Anda di halaman 1dari 10

TUGAS PAI PTM 10 – EKONOMI ISLAM

Nama : Meylinda Suluh Pratiwi

NIM : 202010100029

Kelas : 201C

1. Ciri khas ekonomi syariah :

a. Kesatuan (unity)
Kesatuan dalam islam menjadi sebuah poin utama yakni dimanapun kapanpun
umat islam berada harus menjaga kesatuan dan persatuan baik sesama muslim
maupun dengan pihak lain yang non muslim. Hal ini perlu dilakukan karena kita harus
selalu menjaga hubungan kita dengan orang lain bisa dibilang silaturrahmi, karena
kita adalah makhluk sosial yang mmebutuhkan orang lain dalam beraktivitas ataupun
bekerja. Dengan persatuan dan kesatuan yang baik maka akan tercipta suasana yang
kondusif danefefktif dalam segala kegiatan, termasuk kegiatan perekonomian.
Dalam dunia perbankan kesatuan ini dimaksudkan sebagai sistem yang
dimana membebaskan semua pihak untuk menjalin kerjasama dalam hal bisnis tanpa
memperhatikan agama, ras, maupun budaya. Dalam artian ketika umat islam ingin
menjalin kerjasam dengan pihak luar atau non muslim boleh tetap diperkenankan
namun masalah aqidah tidak bisa ditawar boleh menjalin kerjasama dengan pihak lain
tapi tetap dalam koridor hukum islam. Pada dasarnya sifat kesatuan yang dimiliki oleh
ekonomi syariah merupakan wujud atau cerminan bahwasannya islam itu cinta damai
dan terbuka untuk bekerjasama dengan pihak manapun asalkan tidak menyangkut hal
akidah atau kepercayaan.
b. Keseimbangan (equilibrium)
Keseimbangan merupakan salah satu poin penting dalam sebuah kehidupan
begitu juga pada dunia perekonomian. Terjadinya keseimbangan antara semua aspek
atau komponen mencerminkan sebuah sistem perekonomian yang baik dan efektif.
Untuk itu semua pihak baik pemerintah maupun swasta selalu berusaha untuk
menciptakan sebuah keseimbangan dalam segala bentuk kegiatannya.
Dalam ekonomi syariah ini memiliki nilai lebih pada poin keseimbangan ini.
Keseimbangan yang dimaksud adalah porsi yang sama antara kehidupan di dunia dan
di akhirat. Dimana selama kegiatan perekonomian berlangsung harus bersih, terbuka
dan jujur, untuk pengenaan bunga atau yang sering disebut dengan riba sangat
dilarang dalam ekonomi syariah. Selain itu dalam ekonomi syariah ini juga
diwajibkan bagi pemilik dana atau pengusaha dan lainnya untuk berinfaq, shodaqah
dan membayar zakat. Inilah yang dimaksud dengan keseimbangan dalam ekonomi
syariah.
c. Kebebasan (Freedom)

Secara umum kebebasan diartika sebagai hak penuh untuk melakukan apapun tanpa
ada batasanya. Hal inilah yang menjadi acuan dari orang-orang barat yakni liberalis.
Mereka menerapkan konsep kebebasannya pada sistem perekonomian mereka yakni
sistem ekonomi liberal. Jadi dalam pasar semua pihak memiliki kewenangan dan hak
yang sama untuk mendapatkan keuntungan yang berlimpah, bukan hanya itu dalam
pasarpun pemerintah tidak diberikan ruang sehingga memang pelaksanaan
perekonomian bebas-sebebas bebasnya.
Namun perlu anda ketahui bahwasannya dalam ekonomi syariah, arti
kebebasan tidak sama seperti faham liberal yang bebas tanpa batasan. Jadi arti
kebebasan dalam ekonomi syariah adalah memberikan keleluasaan pada semua pihak
untuk melakukan kegiatan perekonomian sesuai kehendak mereka namun tetap dalam
koridor islam, harus sesuai dengan nilai-nilai islamiyah. Kebebasan yang diberikan
oleh ekonomi syariah ini memiliki tujuan untuk mengembangkan kreatifitas dan
inovasi yang dimiliki oleh setiap individu sehingga perekonomian pun akan
berkembang dengan pesat. Bukan hanya itu dalam ekonomi syariah pemerintah tetap
diberikan ruang untuk mengatur dan mengelola perekonomian, karena pada dasarnya
kita harus patuh kepada pemerintahan dalam kehidupan berbangsa bernegara, karena
dalam islampun juga dijelaskan bahwa kita harus taat kepada Allah, Rasulullah serta
pemerintah / ulil amri.
d. Tanggung Jawab (Responsibility)

