Anda di halaman 1dari 36

ANALISIS MEKANISME PENETAPAN HARGA PADA

FOTOCOPY DAN PERCETAKAN MULIA TULIS DALAM


PRESPEKTIF EKONOMI ISLAM

( Studi Kasus Fotocopy Mulia Tulis Kelurahan Rano Kecamatan


Muara Sabak Kabupaten Tanjung Jabung Timur )

Proposal Skripsi

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan


Memenuhi Syarat-Syarat Guna Mendapatkan Gelar Sarjana S.1
Dalam Ilmu Ekonomi Syariah
Oleh:

ABD LATIF
NIM: ES.181001

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI SYARIAH AL-MUJADDID
TANJUNG JABUNG TIMUR
1442 H/ 2022M

1
DAFTAR ISI

COVER..................................................................................................................... i
DAFTAR ISI............................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian.................................................................................... 5
D. Kegunaan Penelitian............................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Hasil Penelitian yang Relevan................................................................. 6
B. Kerangka Konseptual Fokus Penelitian................................................... 8
1. Pengerrtian Harga.............................................................................. 8
2. Penetapan Harga................................................................................ 10
3. Strategi Penetapan Harga................................................................... 13
4. Metode Penetapan Harga................................................................... 15
5. Teori Mekanisme Harga..................................................................... 16
6. Teori Mekanisme Harga............................................................. 22

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


A. Jenis dan Pendekatan Penilitian.......................................................... 32
B. Waktu dan Lokasi Penilitian............................................................... 32
C. Informan Penilitian......................................................................... 32
D. Sumber dan Tehnik Pengumpulan Data............................................ 34
E. Sistematika Penulisan.......................................................................... 35
DAFTAR PUSTAKA

ii
PROPOSAL PENILITIAN

A. Latar Belakang Masalah


Manusia mempunyai banyak sekali kebutuhan, keperluan dan
keinginan yang kesemuanya itu menghendaki pemenuhan. Mereka
membutuhkan makan, pakaian, llmu dan pelayanan kehormatan dan sejuta
kebutuhan yang lainnya. Secara garis besar maka kebutuhan manusia itu
dikelompokkan kedalam dua kelompok besar, yaitu kebutuhan fisik atau
kebutuhan badaniah dan kebutuhan psikis atau kebutuhan kejiwaan.1
Setiap manusia memerlukan harta untuk mencukupi segala kebutuhan
hidupnya. Karenanya, manusia akan selalu berusaha memperoleh harta
kekayaan itu. Salah satu usaha untuk memperolehnya adalah dengan bekerja.
Sedangkan salah satu dari bentuk bekerja adalah berdagang atau bisnis.
Kegiatan penting dalam muamalah yang paling banyak dilakukan oleh
manusia adalah kegiatan bisnis.
Berdagang merupakan aktivitas yang sangat dianjurkan dalam ajaran
Islam. Bahkan Rasulullah, telah menyatakan bahwa sembilan dari sepuluh
pintu rezeki adalah melalui pintu berdagang. Artinya melalui jalan
perdagangan inilah, pintu-pintu rezeki akan dapat dibuka, sehingga karunia
Allah terpancar dari padanya, jual beli merupakan sesuatu yang
diperbolehkan, sebagaimana firman Allah SWT dalam Surat Al-Baqarah ayat
2752:

ۗ ‫الش;ي ْٰطنُ ِمنَ ْالم‬


‫سِّ ٰذلِ;;كَ بِ;اَنَّهُ ْم قَ;;الُ ْٓوا اِنَّ َم;;ا ْالبَ ْي; ُع‬ َّ ُ‫اَلَّ ِذ ْينَ يَْأ ُكلُوْ نَ ال ِّر ٰبوا اَل يَقُوْ ُموْ نَ اِاَّل َك َما يَقُوْ ُم الَّ ِذيْ يَتَ َخبَّطُه‬
َ
ۗ ِ ‫فَ َواَ ْم; ر ٗ ُٓه اِلَى هّٰللا‬ ۗ َ‫وا فَ َم ْن َج ۤا َء ٗه َموْ ِعظَةٌ ِّم ْن َّرب ِّٖه فَا ْنتَ ٰهى فَلَ;;هٗ َم;;ا َس;ل‬ ۗ ‫وا َواَ َح َّل هّٰللا ُ ْالبَ ْي َع َو َح َّر َم ال ِّر ٰب‬
ۘ ‫ِم ْث ُل الرِّ ٰب‬
ٰۤ ُ
َ‫ار ۚ هُ ْم فِ ْيهَا ٰخلِ ُدوْ ن‬ ِ َّ‫ك اَصْ ٰحبُ الن‬ َ ‫ول ِٕى‬ ‫َو َم ْن عَا َد فَا‬
“Orang-orang yang memakan )mengambil) riba tidak dapat berdiri
melinkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan lantaran tekanan
penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adlah disesbabkan mereka
berkata (berpendapat ), sesunguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal
Allah telah menghalakan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang

1
Suherman Rosyidi, Pengantar Teori Ekonomi: Pendekatan Kepada Teori Ekonomi Miko dan
Makro (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), h. 49
2
Veithzal, Amiur Nurudin, dan Faisar Ananda, islamic Business And Economic Ethics (Jakarta :
PT Bumi Aksara, 2012), h. 32

3
yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti
(dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu
( belum datang larangan ) ; dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang-
orang yang mengulangi(mengambil riba ), maka kekal di dalamnya”.3 (Qs.
Al-Baqarah: 275)
Bisnis merupakan suatu organisasi yang menjalankan aktivitas
produksi dan distribusi atau penjualan barang dan jasa yang diinginkan oleh
konsumen untuk memperoleh profit atau keuntungan.4 Sedangkan pengertian
bisnis menurut Hughes dan Kapoor dalam Buchari Alma ialah Business is the
organized differt of individual to produce and sell for a profit, the goods and
service that satisfy society‟s needs, the general term business refers to all
such efforts within a society or within and industry.5 Maksud dari pengertian
bisnis menurut Hughes dan Kapoor ini bisnis ialah suatu kegiatan usaha
individu yang terorganisasi untuk menghasilkan dan menjual barang dan jasa
guna mendapatkan keuntungan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat.
Islam menegaskan bahwa kegiatan manusia dalam berbisnis atau
berdagang bukan semata-mata untuk mencari keuntungan, melainkan harus
mengimplementasikan akhlak mulia sebagai landasannya.6 Ekonomi Islam
dalam melakukan usahanya didasari oleh nilai iman dan akhlak, moral etik
bagi setiap aktivitasnya, baik dalam posisi sebagai konsumen, produsen,
maupun distributor.
Dalam Islam perdagangan harus dilakukan secara baik, dan sesuai
dengan prinsip-prinsip ekonomi Syariah, dalam Islam melarang keuntungan
yang berlebihan, perdagangan yang tidak jujur, merugikan orang lain, harus
menerapkan keadilan dan kejujuran dalam setiap kegiatan ekonomi.7
Sejalan dengan perkembangan zaman, kegiatan jual beli mengalami
perkembangan, baik dari segi sistem jual beli yang saat ini menggunakan
sistem online shop, dan dari segi tempat bertemunya antara penjual dan
pembeli atau disebut pasar, yang mengalami kemajuan seperti berkembangnya

3
Q. S Al-Baqarah (2) ayat 275
4
Veithzal, Amiur Nurudin, dan Faisar Ananda, islamic Business And Economic Ethics, h. 12
5
Buchari Alma, dan Donni Juni Priansa, Manajemen Bisnis Syariah ( Bandung:
ALFABETA, 2009), h. 243
6
Jafril Khalil, Jihad Ekonomi Islam (Jakarta : Gramata Publishing, 2010), h. 46
7
Veithzal Rivai, dan Andi Buchari, Islamic Economic (Jakarta : Bumi Aksara, 2009), h.96

4
pasar-pasar modern, yaitu banyaknya pembangunan minimarket, supermarket
atau swalayan, pertokoan-pertokoan, dan hypermart di Indonesia saat ini.
Fotocopy dan Percetakan Mulia Tulis adalah usaha perorangan yang
merupakan salah satu tempat perbelanjaan alat-alat tulis dan kantor, melayani
jasa Fotocopy, rental dan percetakan yang ikut meramaikan persaingan bisnis.
Dalam persaingan bisnis yang semakin memonopoli, sering kali pelaku usaha
menggunakan segala cara untuk bisa mendapatkan laba dan memenangkan
persaingan meskipun cara yang dipakai tidak selaras dengan prinsip-prinsip
Syariah yang memberikan batasan kepada manusia dalam melakukan segala
aktivitasnya.
Kepentingan yang berbeda antara pelaku usaha dan konsumen
menuntut adanya sistem harga yang adil, harga yang terjadi akibat kekuatan
permintaan dan penawaran di pasar. Harga pasar adalah harga yang dibayar
dalam transaksi barang dan jasa sesuai kesepakatan antara penjual dan
pembeli. Penetapan harga adalah ketetapan harga yangtelah ditentukan oleh
pihak yang berhak untuk menentukan harga tersebut. Dalam penetapan harga,
suatu barang maka harus disepakati dan berlaku secara umum.
Konsep harga yang adil menurut Ibnu Taimiyah merupakan harga nilai
barang yang dibayar untuk objek yang sama diberikan, pada waktu dan tempat
yang diserahkan barang tersebut. Keadilan yang dikehendaki oleh Ibnu
Taimiyah yakni tidak melukai dan tidak merugikan orang lain. 8 Dengan harga
yang adil, kedua pihak akan memperoleh kepuasan masing-masing serta tidak
ada pihak yang dirugikan.
Namun pada kenyataannya dan berdasarkan penelitian sementara,
tempat perbelanjaan yang ada di Dermayu termasuk Fotocopy dan Percetakan
Mulia Tulis, mekanisme penetapan harga yang digunakannya belum
menerapkan prinsip-prinsip ekonomi Syariah, dimana dalam prakteknya
Fotocopy dan Percetakan Mulia Tulis melakukan ketidak jelasan dalam
mekanisme penetapan harganya, yaitu seperti contohnya Fotocopy satu
lembarnya adalah Rp. 200,- pelanggan yang motokopi tiga lembar saja bisa
dibulatkan harganya menjadi Rp. 1000,- padahal seharusnya pelangan hanya
membayar Rp. 600,- begitupun sebaliknya jika ada pelangan yang motokopi
hanya enam lembar dibulatkan harganya menjadi Rp. 1000,-padahal
8
Euis Amalia, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam (Jakarta : Gramata Publishing, 2010), h. 210

