Anda di halaman 1dari 9

RESUME

NAMA: ALAINA SYIFA SANUSI


NIM: D10122496
MATA KULIAH: PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

A. SISTEM EKONOMI ISLAM


Sistem adalah suatu kesatuan yang terdiri atas komponen atau elemen yang
dihubungkan bersama untuk memudahkan aliran informasi, materi, atau energi untuk
mencapai suatu tujuan. Sedangkan ekonomi islam adalah sistem ekonomi yang berbasis islam
yang dimana sumbernya berasal dari al-quran, hadits, ijma, dan qiyas.

Ekonomi islam belakangan ini sedang naik daun karena kepopulerannya di dunia dan
sudah mulai banyak negara yang menerapkan sistem ini. Namun sistem ekonomi islam ini
tidak bertujuan mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya, yang dimana masih sering
terjadinya kesenjangan di desa-desa tertentu, sehingga modal materi terkumpul hanya pada
segelintir orang saja. Ekonomi islam ini memiliki sebuah prinsip yang disebut tolong-
menolong (ta’wun), sinergi, kerja efisien dan tentunya dengan cara yang halal.

Jadi, Sistem ekonomi islam disebut juga dengan sistem ekonomi syariah. Sistem
ekonomi islam adalah suatu sistem ekonomi yang berlandaskan atas syariat atau norma-norma
yang telah diajarkan di agama islam. Jadi segala macam kegiatan ekonomi didasarkan atas
Alquran maupun Hadis. Kegiatan ekonomi nya sebenarnya sama dengan sistem ekonomi
lainnya, seperti jual-beli, simpan-pinjam, dan aktivitas perekonomian lainnya, tetapi yang
membedakan adalah pedoman nya, dimana sistem ekonomi ini benar-benar berpegang teguh
pada syariat islam. Sistem perekonomian islam diterapkan dengan tujuan untuk membuat umat
islam terhindar dari aktivitas perekonomian yang dilarang oleh syariat islam, seperti riba,
dzalim, ikhtikar, dan lain sebagainya. Sistem ekonomi ini disebut sudah diterapkan sejak abad
20, tetapi sebenarnya prinsip-prinsip ekonomi islam sudah terbentuk sejak agama islam
muncul di dunia. Adapun di Indonesia saat ini meskipun memang tidak menganut system
perekonomian islam sepenuhnya, tetapi sejumlah perusahaan perbankan telah menyediakan
fasilitas yang menganut sistem ekonomi islam.
Dalam sistem perekonomian islam sendiri memiliki beberapa prinsip-prinsip yang
berkaitan dengan larangan dalam islam. Jadi, ada beberapa prinsip dan praktik ekonomi islam
yang diterapkan, di antaranya adalah:

• Larangan Maisir
Larangan maisir artinya tidak mengizinkan adanya aktivitas yang berbentuk seperti
perjudian dalam aktivitas perekonomian.

• Larangan Gharar
Larangan gharar pada dasarnya adalah larangan untuk melakukan penipuan. Artinya setiap
kegiatan ekonomi tidak diizinkan untuk menipu orang lain demi keuntungan diri sendiri
dan merugikan orang lain.

• Larangan Barang Haram


Artinya adalah dalam sistem ekonomi islam tidak mengizinkan untuk melakukan transaksi
atau mendapatkan barang dengan cara yang tidak baik atau dilarang dalam islam.

• Larangan Dzalim
Larangan dzalim berarti segala macam kegiatan ekonomi tidak mengizinkan adanya hal-
hal yang dengan sengaja dilakukan untuk merugikan orang lain. Oleh karena itu, dalam
transaksi yang menerapkan ekonomi islam sebaiknya dilakukan dengan cara bagi hasil agar
suatu keuntungan dapat terbagi secara adil tanpa merugikan satu pihak.

• Larangan Ikhtikar
Larangan ikhtikar artinya dalam ekonomi islam tidak diizinkan untuk melakukan
penimbunan barang-barang yang dibutuhkan masyarakat untuk menguntungkan diri
sendiri dan merugikan orang lain.