Tanggung jawab merupakan hal terpenting dalam kehidupan manusia di semua


bidang, dalam ekonomipun tanggung jawab juga sangat dibutuhkan. Karena ketika kita
menjadi insan yang bertanggungjawab apapun yang dikerjakan akan menjadi baik dan
efektif. Dalam islam tanggung jawab merupakan sebuah kewajiban bagi semua umat,
ketika mereka tidak bertanggung jawab maka tidak akan majau atau berkembang dalam
melaksanakan apapun kegiatannya. Berbeda dengan pihak yang selalu bertanggung
jawab diama mereka tidak akan mudah menyerah dan bekerja keras untuk mendapatkan
yang terbaik dengan mengutamakan kreatifitas dan inovasi.
Dengan tanggungjawab inilah persatuan, chemistry dan faham bisa sejalan dan saling
menguntungkan. Bisa kita lihat ketika ada seseorang yang selalu menjaga
tanggungjawabnya dia tidak akan berhenti sebelum tercapai tujuannya, meskipun banyak
rintangan dan halangan dia tetap menjalankannya. Karena tanggungjawabnya adalah
pemecahan masalah. Sehingga kemajuan akan didapatkan lebih mudah
dengan tanggungjawab yang mereka cerminkan.
Itulah 4 sifat utama yang dimiliki oleh ekonomi syariah, dimana bisa menjadikan ciri
khusus dibanding dengan sistem ekonomi lainnya. Pada dasarnya sifat utama dan
pertama dari ekonomi syariah adalah nilai-nilai islamiyah yang terkandung di dalamnya.
Sehingga menjadi nilai tambah bagi sistem ekonomi syariah. Perlu kita ketahui
bahwasannya sifat yang dimiliki oleh ekonomi syariah timbul dan berkembang sesuai
dengan perkembangan zaman, sifat ini akan mengikuti perkembangan zaman jadi kita
tidak perlu khawatir ekonomi syariah ini ketinggalan dengan ekonomi lain. Melainkan
kita harus bangga dengan ekonomi syariah ini yang sebagian besar ditata dan ditujukan
pada nilai-nilai islam namun juga memiliki nilai-nilai modern yang tetap dilaksanakan.
Keseimbangan yang luar biasa inilah menjadikan ekonomi syariah menjadi komplek
dibanding dengan yang lainnya.
2. Lima asas / prinsip ekonomi Islam menurut Ali Musnadar

a. Pendayagunaan atau pengejawantahan konsep ZIS dalam mengentaskan kemiskinan.