5
seharusnya pelangan membayar Rp. 1.200,-. Dalam jasa perentalan atau jasa
yang lain Fotocopy dan Percetakan Mulia Tulis menetapkan harga dengan
melihat tingkat kesulitan pengerjaannya, seperti rentalan satu lembar dihargai
Rp. 2.500,- tetapi prakteknya walaupun rentalannya hanya satu lembar namun
jika pengerjaannya lebih sulit harga akan dinaikan sesuai dengan tingkat
kesulitannya begitu juga dengan jasa penjilitan dan lain-lain. Penetapan-
penetapan harga tersebut ada yang disepakati antara pelaku dan pembeli dan
ada juga yang tanpa kesepakatan pelaku langsung memberikan harga kepada
pembeli setelah pekerjaanya selesai tanpa menjelaskan atau melakukan tawar
menawar lagi dengan pembeli/pelanggan. Penerapan harga seperti itu
mengandung unsur ketidakjelasan dan tidak sesuai dengan prinsip ekonomi
syariah yang menerapkan konsep jual beli yang baik, jujur, adanya kejelasan
dan tidak merugikan orang lain.
Ketidakjelasan dalam penetapan harga dapat menimbulkan berbagai
konsekuensi, tindakan penetapan harga yang melanggar etika dapat
menyebabkan para pelaku usaha tidak disukai oleh para pembeli, bahkan para
pembeli dapat melakukan suatu reaksi yang dapat menjatuhkan nama baik
usaha. Penentuan harga yang tidak diinginkan oleh para pembeli bisa
mengakibatkan suatu reaksi penolakan oleh sebagian atau semua pembeli.
Walaupun hal itu seakan menjadi kebiasaan dan masyarakat sebagai
konsumen menerimanya, namun ada baiknya para pelaku bisnis menerapkan
jual beli yang baik, jujur, adanya kejelasan dan tidak merugikan orang lain.
Dari latar belakang masalah diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul “Analisis Mekanisme Penetapan Harga Pada Fotocopy dan
Percetakan Mulia Tulis Dalam Perspektif Ekonomi Islam” (Studi Kasus
Fotocopy dan Percetakan Mulia Tulis Kel. Rano Kec. Muara Sabak Barat
Kab. Tanjung Jabung Timur)

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana mekanisme penetapan harga Jual dan jasa pada Fotocopy dan
Percetakan Mulia Tulis Kel. Rano Kec. Muara Sabak Barat Kab. Tanjung
Jabung Timur?

6
2. Bagaimana tinjauan ekonomi Islam terhadap mekanisme penetapan harga
Jual dan jasa pada Fotocopy dan Percetakan Mulia Tulis tersebut?

C. Tujuan Penilitian
Tujuan penulis melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui Bagaimana mekanisme penetapan harga Jual dan jasa
pada Fotocopy dan Percetakan Mulia Tulis Kel. Rano Kec. Muara Sabak
Barat Kab. Tanjung Jabung Timur.
2. Untuk mengetahui Bagaimana tinjauan ekonomi Islam terhadap
mekanisme penetapan harga Jual dan jasa pada Fotocopy dan Percetakan
Mulia Tulis tersebut.

D. Signifikan Penilitian/Kegunaan Penilitian


1. Kegunaan Teoritis
Hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi
pengetahuan dan dapat dijadikan sebagai rujukan bagi Mahasiswa yang
melakukan penelitian serupa. Disamping itu, penelitian ini diharapkan
memberikan konstribusi bagi akademika di Jurusan Ekonomi Syariah
STIES AL Mujadid.
2. Kegunaan Praktis
a) Bagi Penulis
Sebagai bahan kajian ilmiah dari teori-teori yang pernah didapat
dan mengaplikasikan secara empiris dengan harapan dapat bermanfaat
dalam mekanisme penetapan harga berdasarkan prinsip-prinsip ekonomi
Islam.
b) Bagi Fotocopy dan Percetakan Mulia Tulis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi landasan bagi pelaku
usaha untuk dijadikan landasan dan pertimbangan dalam kegiatan bisnis
khususnya dalam menetapkan harga barang berdasarkan prinsip-prinsip
ekonomi Islam.
c) Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi landasan bagi
masyarakat dalam melakukan kegiatan belanja untuk lebih memperhatikan
kejelasan harga yang ditetapkan oleh pelaku usaha.

7
E. Tinjauan Pustaka
Penelitian dengan judul “Analisis Mekanisme Penetapan Harga Dalam
Perspektif Ekonomi Islam pada Fotocopy dan Percetakan Mulia Tulis
Kelurahan Rano Kecamatan Muara Sabak Barat Kabupaten Tanjung Jabung
Timur” memiliki keterkaitan dengan penelitian:
1. Skripsi Jurusan Muamalat Fakultas Syariah UIN Sunan Kalijagaoleh Yasir
Sadan dengan judul “ Pengambilan Keuntungan Melalui Pembulatan
Pada Bisnis Warung Internet Perspektif UU No 8 tahun 1999 tentang
perlindungan konsumen dan Perspektif Hukum Islam ‟‟, metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Penelitian ini
menjelaskan bahwa pengambilan keuntungan melalui pembulatan harga
dari biaya pakai warung internet, termasuk dalam pelanggaran ketentuan-
ketentuan dari hukum positif dan hukum Islam.9
Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang penulis lakukan
adalah sama-sama membahas tentang harga sedangkan perbedaannya
adalah penelitian ini ditinjau perspektif Hukum Islam sedangkan
penelitianyang penulis lakukan penulis mengkaji tentang penetapan harga
jual yang menitik beratkan pada konsep keadilan dan kejelasan dalam
penetapan harga sesuai dengan prinsip-prinsip ekonomi Islam.
2. Skripsi Jurusan Muamalat Fakultas Syariah UIN Sunan Kalijagaoleh Diah
Heri Susanti dengan judul “ Tinjauan Hukum Islam Terhadap Akad dan
Pembulatan Harga dalam Jual Beli di Mini Market Pamella Yogyakarta,
metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif.
Penelitian ini memfokuskan pada akad jual beli setelah pembulatan harga
yang dilakukan di Mini Market Pamella Yogyakarta, menjelaskan bahwa
pembulatan harga menciptakan ketidakadilan salah satu pihak.10Persamaan
penelitian ini dengan penelitian yang penulis lakukan adalah sama-sama

9
Yasir Sadan dengan judul “ Pengambilan Keuntungan Melalui Pembulatan Pada Bisnis Warung
Internet Perspektif UU No 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen dan Perspektif Hukum Islam,
(Skripsi, Jurusan Muamalat Fakultas Syariah, UIN Sunan Kalijaga, 2012).

10
Diah Heri Susanti dengan judul “ Tinjauan Hukum Islam Terhadap Akad dan Pembulatan Harga
dalam Jual Beli di Mini Market Pamella Yogyakarta” , (Skripsi, Jurusan Muamalat Fakultas Syariah, UIN
Sunan Kalijaga, 2003).

8
membahas tentang harga sedangkan perbedaannya adalah penelitian ini
memfokuskan pada akad jual beli dan ditinjau menurut perspektif
Ekonomi Islam sedangkan penelitian yang penulis lakukan penulis
mengkaji tentang penetapan harga jual yang menitik beratkan pada konsep
keadilan dan kejelasan dalam penetapan harga sesuai dengan prinsip-
prinsip ekonomi Islam.

Skripsi Jurusan Muamalat Fakultas Syariah UIN Sunan KalijagaDari


Romi Maulana dalam penelitian berjudul “Penerapan Asas-asas Muamalah
Terhadap Praktek Pembulatan Harga Dalam Jual Beli ( Studi Kasus di
Minimarket Handayani Yogyakarta ”, metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode kualitatif . Skripsi ini menjelaskan bahwa
pembulatan harga yang terjadi di minimarket handayani diperbolehkan, dan
penetapan harga adalah hak minimarket handayani sebagai penjual dengan
batasan tidak ada pihak yang dirugikan.11 Persamaan penelitian ini dengan
penelitian yang penulis lakukan adalah sama-sama membahas tentang harga
sedangkan perbedaannya adalah penulis mengkaji tentang penetapan harga
jual yang menitik beratkan pada konsep keadilan dan kejelasan dalam
penetapan harga sesuai dengan prinsip-prinsip ekonomi Islam.
F. Landasan Teori
1. Pengertian Harga
Dalam pertukaran atau pengukur nilai suatu produk dalam pasar
biasanya menggunakan uang. Jumlah uang tersebut biasanya menunjukkan
suatu produk atau jika seseorang ingin membeli suatu barang dan jasa, maka
orang tersebut akan mengeluarkan sejumlah uang sebagai pengganti barang
dan jasa tersebut. Sehingga harga dapat diartikan sebagai nilai pertukaran yang
ditetapkan oleh penjual dan pembeli untuk memperoleh suatu produk.12
Dalam perdagangan, kita mengenal istilah harga, penentuan harga
merupakan salah satu aspek terpenting dalam kegiatan perdagangan. Harga
menjadi sangat penting diperhatikan, mengingat harga menentukan laku
tidaknya suatu produk dalam perdagangan. Jika salah dalam menentukan
harga maka akan berakibat fatal dalam produk yang ditewarkan nantinya.
11
Romi Maulana, “Penerapan Asas-asas Muamalah Terhadap Praktek Pembulatan Harga Dalam
Jual Beli ( Studi Kasus di Minimarket Handayani Yogyakarta ”, (Skripsi, Jurusan Mu‟amalat Fakultas
Syari‟ah UIN Sunan Kalijaga, 2009)
12
Indara NS, Pengertian Harga, one.indoskripsi.com/click/2499/0, (Senin, 02 Juli 2017)

