Anda di halaman 1dari 11

FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS UPI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BISNIS

UJIAN TENGAH SEMESTER PADAT TA 2022-2023


Mata Kuiah: EKONOMI DAN BISNIS SYARIAH

Hari RABU 26 JULI 2025


Mulai mengerjakan jam 07.30 sampai dengan paling lambat pukul 12.00 WIB TEPAT
Jawaban dikirim via email: eshasenen@upi.edu (
Ingat jawaban paling lambat pukul 12.00 sudah di
emailkan).

Jawablah semua pertanyaan di bawah ini secara berurutan.

1. Perkembangan Ekonomi: Jelaskan sistem ekonomi dunia yang ada secara lengkap,
termasuk makna, ciri dan perbedaan-perbedaannya dengan memberikan analisis dan
contoh.

2. Paradigma ekonomi Islam menyangkut beberapa hal yaitu: Cara Pandang Hidup Islam,
Islam sebagai Jalan Hidup Paradigma Ekonomi Islam, dan Pendekatan Islam terhadap
Masalah Ekonomi. Coba anda jelaskan dan berikan contoh bagaimana
mengimplementasikan dalam kegiatan ekonomi kita.

3. Jelaskan sejarah perkembangan Ekonomi Islam beserta fase-fasenya. Berikan analisis


anda terhadap perkembangan tersebut hingga fase saat ini.

4. Jelaskan dan berikan analisis tentang ekonomi Islam, yang menyangkut: masalah
Pokok Ekonomi Islam, karakteristik, dan Fondasi Ekonomi Islam.

5. Apa saja yang menjadi pilar, Tujuan, Nilai-Nilai, dan Prinsip Dasar dalam Ekonomi
Islam. Berikan pandangan, konsep anda dan contoh untuk menerapkannya dalam
berekonomi.

6. Jelskan konsep dan pengelolaan harta dalam Islam dengan berbagai aspeknya (
seperti yang dijelaskan dalam buku Ekonomi Islam yang telah di bahas. Berikan analisis
dan contoh-contoh.

7. Jelaskan bagaimana peran masyarakat dalam membangun Ekonomi Islam. Berikan


saran dan peran anda ke depan dalam membangun perkenomian tersebut.

Selamat bekerja SECARA MANDIRI !


Nama: Muhammad Muhsin Salim
NIM: 2105766

1. Sistem ekonomi mengacu pada cara suatu masyarakat mengorganisasi dan


mengalokasikan sumber daya yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan
manusia. Di dunia modern, ada beberapa sistem ekonomi yang berbeda, termasuk
sistem ekonomi Islam, sistem ekonomi kapitalis, dan sistem ekonomi sosialis. Berikut
adalah penjelasan singkat mengenai ketiganya, beserta ciri-ciri dan perbedaan
masing-masing:

a. Sistem Ekonomi Islam:


Makna: Sistem ekonomi Islam didasarkan pada prinsip-prinsip ajaran Islam yang
ditemukan dalam Al-Quran dan Hadis Nabi Muhammad. Tujuan utama dari sistem ini
adalah mencapai kesejahteraan sosial, keadilan, dan kesetaraan antara anggota
masyarakat.
Ciri-ciri:
- Larangan riba: Sistem ini melarang praktik riba (bunga) dan spekulasi dalam
transaksi ekonomi.
- Larangan riba: Sistem ini melarang praktik riba (bunga) dan spekulasi dalam
transaksi ekonomi.
- Keadilan sosial: Sistem ekonomi Islam menekankan pentingnya distribusi yang adil
dari kekayaan dan pendapatan.
- Kepemilikan bersama: Sistem ini mendorong kepemilikan bersama dalam beberapa
sektor ekonomi untuk menghindari monopoli dan ketidakadilan.