Pada prinsip ini umat Islam dianjurkan dengan sangat bahkan pada kondisi
tertentu diwajibkan untuk membelanjakan harta-hartanya di jalan Allah secara
optimal. Membelanjakan dalam arti membantu para kaum duha'afa, yatim piatau,
fakir miskin dan lain-lain yang termasuk dalam 8 asnaf mustahik Zakat. Hal ini
dilakukan agar dapat terwujud kesejahteraan dan keadilan sosial di masyarakat Islam
karena Islam sama sekali tidak mentolerir berlangsunganya atau situasi kesenjangan
mencolok antara kaum berpunya dan tidak berpunya (the have’s and the have
nots). Sebagai contoh, berdasarkan hasil penelitian apabila umat benar-benar
menunaikan zakat lalu dikelola oleh amilin (pengurus badan amil zakat) secara benar
maka tidak akan ada orang miskin (Kholilah, 2011). Pengelolaan ZIS perlu
profesional agar muzaki yang menunaikan zakat dan membelanjakan hartanya atas
dasar ajaran agama merasa percaya bahwa ZIS mereka sampai kepada mustahik yang
benar-benar membutuhkan.
b. Larangan riba.
Amat jelas surat-surat dalam al Quran terutama surat al Baqarah tentang
laranga melakukan riba bagi umat Islam. Dalam dunia usaha dan perbankan riba
sering dikaitkan dengan bunga bank namun sebenarnya tidak hanay tentang bunga
bak tetapi menggandakan uang atau berharap mendapat keuntungan berlipat-lipat
sebagaimana koperasi berkedok syariah tetapi melakukan manipulasi dengan
mengiming-imingi nasabahnya dengan keuntungan banyak bahkan berkali-kali lipat
dari kewajaran suatu bisnis itu bisa juga dikatakan riba. Tentang bunga bank
memsang ada sedikit perbedaan pendapat dari ulama yang mengatakan bahwa bunga
bank itu tidak riba namun sebagian besar ulama mengkategorikan bunga bank riba
karena sistem yang ada (ekenomi kapitalis) itu sudah bukan berlandaskan nilai-nilai
Islami sehingga turunan dari sistem itu yang berbentuk bunga juga bisa dikatakan
riba. Hal ini mengingat juga bahwa bunga bank itu ditetapkan bahkan bisa berlipat-
lipat bila misalnya nasabah gagal bayar sehingga akan terdapat siatuasi win-lose
(memang kalah) antara nasabah dan pihak bank dan sebaliknya yang ini tidak
dibenarkan dalam prinsip ke dua ini. Dalam konteks ini jelas Allah akan memerangi
orang-orang yang menjalankan usahanya dengan sistem riba (QS al Baqarah 2: 278-
279) dan Allah melarang riba tetapi menghalalkan jual beli. Riba ini dalam sejarahnya
amat disenangi oleh kaum Yahudi oleh karena itu hingga kini pun kaum pebisnis
Yahudi internasional masih menjalankan usahanya dengan sistem model ini. Kita
jangan sampai terjebak untuk mengikuti cara-cara mereka (Yahudi dan Nasrani)
karena mereka memang ingin “gaya hidup” mereka ditiru dan mengglobal, apalagi
mereka tidak rela Islam berkembang sehingga ingin memisahkan agama (Islam) dari
kehidupannya sehari-hari bahkan lebih jauh lagi mereka berharap orang-orang Islam
ikut dengan cara-cara dan gaya hidup mereka sebagaimana Allah menggambarkan hal
itu dalam QS al Baqarah ayat 120 yang artinya “Dan orang-orang Yahudi dan Nasrani
tidak akan rela kepadamu sebelum engkau mengikuti agama mereka. Katakanlah,
“sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk yang (yang sebenarnya). Dan jika
engkau mengikuti keinginan mereka setelah ilmu (kebenaran) sampai kepadamu,
tidak akan ada bagimu pelindung dan penolong dari Allah”.
c. Membagi resiko.
Ekonomi Islam yang berjalan dalam azas kebersamaan dan keadilan itu tidak
membolehkan salah satu pihak yang berkongsi menderita kerugian atau rugi
sendirian, oleh karena itu menanggung resiko kerugian pada usaha bersama secara
adil dan bijak mesti dilakukan agar tidak ada salah satu pihak yang merasa
terdzholimi dan tidak puas. Prinsip ini mengajak umat Islam yang berbisnis selalu
senasib dan sependeritaan, jika untung mesti sama-sama untung dan jika rugi mesti
sama-sama menanggungnya. Inilah suatu ajaran bisnis yang mengajarkan kita dalam
kebersamaan, adil, fair, transparan.Hal-hal seperti itulah yang seharusnya ditumbuh-
kembangkan dalam ekonomi Islam.

d. Dilarang terjadinya eksploitasi.