9
Harga merupakan satu-satunya unsur dalam perdagangan yang menghasilkan
keuntungan dan pendapatan jualan barang dan jasa. Oleh karena itu, harga
yang ditetapkan penjual harus sebanding dengan penawaran nilai kepada
konsumen.13
Bagi mereka yang mempunyai modal besar mereka yang berusaha
secara mandiri untuk membuat suatu usaha. Namun sebaliknya bagi yang
tidak mempunyai modal mereka tidak bisa membuat suatu usaha. Aspek
terpenting dalam suatu kehidupan masyarakat adalah menyangkut dengan jual
beli. Mengenai jual beli itu sendiri adalah suatu perjanjian tukar menukar
benda atau barang secara suka rela diantara kedua belah pihak, yang satu
menerima benda benda dan pihak lainnya menerimanya sesuai perjanjian atau
ketentuan yang telah dibenarkan syara’ dan disepakati.14
Harga juga merupakan salah satu bagian yang sangat penting dalam
pemasaran suatu produk karena harga adalah satu dari empat buran
pemasaran. Harga adalah suatu nilai tukar dari produk barang maupun jasa
yang dinyatakan dalam satuan moneter. Harga merupakan salah satu
penentuan keberhasilan suatu perusahaan karena harga menentukan seberapa
besar keuntungan yang akan diperoleh perusahaan dari penjualan produknya
baik berupa barang maupun jasa. Menetapkan harga terlalu tinggi akan
menyebabkan penjualan menurun, namun jika harga terlalu rendah akan
mengurangi keuntungan yang dapat diperoleh organisasi perusahaan.15
Dalam Fiqh Islam dikenal dua istilah berbeda mengenai harga suatu
barang, yaitu As-saman dan As-si’r. As-saman adalah patokan harga suatu barang,
sedangkan As-si’r adalah harga yang berlaku secara aktual di dalam pasar. Ulama
Fiqh membagi As-si’r menjadi dua macam. Pertama, harga yang berlaku secara
alami, tanpa campur tangan pemerintah.
Dalam hal ini, pedagang bebas menjual barang dengan harga yang
wajar, dengan mempertimbangkan keuntungannya. Pemerintah, dalam harga
yang berlaku secara alami, tidak boleh campur tangan, karena campur tangan
pemerintah dalam kasus ini dapat membatasi kebebasan dan merugikan hak
para pedagang ataupun produsen. Kedua, harga suatu komoditas yang
ditetapkan pemerintah setelah mempertimbangkan modal dan keuntungan
13
Kurniawan Saifullah, Studi Kelayakan Bisnis, (Jakarta: Kencana,2006), Cet Ke-2, h.24
14
Hendi Suhendi, Fiqih Muamalah, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002), h. 56
15
Definisi Pengertian Harga, Tujuan dan Metode Pendekatan Penetapan
Harga_ManajemenPemasaran.http://Organisasi.org/definisi_Pengertian_harga_tujuan_metode_pen
dekatan_penetapan_harga_manajemen_pemasaran, (Rabu, 16 Maret 2022)

10
wajar bagi pedagang maupun produsen serta melihat keadaan ekonomi yang
rill dan daya beli masyarakat. Penetapan harga pemerintah dalam pemerintah
ini disebut dengan at-ts’ir al-jabbari.16

2. Penetapan Harga
Ibnu Qudaimah, Ibnu Taimiyah, dan Ibnu Qoyim membagi bentuk
penetapan harga kepada dua macam kategori. Pertama, penetapan harga yang
bersifat dhalim dan penetapan harga yang bersifat adil. Penetapan harga yang
bersifat dhalim adalah pematokan harga yang dilakukan oleh pemerintah yang
tidak sesuai dan tidak logis dengan kondisi mekanisme pasar akibat
terbatasnya pasokan komoditas dan langkanya barang atau jasa, sementara
permintaan sangat banyak dan tanpa memperdulikan kemaslahatan para
pedagang. Penetapan harga yang diperbolehkan dan bahkan wajib dilakukan
menurut mereka adalah ketika terjadi lonjakan harga cukup tajam, signifikan,
masif dan fantastis menurut bukti akurat disebabkan oleh ulah para spekulan
dan pedagang. Akan tetapi, pematokan harga tersebut juga harus dilakukan
dalam batas adil, dengan memperhitungkan biaya produksi, biaya distribusi,
transportasi, modal, margin, keuntungan bagi para produsen maupun
pedagang.17
Al-Qur’an sangat menekankan perlunya keadilan. Sangatlah natural untuk
mempergunakan gagasan ini berhubungan dengan pasar, khususnya dengan
harga. Karena itu Rasulullah SAW menyatakan sifatnya riba seseorang yang
menjual terlalu mahal diatas kepercayaan pelanggan. 18 Rasulullah SAW sangat
menghargai harga yang dibentuk oleh pasar sebagai harga yang adil. Oleh karena
itu, Islam menekankan adanya moralitas, seperti persaingan yang sehat,
kejujuran, keterbukaan, dan keadilan. Implementasi nilai-nilai moralitas
tersebut dalam pasar merupakan tanggung jawab bagi setiap pelaku pasar, bagi
seorang Muslim nilai-nilai ini merupakan refleksi dari keimanannya kepada
Allah SWT.19
Prinsip ekonomi dalam Islam merupakan kaidah-kaidah pokok yang
membangun struktur atau kerangka ekonomi Islam yang digali dari Al-qur‟an
16
Setiawan Budi Utomo, Fiqh Aktual , Jawaban Tuntas Masalah Kontemporer, (Jakarta : Gema
Insani, 2001), h. 90

17
Setiawan Budi Utomo, Fiqh Aktual , Jawaban Tuntas Masalah Kontemporer. h. 92
18
Anwar, Konsepsi Ibnu Taimiyah (Terjemah), (Surabaya: Bina Ilmu,1997), H. 92
19
Veithzal, Amiur Nurudin, dan Faisar Ananda, islamic Business and Economic Ethics, h. 1

11
dan Hadis. Prinsip ekonomi berfungsi sebagai pedoman dasar bagi setiap
individu dalam kegiatan ekonomi. Ajaran ekonomi Islam melarang aktivitas
ekonomi yang mengandung Gharar yang berarti resiko, ketidak pastian, dan
ketidak jelasan.20
Perdagangan yang Islami, adalah perdagangan yang dilandasi oleh
nilai-nilai dan etika yang bersumber dari nilai-nilai dasar agama yang
menjunjung tinggi tentang kejujuran dan keadilan.21 Konsep keadilan ekonomi
dalam Islam mengharuskan setiap orang mendapatkan haknya dan tidak
mengambil hak atau bagian orang lain, dengan keadilan ekonomi setiap
individu akan mendapatkan haknya sesuai dengan kontribusi masing-masing
kepada masyarakat, Islam dengan tegas melarang seseorang merugikan orang

lain.22 Dalam Islam dalam melakukan kegiatan ekonomi dituntut untuk saling
menjaga hak-hak agar tidak saling merugikan antara penjual maupun pembeli.
Begitu pula dalam penetapan harga harus dilakukan dengan harga yang tidak
merugikan antara penjual dan pembeli. Pada prinsipnya transaksi bisnis harus
dilakukan dengan harga yang adil, sebab harga yang adil adalah cerminan dari
komitmen syariat Islam terhadap keadilan yang menyeluruh.
Secara umum harga yang adil adalah harga yang tidak menimbulkan
eksploitasi atau penindasan (kedzaliman ) sehingga merugikan salah satu
pihak dan menguntungkan pihak yang lain. Harga harus mencerminkan
manfaat bagi pembeli dan penjualannya secara adil, yaitu penjual memperoleh
keuntungan yang normal dan pembeli memperoleh manfaat yang setara
dengan harga yang dibayarkannya.23
Penentuan harga dilakukan oleh kekuatan pasar, yaitu kekuatan
permintaan dan penawaran. Permintaan dapat diartikan sebagai kuantitas suatu
barang tertentu dimana seorang konsumen ingin dan mampu membelinya pada
berbagai tingkat harga , sedangkan penawaran diartikan sebagai kuantitas
suatu barang tertentu dimana seorang penjual bersedia menawarkan barang
atau jasa pada berbagai tingkat harga.

20
Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam, Ekonomi Islam (Rajawali Pers, 2009), h.
65
21
Jusmaliani, Bisnis Berbasis Syariah (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h. 58
22
Muhammad Syafi‟i Antonio, Bank Syariah Dari Teori ke Praktik (Jakarta: Gema Insani, 2001),
h. 15
23
Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam, Ekonomi Islam, h. 332

12
Dalam konsep harga yang setara atau adil Ibnu Taimiyah menjelaskan
bahwa harga dibentuk oleh kekuatan pasar yang berjalan secara bebas, yakni
pertemuan antara kekuatan permintaan dangan penawaran, dalam
mendefinisikan harga yang setara, Ibnu Taimiyah menyatakan bahwa harga
yang setara adalah harga standar yang berlaku ketika masyarakat menjual
barang dagangannya dan secara umum dapat diterima sebagai sesuatu yang
setara bagi barang-barang tersebut.
Menurut pandangan Imam Al-Ghazali mengenai konsep
permintaan dan penawaran dalam permasalahan penentuan harga, beliau
menyatakan bahwa pengurangan keuntungan dengan mengurangi harga akan
menyebabkan peningkatan permintaan dan penjualan. Sedangkan menurut
pandangan Imam Yahya bin Umar mengenai konsep penetapan harga, beliau
menyatakan bahwa eksistensi harga merupakan hal yang sangat penting dalam
sebuah transaksi dan pengabaian terhadapnya akan dapat menimbulkan
kerusakan dalam masyarakat, dan harga ditentukan oleh kekuatan pasar, yakni
kekuatan penawaran dan permintaan dan mekanisme harga harus tunduk pada
kaidah-kaidah.24
Dalam perspektif ekonomi Islam kesepakatan terjadinya permintaan
dan penawaran, haruslah terjadi secara sukarela, tidak ada pihak yang merasa

terpaksa dalam melakukan transaksi pada tingkat harga tertentu. 25 Equilibrium


Price (harga yang adil) dalam perspektif ekonomi Islam adalah harga yang
tidak menimbulkan dampak kerugian bagi para pelaku pasar , baik dari sisi
penjual maupun pembeli, harga yang adil adalah yang dapat menutupi semua
biaya operasional produsen dengan tingkat laba tertentu, serta tidak merugikan
para pembeli.26
Harga tidak dapat dikatakan adil apabila harga tersebut terlalu rendah,
sehingga penjual atau produsen tidak dapat menutupi atas biaya-biaya yang
telah dikeluarkan, sebaliknya harga tidak boleh terlalu tinggi, karena akan
berdampak pada daya beli pembeli dan konsumen. Pada dasarnya, penentuan
harga sebuah komoditas berdasarkan atas asa kebebasan, harga yang terbentuk

24
Adiwarman Azwa Karim, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2004), h. 288
25
Jusmaliani, Bisnis Berbasis Syariah ( Jakarta : Bumi Aksara,2008), h. 56
26
Said Sa‟ad Marthon, Ekonomi Islam di Tengah Krisis Ekonomi Global (Jakarta : Zikrul Hakim,
2004), h. 88

13
merupakan hasil asas pertemuan antara permintaan dan penawaran, dan harga
yang ditetapkan harus bersandarkan prinsip keadilan bagi semua pihak dan
tidak diperbolehkan adanya pihak yang dirugikan. Jadi harga yang adil adalah
harga yang dapat menutupi atas biaya-biaya yang telah dikeluarkan oleh
penjual/produsen dan harga dapat dikatakan adil apabila tidak terlalu tinggi
atau sesuai dengan daya beli pembeli dan konsumen.