Contoh: Dalam sistem ekonomi Islam, bank syariah adalah contoh yang relevan. Bank
ini beroperasi tanpa menggunakan bunga, dan keuntungannya dihasilkan dari investasi
dalam proyek-proyek yang berpotensi menguntungkan bagi masyarakat secara
keseluruhan. Contoh negara yang menerapkan sistem ekonomi Islam adalah: Iran,
Saudi Arabia.

b. Sistem Ekonomi Kapitalis:


Makna: Sistem ekonomi kapitalis didasarkan pada kepemilikan swasta atas sumber
daya dan produksi. Tujuan utamanya adalah mencapai pertumbuhan ekonomi dan
keuntungan individu.
Ciri-ciri:
- Kepemilikan swasta: Sebagian besar sumber daya ekonomi dimiliki oleh individu
atau perusahaan swasta.
- Pasar bebas: Interaksi antara penawaran dan permintaan menentukan harga dan
alokasi sumber daya.
- Keuntungan sebagai motivator: Individu dan perusahaan berusaha mencapai
keuntungan sebagai pendorong utama aktivitas ekonomi.
Contoh: Amerika Serikat adalah contoh negara dengan sistem ekonomi kapitalis. Di
sana, mayoritas perusahaan dimiliki secara swasta, dan interaksi pasar menentukan
harga dan alokasi barang dan jasa.

c. Sistem Ekonomi Sosialis:


Makna: Sistem ekonomi sosialis menekankan kepemilikan kolektif atas sumber daya
dan produksi. Tujuan utamanya adalah mencapai kesejahteraan sosial, mengurangi
kesenjangan ekonomi, dan menghindari eksploitasi.
Ciri-ciri:
- Kepemilikan kolektif: Sumber daya dan produksi dimiliki oleh negara atau
masyarakat secara keseluruhan.
- Perencanaan pusat: Pemerintah memiliki peran besar dalam merencanakan dan
mengalokasikan sumber daya ekonomi.
- Kesetaraan: Sistem ini menekankan kesetaraan ekonomi dan mengurangi
kesenjangan pendapatan.

Contoh: Uni Soviet adalah contoh klasik dari sistem ekonomi sosialis. Di sana,
pemerintah memiliki kontrol atas sebagian besar industri utama dan sektor ekonomi
lainnya. Contoh lain negara yang menerapkan sistem ekonomi sosialis adalah: Korea
Utara

Sistem Ekonomi Sistem Ekonomi


Aspek Sistem Ekonomi Islam Kapitalis Sosialis
Kepemilikan pribadi
diakui, tetapi dibatasi Kepemilikan pribadi Kepemilikan pribadi
Kepemilikan oleh syariah Islam diakui secara penuh dibatasi
Kebebasan individu
dalam melakukan Kebebasan individu Kebebasan individu
kegiatan ekonomi dalam melakukan dalam melakukan
dibatasi oleh syariah kegiatan ekonomi tidak kegiatan ekonomi
Kebebasan individu Islam dibatasi dibatasi
Peran pemerintah dalam Peran pemerintah dalam
Peran pemerintah dalam perekonomian sangat perekonomian sangat
Peran pemerintah perekonomian terbatas terbatas besar
Tidak ada jaminan
Ada jaminan sosial bagi sosial bagi masyarakat Ada jaminan sosial bagi
Jaminan sosial masyarakat yang lemah yang lemah masyarakat yang lemah
Perbedaan Utama:
- Sumber daya: Dalam sistem ekonomi Islam dan sosialis, kepemilikan bersama atau
kolektif lebih umum, sementara dalam sistem ekonomi kapitalis, kepemilikan swasta
adalah norma.
- Tujuan: Sistem ekonomi Islam dan sosialis memiliki tujuan sosial dan kesejahteraan
masyarakat, sementara sistem ekonomi kapitalis fokus pada pertumbuhan ekonomi
dan keuntungan individu.
- Peran pemerintah: Sistem ekonomi sosialis dan sebagian sistem ekonomi Islam
memiliki campur tangan pemerintah yang lebih besar dalam perencanaan ekonomi,
sementara sistem ekonomi kapitalis cenderung mengandalkan pasar bebas.

2. Paradigma ekonomi Islam mencakup cara pandang hidup Islam, pemahaman bahwa
Islam adalah jalan hidup, dan pendekatan Islam terhadap masalah ekonomi. Berikut
penjelasan singkat dan contoh implementasinya dalam kegiatan ekonomi:
a. Cara Pandang Hidup Islam
Islam adalah agama yang mengatur seluruh aspek kehidupan manusia,
termasuk ekonomi. Islam memandang bahwa ekonomi adalah bagian dari
ibadah kepada Allah SWT. Oleh karena itu, kegiatan ekonomi harus dilakukan
sesuai dengan ajaran Islam agar dapat memperoleh keberkahan dari Allah
SWT. Islam mengajarkan bahwa kegiatan ekonomi harus dilakukan dengan
cara yang jujur, adil, dan transparan. Islam juga melarang kegiatan ekonomi
yang bersifat spekulatif, riba, dan judi.
Contoh Implementasi:
Seorang pebisnis Muslim akan menjalankan bisnisnya dengan memastikan
praktik bisnisnya sesuai dengan prinsip-prinsip Islam. Misalnya, ia akan
menghindari praktek riba (bunga) dalam transaksi keuangan dan berusaha
untuk memberikan produk dan layanan yang halal dan bermanfaat bagi
masyarakat.

