keseharian yang mirip, namum kata haratsa lebih
cenderung mendekati makna bercocok tanam. Maksud dari hadits ini adalah jangan
menggunakan kata zara’a jika yang dimaksudkan adalah makna denotasi yang artinya
menumbuhkan, karena hanya Allah-lah yang dapat menumbuhkan.
4. WadiahDari segi bahasa diartikan sebagai meninggalkan, meletakkan atau meletakan
sesuatu pada orang lain untuk dipelihara dan dijagaSecara teknis berarti titipan murni, dari
satu pihak ke pihak lain, baik individu maupun badan hukum yang harus dijaga dan
dikembalikan kapan saja si penitip kehendakiLandasan hukum:a. Al Qur‟anSesungguhnya
Allah menyuruh kamu untuk menyampaikan amanat (titipan) kepada yang berhak
menerimanya(QS An Nisaa (4) : 58)Jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain,
hendaklah yang dipercaya itu menunaikan amanatnya (utangnya) dan hendaklah ia
bertaqwa kepada Allah Tuhannya(QS Al Baqarah (2) 283).
5. Haram obyek yang di transaksikanTransaksi terlarang karena obyek transaksi
dilarang.Misal: khamr, babi, bangkai, darahHaram cara transaksi-nyaAktivitas manusia,
termasuk di bidang ekonomi, terikat dengan hukum-hukum syariat yang tidak boleh
dilanggar.Misal: tadlis, taghrir (gharar), ikhtikar, ba‟i najasy, riba, maisir, risywah.Tidak
sah/lengkap akad transaksi-nyaAkad merupakan suatu perbuatan yang sengaja dibuat oleh
dua orang atau lebih berdasarkan keridhaan masing-masing pihak.Suatu transaksi tidak
sah/lengkap akad-nya jika:Tidak terpenuhi rukun dan syarat akadTerjadi ta‟alluqTerjadi
shafqatain fi al-shafqah.