3. Strategi Penetapan Harga


Strategi penetapan harga adalah tahapan perusahaan
mengklasifikasikan dan menggolongkan produk atau jasa yang dihasilkannya
merupakan produk baru yang belum memiliki konsumen loyal/tetap atau
produk yang telah beredar yang telah memiliki pangsa pasar tersendiri.Strategi
penetapan harga ini juga berhubungan dengan siklus kehidupan produk
(Product Life Cycle) dimana suatu produk memiliki empat tahapan utama
yakni, Perkenalan, Pertumbuhan, Kematangan dan Penurunan. Secara khusus
strategi penetapan harga ini terdiri dari;
a) Produk Baru
Dalam menetapkan strategi penetapan harga yang efektif untuk
produk baru atau tahap perkenalan ini terdapat 2 (dua) alternatif strategi
penetapan harga, yaitu:
1. Harga Mengapung (Skimming Price)
Memberikan harga tinggi untuk menutup biaya dan menghasilkan
labamaksimum (perusahaan dapat meyakinkan konsumen bahwa
produknya berbeda dengan produk sejenis yang lain.)
2. Harga Penetrasi
Memberikan harga rendah untuk menciptakan pangsa pasar dan
permintaan, strategi ini dapat diterapankan pada situasi pasar tidak
terfragmentasi ke dalam segmen yang berbeda, serta produk tersebut tidak
mempunyai nilai simbolis yang tinggi. Pendekatan ini juga efektif
terhadap sasaran pasar yang sensitif harga.
b) Produk Yang Telah Beredar
Strategi penetapan harga untuk produk yang telah beredar ini
tentunya tidak terlepas dari posisi produk atau jasa tersebut dari siklus

14
kehidupan produk, dalam hal ini tahapan siklusnya berada pada 3 (tiga)
tingkatan berikutnya setelah perkenalan yakni;
1. Tahap Pertumbuhan
Pada tahap pertumbuhan ini ditandai dengan penjualan meningkat
disertai munculnya pesaing. Pada awalnya terjadi pertumbuhan yang
cepat, strategi yang diterapkan adalah tetap mempertahankan harga
produk/pasar. Ketika pertumbuhan melambat, terapkan strategi harga
agresif menurunkan harga untuk mendorong penjualan sekaligus
menghadapi persaingan yang semakin ketat.
2. Tahap Kematangan
Pada tahap kematangan, fleksibilitas harga merupakan kunci
efektivitas strategi penetapan harga. Pada tahapan ini perusahaan harus
benar-benar responsif terhadap situasi pasar, konsumen maupun pesaing.
Strategi penetapan harga dapat menggunakan „psikologis konsumen‟
maupun „pemotongan harga‟ (diskon), sehingga perusahaan dapat
menjaga loyalitas konsumen (pangsa pasar) dan meningkatkan jumlah
permintaan dan keuntungan yang diperoleh.
3. Tahap Penurunan
Tahap penurunan produk atau jasa ditandai dengan menurunnya
jumlah permintaan secara terus-menerus, sebagai tahap terakhir daur hidup
produk terdapat dua alternatif langkah utama yang dapat dipilih. Pertama,
strategi diskonting (pemotongan harga) Kedua,mempertahankan harga
tetapi memotong biaya-biaya yang berhubungan dengan produk, terutama
pengeluaran untuk promosi.27

4. Metode Penetapan Harga


Setelah perusahaan menentukan dan menetapkan tujuan yang akan
dicapai, maka langkah atau tahapan selanjutnya adalah menentukan metode
penetapan harga. Secara umum metode penetapan harga terdiri dari 3 macam
pendekatan, yakni:
a. Penetapan harga berdasarkan biaya
1. Penetapan Harga Biaya Plus

27
Definisi Pengertian Harga, Tujuan dan Metode Pendekatan Penetapan
Harga_ManajemenPemasaran.http://Organisasi.org/definisi_Pengertian_harga_tujuan_metode_pen dekatan_p
enetapan_harga_manajemen_pemasaran, (16 Maret 2022)

15
Didalam metode ini, harga jual per unit ditentukan dengan menghitung
jumlah seluruh biaya per unit ditambah jumlah tertentu untuk menutupi laba
yang dikehendaki pada unit tersebut Rumus : Biaya Total + Margin = Harga
Jual
2. Penetapan Harga Mark-Up
Untuk metode Mark-up ini, harga jual per unit ditentukan dengan
menghitung harga pokok pembelian per unit ditambah ( mark-up ) jumlah
tertentu. Rumus : Harga Beli + Mark-Up = Harga Jual /
3. Penetapan Harga BEP ( Break Even Point )
Metode pentapan harga berdasarkan keseimbangan antara jumlah total
biaya keseluruhan dengan jumlah total penerimaan keseluruhan. Rumus : BEP
=> Total Biaya = Total Penerimaan
b. Penetapan Harga berdasarkan Harga Pesaing/Kompetitor
Penetapan harga dilakukan dengan menggunakan harga kompetitor
sebagai referensi, dimana dalam pelaksanaannya lebih cocok untuk produk
yang standar dengan kondisi pasar oligopoli. Untuk menarik dan meraih para
konsumen dan para pelanggan, perusahaan biasanya menggunakan strategi
harga. Penerapan strategi harga jual juga bisa digunakan untuk mensiasati para
pesaingnya, misalkan dengan cara menetapkan harga di bawah harga pasar
dengan maksud untuk meraih pangsa pasar.
c. Penetapan Harga Berdasarkan Permintaan
Proses penetapan harga yang didasari persepsi konsumen terhadap
value/nilai yang diterima (price value), sensitivitas harga dan perceived
quality. Untuk mengetahui value dari harga terhadap kualitas, maka analisa
Price Sensitivity Meter (PSM) merupakan salah satu bentuk yang dapat
digunakan. ada analisa ini konsumen diminta untuk memberikan pernyataan
dimana konsumen merasa harga murah, terlalu murah, terasa mahal dan terlalu
mahal dan dikaitkan dengan kualitas yang diterima.

5. Teori Mekanisme Harga


a. Mekanisme penetapan Harga Dalam Perspektif Ekonomi
Konvensional
Mekanisme harga dalam ekonomi konvensional merupakan hasil
interaksi antara jumlah permintaan dan jumlah penawaran, dimana harga

16
dicapai pada titik keseimbangan pasar, secara grafik, harga keseimbangan
merupakan titik temu antara kurva permintaan dengan kurva penawaran.
Perubahan harga berdasarkan mekanisme penawaran dan permintaan tersebut
dapat mengakibatkan untung atau rugi bagi pelaku pasar, baik penjual maupun
pembeli. Harga sebagai hasil interaksi permintaan dan penawaran secara
normatif merupakan harga yang efisien.Hal ini dapat terjadi jika pelaku pasar
mempunyai kekuatan yang seimbang, baik kekuatan keuangan, penguasaan
barang, pemahaman informasi, dan lain-lain.Namun pada kenyataannya,
kekuatan para pelaku pasar tidak pernah terjadi. Dalam kondisi demikian, para
pelaku pasar yang mempunyai kekuatan lebih akan dapat mempermainkan
harga, sehingga posisi pelaku yang mempunyai kekuatan berlebih akan selalu

diuntungkan, dan bisa memakan pelaku pasar yang lemah kekuatannya.28


Singkatnya, mekanisme penentuan harga jual dalam ekonomi konvensional
bertujuan untuk meningkatkan kekayaan atau memaksimalkan laba.Asumsi
dasar dalam mekanisme ini adalah kepentingan diri sendiri lebih diutamakan,
serta penjual dan pembeli memiliki sumber daya untuk mencapai
kepentingannya masing-masing.Sedangkan mekanisme penentuan harga jual
ditentukan oleh tawar menawar berdasarkan kemampuan berargumentasi dan
kekuatan masing-masing.
b. Mekanisme Harga Dalam Ekonomi Syariah
Dasar dari pengembangan ekonomi mikro tidak akan pernah lepas dari
permasalahan penentuan tingkat harga yang diderivasikan dari proses
mekanisme pasar. Sedangkan mekanisme pasar sendiri terbentuk karena
adanya perpaduan antara teori permintaan dan teori penawaran yang menjadi

dasar dari pembentukan ilmu ekonomi yang lebih luas. 29 Dalam perjalanan
perkembangan ekonomi syariah, ditemukan catatan sejarah yang direkam oleh
ulama muslim dalam buku-bukunya yang menunjukkan bahwa sebenarnya
mekanisme pasar bukan merupakan hal yang baru bagi masyarakat muslim.
1. PemikiranAbu Yusuf (731-798 M)
Pemikiran Abu Yusuf tentang pasar dapat dijumpai dalam
bukunya Al-Kharaj.Ia telah menyimpulkan bekerjanya hukum
permintaan dan penawaran pasar dalam menentukan tingkat harga.
28
Jaka Isqiyarta, Dasar-dasar Ekonomi Islam, Menuju Sirathal Mustaqim, (Yogyakarta :Ekonisia,
2012)
29
Adiwarman Azwa Karim, Ekonomi Mikro Islam (Jakarta: III T, 2003), h. 200

