Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

‘AJARAN KEPERCAYAAN DALAM EKONOMI ISLAM PADA MASA KHULAFAUR


RASYIDIN,AJARAN KEPERCAYAAN DALAM EKONOMI ISLAM PASCA
PEMERINTAH KHULAFAUR RASYIDIN, DAN PERIODISASI PEMIKIRAN
EKONOMI ISLAM’

Diajukan untuk memenuhi tugas pada Mata Kuliah ETIKA BISNIS ISLAM
:Dosen Pengampu
Mugni Muhit, S.Ag, M.Ag.

Disusun oleh kelompok :


Dwi Adji Ratiana
Ikhwan Maulana Firmansyah
Lia Nurjannah
Nurul Anwar
Yesi Amalia

PRODI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) AL-MA’ARIF CIAMIS
2021 M / 1442 H
Jl. Umar Sholeh Imbanagara Raya Ciamis 46211
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmaanirrohim
Assalamualaikum Wr.Wb
Segala puji bagi allah yang telah memberikan nikmat yang begitu banyak kepada
kita semua yakni nikmat islam iman sehat wal’afiat serta telah membisakan kepada
kita semua untuk mengerjakan sesuatu yang positif dalam kehidupan ini. Sholawat
beserta salam tidak lupa kita curahkan kepada jungjunan kita yakni Nabi
Muhaammad SAW, tidak lupa kepada keluarganya ,sahabatnya dan mudah mudahan
sampai kepada kita yang mengharapkan sebagai umatnya,aamiin.
Makalah ini dibuat dalam rangka memberi pemahaman pembaca akan makna
dari etika bisnis islam, dan diharapkan makalah ini dapat menambahkan semangat
kepada seluruh mahasiswa umumnya kepada semua orang akan harus mengetahuinya
cara cara serta sejarah dari pembahasan etika bisnis islam.
Dan yang terakhir pemakalah meminta maaf yang sebesar-besarnya bila terdapat
kesalahan,baik dalam penulisan maupun penyampaian materi dari kelompok kami
yang memang pada hakikatnya kesalahan itu pasti diperbuat oleh manusia. Demikian
makalah ini kami buat semoga bisa bermanfaat bagi kita semua, Aamiin.

Wassalamualaikum Wr.Wb.

Ciamis,22 februari 2021

penulis

i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar....................................................................................................................i
Daftar Isi...............................................................................................................................ii
Bab I PENDAHULUAN......................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah.........................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................................2
C. Tujuan Pembahasan................................................................................................2
Bab II PEMBAHASAN.......................................................................................................3
A. Ajaran tentang kepercayaan (the spirit of Trust) dalam ekonomi bisnis islam pada
masa Khulafa al- Rashidin......................................................................................3
B. Ajaran tentang Kepercayaan ( The Spirit of Trust) dalam Ekonomi Bisnis Islam
Pasca-Pemerintahan Khulafa'a-Rashidin.............................................................4
C. Periodisasi Pemikiran Ekonomi Muslim...............................................................8

Bab III PENUTUP...............................................................................................................9


A. Kesimpulan...............................................................................................................10
B. Saran.........................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................11

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Etika bisnis Islam merupakan suatu bidang ilmu ekonomi yang terkadang dilupakan
banyak orang, padahal melalui etika bisnis inilah seseorang dapat memahami suatu bisnis
persaingan yang sulit sekalipun, bagaimana bersikap manis, menjaga sopan santun,
berpakaian yang baik sampai bertutur kata, semua itu ada “meaning’nya.Bagaimana era
globalini dituntut untuk menciptakan suatu persaingan yang kompetitif sehingga dapat
terselesaikannya tujuan dengan baik, kolusi, korupsi, mengandalkan koneksi, kongkalikong
menjadi suatu hal yang lumrah, padahal pada etikanya tidak begitu.
Secara sederhana etika bisnis dapat diartikan sebagai suatu aturan main yang tidak
mengikat karena bukan hukum. Tetapi harus dapat diingat dalam praktek bisnis sehari-hari
etika bisnis dapat menjadi batasan bagi aktivitas bisnis yang dijalankan. Etika bisnis sangat
penting mengingat dunia usaha tidak lepas dari elemen-elemen lainnya. Keberadaan usaha
pada hakikatnya adalah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Bisnis tidak hanya
mempunyai hubungan dengan orang-orang maupun badan hukum sebagai pemasok, pembeli,
penyalur, pemakaidan lain-lain. Dari sudut pandang etika, keuntungan bukanlah hal yang
buruk akan tetapi secara moral keuntungan merupakan hal yang baik dan diterima. Karena
pertama, secara moral keuntungan memungkinkan perusahaan bertahan (survei) dalam
kegiatan bisnisnya. Kedua, tanpa memperoleh keuntungan tidak ada pemilik modal yang
bersedia menanamkan modalnya, dan karena itu berarti tidak akan terjadi aktivitas ekonomi
yang produktif dalam memacu pertumbuhan ekonomi. Ketiga, keuntungan tidak hanya
memungkinkan perusahaan surveimelainkan dapat menghidupi karyawannya kearah tingkat
hidup lebih baik. Keuntungan dapat dipergunakan sebagai perkembangan (expansi)
perusahaan sehingga hal itu akan membuka lapangan kerja baru.
Dalam mitos bisnis amoral diatas sering dibayangkan bisnis sebagai ssebuah medan
pertempuran. Terjun kedunia bisnis berarti siap untuk bertempur habis-habisan dengan
sasaran akhir yakni meraih keuntungan, bahkan keuntungan sebesar-besarnya secara konstan.
Ini lebih berlaku lagi dalam bisnis global yang mengandalkan persaingan ketat.Sikap atau
etika disini meliputi sopan santun dalam melayani pembeli yang sesuai dengan yang