b. Islam sebagai Jalan Hidup


Islam bukan hanya agama yang mengatur hubungan manusia dengan Allah
SWT, tetapi juga mengatur hubungan manusia dengan sesama manusia. Islam
mengajarkan bahwa manusia harus saling tolong-menolong, saling berbagi,
dan saling membantu. Islam juga mengajarkan bahwa manusia harus menjaga
lingkungan hidup. Islam melarang kegiatan ekonomi yang merusak lingkungan
hidup.
Contoh Implementasi:
Pembagian zakat dan infak dalam ekonomi Islam adalah contoh nyata
bagaimana Islam menjadi jalan hidup dalam kegiatan ekonomi. Zakat
merupakan kewajiban bagi umat Muslim untuk memberikan sebagian dari
kekayaan mereka kepada orang-orang yang membutuhkan. Infak adalah
sumbangan sukarela untuk tujuan amal dan kebajikan. Dengan mengikuti
prinsip-prinsip ini, masyarakat Muslim dapat berkontribusi pada
pemberdayaan ekonomi bagi yang kurang mampu.
c. Pendekatan Islam terhadap Masalah Ekonomi
Islam memiliki pendekatan yang unik dan berbeda dari sistem ekonomi lainnya
dalam menyelesaikan masalah ekonomi. Pendekatan Islam terhadap masalah
ekonomi didasarkan pada prinsip-prinsip keadilan, keseimbangan, dan
keberlanjutan. Islam mengajarkan bahwa kegiatan ekonomi harus dilakukan
dengan cara yang adil dan tidak merugikan orang lain. Islam juga mengajarkan
bahwa kegiatan ekonomi harus dilakukan dengan cara yang seimbang antara
kepentingan individu dan kepentingan masyarakat. Islam juga mengajarkan
bahwa kegiatan ekonomi harus dilakukan dengan cara yang berkelanjutan,
yaitu tidak merusak lingkungan hidup.
Contoh Implementasi:
Salah satu contoh implementasi pendekatan Islam terhadap masalah ekonomi
adalah praktik keuangan syariah. Bank-bank syariah beroperasi berdasarkan
prinsip-prinsip Islam yang melarang riba (bunga) dan spekulasi. Mereka juga
berinvestasi dalam sektor bisnis yang sesuai dengan nilai-nilai Islam, seperti
industri halal atau proyek-proyek yang memiliki dampak sosial positif.

3. Sejarah perkembangan ekonomi Islam dapat diuraikan melalui empat fase utama, yaitu
fase formatif, fase perkembangan, fase stagnasi, dan fase kebangkitan. Berikut adalah
penjelasan dan analisis terhadap masing-masing fase hingga saat ini:

1. Fase Pertama - Fase Formatif:


Fase formatif ekonomi Islam dimulai dari masa Nabi Muhammad SAW dan periode
Khulafa'ur Rasyidin hingga akhir abad ke-2 H. Pada masa ini, prinsip-prinsip ekonomi
Islam mulai diterapkan dan didefinisikan melalui ajaran Islam, termasuk larangan riba
(bunga) dan praktik-praktik ekonomi yang mencerminkan keadilan sosial. Beberapa
tokoh ekonomi penting pada fase ini adalah Abu Bakar Ash-Shiddiq, Umar bin
Khattab, dan Abu Yusuf.

Analisis: Fase formatif ini merupakan fondasi bagi pengembangan sistem ekonomi
Islam. Prinsip-prinsip ekonomi yang muncul pada masa ini menjadi landasan bagi
fase-fase berikutnya dan membentuk inti dari pandangan ekonomi Islam.

2. Fase Kedua - Fase Perkembangan:


Fase perkembangan ekonomi Islam berlangsung dari abad ke-5 H hingga abad ke-9 H.
Pada masa ini, banyak karya intelektual di bidang ekonomi muncul, yang melibatkan
para ahli fikih, filsuf, dan sufi. Tokoh-tokoh penting pada fase ini antara lain
Al-Ghazali, Ibn-Khaldun, dan Al-Maqrizi. Karya-karya mereka mengembangkan
pemikiran ekonomi Islam lebih lanjut dan menjelaskan tentang prinsip-prinsip
ekonomi yang sesuai dengan ajaran Islam.