Kegiatan ekonomi dilarang menyebabkan terjadinya fenomena eksploitasi.
Suatu kegiatan industri dan bisnis yang hanya mengeksploitasi kekayaan alam dan
sumber daya manusia tetapi tidak mampu menjaga keseimbangan ekonomi dan
memerhatikan hak-hak pekerja amat sangat dibenci bahkan dilarang dalam prinsip
ekonomi Islam ini. Eksploitasi dimaksud jika dijabarkan lebih lanjut bisa berupa
pembagian keuntungan yang berat sebelah misalnya kontrak karya yang tidak adil dan
ternyata lebih besar mudharat dari pada manfaatnya. Jika hal ini terjadi maka sesuai
ajaran Islam dalam prinsip keempat ini kita semestinya menggugat kontrak karya
tersebut. Apakah misalnya kontrak karya penambangan di Indonesia oleh perusahaan
asing banyak yang melanggar prinsip keempat ini? Anda tentu tahu dan bisa
menjawabnya dengan mudah.
e. Menjauhi usaha yang bersifat spekulatif.
Judi sudah tentu dilarang dan masuk dalam kategori usaha yang tinggi sifat
spekulasinya. Sistem ekonomi kapitalis berbagai bisnisnya banyak ditopang dan
didukung dengan usaha model spekulatif ini. Umat Islam jangan meniru model bisnis
macam ini, mesti dijauhi sejauh-jauhnya karena konsep ekonomi mereka tidak
dituntun oleh nilai-nilai agama (Islam) dan bisa menyesatkan bagi masyarakat Islam.
Meski kita ketahui bahwa dewasa ini umat islam tidak bisa terhindarkan dari sistem
ekonomi Islam, namun yang penting sekarang ini umat Islam mesti sadar terlebih dulu
bahwa umat Islam sebenarnya punya konsep ekonomi yang lebih baik. Apabila suatu
saat nanti umat Islam sudah tersadarkan dan memiliki pemimpin yang kuat, amanah
dan benar serta berkomitmen tinggi dalam menegakkan ajaran Islam, maka saatnya
ekonomi Islam dapat diimplementasikan oleh kita dengan meninggalkan cara dan
sistem ekonomi yang tidak Islami. Diperlukan kemauan dan tekad kuat untuk
memurnikan kegiatan ekonomi dari unsure-unsur yang bertentangan dengan prinsip
ajaran Islam (al Quran dan Hadist).