1
dibenarkan Islam, menjaga sikap agar pembeli senang dan nyaman dalam memilih sesuatu
yang ingin dibelinya, seperti tidak menunjukkan sikap curiga dan lain sebagainya.
B.RUMUSAN MASALAH
1. Apa ajaran etika bisnis islam di masa khulafaur rashidin ?
2. Apa ajaran etika bisnis islam pasca khulafaur rashidin ?
3. bagaimana periodisasi pemikiran ekonomi muslim ?
C. TUJUAN PEMBAHASAN
1. Mengetahui ajaran etika bisnis islam di masa khulafaur rashidin
2. mengetahui ajaran etika bisnis islam pasca khulafaur rashidin
3. mengetahui periodisasi pemikir ekonomi muslim

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Ajaran tentang kepercayaan (the spirit of Trust) dalam ekonomi bisnis islam pada
masa Khulafa al- Rashidin

Adanya beberapa pemikiran para sahabatan juga para ilmuwan muslim, menandakan
bahwa kajian ekonomi bisnis islam sebenarnya bukanlah bahasan yang mulai. Dimulai dari:

1. Abu bakar yang menegakan intitusi zakat sebagai tiang kedua agama, yang dalam al-
quran selalu disandingkan dengan perintah untuk melaksanakan sholat. Tercatat ada 82
ayat dalam al-quran yang menyandingkan perintah untuk sholat dengan perintah
berzakat. Zakat menempati posisi yang sangat strategis dalam suatu bisnis, karena
siapapun yang sukses yang sukses dalam bisnisnya pasti akan ber kewajibanuntuk
mengeluarkan zakat.
Zakat juga merupakan instrumen sangat penting untuk mengembangkan kepercayaan
yang transenden (transcendental trust) dalam masyarakat kepada seorang pebisnis, karena
zakat bisa menimbulkan loyalitas mereka kepada sang pengusaha dan selanjutnya bisa
memperkuat perusahaan.
2. Ali bin abi Thalib tentang harta dan juga tentang etika terhadap lawan bisnis. Bagaimana
cara seseorang dalam memandang harta dan lawan bisnisnya, akan memengaruhi
percepatan kepercayaan yang akan bisa mengantarkan nya kepada kesuksesan . Ali
menandaskan dalam bukunya yang berjudul nahjul balaghah, bahwa sebuah bisnis akan
sukses apabila sumber daya manusia yang terlibat didalam bisnis tersebut sebut
kompeten.
Ia kemudian menandaskan bahwa dalam rangka penjagaan terhadap ke percayaan yang
transenden, maka seorang pekerja harus melewati beberapa ujian sebelum terlibat dalam
bisnis tersebut.

Ali menandaskan bahwa kemiskinan seseorang adalah sebuah kematian yang terbesar.

Hal lain yang sangat dipertimbangkan dalam bisnis dan dapat mengakibatkan adanya
kepercayaan transenden dalam sebuah bisnis adalah infrastruktur yang baik, seperti yang
telah dikerjakan oleh Usman bin Affan. membangunkan pelabuhan, membentuk kepolisian

3
untuk mengamankan jalur perdagangan dan pertimbangan dan beberapa hal lainnya yang
bisa mempermudah jalannya bisnis.

Umar bin Khattab r.a menggulirkan kredit untuk transaksi jangka panjang, menerbitkan cek
karena adanya volume impor yang tinggi, menyetujui surat weseltagih dan surat utang
diantara pedagangan,pun pembelian utang seseorang atau obligasi yang tentunya hanya
sebatas fasilitas yang mendukung transaksi tunai yang diperbolehkan dalam islam, tidak
dikelola dalam bentuk pasar uang.