Analisis: Fase ini merupakan masa keemasan intelektual di bidang ekonomi Islam, di
mana banyak teori dan konsep ekonomi Islam diuraikan secara sistematis. Pemikiran
ekonomi Islam semakin mendalam dan beragam, mencakup bidang-bidang seperti
etika bisnis, perdagangan, dan keuangan.

3. Fase Ketiga - Fase Stagnasi:


Fase stagnasi ekonomi Islam berlangsung dari abad ke-9 H hingga abad ke-14 H. Pada
masa ini, tidak ditemukan pemikiran ekonomi Islam yang signifikan. Faktor-faktor
tertentu, seperti penurunan kegiatan intelektual dan pergeseran kekuasaan politik,
berkontribusi pada stagnasi dalam perkembangan ekonomi Islam.

Analisis: Fase stagnasi ini menunjukkan periode keheningan dalam perkembangan


ekonomi Islam, yang kemungkinan dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial, politik, dan
ekonomi pada masa itu.

4. Fase Keempat - Fase Kebangkitan:


Fase kebangkitan ekonomi Islam dimulai pada tahun 1932 dan berlanjut hingga saat
ini. Pada fase ini, mulai muncul tulisan-tulisan yang menggali pemikiran ekonomi dari
tokoh-tokoh Muslim klasik dan membandingkan pandangan Islam terhadap ekonomi
dengan pemikiran Barat, seperti kapitalisme dan sosialisme. Gerakan ekonomi Islam
melahirkan lembaga keuangan syariah dan sektor industri halal, dengan beberapa
negara memiliki visi menjadi pusat industri halal dunia.

Tokoh-tokoh penting pada fase ini antara lain Mawlana Mawdudi, Umar Chapra,
Nejatullah ash-Sidqi, dan Baqir as-Sadr, yang memiliki peran penting dalam
mengembangkan pemikiran ekonomi Islam modern.

Analisis: Fase kebangkitan ini menandai revitalisasi pemikiran ekonomi Islam dalam
konteks modern. Tokoh-tokoh ekonomi Islam terkemuka telah berusaha untuk
menyelaraskan prinsip-prinsip Islam dengan tantangan dan kesempatan ekonomi
kontemporer. Dalam era globalisasi, ekonomi Islam menjadi semakin relevan sebagai
alternatif dalam menciptakan keadilan sosial dan kesejahteraan bagi masyarakat.

Sejarah perkembangan ekonomi Islam mengalami beberapa fase, dari formatif hingga
kebangkitan saat ini. Melalui perjalanan tersebut, pemikiran ekonomi Islam
mengalami evolusi dan adaptasi untuk mengatasi perubahan zaman dan tantangan
ekonomi global. Dalam fase kebangkitan saat ini, ekonomi Islam menunjukkan
potensi untuk menjadi alternatif yang berarti dalam menciptakan keadilan sosial dan
menghasilkan perekonomian yang berkelanjutan.

4. Ekonomi Islam memiliki pendekatan yang unik dalam menghadapi tantangan ekonomi
dan memberikan solusi berdasarkan nilai-nilai Islam. Berikut penjelasan dan analisis
tentang masalah pokok ekonomi Islam, karakteristik, dan fondasi ekonomi Islam:

1. Masalah Pokok Ekonomi Islam:


Masalah pokok ekonomi Islam bukanlah kelangkaan sumber daya alam atau
kebutuhan manusia yang tidak terbatas, seperti dalam teori ekonomi konvensional.
Lebih dari itu, fokus utama ekonomi Islam adalah pada kurang meratanya distribusi
sumber daya di antara manusia. Ajaran Islam mendorong terciptanya keadilan sosial
dan distribusi yang adil agar kebutuhan dasar semua individu dapat terpenuhi.

Analisis: Pendekatan ekonomi Islam memberikan perhatian yang kuat pada aspek
keadilan sosial dan distribusi yang adil. Hal ini merupakan reaksi terhadap
kesenjangan ekonomi yang umum terjadi dalam sistem ekonomi kapitalis, di mana
sebagian kecil orang kaya memiliki kontrol atas sebagian besar kekayaan dan sumber
daya.