• Larangan Riba
Larangan riba berarti dalam setiap transaksi perekonomian tidak diizinkan untuk
menerapkan biaya-biaya tambahan. Namun, hal ini dapat dihindari jika sang pemberi,
memberikannya secara ikhlas.
Dengan adanya prinsip sistem ekonomi berbasis islam ini dapat memungkinkan
untuk dijadikan sebagai opsi pemberdayaan masyarakat yang dapat menggerakan sentra
ekonomi lokal di setiap pelosok Indonesia, termasuk pembangunan di daerah pedesaan
ditambah lagi dengan mayoritasnya umat muslim di Indonesia ini sehingga banyak
khalayak yang akan setuju nantinya dengan di terapkannya sistem ekonomi berbasis
syariah ini. Sudah menjadi rahasia umum bahwasannya angka kemiskinan di Indonesia
mencapai 17,92 juta orang. Dan dari sekian banyak jumlah itu didominasi oleh penduduk
yang bertempat tinggal di daerah pedesaan. Dalam Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999
telah menjelaskan tentang Pemerintah Daerah telah melahirkan paradigma baru dalam
pelaksanaan otonomi daerah, yang meletakkan otonomi penuh, luas, dan bertanggung
jawab pada daerah kabupaten dan kota (termasuk desa). Memang bisa dibilang
bahwasannya perekonomian sebuah daerah tidak akan jauh dari sektor usaha yang
berkembang dari daerah itu sendiri, baik itu dari sektor riil yang bergerak dalam bidang
pertanian, industri maupun lainnya sesuai dengan sumber daya alam yang tersedia dalam
daerah tersebut. Dalam sebuah desa pun tak sedikit yang sumberdaya alamnya telah
memadai namun kualitas insaninya yang kurang professional dalam mengelola sumber
daya alam tersebut. Dari data republika.com dikatakan bahwasanya 25% pelaku sektor riil
di desa dalam usia produktif, lainya terhitung telah memasuki usia tidak produktif/senja
yang sudah mulai tidak kuat lagi untuk mengurus pekerjaannya demi kelangsungan
hidupnya. Maka dari itu diperlukan keterlibatan pemuda desa untuk ikut membangun desa
melalui sistem ekonomi berbasis islam ini. Para pemuda desa sangatlah memiliki peran
yang luar biasa dalam pembangunan ekonomi desa. Sehingga desa yang makmur dan
sejahtera yang diharapkan dapat terwujud melalui peran pemuda di desa dan dengan sistem
ekonomi islam. Dalam sistem perekonomian islam sendiri juga memiliki beberapa tujuan
yang dimana nantinya akan di terapkan dalam ekonomi islam, seperti:

1. Dilakukan supaya manusia tidak melanggar


2. Mewujudkan perekonomian yang baik tanpa mengesampingkan norma-norma islam.
3. Diharapkan dapat membuat seseorang tetap berpegang teguh dengan syariat islam
meskipun sudah dihadapkan dengan hal-hal yang berkaitan dengan keuangan.
4. Menciptakan keadilan antar setiap umat manusia.
5. Memberikan kesejahteraan sosial kepada seluruh lapisan masyarakat.
6. Menumbuhkan rasa persaudaraan antar umat karena tidak ada yang merugikan pihak
lain.

Sistem ekonomi islam sebenarnya terbilang baru dibandingkan dengan sistem


ekonomi lainnya yang telah diterapkan di negara-negara Barat. Sistem ekonomi ini menjadi
alternatif dari sistem ekonomi lainnya. Berikut ini adalah kelebihan dari sistem ekonomi
islam:

• Mengedepankan Moral dan Etika


Karena dilandaskan atas syariat-syariat islam, maka sistem ekonomi islam ini
mengedepankan moral dan etika sebagai umat muslim dalam melakukan kegiatan
ekonomi. Jadi ada norma-norma yang mengatur kegiatan ekonomi seperti jual beli agar
tidak menjadi hal yang salah di mata islam. Dengan demikian, etika kita di mata islam akan
baik jika mengikuti norma tersebut.

• Pengambilan Keputusan Dibebaskan


Artinya adalah islam akan memberikan kebebasan kepada umatnya untuk
mengambil berbagai macam keputusan yang tentunya tetap berlandaskan nilai keislaman.
Kebebasan itu akan memaksimalkan tindakan seseorang dalam pengambilan keputusannya
dalam hal kegiatan ekonomi tanpa adanya paksaan dari siapa pun.