17
Masyarakat luas pada masa itu memahami bahwa bila hanya tersedia
sedikit barang, maka harga akan mahal. Sebaliknya jika tersedia
banyak barang, maka harga akan murah.Hal ini sebagaimana halnya
hukum permintaan dan penawaran yang telah kita ketahui.Akan tetapi,
Abu yusuf membantah pemahaman seperti ini, karena pada
kenyataannya tidak selalu demikian. Menurut Abu Yusuf, tidak ada
batasan tertentu tentang murah dan mahal yang dapat dipastikan. Hal
tersebut ada yang mengaturnya.Prinsipnya tidak bisa diketahui.Murah
bukan karena melimpahnya makanan, demikian juga mahal bukan
karena kelangkaan makanan.Murah dan mahal merupakan ketentuan
Allah.Kadang-kadang makanan berlimpah tapi mahal dan kadang-
kadang makanan sangat sedikit, tetapi harganya murah. Pernyataan ini
secara implisit menyatakan bahwa harga bukan hanya ditentukan oleh
permintaan saja, tetapi juga tergantung pada penawaran terhadap
barang tersebut .Bahkan, Abu Yusuf mengindikasikan adanya
variabel-variabel lain yang juga turut mempengaruhi harga, misalnya
jumlah uang beredar di negara itu, penimbunan atau penahanan suatu
barang, atau lainnya. Pada dasarnya pemikiran Abu Yusuf ini
merupakan hasil observasinya terhadap fakta empiris saat itu, dimana
sering kali terjadi melimpahnya barang ternyata diikuti dengan
tingginya tingkat harga, sementara kelangkaan barang diikuti dengan
harga yang rendah. Poin kontroversi lain dalam analisis ekonomi Abu
yusuf ialah pada masalah pengendalian harga (ta’sir).
2. Al- Ghazali
Imam Al Ghazali dalam karyanya kitab Ihya-Ulumuddin
banyak membahas topik-topik ekonomi, termasuk kekuatan
permintaan dan penawaran dalam mempengaruhi harga. Al-Ghazali
menyadari kesulitan yang timbul akibat sistem barter yang dalam
istilah ekonomi modern Disebut double coincidence, dan karena itu
diperlukan suatu pasar. Al-Ghazali tidak menolak kenyataan bahwa
mencari keuntungan merupakan motif utama dalam perdagangan.
Namun, ia memberikan banyak penekanan kepada etika dalam bisnis,
dimana etika ini diturunkan dari nilai-nilai Islam. Keuntungan yang
sesungguhnya adalah keuntungan yang akan diperoleh di akhirat kelak.

18
Ia juga menyarankan adanya peran pemerintah dalam menjaga
keamanan jalur perdagangan demi kelancaran perdagangan dan
pertumbuhan ekonomi. Yang lebih menarik, konsep yang sekarang kita
sebut elastisitas permintaan ternyata telah dipahami oleh Al-Ghazali.
Hal ini tampak jelas dari perkataannya bahwa mengurangi margin
keuntungan dengan menjual harga yang lebih murah akan
meningkatkan volume penjualan, dan ini pada gilirannya akan
meningkatkan keuntungan.

3. Ibnu Khaldun
Pemikiran Ibn Khaldun tentang pasar termuat dalam buku Al-
Muqaddimah. Pada bab harga-harga di kota-kota (Prices in Towns), Ia
membagi jenis barang menjadi dua kategori, yaitu barang pokok dan
barang mewah. Menurutnya, jika suatu kota berkembang dan jumlah
penduduknya semakin banyak, maka harga barang-barng pokok akan
menurun sementara harga barang mewah akan menaik. Hal ini
disebabkan oleh meningkatnya penawaranbahan pangan dan barang
pokok sebab barang ini sangat penting dan dibutuhkan oleh setiap
orang sehingga pengadaannya peningkatan permintaan barang mewah
ini. Disini, Ibn Khaldun sebenarnya menjelaskan pengaruh permintaan
dan penawaran terhadap harga.Secara lebih rinci juga dijelaskan
pengaruh persaingan antara para konsumen dan meningkatnya biaya-
biaya akibat perpajakan dan pungutan-pungutan lain terhadap tingkat
harga. Karena terjadi peningkatan disposible income dari penduduk
seiring dengan berkembangnya kota, maka terjadi kenaikan proporsi
pendapatan yang digunakan untuk mengonsumsi barang mewah.
Dalam buku tersebut, dijelaskan bahwa “Ketika barang-barang yang
tersedia sedikit, maka harga-harga akan naik.Namun, bila jarak antar
kota dekat dan aman untuk melakukan perjalanan, maka akan banyak
barang yang diimpor sehingga ketersediaan barang-barang akan
melimpah dan harga-harga akan turun.” Disamping itu, tingkat
keuntungan yang wajar akan mendorong tumbuhnya perdagangan,
sementara tingkat keuntungan yang terlalu rendah akan membuat lesu
perdagangan. Para pedagang dan produsen lainnya akan kehilangan

19
motivasi. Sebaliknya, jika tingkat keuntungan terlalu tinggi
perdagangan jugaakan melemah sebab akan menurunkan tingkat
permintan konsumen. Ibn Khaldun sangat menghargai harga yang
terjadi dalam pasar bebas, namum ia tidak banyak membahas
mengenai kebijakan pemerintah untuk mengelola harga. Ia lebih
banyak memfokuskan kepada faktor-faktor yang mempengaruhi harga.
Hal ini tentu saja berbeda dengan Ibn Taimiyah yang dengan tegas
menetang intervensi pemerintah sepanjang pasar berjalan dengan bebas
dan normal.akan diprioritaskan. Sementara itu, harga barang mewah
akan naik sejalan dengan meningkatnya gaya hidup yang
mengakibatkan peningkatan permintaan barang mewah ini. Disini, Ibn
Khaldun sebenarnya menjelaskan pengaruh permintaan dan penawaran
terhadap harga.Secara lebih rinci juga dijelaskan pengaruh persaingan
antara para konsumen dan meningkatnya biaya-biaya akibat
perpajakan dan pungutan-pungutan lain terhadap tingkat harga. Karena
terjadi peningkatan disposible income dari penduduk seiring dengan
berkembangnya kota, maka terjadi kenaikan proporsi pendapatan yang
digunakan untuk mengonsumsi barang mewah. Dalam buku tersebut,
dijelaskan bahwa “Ketika barang-barang yang tersedia sedikit, maka
harga-harga akan naik.Namun, bila jarak antar kota dekat dan aman
untuk melakukan perjalanan, maka akan banyak barang yang diimpor
sehingga ketersediaan barang-barang akan melimpah dan harga-harga
akan turun.” Disamping itu, tingkat keuntungan yang wajar akan
mendorong tumbuhnya perdagangan, sementara tingkat keuntungan
yang terlalu rendah akan membuat lesu perdagangan. Para pedagang
dan produsen lainnya akan kehilangan motivasi. Sebaliknya, jika
tingkat keuntungan terlalu tinggi perdagangan jugaakan melemah
sebab akan menurunkan tingkat permintan konsumen. Ibn Khaldun
sangat menghargai harga yang terjadi dalam pasar bebas, namum ia
tidak banyak membahas mengenai kebijakan pemerintah untuk
mengelola harga. Ia lebih banyak memfokuskan kepada faktor-faktor
yang mempengaruhi harga. Hal ini tentu saja berbeda dengan Ibn
Taimiyah yang dengan tegas menetang intervensi pemerintah
sepanjang pasar berjalan dengan bebas dan normal.

20
4. Ibnu Taimiyah
Pemikiran Ibn Taimiyah dicurahkan melalui buku Al_Hisbah
fi‟l Al-Islam dan Majmu‟ Fatawa.Pandangan Ibn Taimiyah mengenai
mekanisme pasar terfokus pada masalah pergerakan harga.Secara
umum, beliau telah menunjukkan the beauty of market (keindahan
mekanisme pasar sebagai mekanisme ekonomi), disamping segala
kelemahannya.Ibnu Taimiyah berpendapat bahwa kenaikan harga tidak
selalu disebabkan oleh ketidakadilan (zulm/injustice) dari para
pedagang/ penjual, sebagaimana banyak dipahami orang pada waktu
itu.Ia menunjukkan bahwa harga merupakan hasil interaksi hukum
permintaan dan penawaran yang terbentuk karena berbagai faktor yang
kompleks. Dalam Al-Hisbahnya, Ibn Taimiyah membantah anggapan
ini dengan mengatakan: “Naik dan turunnya harga tidak selalu
disebabkan oleh adanya ketidakadilan (zulm/ injustice) dari beberapa
bagian pelaku transaksi. Hal ini disebabkan oleh defisiensi dalam
produksi atau penurunan terhadap barang yang diminta, atau tekanan
pasar.
Ibn Taimiyah secara umum sangat menghargai arti penting
harga yang terjadi karena mekansime pasar yang bebas. Untuk itu,
secara umum ia menolak segala campur tangan untuk menekan atau
menetapkan harga (price intervention) sehingga mengganggu
mekanisme yang bebas. Sepanjang kenaikan atau penutunan
permintaan dan penawaran disebabkan oleh faktor-faktor alamiah,
maka dilarang dilakukan intervensi harga.Dari pemikiran-pemikiran
diatas, pada dasarnya menyimpulkan bahwa aktivitas jual beli dapat
berjalan jika terjadi kesepakatan harga antara penjual dan
pembeli.Harga yang ditawarkan tidak semata-mata untuk kepentingan
pembeli, yaitu dalam usaha memaksimalkan keuntungan.Selain itu,
pembeli juga harus mempertimbangkan bahwa harga jual yang
ditawarkan harus mempertimbangkan keberlanjutan usaha. Harga jual
yang ditawarkan harus mampu menutup biaya usaha. Disamping itu,
aktifitas perdagangan juga merupakan suatu tindakan ibadah, dimana
tujuan jual beli adalah untuk mencari rahmat Allah SWT, bukan untuk
meningkatkan kekayaan atau memaksimalkan laba. Asumsi dasarnya