2. Karakteristik Ekonomi Islam:


a. Ketuhanan (iqtishad rabbani): Semua aspek ekonomi diarahkan untuk
mencapai ridha Allah dan melaksanakan ajaran-Nya.
b. Berorientasi pada akhlak (iqtishad akhlaqi): Prinsip-prinsip etika dan moral
Islam harus menjadi panduan dalam setiap aktivitas ekonomi.
c. Berwawasan pada kemanusiaan (iqtishad insani): Ekonomi Islam
mengutamakan kesejahteraan dan kemaslahatan umat manusia, mengutip dari
perspektif kehidupan yang lebih luas.
d. Ekonomi pertengahan (iqtishad wasati): Pendidikan Islam menolak
ekstremisme dalam ekonomi dan mendorong keseimbangan dalam aspek
material dan spiritual.

Analisis: Karakteristik ekonomi Islam mencerminkan pendekatan holistik dalam


mencapai kesejahteraan, dengan mempertimbangkan aspek spiritual, moral, dan
material. Hal ini mencerminkan prinsip-prinsip Islam yang mengajarkan
kesederhanaan, keadilan, dan keseimbangan dalam kehidupan.

3. Fondasi Ekonomi Islam:


a. Akidah: Akidah (keyakinan) menjadi fondasi utama ekonomi Islam, karena
mengakui Allah sebagai pemilik sejati segala sesuatu. Pemahaman akan
kepemilikan bersama dengan Allah mengarahkan perilaku ekonomi untuk
mencapai ridha-Nya.
b. Syariah: Hukum syariah Islam menjadi landasan hukum dalam aktivitas
ekonomi. Prinsip-prinsip syariah mengatur aspek transaksi, kontrak,
kepemilikan, dan kewajiban sosial, termasuk larangan riba dan perdagangan
yang haram.
c. Akhlak: Etika dan moralitas menjadi bagian penting dari fondasi ekonomi
Islam. Tindakan ekonomi harus dilakukan dengan integritas dan tanggung
jawab.
d. Ukhuwah: Solidaritas dan persaudaraan dalam masyarakat merupakan
fondasi pendukung ekonomi Islam, di mana semua anggota masyarakat harus
saling membantu dan berbagi dalam mencapai kesejahteraan bersama.
Analisis: Fondasi ekonomi Islam menegaskan pentingnya integritas moral,
kepemilikan bersama dengan Allah, dan kesatuan dalam mencapai kesejahteraan. Hal
ini mencerminkan pendekatan berbasis nilai dalam ekonomi Islam yang berbeda dari
pandangan ekonomi konvensional yang lebih berfokus pada aspek material dan
individualisme.

Ekonomi Islam menawarkan pendekatan yang berbeda dari teori ekonomi


konvensional. Masalah pokok ekonomi Islam melibatkan distribusi yang adil dan
keadilan sosial. Karakteristik ekonomi Islam berdasarkan pada nilai-nilai etika, moral,
dan spiritualitas, dengan tujuan mencapai kemanusiaan dan keseimbangan. Fondasi
ekonomi Islam berakar pada akidah, syariah, akhlak, dan ukhuwah, yang menyediakan
panduan utama bagi perilaku ekonomi dalam pandangan Islam.

5. 1. Pilar Ekonomi Islam:


a. Keadilan ('Adalah): Prinsip keadilan dalam ekonomi Islam menekankan pentingnya
distribusi yang adil dari sumber daya dan kekayaan. Tidak ada monopoli atau
eksploitasi dalam sistem ekonomi Islam, dan semua orang memiliki hak yang sama
untuk mencapai kesejahteraan.

b. Keseimbangan (Tawaazun): Ekonomi Islam menganjurkan keseimbangan antara


aspek material dan spiritual dalam kehidupan. Tidak hanya berfokus pada
pertumbuhan ekonomi semata, tetapi juga mempertimbangkan kesejahteraan rohaniah
dan sosial.

c. Kemaslahatan (Mashlahah): Prinsip kemaslahatan menekankan bahwa setiap


tindakan ekonomi harus mengarah pada kesejahteraan dan kemaslahatan masyarakat
secara keseluruhan, baik dalam kehidupan dunia maupun akhirat.

