Makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas pada mata kuliah
Kewirausahaan Syariah
Dosen Pengampu:
Disusun Oleh:
Fitri Nuraeni (2020.01.021)
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AL-FALAH
CICALENGKA – BANDUNG
2022
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat dan salam semoga
dan selalu tetap tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW.
Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi saya yang menyusun
makalah ini khusunya dan umumya bagi para pembaca makalah ini. Harapan saya,
semoga makalah ini dapat membantu dalam memahami dan menambah khazanah
keilmuwan kita semua.
Pemakalah
i
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan .................................................................................................... 9
ii
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja ciri-ciri pengusaha yang baik dan syar’i?
2. Bagaimana wirausaha menurut pendapat para ahli?
3. Apa dalil Al-Quran tentang wirausaha?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui ciri-ciri pengusaha yang baik dan syar’i.
2. Untuk mengetahui wirausaha menurut pendapat para ahli.
1
3. Untuk mengetahui dalil Al-Qur’an tentang wirausaha.
2
BAB II
PEMBAHASAN
1
https://www.bernas.id/2018/01/54674/57702-inilah-3-sifat-pengusaha-muslim-sesuai-tuntunan-
rasulullah-saw-sudahkah-anda-melakukannya/,
3
3. Tidak menipu. Islam sangat menentang sekali penipuan, karena
sifat tercela ini bisa merusak kehidupan pribadi dan masyarakat.
Sedangkan Islam sangat menjunjung tinggi sekali nilai amanah,
jujur dan saling percaya. Jujur penting dalam islam. Bahkan, salah
satu pilar akidah Islam adalah jujur. Maka siapa yang berbuat
curang dan menipu terkhusus dalam perdagangan, sungguh dia
telah berlepas dari Akhlaq Islam, bahkan dari umat Nabi
Muhammad. Sabda shallallahu alaihi wasallam: “bukan golongan
kami orang yang menipu”.(HR. Muslim).
4. Tidak menjual barang dagangan dengan bersumpah dusta (palsu).
Seperti seseorang mengatakan kalau barangnya berasal dari italia,
atau jepang; padahal buatan cina atau pribumi. Atau dia
mengatakan barangnya asli, padahal palsu. Dan seterusnya. Sabda
Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam: ”Sumpah itu bisa melariskan
barang dagangan, tapi bisa menghapus keberkahannya.” (HR.
Bukhari). Dan Sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam: “tiga
golongan yang tidak akan Allah ajak bicara di hari kiamat kelak,
tidak memandang mereka, tidak pula mensucikan mereka, dan bagi
mereka azab yang pedih” kemudian Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi
Wasallam menyebutkanya, Abu Dzar berkata: “Mereka pasti
merugi dan tidak beruntung” (Nabi) bersabda: “(Yaitu) Isbal (laki-
laki yg memanjangkan celana (sarung) nya melebihi tumit, Orang
yang menjual barangnya dengan bersumpah dusta (palsu), dan
orang yang menyebut- nyebut pemberiannya”. (HR. Muslim,
Ahmad dan Darimi).
5. Tidak mengurangi timbangan. Sebagaimana firman Allah Ta’ala:
“Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang. (yaitu)
orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain
mereka minta dipenuhi. Dan apabila mereka menakar atau
menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi. Tidaklah
orang-orang itu menyangka, bahwa “Sesungguhnya mereka akan
dibangkitkan. Pada suatu hari yang besar. (yaitu) hari (ketika)
4
manusia berdiri menghadap Tuhan semesta alam?”. (QS. Al-
Muthaffifin: 1- 6).
6. Tidak menimbun barang dan memonopoli. Perbuatan ini sering
sekali kita jumpai zaman sekarang ini, terkhusus pada masa- masa
krisis. Orang yang berbuat ini telah berbuat dosa besar dan
menzhalimi manusia. Sehingga harta yang di makannya tidak akan
berkah. Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda: “Tidak ada
orang yang menimbun barang melainkan dia telah berbuat dosa”.
(HR. Muslim).
