Anda di halaman 1dari 5

ENTREPRENEURSHIP DALAM ISLAM

Sejarah Islam mencatat bahwa Entrepreneurship telah dimulai sejak lama, pada masa Adam
AS. Dimana salah satu anaknya Habil berwirausaha dengan bercocok tanam dan Qobil
berwirausaha dengan menggembala hewan ternak.
Banyak sejarah nabi yang menyebutkan mereka beraktivitas di kewirausahaan, sebagian dari
mereka berwirausaha di sektor pertanian,peternakan, kerajinan dan bisnis perdagangan.
Contoh yang paling nyata adalah Nabi Muhammad SAW, awalnya beliau terlibat di bisnis
dengan memelihara dan menjual domba, kemudian membantu bisnis pamannya dan akhirnya
me-manageer-i bisnis saidatina khadijah.
Konsep Entrepreneurship dalam pandangan Islam

1. Syumul (terintegrasi) yang berarti entrepreneurship tidakterpisah atau terisolasi dari


islam itu sendiri, justru entrepreneurship berada dalam sistem islam
(aqidah,syariah,akhlad & etika) supaya kegiatanberwirausaha tidak terasing dari
kewajiban-kewajiban lain di dalam islam.

2. Berniaga di dunia tetapi punya hubungan dengan agama dan kehidupan di akhirat.
Dunia Untung,Akhirat Untung^^-

3. Sebagai agama untuk kesejahteraan dunia dan akhriat, islam memandang tinggi
kegiatan kewirausahaan ini.

Dalil hadist nabi : sesunggunga 9/10 sumber rejeki diperoleh melalui perniagaan.
Dan Allah menghalalhan jual beli dan mengharamkan riba (Qs:2:275)
4. Dengan niat dan cara yang diridhoi Allah, berwirausaha menjadi salah satu ibadat dan
mendapat ganjaran pahala di sisi Allah karena ia menyumbang kepada sumber rejeki individu
dan keluarga. Dengan memenuhi keperluan masyarakat baik dengan barang/jasa dianggap
sebagai penunaian Fardhu kifayah dengan jalan memenuhi salah satu barang/jasa keperluan
masyarakat.
Definisi Entrepreneurshi (E/ship) dalam Islam
Kewirausahaan adalah segala aktivitas bisnis yang diusahakan secara perniagaan dalam
rangka memproduksi suatau barang atau jasa dengan jalan tidak bertentangan dengan syariat.

Kewirausahaan dianggap sebagai jihad fii sabilillah (strong efforts to do good


things in the name of Allah)

Entrepreneur dianggap sebagai amal Sholeh (good deeds) karena kegiatan e/ship
menyediakan pendapatan kepada individu, menawarkan kesempatan kerja kepada
masyarakat, sehingga mengurangi kemiskinan. Dimana kemiskinan adalah salah atu
dari persoalan sosial.

E/ship juga meningkatkan perekonomian masyarakat^^. Dengan melakukan


kebajikan melalui E/ship, akan mendorong terciptanya hubungan yang harmonis
antara individu dan individu serta akan membantu menjaga hubungan yang lebih baik
antara individu dengan tuhannya.

Meningkatkan kualitas hidup, hidup lebih nyaman menguatkan kedudukan socio-


econimic negara, agama dan bangsa.
Membantu mengembangkan khairun ummah (masyarakat terbaik, yang produktif
dan maju (progreessive)

Pedoman utama dalam kewirausahaan islami


Agar kegiatan kewirausahaan dianggap sebagai 'ibadah':

Tetap melakukan Ibadah, Sholat, dan Puasa dan ibadah-ibadah lain di antara
kesibukan sebagai entrepreneur.

Hindari melakukan hal-hal yang dilarang oleh Allah.

Pelajari sikap seorang pengusaha muslim yang baik.

Bisnis yang baik perencanaan strategi (tidak pergi dari ajaran Islam)

Mengetahui aturan (hukum) bermuamalah secara islami.

Source tambahan mengenai muamalah menyebutkan:


Ajaran muamalah adalah bagian paling penting (dharuriyat) dalam ajaran Islam. Dalam kitab
Al-Muamalah fil Islam, Dr. Abdul Sattar Fathullah Said mengatakan :

Artinya :
Di antara unsur dharurat (masalah paling penting) dalam masyarakat manusia adalah
Muamalah, yang mengatur hubungan antara individu dan masyarakat dalam kegaiatan
ekonomi. Karena itu syariah ilahiyah datang untuk mengatur muamalah di antara manusia
dalam rangka mewujudkan tujuan syariah dan menjelaskan hukumnya kepada mereka
Menurut ulama Abdul Sattar di atas, para ulama sepakat tentang mutlaknya ummat Islam
memahami dan mengetahui hukum muamalah maliyah (ekonomi syariah)