3. Pengertian, dalil dan manfaat dari: syirkah, mudarabah, murabahah, bank syariah, baitul
mal, assalam, musaqoh dan muzaro‟ah.
a. Syirkah
Menurut istilah, syirkah adalah kerja sama dua orang atau lebih dalam
berusaha yang keuntungan dan kerugiannya ditanggung bersama. Adapun menurut
bahasa, Syirkah adalah mencampur dua atau lebih bagian sehingga tidak dapat
dibedakan dari satu bagian ke bagian lain. Landasan hukum syirkah terdapat di dalam
al-Qur‟an surat 38 ayat 24 yang artinya “Kebanyakan yang menyatukan beberapa dari
mereka tentu saja menyesatkan orang lain, kecuali mereka yang percaya dan
melakukan perbuatan baik, dan sangat sedikit dari anda.” Dan dalam sabda Rasulullah
yang artinya “ Aku ini ketiga dari dua orang yang berserikat, selama salah seorang
mereka tidak mengkhianati temannya. Dan jika salah satu dari mereka mengkhianati
temannya, saya akan keluar dari mereka.”
b. Mudarabah
Mudharabah berasal dari kata dharb, berarti memukul atau berjalan. Pengertian
memukul atau berjalan ini lebih tepatnya adalah proses seseorang memukulkan
kakinya dalam menjalankan usaha. Dalam konteks praktisnya mudharabah adalah
akad kerjasama bisnis anatara 2 pihak, yaitu pihak yang mengelola usaha
sebagai mudharib dan pihak yang memiliki modal yang disebut sebagai shahibul mal
Dalam akad tersebut poin pentingnya adalah terletak di awal yaitu kesepakatan atas
nisbah bagi hasil.
Penentuan fatwa tersebut didasarkan pada beberapa dalil dari Al-Qur‟an dan
Hadist. Pada Q.S. Al-Maidah [5] : 1 yang artinya, “wahai orang-orang yang beriman!
Tunaikanlah akad-akad itu. Dihalalkan bagimu binatang ternak, kecuali yang akan
dibacakan kepadamu. (Yang demikian itu) dengan tidak mengalalkan berburu ketika
kamu sedang mengerjakan haji. Sesungguhnya Allah menetapkan hukum-hukum
menurut yang dikehendakinya”
ayat tersebut menegaskan terkait pentingnya akad/perjanjian khususnya bagi
orang-orang yang memiliki iman didalam dirinya. Kemudian pada Q.S. Al-Baqarah
275 dan 278 menegaskan pada larangan terhadap riba.
c. Murabahah
secara bahasa murabahah berasal dari kata “ar-ribhu” yang berarti an-
namaa’ yang berarti tumbuh dan berkembang (Farid, 2013). Secara
istilah, murabahah adalah jual-beli barang pada harga asal dengan tambahan
keuntungan yang sudah disepakati (Prabowo B. A., 2009). Dalam perbankan
syariah, murabahah merupakan salah satu bentuk produk pembiayaan, yaitu melalui
akad jual beli antara bank selaku penyedia barang (penjual) dengan nasabah (pembeli)
(Prabowo M. S., 2014). Wahbah al-Zuhaili menegaskan bahwa jual-
beli murabahah adalah jual beli dengan harga perolehan disertai tambahan sebagai
keuntungan (Mubarok & Hasanudin, 2018). Sedangkan menurut PSAK 102 tentang
Akuntansi Murabahah, murabahah adalah akad jual beli barang dengan harga jual
sebesar biaya perolehan ditambah keuntungan yang disepakati dan penjual harus
mengungkapkan biaya perolehan tersebut kepada pembeli. Maka dari itu penting
diketahui bahwa perbedaan murabahah dengan akad jual-beli lainnya adalah pada
murabahah, margin yang didapat oleh penjual harus diungkapkan kepada pembeli.
Selain itu, murabahah selain dapat dibayarkan secara dicicil juga dapat dibayarkan
secara sekaligus.
Dalil transaksi murabahah terdapat dalam Q.S. Al-Baqarah [2]: 275, yang
artinya “Dan Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba”. Terdapat suatu
hadist yang menjelaskan mengenai murabahah yaitu “Dari Shaleh bin suhaib r.a.
bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Tiga hal yang didalamnya terdapat keberkahan:
jual beli secara tangguh, muqaradhah (mudharabah), dan mencampur gandum dengan
tepung untuk keperluan rumah, bukan untuk dijual. (H.R Ibnu Majah)”. Terdapat juga
sebuah sunnah yaitu ketika Rasulullah SAW akan hijrah, Abu Bakar membeli dua ekor
keledai, lalu Rasulullah berkata kepadanya, “jual kepada saya salah satunya”, Abu
Bakar menjawab: “salah satunya jadi milik Anda tanpa ada kompensasi apapun”.
Rasulullah bersabda: “kalau tanpa ada harga saya tidak mau”.
Rukun akad murabahah adalah adanya penjual dan pembeli yang telah baligh
dan berakal, adanya barang atau objek yang akan dijual, adanya kejelasan harga dan
kondisi barang dengan harga yang disepakati bersama, dan adanya shigat atau ijab
qabul (Qazwa, 2018). Sedangkan ada beberapa syarat sah murabahah. Pertama pihak
yang berakad harus cakap hukum, dan sukarela. Kedua, objek yang diperjualbelikan
harus halal, bermanfaat, merupakan hak penuh pemiliki, dan sesuai spesifikasi antara
si penjual dan pembeli. Ketiga, shigat atau ijab qabul harus disebutkan secara jelas,
harus selaras baik dalam spesifikasi barang maupun harga yang disepakati, dan tidak
mengandung klausul yang bersifat menggantungkan keabsahan transaksi (Ismail,