7. Menjauhi riba. Riba adalah seburuk-buruk usaha, diantara dosa
paling besar, dan seburuk-buruk tempat kembali. Firman Allah
Ta’ala: “Allah memusnahkan Riba dan menyuburkan sedekah. dan
Allah tidak menyukai Setiap orang yang tetap dalam kekafiran,
dan selalu berbuat dosa.” (QS. Al-Baqarah: 276).
8. Mempermudah urusan. Sebagaimana sabda Nabi Shallallahu
‘Alaihi Wasallam: ”Semoga Allah merahmati seorang hamba yang
toleran apabila menjual, toleran jika membeli dan toleran dalam
tuntutan,” (HR. Bukhari).
9. Tidak menjual barang yang haram atau syubhat. Tidak boleh bagi
seorang muslim menjual barang haram, seperti: Minuman
keras ,(khamar), Narkoba’ dan semua jenis barang haram. Karna
Allah telah mengharamkannya apalagi memperjual belikannya.
Diantaranya juga menjual dan membeli barang curian,
sebagaimana sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi
Wasallam: ”Barangsiapa yang membeli barang hasil curian dan ia
mengetahuinya, maka ia juga sama mendapatkan dosa dan
keburukannya,” (HR Baihaqi).
10. Tidak berjualan di masjid dan waktu adzan. Rasulullah Shallallahu
‘Alaihi Wasallam melarang jual beli di masjid. Dalam sebuah
haditsnya beliau bersabda: ”Apabila kamu melihat seseorang
melakukan transaksi jual beli di masjid, katakanlah, Semoga Allah
tidak memberikan keuntungan atas niagamu.” Hadits inilah yang
5
dijadikan Imam Ahmad sebagai landasan haramnya jual beli di
masjid. Namun demikian, Imam Abu Hanifah membolehkan akad
jual beli di masjid dan memakruhkan membawa barang dagangan
ke dalamnya, sebagai penghormatan atas kesucian masjid. Imam
Malik dan Syafi’i juga membolehkan tapi hukumnya
makruh,(Fiqhus Sunnah).
11. Berterus terang jika barang yang di jual ada cacatnya. Bagi
pedagang yang menjual barang dagangan cacat tanpa ia sebutkan
sebelum akad, maka ia tetap bertanggung jawab atas barang itu.
Suatu saat jika pembeli mengetahui cacat barang tersebut, maka ia
berhak mengembalikannya. Hal ini pernah dilakukan oleh Zaid bin
Tsabit yang pernah membeli seorang budak dari Abdullah bin
Umar. Ketika ia menemukan cacat pada budak tersebut, maka ia
mengembalikannya.
12. Berpagi-pagi. Pagi adalah waktu barakah, sehingga Nabi
Shallallahu ‘AlaihI Wasallam selalu melakukan semua kegiatannya
di pagi hari, dan menyuruh umatnya supaya berpagi-pagi dalam
melakukan semua kegiatannya, termasuk jual beli. Sebagaimana
sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam: “Ya Allah, berkatilah
umatku dalam berpagi-pagi mereka”. (HR. Abu Daud). Dan para
sahabat melakukan hal ini, sehingga harta mereka melimpah dan
mendapat hasil yang banyak.
B. Wirausaha Menurut Para Ahli Dan Dalil Al-Qur’an Tentang
Wirausaha
6
2. Kewirausahaan adalah semangat, perilaku dan kemampuan untuk
memberikan tanggapan yang positif trehadap peluang memperoleh
keuntungan untuk diri sendiri dan atau pelayanan yang lebih baik
pada pelanggan/masyarakat; dengan selalu berusaha mencari dan
melayani langganan lebih banyak dan lebih baik, serta menciptakan
dan menyediakan produk yang lebih bermanfaat dan menerapkan
cara kerja yang lebih efisien, melalui keberanian mengambil risiko,
kreativitas, dan inovasi serta kemampuan manajemen (Salim
Siagian, 1998).
3. Menurut Skinner (1992), wirausaha (interpreneur) merupakan
seseorang yang mengambil risiko yang diperlukan untuk
mengorganisasikan dan mengelola suatu bisnis dan menerima
imbalan/balas jasa berupa profit finansial maupun non finansial.