Artinya :
Ulama sepakat bahwa muamalat itu sendiri adalah masalah kemanusiaan yang maha penting
(dharuriyah basyariyah)
Fardhu Ain
Husein Shahhathah (Al-Ustaz Universitas Al-Azhar Cairo) dalam buku Al-Iltizam bi
Dhawabith asy-Syariyah fil Muamalat Maliyah (2002) mengatakan, Fiqh muamalah
ekonomi, menduduki posisi yang sangat penting dalam Islam. Tidak ada manusia yang tidak
terlibat dalam aktivitas muamalah, karena itu hukum mempelajarinya wajib ain (fardhu) bagi
setiap muslim.
Husein Shahhatah, selanjutnya menulis, Dalam bidang muamalah maliyah ini, seorang
muslim berkewajiban memahami bagaimana ia bermuamalah sebagai kepatuhan kepada
syariah Allah. Jika ia tidak memahami muamalah maliyah ini, maka ia akan terperosok
kepada sesuatu yang diharamkan atau syubhat, tanpa ia sadari. Seorang Muslim yang
bertaqwa dan takut kepada Allah swt, Harus berupaya keras menjadikan muamalahnya
sebagai amal shaleh dan ikhlas untuk Allah semata Memahami/mengetahui hukum
muamalah maliyah wajib bagi setiap muslim, namun untuk menjadi expert (ahli) dalam
bidang ini hukumnya fardhu kifayah
Oleh karena itu, Khalifah Umar bin Khattab berkeliling pasar dan berkata :

Tidak boleh berjual-beli di pasar kita, kecuali orang yang benar-benar telah mengerti fiqh
(muamalah) dalam agama Islam (H.R.Tarmizi)
Berdasarkan ucapan Umar di atas, maka dapat dijabarkan lebih lanjut bahwa umat Islam :
Tidak boleh beraktifitas bisnis, kecuali faham tentang fikih muamalah
Tidak boleh berdagang, kecuali faham fikih muamalah
Tidak boleh beraktivitas perbankan, kecuali faham fiqh muamalah
Tidak boleh beraktifitas asuransi, kecuali faham fiqh muamalah
Tidak boleh beraktifitas pasar modal, kecuali faham fiqh muamalah
Tidak boleh beraktifitas koperasi, kecuali faham fiqh muamalah
Tidak boleh beraktifitas pegadaian, kecuali faham fiqh muamalah
Tidak boleh beraktifitas reksadana, kecuali faham fiqh muamalah
Tidak boleh beraktifitas bisnis MLM,kecuali faham fiqh muamalah
Tidak boleh beraktifitas jual-beli, kecuali faham fiqh muamalah
Tidak boleh bergiatan ekonomi apapun, kecuali faham fiqh muamalah
Sehubungan dengan itulah Dr.Abdul Sattar menyimpulkan :

.
Artinya : Dari sini jelaslah bahwa Muamalat adalah inti terdalam dari tujuan agama Islam
untuk mewujudkan kemaslahatan kehidupan manusia. Karena itu para Rasul terdahulu
mengajak umat (berdakwah) untuk mengamalkan muamalah, karena memandangnya sebagai
ajaran agama yang mesti dilaksanakan, Tidak ada pilihan bagi seseorang untuk tidak
mengamalkannya.(Hlm.16)
Dalam konteks ini Allah berfirman :



{ 84}

Artinya :
Dan kepada penduduk Madyan, Kami utus saudara mereka, Syuaib. Ia berkata, Hai
Kaumku sembahlah Allah, sekali-kali Tiada Tuhan bagimu selain Dia. Dan Janganlah kamu
kurangi takaran dan timbangan. Sesungguhnya aku melihat kamu dalam keadaan yang baik.
Sesungguhnya aku khawatir terhadapmu akan azab hari yang membinasakan (kiamat).
Dan Syuaib berkata,Hai kaumku sempurnakanlah takaran dan timbangan dengan adil.
Janganlah kamu merugikan manusia terhadap hak-hak mereka dan janganlah kamu membuat
kejahatan di muka bumi dengan membuat kerusakan. (Hud : 84,85)
Dua ayat di atas mengisahkan perdebatan kaum Nabi Syuaib dengan umatnya yang
mengingkari agama yang dibawanya. Nabi Syuaib mengajarkan Itiqad dan iqtishad (aqidah
dan ekonomi). Nabi Syuaib mengingatkan mereka tentang kekacauan transaksi muamalah
(ekonomi) yang mereka lakukan selama ini.
Al-Quran lebih lanjut mengisahkan ungkapan umatnya yang merasa keberatan diatur
transaksi ekonominya.