• Asas Keadilan dalam Proses Distribusi


Keadilan merupakan salah satu prinsip yang diterapkan dalam sistem ekonomi
islam. Jadi islam akan memberikan batasan supaya proses distribusi tetap adil dan merata
sehingga tidak menimbulkan kesenjangan status sosial.

• Sistem Pemasukan Aman


Maksudnya adalah sistem pemasukan pada ekonomi islam berlandaskan atas
kegiatan yang menghasilkan keuntungan. Sebab, tujuan sistem ekonomi islam ini adalah
menghilangkan sistem bunga agar terhindar dari riba.
• Memberikan Jaminan Sosial
Ekonomi islam memberikan jaminan sosial kepada masyarakat dengan cara
memberikan hak sumber daya, seperti kekayaan yang dikuasai negara.

Dalam penerapannya, ada beberapa bentuk kerjasama yang bisa dilakukan agar
terhindar dari hal-hal yang bertentangan dengan ekonomi islam, di antaranya adalah:
• Mudharabah
Mudharabah artinya adalah kerjasama antara dua belah pihak dimana modal 100
persen milik pemodal, sedangkan pihak lain akan bergerak sebagai pengelola suatu
usaha. Meski modal 100 persen milik pemodal, tetapi nantinya tetap keuntungan akan
dibagi rata sesuai dengan kesepakatan sebelum kerjasama berjalan. Sedangkan ketika
terjadi kerugian dalam usaha tersebut, pemilik modal yang akan bertanggung jawab.
• Musyarakah
Musyarakah adalah kerjasama yang dilakukan dengan cara modal usaha yang
didapat dari dua belah pihak. Jadi musyarakah ini lebih fleksibel dan cenderung lebih
mudah karena untung rugi akan dirasakan bersama dan akan ditanggung bersama sesuai
dengan perjanjian yang telah disepakati pada awal perjanjian.
• Al Muzara’ah
Al Muzara’ah adalah kerjasama yang dilakukan minimal dua belah pihak untuk
mengelola suatu lahan pertanian. Jadi pembagiannya adalah pemilik lahan dan pekerja
yang akan mengerjakan lahan pertanian. Kemudian ketika nanti sudah musim panen, maka
pembagiannya sesuai dengan persentase yang sudah disepakati sejak awal.
• Al Musaqah
Al Musaqah juga bentuk kerjasama yang terkait dengan lahan pertanian. Bedanya
denga Al Muzara’ah adalah dalam bentuk kerjasama ini pekerja lahan hanya bertanggung
jawab untuk memelihara tanaman dan tidak mendapatkan hasil panen dari lahan. Namun,
si pekerja lahan ini akan diberikan imbalan oleh pemilik lahan sesuai dengan perjanjian
tertentu.
Ekonomi islam dan ekonomi konvensional bisa dibilang memiliki perbedaan yang
cukup signifikan. Sebab pada ekonomi islam lebih mengutamakan syariat islam yang
menguntungkan dua belah pihak dalam proses produksi, distribusi, sampai konsumsi.
Sedangkan konvensional lebih mengutamakan kepentingan pribadi. Di dalam ekonomi
islam keadilan adalah hal yang wajib, sedangkan dalam konvensional keadilan bersifat
kebetulan. Selain itu, prinsip ekonomi pada ekonomi islam berdasarkan syariat islam
dimana hal itu berdasarkan wahyu dari Allah SWT, sedangkan ekonomi konvensional
cenderung tidak mempunyai landasan yang dijadikan pedoman dalam kegiatan ekonomi,
jadi berpotensi terjadinya keuntungan satu pihak saja.