2. Tujuan Ekonomi Islam:


Tujuan ekonomi Islam adalah mencapai maslahat (kemaslahatan) untuk kesejahteraan
dunia dan akhirat melalui tata kehidupan yang baik dan terhormat (hayyatan
thayyiban). Mewujudkan falah (kesejahteraan) masyarakat secara umum adalah tujuan
akhir dari penerapan ekonomi Islam.

3. Nilai-Nilai Ekonomi Islam:


a. Kepemilikan Allah SWT secara absolut: Semua sumber daya dan kekayaan adalah
milik Allah, dan manusia adalah khalifah yang bertanggung jawab atas
pengelolaannya secara adil dan bijaksana.

b. Berusaha dengan berkeadilan: Usaha ekonomi harus dilakukan dengan keadilan,


tanpa eksploitasi atau ketidakadilan terhadap orang lain.
c. Kerja sama dengan kebaikan: Prinsip ini mendorong kolaborasi dan kerjasama
dalam mencapai tujuan ekonomi yang bermanfaat bagi masyarakat.

d. Pertumbuhan yang seimbang: Ekonomi Islam menekankan pertumbuhan yang


berkelanjutan dan seimbang antara aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan.

4. Prinsip Dasar dalam Ekonomi Islam:


a. Pengendalian harta individu: Individu diberikan hak atas kepemilikan, tetapi dengan
tanggung jawab untuk menggunakan dan memanfaatkannya dengan bijaksana dan
sesuai syariat.

b. Distribusi pendapatan yang inklusif: Sumber daya dan kekayaan harus


didistribusikan secara adil untuk memastikan keadilan sosial dan mengatasi
kesenjangan ekonomi.

c. Bertransaksi produktif dan berbagi hasil: Prinsip ini mendorong transaksi ekonomi
yang produktif dan berorientasi pada berbagi hasil dan risiko dengan adil.

d. Transaksi keuangan terkait erat sektor riil: Ekonomi Islam menghindari praktik
finansial yang bersifat spekulatif dan tidak berbasis pada kegiatan riil yang produktif.

e. Partisipasi sosial untuk kepentingan publik: Masyarakat diharapkan berpartisipasi


dalam kegiatan ekonomi yang menghasilkan manfaat bagi kesejahteraan publik.

f. Bertransaksi atas kerja sama dan keadilan: Setiap transaksi ekonomi harus dilakukan
dengan sikap kerjasama, kejujuran, dan keadilan.

Pandangan dan Konsep: Ekonomi Islam menekankan pentingnya nilai-nilai etika,


keadilan sosial, dan keseimbangan dalam mencapai kesejahteraan masyarakat.
Prinsip-prinsip ekonomi Islam menawarkan alternatif untuk menciptakan ekonomi
yang berkelanjutan dan adil bagi semua anggota masyarakat.

Contoh Penerapan:
Misalnya, dalam transaksi bisnis, seorang pebisnis Muslim harus memastikan bahwa
transaksi tersebut berada dalam batasan syariah dan tidak melibatkan praktik riba atau
perdagangan barang haram. Selain itu, pebisnis juga harus memperhatikan adil dalam
pembagian keuntungan dan risiko dengan mitra bisnis atau karyawan.

Penerapan prinsip berbagi hasil juga dapat dilihat dalam skema pembiayaan
mudharabah di bank syariah, di mana bank berperan sebagai modalis dan nasabah
sebagai pengelola usaha. Keuntungan dibagi berdasarkan kesepakatan awal dan risiko
juga dibagi di antara kedua belah pihak.
Dengan menerapkan prinsip-prinsip ini, ekonomi Islam dapat menciptakan lingkungan
bisnis yang berorientasi pada kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan dan
mengedepankan nilai-nilai keadilan dan kemaslahatan.

6. Islam adalah agama yang mengatur seluruh aspek kehidupan manusia, termasuk
ekonomi. Dalam Islam, harta adalah milik Allah SWT dan manusia hanya sebagai
pengelolanya. Oleh karena itu, Islam mengajarkan umatnya untuk mengelola harta
dengan cara yang baik dan bermanfaat bagi diri sendiri, keluarga, dan masyarakat.

Ada banyak konsep dan prinsip pengelolaan harta dalam Islam. Salah satu konsep
yang paling penting adalah konsep zakat. Zakat adalah salah satu rukun Islam yang
wajib ditunaikan oleh setiap muslim yang memiliki harta yang memenuhi syarat.
Zakat berfungsi untuk membersihkan harta, mendistribusikan kekayaan secara merata,
dan membantu orang yang membutuhkan.