Hal lain sang sangat dipertimbangkan dalam bisnis ….. dapat mengakibatkan adanya
kepercayaan transenden dalam sebuah bisnis adalah infrastruktur yang baik. Seperti yang
telah dikerjakan oleh Utsman b. Affan. Utsman ….pelabuhan, membentuk kepolisian untuk
mengamankan jalur perdagangan dan mempertimbangkan beberapa hal lainnya yang bisa
mempermudah jalannya bisnis. Umar b. Khattab menggulirkan kredit untuk transaksi jangka
panjang, menerbitkan cek karena adanya volume impor yang tinggi, menyetujui surat wesel
tagih dan surat utang diantara pegagangpun pembeli utang seseorang atau obligasi yang
tentunya hanya sebatas fasilitas yang mendukung transaksi tunai yang diperbolehkan dalam
islam, dan tidak dikelola dalam bentuk pasar uang.

B. Ajaran tentang Kepercayaan ( The Spirit of Trust) dalam Ekonomi Bisnis Islam Pasca-
Pemerintahan Khulafa'a-Rashidin

Beberapa the spirit of trust yang diusung oleh para ekonomi Muslim, bertujuan untuk
mendapatkan suatu kepercayaan dalam sebuah bisnis. Bisnis Islam selalu mengedepankan
bebrapa aturan yang bermuara pada keadilan. Agar senantiasa menanamkan bibit-bibit
kepercayaan antarpelaku bisnisnya. Berikut pandangan para ekonomi Muslim tentang
beberapa hal sebagai embrio ajaran tentang keeprcayaan (The Spirit of Trust) dalan bisnis
Islam.

1. Perdagangan International, Regional, dan Bahasan tentang Uang

Ibn Khaldun senantiasa berbicara tentang perdagangan International (International


trade) dan Al-Ghazali pun mempunyai bahasan tentang perdagangan regional, Pendapat

4
Ibn Khaldun tentang perdagangan International mencakup pembahasan tentang money
and price, production and distribution, capital formation and growth, trade cycles,
property and prosperperity, pupulation, agriculture, industri and trade, public expenditure,
dan lain sebagainya. Hasil pemikiran Ibn Khaldun dan Al-Ghazaly bertujuan untuk
menyebarkan keadilan bagi para pelaku bisnis, yang ditandai dengan merebaknya
kepercayaan diantara para pelaku bisnis. Semua pemikiran Khaldun dan Ghazaly
bertujuan untuk menebarkan kepercayaan yang transenden. Karena segala pemikiran
yang mereka ambil bermuarakan pada ajaran-ajaran Islam yang tidak lain digulirkan
untuk memberikan kemaslahatan bagi manusia.

Dalam dunia bisnis, uang merupakan tujuan utama seseorang dalam berbisnis. Akan
tetapi, ada satu hal utama yang membedakan antara bisnis Shari'ah dan bisnis
konvensial , yaitu keberkahan dalam uang tersebut. Banyak para pemikir Muslim yang
mempunyai pengetahuan secara komprehensif tentang uang. Al-Maqrizy melakukan studi
khusus tentang uang dan kenaikan harga-harga yang akan bisa menimbulkan perilaku
antitrust diantara manusia. Salah satu pendapatnya adalah uang emas dan perak
merupakan satu satunya mata uang yang bisa dijadikan standar nilai. Penggunaan fulus
( uang kertas ) sebagai mata uang bisa menaikan harga-harga maka ia menyatakan bahwa
fulus dapat dijdikan mata uang jika dibatasi penggunaannya hanya untuk transaksi kecil
saja. Al-Ghazali juga berbicara tentng uang . Al-Ghazali yang mengecam penimbunan
uang juga membahas tentang teori evolusi uang. Selain Al-Ghazali ada juga Abu Ubayd
yang membahas tentang dua fungsi uang sebagai standar nilai pertukaran ( standart of
exchange) dan media pertukaran ( medium of exchange)

2. Etika dalam transaksi bisnis islam

Mempelajari beberapa hal tentang etika bisnis sebelum seseorang berbisnis adalah suatu
kewajiban. seperti yang diperintahkan oleh Ali dalam suratnya untuk Malik Asther b
Harith, tentang pengontrolan pasar, pemberantasan pencatut laba, penimbun barang, dan
pasar gelap. bahasan tentang etika bisnis mendapat perhatian yang sangat tinggi dalam
ekonomi islam, karena banyak ulama yang selalu mengungkapkan hal tersebut dengan
jelas. ibn misykawih adalah seorang yang berbicara tentang keadilan dalam perdagangan,
Ibn Taymiyah menjelaskan tentang public duties yang mencakup manajemen uang,