21
adalah bahwa penjual dan pembeli mempunyai niat untuk saling tolong
menolong, saling memudahkan dan meringankan kedua belah pihak,
serta baik penjual maupun pembeli harus berusaha saling jujur, dan
harga ditentukan dengan jalan pemufakatan antara penjual dan
pembeli.
6. Tokoh-tokoh Yang Membahas Tentang Harga
1. Pemikiran Imam Yahya Ibn Umar (213-289 H)
a. Penetapan Harga
Penetapan harga merupakan tema sentral dalam kitab al Ahkam al
Suq. Imam Yahya bin Umar berulang kali membahasnya di berbagai
tempat yang berbeda. Tampaknya ia ingin menyatakan bahwa eksistensi
harga merupakan hal yang sangat penting dalam sebuah transaksi.
Sedangkan pengabaian terhadapnya akan dapat menimbulkan kerusakan
dalam kehidupan masyarakat.Berkaitan dengan hal ini, Imam Yahya bin
Umar berpendapat bahwa penetapan harga tidak boleh dilakukan.30
Para pedagang melakukan praktek banting harga (dumping) yang
dapat menimbulkan persaingan yang tidak sehat serta dapat mengacaukan
stabilitas harga pasar. Dalam hal ini, pemerintah berhak memerintahkan
para pedagang tersebut untuk menaikkan kembali harganya sesuai dengan
harga yang berlaku di pasar. Apabila mereka menolaknya, pemerintah
berhak mengusir para pedagang tersebut dari pasar. Hal ini pernah
dipraktekkan Umar bin al Khattab ketika mendapati seorang pedagang
kismis menjual barang dagangannya di bawah harga pasar. Ia memberikan
pilihan kepada pedagang tersebut, apakah menaikkan harga sesuai deng
standar yang berlaku atau pergi dari pasar.Pendapatnya yang melarang
penetapan harga tersebut, manurut Dr. Rifa‟at al-Audi dalam tulisan
Yanasatia, sekaligus mengindikasikan bahwa sesungguhnya Imam Yahya
bin Umar mendukung kebebasan ekonomi, termasuk kebebasan
kepemilikan. Sikap Rasulullah saw yang menolak melakukan penetapan
harga juga merupakan indikasi awal bahwa dalam ekonomi Islam tidak
hanya terbatas mengatur kepemilikan khusus tetapi juga menghormati dan
menjaganya.31

30
http://Yanasatia.WordPress.com/2008/07/31/Teori_Harga_dalam_Mikro_Ekonomi_Isla m/?-e-
pi-=7 %2CPAGE_10%2c8547501456, Diakses Tanggal 16 Maret 2022 jam 14.00
31
http://Yanasatia.WordPress.com/2008/07/31/Teori_Harga_dalam_Mikro_Ekonomi_Islam/?-e-pi-
=7 %2CPAGE_10%2c8547501456, Diakses Tanggal 17 Maret 2022 jam 14.00

22
b. Mekanisme Harga
Kebebasan tersebut juga berarti bahwa harga, dalam pandangan
Imam Yahya bin Umar, ditentukan oleh kekuatan pasar, yakni kekuatan
penawaran (supply) dan permintaan (demand). Namun, ia menambahkan
bahwa mekanisme harga itu harus tunduk kepada kaidah-kaidah. Dalam
hal ini, pemerintah berhak mengeluarkan pelaku tindakan itu dari pasar.
Hukuman ini berarti melarang pelaku melakukan aktivitas ekonominya di
pasar, bukan merupakan hukuman maliyyah.
Menurut Dr. Rifa’at al-Audi dalam tulisan Yanasatia, pernyataan
Imam Yahya bin Umar yang melarang praktek banting harga (dumping)
bukan dimaksudkan untuk mencegah harga-harga menjadi murah, akan
tetapi pelarangan tersebut dimaksudkan untuk mencegah dampak
negatifnya terhadap mekanisme pasar dan kehidupan masyarakat secara
keseluruhan.32
2. Pemikiran Ibnu Taimiyah (661-728 H)
a. Mekanisme Harga
Mekanisme harga adalah proses yang berjalan atas dasar gaya tarik
menarik antara produsen dan konsumen baik dari pasar output (barang)
ataupun input (faktor-faktor produksi). Adapun harga diartikan sebagai
sejumlah uang yang menyatakan nilai tukar suatu unit benda tertentu.
Harga yang adil merupakan harga (nilai barang) yang dibayarkan untuk
suatu objek tertentu yang diberikan pada waktu dan tempat diserahkan
barang tersebut. Definisi harga yang adil juga bisa diambil dari konsep
Aquinas yang mendefinisikannya dengan harga kompetitif normal. Yaitu
harga yang berada dalam persaingan sempurna yang disebabkan oleh
supply dan demand dimana tidak ada unsur spekulasi. Harga yang adil
menurut pendapat Ibnu Taimiyah dalam tulisan Yanasatia adalah: “Nilai
harga dimana orang-orang menjual barangnya dan diterima secara umum
sebagai hal yang sepadan dengan barang yang dijual ataupun barang-
barang sejenis lainnya di tempat dan waktu tertentu”. Dalam Kitab al-
Hisbah, Ibnu Taimiyah dalam tulisan Yanasatia lebih memperjelas apa
yang dimaksud dengan harga yang adil, yaitu:

32
http://Yanasatia.WordPress.com/2008/07/31/Teori_Harga_dalam_Mikro_Ekonomi_Islam/?-e-pi-
=7 %2CPAGE_10%2c8547501456, Diakses Tanggal 17 Maret 2022 jam 14.00

23
“Apabila orang-orang memperjualbelikan barang dagangannya
dengan cara-cara yang biasa dilakukan, tanpa ada pihak yang dizalimi
kemudian harga mengalami kenaikan karena berkurangnya persediaan
barang ataupun karena bertambahnya jumlah penduduk (permintaan),
maka itu semata-mata karena Allah Swt. Dalam hal demikian, memaksa
para pedagang untuk menjual barang dagangannya pada harga tertentu
merupakan tindakan pemaksaan yang tidak dapat dibenarkan”.33
Ada dua tema yang seringkali ditemukan dalam pembahasan Ibnu
Taimiyah tentang masalah harga, yakni kompensasi yang setara/adil (iwad
al-mitsl) dan harga yang setara/adil (tsaman al-mitsl). Dia
“Kompensasi yang setara akan diukur dan ditaksir oleh hal-hal yang
setara, dan itulah esensi dari keadilan (nafs al-„adl)”.
Kompensasi yang adil adalah penggantian sepadan yang
merupakan nilai harga yang setara dari sebuah benda menurut adat
kebiasaan. Kompensasi yang setara diukur dan ditaksir oleh hal-hal yang
setara tanpa ada tambahan dan pengurangan, disinilah esensi
keadilan.Adapun harga yang adil adalah nilai harga dimana orang-orang
menjual barangnya dapat diterima secara umum sebagai hal yang sepadan
dengan barang yang dijual itu ataupun barang-barang yang sejenis lainnya
di tempat dan waktu tertentu.Keadilan yang dikehendaki oleh Ibnu
Taimiyah berhubungan dengan prinsip la dharar yakni tidak melukai dan
tidak merugikan orang lain. Maka dengan berbuat adil akan mencegah
terjadinya tindak kezaliman.

Dalam analisa ekonomi, permintaan suatu barang terutama


dipengaruhi oleh tingkat harganya. Dalam hukum permintaan diuraikan
sifat hubungan nyata permintaan barang dengan tingkat harganya. Hukum
permintaan pada hakikatnya merupakan hipotesis yang menyatakan:
“makin rendah harga suatu barang, maka makin banyak permintaan
terhadap barang tersebut. Sebaliknya, makin tinggi harga suatu barang,
maka makin sedikit permintaan terhadap barang tersebut”. Begitu juga
sebaliknya, hukum penawaran yang menjelaskan tentang hubungan antara

33
http://Yanasatia.WordPress.com/2008/07/31/Teori_Harga_dalam_Mikro_Ekonomi_Isla m/?-e-
pi-=7 %2CPAGE_10%2c8547501456, Diakses Tanggal 10 Juli 2017 jam 14.00

24
harga suatu barang dan jumlah barang tersebut yang ditawarkan para
penjual.berkata:
Ibnu Taimiyah menyebutkan dua sumber penyediaan barang
(supply) yaitu produksi lokal dan impor yang diterima.Konsep harga yang
adil menurut Ibnu Taimiyah hanya terjadi pada pasar kompetitif. Tidak
ada pengaturan yang mengganggu keseimbangan harga kecuali jika terjadi
suatu usaha-usaha yang mengganggu terjadinya keseimbangan, yaitu
kondisi dimana semua faktor produksi digunakan secara optimal dan tidak
ada idle. Sebab harga pasar kompetitif merupakan kecenderungan yang
wajar.
Ibnu taimiyah mengungkapkan bahwa jika masyarakat menjual
barang dagangannya dengan harga normal (kenaikan harga dipengaruhi
oleh kurangnya persediaan barang karena menurunnya supply barang),
maka hal seperti ini tidak mengharuskan adanya regulasi terhadap harga.
Karena kenaikan harga tersebut merupakan kenaikan harga yang adil dan
berada dalam persaingan sempurna, tanpa unsur spekulasi.
Ibnu Taimiyah menganjurkan dalam menetapkan harga yang adil
itu dengan pertimbangan apabila suatu barang tersebut tidak ada di suatu
tempat. Secara eksplisit, ia mengajukan pertimbangan untuk
mempertemukan antara nilai subjektif dari pembeli dengan nilai objektif
dari penjual.
Tujuan utama dari harga yang adil adalah memelihara keadilan
dalam mengadakan transaksi timbal balik dan hubungan-hubungan lain
diantara anggota masyarakat. Pada konsep harga adil, pihak penjual dan
pembeli sama-sama merasakan keadilan.

