Anda di halaman 1dari 4

EKONOMI DAN BISNIS SYARIAH

RESUME

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Ekonomi dan Bisnis Syariah
Dosen Pengampu :
Dr. Juliana, S.Pd., M.E.Sy.
Masharyono, AP., S.Pd., M.M.

Oleh :
Delianita Azhar Humaira
2004125

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BISNIS


FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2022
A. RUANG LINGKUP DAN ASAS SISTEM EKONOMI ISLAM

Dewasa ini masih terdapat anggapan – anggapan bahwa islam merupakan ajaran yang
hanya membahas masalah ritual dan akhlat semata. Saat kita melihat fenomena ditengah –
tengah masyarakat seolah – olah islam adalah agama yang tidak mengatur ekonomi, social, dan
juga politik. Maka dampak dari pemahaman tersebut menimbulkan sebuah kesimpulan bahwa
islam adalah agama ritual yang dapat berimbas kepada kesalahpahaman tentang system
ekonomi islam.

Maka dari itu, kini muncul pendapat – pendapat bahwa system ekonomi islam adalah
system ekonomi kapitalis – riba + zakat + akhlaq. Jika kita melihat dalam perspektif islam
dalam agama mengatur hubungan manusia dengan Allah Swt. dalam ibadah (sholat, puasa,
zakat, dll). Tetapi dalam konteks lain, perlu dipahami juga bahwa islam bukan hanya agama
yang sifatnya hablun min allah tetapi hablun min annas yaitu hubungan sesama manusia yang
mencakup system pemerintahan, system ekonomi, social, Pendidikan, dan sebagainya. Selain
itu juga ada hablun min annafs yaitu hubungan manusia dengan dirinya sendiri, artinya agama
mengatur hokum berpakaian, makan, minum, dan sebagainya. Semua hal ini adalah
kesempurnaan agama islam yang bukan hanya mengatur ritual semata.

System ekonomi sebagai bagian system islam

Sistem didefinisikan sebagai sebuah struktur yang terdiri atas bagian – bagian yang
memiliki fungsi – fungsi sendiri guna melayani atau mencapai tujuan (Rahardjo, dalam Naqvi,
1985:11). Sementara itu menurut An-Nabhani (1953:22), system adalah setiap peraturan yang
lahir dari aqidah yang berfungsi untuk memecahkan dan mengatasi problema hidup manusia,
menjelaskan bagaimana cara pemecahannya, memeliharanya serta mengembangkannya.
Keberadaan system ekonomi islam ditunjukkan oleh :

- Secara normatif Allah Swt. telah mengatur manusia dengan aturan yang komprehensif
- Secara historik, berbagai bukti dapat dilihat dalam catatan sejarah yang mengungkapkan
bagaimana system islam termasuk system ekonomi islam yang diterapkan selama berabad
– abad.
- Secara empirik masih terdapat bukti peninggalan pelaksanaan system islam sampai saat ini
meskipun secara parsial.

Ilmu ekonomi islam yang positif cenderung mempelajari hal atau problem – problem
ekonomi secara apa adanya. Sementara ilmu ekonomi yang normative mempersoalkan tentang
apa yang seharusnya, padahal system ekonomi islam tidak dapat dipandang secara positif
ataupun normative secara terpisah. Artinya dalam system ekonomi islam terdapat aspek – aspek
yang normative dan positif, jika kita masih tetap ingin menggunakan definisi ekonomi barat
yang saling berkaitan erat, sehingga setiap usaha untuk memisahkannya akan berakibat
menyesatkan dan tidak produktif.

Hingga saat ini masih terdapat kerancuan pemahaman mengenai sejauh mana islam
mengatur masalah ekonomi. Dimana kelompok pertama berpendapat bahwa islam tidak pernah
mengatur masalah ekonomi, karena ekonomi hanyalah bagian dari ilmu yang bersifat universal.
Sementara kelompok kedua berpendapat bahwa seluruh cabang ekonomi sekarang harus
ditinggalkan, karenanya keseluruhan teori ekonomi harus dibangun kembali dengan bersumber
kepada islam. Hal ini karena bidang ekonomi sendiri terbagi menjadi dua yaitu ilmu ekonomi
dan cabang ekonomi. Kegiatan memperbanyak jumlah, hingga menjaga pengadaannya
merupakan ranah dari ilmu ekonomi, sementara tatacara distribusi ditengah masyarakat
termasuk dalam system ekonomi.

Asas system ekonomi islam


Dalam konteks islam manusia secara fitrah memiliki kebutuhan jasmani, naluri, dan
naluri untuk bertahan. Tetapi ketika manusia diserahkan untuk mengatur bagaimana
memuaskan kebutuhannya ada beberapa sudut pandang, yaitu :

1. Sosialisme, yaitu membatasi kepemilikan


2. Kapitalisme, yaitu kebebasan kepemilikan.
3. Islam, yaitu terdapat sebab kepemilikan. Sebab kepemilikan dalam islam diantaranya
waris, harta tanpa kompensasi, sebab kepemilikan karena bekerja ataupun pemberian
negara.

B. ASAS DAN KAEDAH UMUM SISTEM EKONOMI ISLAM

Agar manusia benar – benar tertib dan teratur dalam penguasaannya terhadap harta
kekayaan yang ada di muka bumi, maka Allah Swt. telah memberi aturan kepada manusia
secara berlapis – lapis yang disebut sebagai pilar – pilar ekonomi islam. Pilar – pilar ekonomi
islam diantaranya kepemilikan (individu, umum, negara), pemanfaatan kepemilikan (halal,
sunnah, makruh), dan distribusi harta kekayaan ditengah manusia.

1. Kepemilikan

Kepemilikan Individu merupakan hukum syariat yang berlaku bagi zat atau manfaat tertentu
yang memungkinkan bagi yang memperolehnya untuk memanfaatkannya secara langsung atau
mengambil kompensasi (‘iwad) dari barang tersebut. Sebab – sebab kepemilikan diantaranya :

a. Bekerja, dimana pekerjaan yang dihalalkan diantaranya adalah menghidupkan tanah


mati, menggali kandungan bumi, berburu, makelar, mudharabah, musaqah, dan ijarah
b. Waris, yang didasarkan pada nash Qur’an yang qat’I, bersifat taufiqi dan tidak disertai
dengan iliat.
c. Kebutuhan harta untuk menyambung hidup
d. Pemberian harta negara kepada rakyat
e. Harta yang diperoleh tanpa kompensasi harta atau tenaga.

Kepemilikan umum adalah izin syariat kepada masyarakat untuk Bersama – sama
memanfaatkan suatu benda. Jenisnya seperti barang kebutuhan umum (air, hutan, minyak
bumi), barang tambang besar (tambang emas, perak, bauksit), dan sumber daya alam yang sifat
pembentukannya menghalangi untuk dimiliki individu (jalan, jembatan, gunung, bukit).

Anda mungkin juga menyukai