Konsep lain yang penting dalam pengelolaan harta dalam Islam adalah konsep wakaf.
Wakaf adalah sedekah yang tidak akan terputus pahalanya sampai hari kiamat. Wakaf
dapat berupa tanah, bangunan, uang, atau benda lainnya yang bermanfaat untuk
masyarakat umum.

Selain zakat dan wakaf, ada banyak konsep dan prinsip pengelolaan harta lainnya
dalam Islam. Konsep-konsep tersebut semuanya bertujuan untuk menciptakan
masyarakat yang adil, makmur, dan sejahtera.

Berikut adalah beberapa contoh pengelolaan harta dalam Islam:

Seorang muslim yang memiliki uang lebih dapat menyisihkan sebagiannya untuk
zakat. Zakat dapat diberikan kepada fakir miskin, orang yang berhutang, orang yang
terlantar, dan orang yang berjuang di jalan Allah SWT.
Seorang muslim yang memiliki tanah dapat mewakafkannya untuk kepentingan
umum. Wakaf dapat digunakan untuk membangun masjid, sekolah, rumah sakit, atau
fasilitas umum lainnya.
Seorang muslim yang memiliki usaha dapat menerapkan prinsip-prinsip ekonomi
Islam dalam kegiatan usahanya. Prinsip-prinsip tersebut antara lain menghindari riba,
menyeimbangkan kepentingan individu dan masyarakat, dan menjaga lingkungan
hidup.
Dengan menerapkan konsep dan prinsip pengelolaan harta dalam Islam, kita dapat
menciptakan masyarakat yang adil, makmur, dan sejahtera.

7. Masyarakat memiliki peran penting dalam membangun ekonomi Islam. Berikut adalah
beberapa peran masyarakat dalam membangun ekonomi Islam:

Mengenal dan memahami prinsip-prinsip ekonomi Islam. Masyarakat perlu mengenal


dan memahami prinsip-prinsip ekonomi Islam agar dapat menerapkannya dalam
kehidupan sehari-hari. Prinsip-prinsip ekonomi Islam dapat ditemukan dalam
Al-Qur'an, As-Sunnah, dan Ijma'.
Mendukung perkembangan lembaga keuangan Islam. Masyarakat dapat mendukung
perkembangan lembaga keuangan Islam dengan menggunakan jasanya dan
memberikan saran dan masukan. Lembaga keuangan Islam adalah lembaga keuangan
yang menerapkan prinsip-prinsip ekonomi Islam.
Membeli produk dan jasa yang halal. Masyarakat dapat membeli produk dan jasa yang
halal agar dapat membantu perekonomian umat Islam. Produk dan jasa yang halal
adalah produk dan jasa yang tidak mengandung unsur riba, judi, dan hal-hal haram
lainnya.
Berzakat, berwakaf, dan infak. Zakat, wakaf, dan infak adalah salah satu bentuk
ibadah yang dapat membantu membangun ekonomi Islam. Zakat adalah kewajiban
bagi setiap muslim yang memiliki harta yang memenuhi syarat. Wakaf adalah sedekah
yang tidak akan terputus pahalanya sampai hari kiamat. Infak adalah sedekah yang
tidak wajib, tetapi dianjurkan untuk dilakukan.
Saya dapat berperan dalam membangun ekonomi Islam dengan cara:

Mengenalkan dan memahami prinsip-prinsip ekonomi Islam kepada masyarakat. Saya


dapat melakukan hal ini dengan memberikan ceramah, menulis artikel, atau membuat
video tentang ekonomi Islam.
Mendukung perkembangan lembaga keuangan Islam. Saya dapat melakukan hal ini
dengan menggunakan jasa lembaga keuangan Islam dan memberikan saran dan
masukan kepada lembaga keuangan Islam.
Membeli produk dan jasa yang halal. Saya dapat melakukan hal ini dengan memilih
produk dan jasa yang halal saat berbelanja.
Berzakat, berwakaf, dan infak. Saya dapat melakukan hal ini dengan menyisihkan
sebagian rezeki saya untuk zakat, wakaf, dan infak.
Saya percaya bahwa dengan peran aktif masyarakat, ekonomi Islam dapat berkembang
dan menjadi solusi bagi berbagai masalah ekonomi yang dihadapi umat Islam.

Nama: Muhammad Muhsin Salim


NIM: 2105766

Anda mungkin juga menyukai