7. Teori Jasa dalam Perspektif Ekonomi Islam


Dalam ekonomi Islam, jasa dikaitkan dengan ijarah (sewa-
menyewa). Penjualan jasa dalam Islam disebut dengan ijarah atau sewa-
menyewa, yaitu kegiatan pemindahan hak kemanfaatan. Objek dari
kegiatan ijarah adalah jasa, baik jasa yang dihasilkan dari tenaga manusia
maupun jasa yang diperoleh dari pemanfaatan barang. Konsep ijarah sama

25
dengan konsep jual beli. Hanya saja, objek yang diperjualbelikan dalam
ijarah adalah jasa.34
Menurut bahasa Lafal ijarah berasal dari kata Arab al-ajru yang
berarti al-iwadh (ganti) yang berarti upah, sewa, jasa, atau imbalan.
Sedangkan menurut istilah para ulama berbeda-beda mendefinisikan
ijarah, antara lain adalah sebagai berikut.35

1. Menurut hanafiyah ijarah adalah akad untuk membolehkan


pemilikan manfaat yang diketahui dan disengaja dari suatu zat yang
disewa dengan imbalan.
2. Menurut malikiyah ijarah adalah nama bagi akad-akad untuk
kemanfaatan yang bersifat manusiawi dan untuk sebagian yang
dapat dipindahkan.
3. Menurut syaikh syihab al-din dan syaikh umairah bahwa yang
dimaksud dengan ijarah adalah akad atas manfaat yang diketahui da
disegaja untuk memberi dan membolehkan dengan imbalan yang
diketahui ketika itu.
4. Menurut muhammad al-syarbini al-khatib bahwa yang dimaksud
dengan ijarah adalah pemilikan manfaat dengan adanya imbalan
dan syarat-syarat.
5. Menurut sayyid sabiq bahwa ijarah adalah suatu jenis akad untuk
mengambil manfaat dengan jalan penggantian.
6. Menurut hasbih ash-shiddiqie bahwa ijarah adalah akad yang
objeknya ialah penukaran manfaat untuk masa tertentu, yaitu
pemilikan manfaat dengan imbalan, sama dengan menjual manfaat.
Berdasarkan definisi-definisi diatas, kiranya dapat dipahami
bahwa ijarah adalah menukar sesuatu dengan ada imbalannya,
diterjemahkan dalam bahasa Indonesia berarti sewa-menyewa dan
upah-mengupah, sewa-menyewah adalah menjual manfaat. Dan upah-
mengupah adalah menjual tenaga atau kekuatan.
Kata ijarah dan jasa mempuyai titik singgung dalam konsep
upah mengupah (ujrah) sebab jasa atau pelayanan yang diberikan

34
Idris, Hadis Ekonomi, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2016), h. 231
35
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), h. 114-115

26
seseorang dimaksudkan utuk mendapatkan upah atau bayaran. Dengan
kata lain, upah (ujrah) merupakan bagian dari ijarah. Dalam konsep
ijarah pemilik yang menyewakan manfaat disebut mu‟jir (orang yang
menyewakan) sedangkan pihak lainnya yang memberikan sewa disebut
disebut musta‟jir (orang yang menyewa atau penyewa) dan sesuatu
yang diakad untuk diambil manfaat disebut ma‟jur (sewaan) serta jasa
yang diberikan sebagai imbalan disebut ajran atau ujrah (upah). Syarat-
syarat ijarah yaitu:
1. Masing-masing pihak rela untuk melakukan sewa-menyewa,
maksudnya jika di dalam akad sewa-menyewa itu terdapat unsur
pemaksaan, maka sewa menyewa itu tidak sah. Ketentuan ini sejalan
dengan Firman Allah dalam Surah an-Nisa (ayat): 29.‫أ‬ 36

‫ْأ‬ ٰ ٓ
ٍ ‫ٰياَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ا َمنُوْ ا اَل تَ ُكلُ ْٓوا اَ ْم َوالَ ُك ْم بَ ْينَ ُك ْم بِ ْالبَا ِط ِل آِاَّل اَ ْن تَ ُكوْ نَ تِ َجا َرةً ع َْن تَ َر‬
‫اض ِّم ْن ُك ْم ۗ َواَل تَ ْقتُلُ ْٓوا‬
‫اَ ْنفُ َس ُك ْم ۗ اِ َّن هّٰللا َ َكانَ بِ ُك ْم َر ِح ْي ًما‬

Artinya: “hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu


saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali
dengan jalan perniagaan yang berlaku suka sama suka di antara
kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu, sesungguhnya allah
adalah maha penyayang kepadamu”.
2. Harus jelas objek yang diakadkan.
3. Objek sewa-menyewa dapat digunakan sesuai peruntukannya.
4. Kemanfaatan objek yang diperjanjikan adalah yang diperbolehkan
dalam agama islam.
5. Orang yang menyewakan adalah pemilik barang sewa, walinya atau
orang yang menerima wasiat untuk bertindak sebagai wali.
6. Objek sewa-menyewa dapat diserahkan.
7. Objek sewa-menyewa tidak cacat.
8. Sesuatu yang disewakan bukan kewajiban bagi penyewa, misalnya
menyewa orang untuk melakukan sholat atau puasa untuk diri
penyewa.
9. Upah/sewa tidak sejenis dengan manfaat yang disewa.

36
Al-jumanatul „Ali, Al-Qur‟an Dan Terjemahannya ( Bandung: Cv Penerbit J-Art, 2004), h. 83

27
10. Harga sewa harus dibayar, bila berupa uang harus ditentukan berapa
besarnya, dan jika berupa hal lain harus ditentukan berapa kadarnya.
11. Tidak boleh dipersyaratkan dengan perjanjian lain.
12. Harus segera dapat dimanfaatkan pada saat terjadinya persetujuan,
kecuali dalam sewa-menyewa yang ditentukan menurut waktu.

Dasar hukum ijarah dalam al-quran QS. al- Qashash (ayat):26

ُ‫ت ا ْستَْأ ِجرْ هُ ۖاِ َّن َخ ْي َر َم ِن ا ْستَْأ َجرْ تَ ْالقَ ِويُّ ااْل َ ِميْن‬
ِ َ‫ت اِحْ ٰدىهُ َما ٰيٓاَب‬
ْ َ‫قَال‬

Artinya: “salah seorang dari wanita itu berkata: wahai bapakku,


ambillah ia sebagai seorang yang bekerja (pada kita) karena orang yang
paling baik untuk dijadikan pekerja adalah orang yang kuat dan dapat
dipercaya.

QS. Al- Kahf (ayat): 77

َّ‫ضيِّفُوْ هُ َما فَ َو َجدَا فِ ْيهَا ِجدَارًا ي ُِّر ْي ُد اَ ْن يَّ ْنقَض‬ ْ ‫فَا ْنطَلَقَا َۗح ٰتّ ٓى اِ َذٓا اَتَيَٓا اَ ْه َل قَرْ يَ ِة ِۨا ْست‬
َ ُّ‫َط َع َمٓا اَ ْهلَهَا فَاَبَوْ ا اَ ْن ي‬
‫فَاَقَا َمهٗ ۗقَا َل لَوْ ِشْئتَ لَتَّخ َْذتَ َعلَ ْي ِه اَجْ رًا‬

Artinya: “maka keduanya berjalan hinggga tatkala keduanya


sampai kepada penduduk suatu negeri, mereka meminta dijamu kepada
penduduk negeri itu, tetapi penduduk negeri itu tidak mau menjamu
mereka, kemudian keduanya mendapatkan dalam negeri itu dinding
rumah yang hampir roboh, maka khidr menegaka dinding itu. Musa
berkata, jikalau kamu mau, niscaya kamu mengambil upah untuk itu.”
Islam mengajarkan bila ingin memberikan hasil usaha baik berupa
yang barang maupun pelayanan/jasa hendaknya memberikan
berkualitas,jangan memberikan yang buruk atau tidak berkualitas
kepada orang lain.Seperti dijelaskan dalam Al-Quran surat Al-Baqarah
(ayat) : 267

َ ‫ض ۗ َواَل تَيَ َّم ُموا ْال َخبِي‬


َ‫ْث ِم ْنهُ تُ ْنفِقُوْ ن‬ ِ ْ‫ت َما َك َس ْبتُ ْم َو ِم َّمٓا اَ ْخ َرجْ نَا لَ ُك ْم ِّمنَ ااْل َر‬ ِ ‫ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُ ْٓوا اَ ْنفِقُوْ ا ِم ْن طَيِّ ٰب‬
‫َولَ ْستُ ْم بِ ٰا ِخ ِذ ْي ِه آِاَّل اَ ْن تُ ْغ ِمضُوْ ا فِ ْي ِه ۗ َوا ْعلَ ُم ْٓوا اَ َّن هّٰللا َ َغنِ ٌّي َح ِم ْي ٌد‬

28
“Hai orang–orang yang beriman, nafkahkanlah (dijalan Allah)
sebagiandari hasil usahamu yang baik–baik dan sebagian dari apa yang
kamikeluarkan dari bumi untuk kamu dan janganlah kamu memilih yang
buruk–buruk lalu kamu nafkahkan darinya padahal kamu sendiri tidak
mau mengambilnya melainkan dengan memicingkan mata
terhadapnya.Dan ketahuilah bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji”
Pentingnya memberikan pelayanan yang berkualitas di
sebabkan pelayanan (service) tidak hanya sebatas mengantarkan atau
melayani. Service berarti mengerti, memahami, dan merasakan sehingga
penyampaiannya pun akan mengenai heart share konsumen dan pada
akhirnya memperkokoh posisi dalam mind share konsumen. Dengan
adanya heart share dan mind share yang tertanam, loyalitas seorang
konsumen pada produk atau usaha. 37
Dalam ekonomi Islam, keputusan pilihan tidak dapat dilakukan
semaunya saja, semua perilaku harus dipandu oleh Allah lewat Al-Qur‟an
dan Hadis. Fasilitas dalam Islam dan konvensional juga tidak mengalami
perbedaan yang signifikan, perbedaannya hanya terletak pada proses
penggunaannya yang mana ketika pelaku bisnis memberikan pelayanan
dalam bentuk fisik hendaknya tidak menonjolkan kemewahan.Islam
menganjurkan setiap pelaku bisnis untuk bersikap profesional yakni dapat
bekerja dengan cepat dan tepat sehingga tidak menyia-nyiakan amanat
yang menjadi tanggung jawabnya.38
Baik buruknya perilaku bisnis para pengusaha menentukan
sukses- gagalnya bisnis yang dijalankan. Al Qur‟an Surat Ali Imran
ayat 159 menjelaskan yang Artinya:
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah
lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati
kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu,
maafkanlah mereka; mohonkanlah ampun bagi mereka, dan
bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila
kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah.