4. Menurut Siswanto Sudomo (1989), kewirausahaan adalah segala
sesuatu yang penting mengenai seorang wirausaha dan oleh karena
itu dapat diartikan sebagai: sifat-sifat khusus yang dimiliki oleh
seorang wiarusaha; kemampuan- kemampuan khusus yang dimiliki
wirausaha; tindakan atau kegiatan yang dilakukan oleh seorang
wirausaha; dan hasil karya atau dampak tindakan yang dilakukan
oleh seorang wirausaha. Dari sifat-sifat khusus yang dimiliki oleh
seorang wiarausaha, biasanya yang ditonjolkan adalah sifat
wirausaha untuk bekerja keras dan berkorban, memusatkan segala
daya dan berani mengambil risiko untuk mewujudkan gagasannya.
Dari segi kemampuan, seringkali dikatakan bahwa seorang
wirausaha mampu dan peka melihat peluang bisnis. Sedangkan
tindakan yang menonjol dari seorang wirausaha adalah langkah
nyata menggabungkan atau mengkombinasikan sumber daya, baik
yang telah dimilki maupun yang belum dimiliki untuk mewujudkan
gagasannya dengan membangun suatu bisnis yang baru. Sedangkan
dari hasil karya seorang wiarusaha, dapat kita lihat dengan dengan
7
munculnya perusahaan-perusahaan baru dengan produk-produk
baru, teknologi baru dan membuka lapangan kerja baru. 2
2
Pandji Anoraga, S.E., M.M & H. Djoko Sudantoko, S.Sos., M.M, Koperasi, Kewirausahaan, dan
Usaha Kecil, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002), hlm. 137
8
ِ وَلقدَم َّكنهكُمَفِيَاال
َرضَوجعلنالكُمَفِيهامعيِشاَق ِليًل َّماَتش ُك ُرون
Artinya: “Dan sungguh, Kami telah menempatkan kamu di bumi dan di
sana Kami sediakan (sumber) penghidupan untukmu. (Tetapi) sedikit
sekali kamu bersyukur.” (Qs. Al-A’raf: 10).
3
https://sragenupdate.pikiran-rakyat.com/religi/pr-1844785757/4-dalil-alquran-tentang-
kewirausahaan-dan-jual-beli-beserta-lafadz-ayat-dan-terjemahannya, diakses pada tanggal 11
Oktober 2022, pada pukul 17.45
9
BAB III
PENUTUPAN
A. Kesimpulan
Kewirausahaan adalah orang yang berani membuka lapangan
pekerjaan dengan kemampuan dan kekuatan sendiri, yang tidak saja
menguntungkan dirinya sendiri, tetapi juga dapat menguntungkan atau
memberikan manfaat bagi orang lain. Adapun ciri-ciri pengusaha yang
baik dan syar’I ialah: Taqwa, jujur dan amanah, tidak menipu, tidak
menjual barang dagangan dengan bersumpah palsu (dusta), tidak
mengurangi timbangan, tidak menimbun barang dan memonopoli,
menjauhi riba, mempermudah urusan, tidak menjual barang yang haram
atau syubhat, tidak berjualan di masjid dan waktu adzan, berterus terang
jika barang ada cacatnya serta berpagi-pagi.
10
DAFTAR PUSTAKA
Pandji Anoraga, S.E., M.M & H. Djoko Sudantoko, S.Sos., M.M, Koperasi,
Kewirausahaan, dan Usaha Kecil, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002), hlm. 137
https://www.bernas.id/2018/01/54674/57702-inilah-3-sifat-pengusaha-muslim-
sesuai-tuntunan-rasulullah-saw-sudahkah-anda-melakukannya/,
https://sragenupdate.pikiran-rakyat.com/religi/pr-1844785757/4-dalil-alquran-
tentang-kewirausahaan-dan-jual-beli-beserta-lafadz-ayat-dan-terjemahannya,
diakses pada tanggal 11 Oktober 2022, pada pukul 17.45
11