Artinya :
Mereka berkata, Hai Syuaib, apakah agamamu yang menyuruh kamu agar kamu
meninggalkan apa yang disembah oleh nenek moyangmu atau melarang kami memperbuat
apa yang kami kehendaki tentang harta kami. Sesungguhnya kamu adalah orang-orang yang
penyantun lagi cerdas.
Ayat ini berisi dua peringatan penting, yaitu aqidah dan muamalah
Ayat ini juga menjelaskan bahwa pencarian dan pengelolaan rezeki (harta) tidak boleh
sekehendak hati, melainkan mesti sesuai dengan kehendak dan tuntunan Allah, yang disebut
dengan syariah.
Aturan Allah tentang ekonomi disebut dengan ekonomi syariah. Umat manusia tidak boleh
sekehendak hati mengelola hartanya, tanpa aturan syariah. Syariah misalnya secara tegas
mengharamkan bunga bank. Semua ulama dunia yang ahli ekonomi Islam (para professor dan
Doktor) telah ijma mengharamkan bunga bank. (Baca tulisan Prof.Yusuf Qardhawi, Prof
Umar Chapra, Prof.Ali Ash-Sjabuni, Prof Muhammad Akram Khan). Tidak ada perbedaan
pendapat pakar ekonomi Islam tentang bunga bank. Untuk itulah lahir bank-bank Islam dan
lembaga-lembaga keuangan Islam lainnya. Jika banyak umat Islam yang belum faham
tentang bank syariah atau secara dangkal memandang bank Islam sama dengan bank
konvensianal, maka perlu edukasi pembelajaran atau pengajian muamalah, agar tak muncul
salah faham tentang syariah.
Muamalah adalah Sunnah Para Nabi
Berdasarkan ayat-ayat di atas, Syekh Abdul Sattar menyimpulkan bahwa hukum muamalah
adalah sunnah para Nabi sepanjang sejarah.

Artinya : Muamalah ini adalah sunnah yang terus-menerus dilaksanakan para Nabi AS,
(hlm.16), sebagaimana firman Allah

Artinya :
Sesungguhnya kami telah mengutus rasul-rasul kami dengan membawa bukti yang nyata dan
telah kami turunkan bersama mereka Al-Kitab dan neraca keadilan supaya manusia dapat
menegakkan keadilan itu.
Pengertian Muamalah
Pengertian muamalah pada mulanya memiliki cakupan yang luas, sebagaimana dirumuskan
oleh Muhammad Yusuf Musa, yaitu Peraturan-peraturan Allah yang harus diikuti dan ditaati
dalam hidup bermasyarakat untuk menjaga kepentingan manusia. Namun belakangan ini
pengertian muamalah lebih banyak dipahami sebagaiAturan-aturan Allah yang mengatur
hubungan manusia dengan manusia dalam memperoleh dan mengembangkan harta
bendaatau lebih tepatnya aturan Islam tentang kegiatan ekonomi manusia
Ruang Lingkup Muamalah
1. Harta, Hak Milik, Fungsi Uang dan Ukud )akad-akad)
2. Buyu (tentang jual beli)
3. Ar-Rahn (tentang pegadaian)
4. Hiwalah (pengalihan hutang)
5. Ash-Shulhu (perdamaian bisnis)
6. Adh-Dhaman (jaminan, asuransi)
7. Syirkah (tentang perkongsian)
8. Wakalah (tentang perwakilan)
9. Wadiah (tentang penitipan)
10. Ariyah (tentang peminjaman)
11. Ghasab (perampasan harta orang lain dengan tidak shah)
12. Syufah (hak diutamakan dalam syirkah atau sepadan tanah)
13. Mudharabah (syirkah modal dan tenaga)
14. Musaqat (syirkah dalam pengairan kebun)
15. Muzaraah (kerjasama pertanian)
16. Kafalah (penjaminan)
17. Taflis (jatuh bangkrut)
18. Al-Hajru (batasan bertindak)
19. Jialah (sayembara, pemberian fee)
20. Qaradh (pejaman)
21. Bai Murabahah
22. Bai Salam
23. Bai Istishna
24. Bai Muajjal dan Bai Taqsith
25. Bai Sharf dan transaksi valas
26. Urbun (panjar/DP)
27. Ijarah (sewa-menyewa)
28. Riba, konsep uang dan kebijakan moneter
29. Shukuk (surat utang atau obligasi)
30. Faraidh (warisan)
31. Luqthah (barang tercecer)
32. Waqaf
33. Hibah
34. Washiat
35. Iqrar (pengakuan)
36. Qismul fai wal ghanimah (pembagian fai dan ghanimah)

37. Qism ash-Shadaqat (tentang pembagian zakat)
38. Ibrak (pembebasan hutang)
39. Muqasah (Discount)
40. Kharaj, Jizyah, Dharibah,Ushur
41. Baitul Mal dan Jihbiz
42. Kebijakan fiskal Islam
43. Prinsip dan perilaku konsumen
44. Prinsip dan perilaku produsen
45. Keadilan Distribusi
46. Perburuhan (hubungan buruh dan majikan, upah buruh)
47. Jual beli gharar, bai najasy, bai al-inah, Bai wafa, muathah, fudhuli, dll.
48. Ihtikar dan monopoli
49. Pasar modal Islami dan Reksadana
50. Asuransi Islam, Bank Islam, Pegadaian, MLM, dan lain-lain
Diposkan oleh ISLAMIC ENTREPRENEUR di 06.57
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke
Pinterest

Anda mungkin juga menyukai