37
http://thedarkancokullujaba.blogspot.co.id/2010/12/kualitas-pelayanan-jasa-dalam.html di akses
pada tanggal 20 Maret 2022
38
http://thedarkancokullujaba.blogspot.co.id/2010/12/kualitas-pelayanan-jasa-dalam.html di
akses pada tanggal 20 Maret 2022

29
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-
Nya”
Berdasarkan ayat diatas, jelas bahwa setiap manusia dituntunkan
untuk berlaku lemah lembut agar orang lain merasakan kenyamanan bila
berada disampingnya. Apalagi dalam pelayanan yang mana konsumen
banyak pilihan, bila pelaku bisnis tidak mampu memberikan rasa aman
dengan kelemah lembutannya maka konsumen akan berpidah ke
perusahaan lain.
Pelaku bisnis dalam memberikan pelayanan harus menghilangkan
jauh jauh sikap keras hati dan harus memiliki sifat pemaaf kepada
pelanggan agar pelanggan terhindar dari rasa takut, tidak percaya, dan
perasaan adanya bahaya dari pelayanan yang diterima.39

39
http://thedarkancokullujaba.blogspot.co.id/2010/12/kualitas-pelayanan-jasa-dalam.html di
akses pada tanggal 02 September 2017

30
G. Metode Penilitian
1. Jenis dan Pendekatan Penilitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
penelitian kualitatif yaitu penelitian yang menggunakan latar alamiah, dengan
tujuan menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan melibatkan
berbagai metode yang ada, berdasarkan teknik pengumpulan dan analisis data
yang relevan yang diperoleh dari situasi yang alamiah.40
Pendekatan penelitian yang penulis gunakan adalah pendekatan
normatif, yaitu data yang terkumpul kemudian dihubungkan dengan ketentuan
prinsip-prinsip ekonomi Islam. pembahasan akan senantiasa berpijak pada
landasan prinsip-prinsip ekonomi Islam, yaitu Al-qur’an dan Hadis serta
pendapat ulama.
2. Waktu dan Lokasi Penilitian
Waktu Untuk Melakukan penelitian ini dilakukan dari bulan Maret
2022 s/d selesai.Lokasi dilakukan penelitian adalah di Fotocopy dan
percetakan Mulia Tulis Kelurahan Rano Kecamatan Muara Sabak Barat
Kabupaten Tanjung Jabung Timur.
3. Informan Penilitian
Teknik penentuan informan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah purposive (pengambilan informan berdasarkan tujuan). Teknik
penentuan informan ini adalah siapa yang akan diambil sebagai anggota
informan diserahkan pada pertimbangan pengumpul data yang sesuai dengan
maksud dan tujuan penelitian. Penentuan informan dalam penelitian ini
berdasarkan objek yang diteliti dan berdasarkan keterkaitan informan tersebut
dengan penelitian. Informan dalam penelitian ini terdiri dari pemilik Fotocopy
dan percetakan Mulia Tulis, karyawannya dan pelanggan.

40
Djam’an Satori, dan Aan Komariah, Metodelogi Penelitian Kualitatif (Bandung: ALFABETA,
2009), h. 25

31
4. Sumber dan Tehnik Pengumpulan Data
a. Sumber Data
i. Data Primer
Data ini diperoleh dari lapangan yaitu di Fotocopy dan
percetakan Mulia Tulis. Sumber data Primer dalam penelitian ini di
dapat dari data hasil wawancara dan observasi yang penulis lakukan
terhadap informan. Pengambilan data primer dilakukan dengan
wawancara yang mengajukan pertanyaan-pertanyaan lisan terstruktur
secara langsung kepada karyawan dan pelanggan Fotocopy dan
Percetakan Mulia Tulis.
ii. Data Sekunder
Data sekunder ini diperoleh melalui sejumlah buku, jurnal, dan
bacaan lainnya yang ada hubungannya dengan judul skripsi ini, yang
dapat memberikan informasi atau data tambahan yang dapat
memperkuat data pokok. Data tersebut berupa dokumentasi seperti
daftar harga, catatan-catatan yang ada di Fotocopy dan Percetakan
Mulia Tulis dan sumber-sumber atau buku-buku yang ada kaitannya
dengan penelitian ini.
b. Teknik Pengumpulan Data
i. Teknik Observasi
Teknik observasi adalah suatu proses pengambilan data yang
dilakukan dengan cara pengamatan dan pencatatan secara sistematis
terhadap objek penelitian yang diteliti dengan cara langsung dan

terencana bukan kebetulan.41 Observasi yang dilakukan adalah dengan


langsung datang ke lokasi Fotocopy danPercetakanMulia Tulis lalu
mengamati dan menilai cara kerja karyawan dan bagaimana karyawan
tersebut memberikan harga kepada pelanggannya.
ii. Wawancara (Interview)
Teknik wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar
informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikontruksikan
41
Hadi Sutrisno, Metodologi Research (Yogyakarta: Penerbit Andi, 2004), h. 151

32
makna dalam suatu topik tertentu. 42 Dalam penelitian ini, penulis akan
melakukan wawancara dengan pemilik Fotocopy dan percetakan Mulia
Tulis, karyawannya dan para pelanggannya
iii. Studi Dokumen.
Studi dokumen yang penulis lakukan yaitu dengan mempelajari
atau meneliti dokumen-dokumen atau sumber-sumber yang berbentuk
tulisan, dan atau gambar, dokumen yang berbentuk tulisan misalnya
catatan harian, sejarah kehidupan, dan biografi, sedangkan yang
berbentuk gambar misalnya foto, dan gambar hidup Fotocopy dan
percetakan Mulia Tulis. Studi dokumen merupakan pelengkap dari
penggunaan observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif.
c. Tehnik Analisis Data
Penelitian ini menggunakan analisis data induktif. Analisis data
induktif adalah metode dengan mengambil kesimpulan dari data-data
yang bersifat khusus, berfikir induktif berangkat dari fakta-fakta yang
khusus dan peristiwa-pristiwa yang kongkrit kemudian ditarik
kesimpulan yang bersifat umum. Berdasarkan data yang diperoleh dari
lapangan, dari hasil observasi, wawancara, catatan lapangan dan studi
dokumentasi, maka penyusun mengangkat fakta-fakta yang khusus,
peristiwa kongkrit kemudian ditarik kesimpulan yang bersifat umum.
Hal ini dilakukan untuk menyelesaikan masalah yang ada mengenai
pelaksanaan mekanisme penetapan harga yang diterapkan oleh
Fotocopy dan Percetakan Mulia Tulis yang dianalisis atau ditinjau
menurut ekonomi Islam.

5. Sistematika Penulisan.

42
Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis (Bandung: Alfabeta, 2012), h. 410

33
Dalam perencanaan penelitian ini, untuk mempermudah pemahaman
isi laporan penelitian dari awal sampai akhir, maka sistematika penulisannya
penulis uraikan sebagai berikut :
Bab I Pendahuluan, pada bab ini yang terdiri dari latar belakang
masalah yang berisi tentang masalah yang akan diteliti, kemudian perumusan
masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian.
Bab II Tinjauan Pustaka pada bab ini meliputi pembahasan mengenai
penelitian terdahulu, metode penelitian dan sistematika penulisan.
Bab III Gambaran Kajian Teori pada bab ini meliputi pembahasan
mengenai harga yang adil, pengertian harga, mekanisme penetapan harga dan
tokoh-tokoh yang membahas tentang harga yang adil.

34
DAFTAR PUSTAKA SEMENTARA

Suherman Rosyidi, Pengantar Teori Ekonomi: Pendekatan Kepada Teori


Ekonomi Miko dan Makro (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006)
Veithzal, Amiur Nurudin, dan Faisar Ananda, islamic Business And Economic
Ethics (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2012)
Buchari Alma, dan Donni Juni Priansa, Manajemen Bisnis Syariah
( Bandung: ALFABETA, 2009)
Jafril Khalil, Jihad Ekonomi Islam (Jakarta : Gramata Publishing, 2010)
Veithzal Rivai, dan Andi Buchari, Islamic Economic (Jakarta : Bumi Aksara,
2009)
Euis Amalia, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam (Jakarta : Gramata Publishing,
2010)
Yasir Sadan dengan judul “ Pengambilan Keuntungan Melalui Pembulatan Pada
Bisnis Warung Internet Perspektif UU No 8 tahun 1999 tentang
perlindungan konsumen dan Perspektif Hukum Islam, (Skripsi, Jurusan
Muamalat Fakultas Syariah, UIN Sunan Kalijaga, 2012).
Diah Heri Susanti dengan judul “ Tinjauan Hukum Islam Terhadap Akad dan
Pembulatan Harga dalam Jual Beli di Mini Market Pamella
Yogyakarta” , (Skripsi, Jurusan Muamalat Fakultas Syariah, UIN Sunan
Kalijaga, 2003).
Romi Maulana, “Penerapan Asas-asas Muamalah Terhadap Praktek
Pembulatan Harga Dalam Jual Beli ( Studi Kasus di Minimarket
Handayani Yogyakarta ”, (Skripsi, Jurusan Mu‟amalat Fakultas
Syari‟ah UIN Sunan Kalijaga, 2009)
Hendi Suhendi, Fiqih Muamalah, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002)
Setiawan Budi Utomo, Fiqh Aktual , Jawaban Tuntas Masalah Kontemporer,
(Jakarta : Gema Insani, 2001),
Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam, Ekonomi Islam (Rajawali
Pers, 2009)
Jusmaliani, Bisnis Berbasis Syariah (Jakarta: Bumi Aksara, 2008)

35
Muhammad Syafi‟i Antonio, Bank Syariah Dari Teori ke Praktik (Jakarta: Gema
Insani, 2001)
Adiwarman Azwa Karim, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2004)
Jusmaliani, Bisnis Berbasis Syariah ( Jakarta : Bumi Aksara,2008)
Said Sa‟ad Marthon, Ekonomi Islam di Tengah Krisis Ekonomi Global (Jakarta :
Zikrul Hakim, 2004)
Jaka Isqiyarta, Dasar-dasar Ekonomi Islam, Menuju Sirathal Mustaqim,
(Yogyakarta :Ekonisia, 2012)
Adiwarman Azwa Karim, Ekonomi Mikro Islam (Jakarta: III T, 2003)

36

Anda mungkin juga menyukai