2015).
d. Bank syariah
Bank syariah adalah bank yang beroperasi sesuai dengan Prinsip-Prinsip
Syariah. Implementasi prinsip syariah inilah yang menjadi pembeda utama dengan
bank konvensional. Pada intinya prinsip syariah tersebut mengacu kepada syariah
Islam yang berpedoman utama kepada Al Quran dan Hadist.Islam sebagai agama
merupakan konsep yang mengatur kehidupan manusia secara komprehensif dan
universal baik dalam hubungan dengan Sang Pencipta (HabluminAllah)maupun dalam
hubungan sesama manusia (Hablumminannas).
Surat Al-Baqarah, ayat 275: Orang-orang yang makan (mengambil) RIBA’
tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan
lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah
disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan
RIBA’, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan RIBA’.
Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus
berhenti (dari mengambil RIBA’), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu
(sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Alloh. Orang yang
kembali (mengambil RIBA’), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka;
mereka kekal di dalamnya.
Surat An-Nisa, ayat 161: Dan karena mereka menjalankan riba, padahal
sesungguhnya mereka telah dilarang darinya dan karena mereka memakan harta
orang dengan cara yang tidak sah (bathil). Kami telah menyediakan untuk orang-
orang kafir diantara mereka azab yang pedih.
Surat Ali „Imran, ayat 130: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
memakan riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya
kamu mendapat keberuntungan.
Surat Ar-Rum, ayat 39: Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar
dia bertambah pada harta manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah.
e. Baitul mal
Bait al-maal barasal dan bahasa arab bait yang berarti “rumah”, dan Al-Mal
yang berarti “harta”. Baitul Maal berarti rumah untuk mengumpulkan atau
menyimpan harta. Baitul mal juga diartikan secara fisik sebagai tempat untuk
penyimpanan dan mengelola segala macam harta yang menjadi pendapatan Negara.
“Mereka ( para sahabat) akan bertanya kepadamu ( Muhammad) tentang
anfal,katakanlah bahwa anfal itu milik allah dan rasul,maka bertakwalah kepada
allah dan perbaikilah perhubungan di antara sesamamu,dan tatkala kepada allah
dan rasul-Nya jika kalian beriman.” QS.al-anfal; 1
f. Muzara‟ah
Muzâra‟ah secara bahasa berasal dari Bahasa Arab dari kata dasar az-zar’u.
Kata az-zar’u sendiri memiliki dua makna, makna yang pertama ialah tharh az-
zur’ah yang artinya melemparkan benih (dalam istilah lain dari az-zur’ah ialah al-
budzr), yakni melemparkan benih ke tanah. Dan makna yang kedua dari az-
zar’u ialah al-inbaat yang memiliki arti “menumbuhkan tanaman”. Makna yang
pertama adalah makna yang sebenarnya (ma’na haqiqiy), dan makna yang kedua
adalah makna konotasi (ma’na majaziy).Oleh karenanya Rasulullah SAW dalam
sebuah hadis bersabda:
‫ال يقول أحدكم زرعت وليقل حرثت‬
Artinya: “Janganlah seseorang diantara kalian mengatakan zara’tu, melainkan
katakanlah harats-tu”.
Kedua kata ini memiliki arti keseharian yang mirip, namum kata haratsa lebih
cenderung mendekati makna bercocok tanam. Maksud dari hadits ini adalah jangan
menggunakan kata zara’a jika yang dimaksudkan adalah makna denotasi yang artinya
menumbuhkan, karena hanya Allah-lah yang dapat menumbuhkan.
4. WadiahDari segi bahasa diartikan sebagai meninggalkan, meletakkan atau meletakan
sesuatu pada orang lain untuk dipelihara dan dijagaSecara teknis berarti titipan murni, dari
satu pihak ke pihak lain, baik individu maupun badan hukum yang harus dijaga dan
dikembalikan kapan saja si penitip kehendakiLandasan hukum:a. Al Qur‟anSesungguhnya
Allah menyuruh kamu untuk menyampaikan amanat (titipan) kepada yang berhak
menerimanya(QS An Nisaa (4) : 58)Jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain,
hendaklah yang dipercaya itu menunaikan amanatnya (utangnya) dan hendaklah ia
bertaqwa kepada Allah Tuhannya(QS Al Baqarah (2) 283).
5. Haram obyek yang di transaksikanTransaksi terlarang karena obyek transaksi
dilarang.Misal: khamr, babi, bangkai, darahHaram cara transaksi-nyaAktivitas manusia,
termasuk di bidang ekonomi, terikat dengan hukum-hukum syariat yang tidak boleh
dilanggar.Misal: tadlis, taghrir (gharar), ikhtikar, ba‟i najasy, riba, maisir, risywah.Tidak
sah/lengkap akad transaksi-nyaAkad merupakan suatu perbuatan yang sengaja dibuat oleh
dua orang atau lebih berdasarkan keridhaan masing-masing pihak.Suatu transaksi tidak
sah/lengkap akad-nya jika:Tidak terpenuhi rukun dan syarat akadTerjadi ta‟alluqTerjadi
shafqatain fi al-shafqah.

Anda mungkin juga menyukai