B. ISLAM DAN KEBUDAYAAN


Islam mempunyai dua aspek, yakni segi agama dan segi kebudayaan. Dengan
demikian, ada agama islam dan ada kebudayaan islam. Dalam pandangan ilmiah, antara
keduanya dapat dibedakan, tetapi dalam pandangan islam sendiri tak mungkin dipisahkan.
Antara yang kedua dan yang pertama yang membentuk integrasi. Demikian eratnya jalinan
integrasinya, sehingga sering sukar mendudukkan suatu perkara, apakah agama atau
kebudayaan. Misalnya nikah, talak, rujuk, dan waris. Dipandang dari kacamata
kebudayaan, perkara-perkara itu masuk kebudayaan, tetapi ketentuan-ketentuannya berasal
dari Tuhan. Banyak pandangan yang menyatakan agama merupakan bagian dari
kebudayaan, tetapi tak sedikit pula yang menyatakan kebudayaan merupakan hasil dari
agama. Hal ini seringkali membingungkan ketika kita harus meletakan agama (Islam)
dalam konteks kehidupan kita sehari-hari. Koentjaraningrat misalnya, mengartikan
kebudayaan sebagai keseluruhan gagasan dan karya manusia, yang harus dibiasakan
dengan belajar, beserta keseluruhan dari hasil budi dan karya. Ia juga menyatakan bahwa
terdapat unsur-unsur universal yang terdapat dalam semua kebudayaan yaitu, salah satunya
adalah sistem religi. Pandangan di atas, menyatakan bahwa agama merupakan bagian dari
kebudayaan. Dengan demikian, agama (menurut pendapat di atas) merupakan gagasan dan
karya manusia. Bahkan lebih jauh Koentjaraningrat menyatakan bahwa unsur-unsur
kebudayaan tersebut dapat berubah dan agama merupakan unsur yang paling sukar untuk
berubah. Ketika Islam diterjemahkan sebagai agama (religi) berdasar pandangan di atas,
maka Islam merupakan hasil dari keseluruhan gagasan dan karya manusia. Islam pun dapat
pula berubah jika bersentuhan dengan peradaban lain dalam sejarah. Islam lahir dalam
sebuah kebudayaan dan berkembang (berubah) dalam sejarah. Islam merupakan produk
kebudayaan. Islam tidaklah datang dari langit, ia berproses dalam sejarah. Menurut Amer
Al-Roubai, Islam bukanlah hasil dari produk budaya Akan tetapi Islam justru membangun
sebuah budaya, sebuah peradaban. Peradaban yang berdasarkan AlQur’an dan Sunnah
Nabi.
Islam dan Kebudayaan tersebut dinamakan peradaban Islam. Dengan pemahaman
di atas, kita dapat memulai untuk meletakan Islam dalam kehidupan keseharian kita. Kita
pun dapat membangun kebudayaan Islam dengan landasan konsep yang berasal dari Islam
pula. Islam adalah sebuah agama hukum (religion of law). Hukum agama diturunkan oleh
Allah SWT, melalui wahyu yang disampaikan kepada Nabi Muhammad saw., untuk
dilaksanakan oleh kaum Muslimin tanpa kecuali, dan tanpa dikurangi sedikitpun. Dengan
demikian, watak dasar Islam adalah pandangan yang serba normatif dan orientasinya yang
serba legal formalistik. Islam haruslah diterima secara utuh, dalam arti seluruh hukum-
hukumnya dilaksanakan dalam kehidupan bermasyarakat pada semua tingkatan. Secara
umum konsep Islam berangkat dua pola hubungan yaitu hubungan secara vertikal yakni
dengan Allah SWT dan hubungan dengan sesama manusia. Hubungan yang pertama
berbentuk tata agama (ibadah), sedang hubungan kedua membentuk sosial (muama-lah).
Sosial membentuk masyarakat, yang jadi wadah kebudayaan. Konsep tersebut dalam
penerapannya tidak terlepas dari tujuan pembentukan hukum Islam (baca: syari’at) secara
umum, yaitu menjaga kemaslahatan manusia di dunia dan akhirat. Lebih spesifik lagi,
tujuan agama ialah selamat diakhirat dan selamat ruhaniah dunia, sedang tujuan
kebudayaan adalah selamat di dunia saja. Apabila tidak dilaksanakan, terwujud ancaman
Allah SWT, hilang kekuasaan manusia untuk mewujudkan selamat di akhirat. Sebaliknya
apabila mengabaikan hubungan sosial berarti mengabaikan masyarakat dan kebudayaan.
Maka hilanglah kekuasaan untuk mewujudkan selamat di dunia, yang di bina oleh
kebudayaan.
Agama dan kebudayaan dapat saling memepengaruhi sebab keduanya adalah nilai
dan simbol. Agama adalah simbol ketaatan kepada Tuhan. Demikian pula kebudayaan,
agar manusia dapat hidup dilingkungannya.Jadi kebudayaan agama adalah simbol yang
mewakili nilai agama. Terkait dengan perkembangan kebudayaan Islam, jauh sebelum
Islam masuk, budaya-budaya lokal disekitar semenanjung Arab telah lebih dulu
berkembang, sehingga budaya Islam sendiri banyak beral- kulturasi dengan budaya-budaya
lokal tersebut. Salah satu kebudayaan yang cukup berpengaruh terhadap masyarakat Hijaz
adalah kebudayaan Abissinia. Populasi rumpun Semit yang menghuni pesisir daya Laut
Merah masuk kesana secara bertahap dari arah Barat daya Arab dan kebudayaan Persia
turut mewarnai keadaan penduduk Hijaz dan perkembangannya pada masa-masa
berikutnya. Budaya ini mulai memasuki tanah Arab pada abad kemunculan Islam. Sedikit
demi sedikit orang-orang Arab berasimilasi dengan milliu Persia.
Perubahan sesuai dengan pola cita Islam disebut juga Islamisasi (proses
pembentukan kebudayaan Islam diatas kebudayaan yang telah ada). Hal itu dilakukan
dengan cara sosialisasi dan enkulturasi, dengan tetap mengacu pada prinsip-prinsip yang
telah digariskan oleh al- Qur’an dan al-Hadis. Namun secara umum perkembangan budaya
kita kenal dilakukan dengan dua cara yaitu invantion dan acomodation. Invantion adalah
menggali budaya dari luar sedangkan accommodation adalah menerima budaya luar,
terkait penerimaan budaya terdapat tiga cara pula yaitu:

1. Absorption (penyerapan), yaitu penyerapan budaya dan pemikiran dari luar seperti
pemikiran Yunani dan Romawi.
2. Modification (modifikasi) yaitu penyesuaian budaya luar sehingga
diterima oleh Islam, contoh pembuatan masjid dengan kubah, menara dan undakan
3. Elimination (penyaringan) yaitu penyaringan budaya antara diterima atau
dikeluarkan apabila bertentangan dengan Islam.

Dalam Islam sendiri dikenal zona-zona kebudayaan, dan masing-masing zona


mempunyai ciri sendiri-sendiri. Di antaranya Afrika Utara, Afrika Tengah, Timur Tengah,
Turki, Iran, India, Timur Jauh, dan zona Asia Tenggara misalnya, kita memiliki
kebudayaan Islam Aceh, Jawa, Malaysia, Filipina, dan sebagainya. Namun hal yang
disepakati oleh para ahli terkait kebudayaan Islam (Muslim) yaitu bahwa berkembangnya
kebudayaan menurut Islam bukanlah value free (bebas nilai), tetapi justru value bound
(terikat nilai). Keterikatan terhadap nilai tersebut bukan hanya terbatas pada wilayah nilai
insani, tetapi menembus pada nilai Ilahi sebagai pusat nilai, yakni keimanan kepada Allah
SWT, dan iman mewarnai semua aspek kehidupan atau memengaruhi nilai-nilai Islam.
Agama (Islam) bersumberkan wahyu dan memiliki norma-norma sendiri. Karena
bersifat normatif, maka cenderung menjadi permanen. Sedangkan budaya adalah buatan
manusia. Oleh sebab itu ia berkembang sesuai dengan perkembangan zaman dan
cenderung untuk selalu berubah. Sehingga budaya Islam adalah budaya yang berdasar pada
nilai-nilai Islam yaitu al-Qur’an dan Hadis. Kedua, dalam perkembangannya, Kebudayaan
Islam banyak dipengaruhi oleh kebudayaan lokal disekitar semenanjung Arab yang telah
lebih dulu berkembang, sehingga budaya Islam sendiri banyak beralkulturasi dengan
budaya-budaya lokal tersebut. Namun perkembangan kebudayaan menurut Islam bukanlah
value free (bebas nilai), tetapi justru value bound (terikat nilai).

Anda mungkin juga menyukai