5
peraturan timbangan dan ukuran, pengontrolan harga disuatu kondisi tertentu dan
keadaan abnormal yang memperbolehkan pemungutan zakat diatas ketentuan shari’ah.
Al-Mawardy menjelaskan tentang pengawasan pasar dan Yahya bin Umar menulis kitab
Ahkam Al-Saq yang merupakan kitab pertama di dunia yang membahas tentang
pengawasan pasar, berbagai hukum pasar, khususnya berkaitan dengan dumping (siyasah
al-ighraq) dan monopoli ( Ikhtikar ). Berbagai macam usaha yang dilakukan oleh para
pemikir ekonomi. Muslim diatas adalah ajaran tentang kepercayaan yang berupaya untuk
bisa melahirkan kepercayaan yang transeden. Hal ini merupakan embrio yang sangat baik
dalam upaya membangun sebuah perekonomian yang beretika dan selalu mengindahkan
kemaslahatan publik didalamnya.

Agar seorang pengusaha tidak terjebak dalam kerja sama yang tidak berkah dan dapat
menimbulkan perilaku antitrust diantara perilaku bisnis. maka mempelajari beberapa
akad kerja sama, jual beli, sewa menyewa dan yang lainnya, adalah sesuatu yang sangat
penting. seorang pebisnis harus senantiasa meng-update pengetahuannya dalam bidang
ekonomi bisnis islam, agar tidak terjebak dalam transaksi yang tidak halal. selain itu,
haruslah selalu mengamati peningkatan dan penurunan produksi dalam kaitannya dengan
perubahan harga, seperti yang telah digulirkan oleh Abu Yusuf.

3. Pembayaran pajak

Pebisnis yang baik akan selalu memerhatikan hak pemerintah dan hak rakyat, yang
berimplikasi kepada pengetahuan tentang kepemilikan public dan kepemilikan pribadi.
hal ini telah banyak dibahas oleh Abu Ubayd, dalam bukunya al-Amwal dan banyak
diikuti oleh Yahya b. Adam. ketika pebisnis mengetahui hak pemerintah, maka ia akan
membayar pajak untuk pengembangan aset publik. pembahasan tentang pajak juga telah
dibahas oleh Abu Yusuf dalam kitabnya al-Kharraj yang selalu berabad-abad kemudian
dikenal dengan camon of taxation ( qanun al-daribah). Pembahasan tentang APBN
pemerintah juga telah dibahas oleh Mawardy, dan pembahasan tentang peranan negara
dan keuangan publik yang mencakup sumber pendapatan negara, utang publik dan
pengeluaran publik, juga telah dibahas oleh Al-Ghazaly.

Ibn Taymiyah juga membahas pajak tidak lansung bagaiman beban pajak dialihkan oleh
produsen kepada konsumen dengan membayar harga yang lebih tinggi. Ibn Khaldun

6
mengajukan solusi untuk resesi dengan mengeilkan pajak dan meningkatkan pengeluaran
pemerintah, menurutnya the state adala pasar terbesar, ibu dari semua pasar yang
berkaitan dengan besarnya pendapatan dan penerimaan. Ibn khaldun menandaskan bahwa
jika pasar pemerintah mengalami penurunan, maka pasar ang lainnya pun akan menurun
bahkan dalam agregat yang lebih besar.

4. Pola Konsumsi Individu


Ketika pembisnis mengetahui hak pribadinya, maka ia akan mengerti tentang pola
konsumsi individu, seperti yang digulirkan oleh Al-Ghazaly. Dengan dipengaruhi oeh
beberapa pemikiran Harith b. Asad sal-Muhasiby, Dzun Nun al-Misr dan Junayd al-
Baghdady, al-Ghazaly merinci berbagai teori tentang pola konsumsi individu. Al-
Ghazaly juga menyebutkan bahwa aktivitas produksi kebutuhan barang-barang dasar
merupakan kewajiban social, dan ada hierarki produksi antara industri dasar, industri
penyokong dan industri komplementer. Pemikiran al-Ghazaly tersebut akhirnya
dikembangkan dengan sangat komprehensif oleh al-Shatiby dalam kitabnya al-
muwafaqat. Babarapa fase pemenuhan kebutuhan manusia dan juga fase pola konsumsi
pribadi, sebelumnya telah dibahas dngan apik oleh Ibn Faraby. Ibn Faraby telah
membahas beberapa fase keidupan ekonomi manusia dalam al-Siyasah al-Madaniyah,
yang menetapkan ada delapan tahapan pertumbuhan ekonomi. Penjelasan selanjutnya
tentang hak pribadi seorang pembisnis, seperti yang tela digulirkan oleh Ibn Sina adalah
manuasia sebagai homo economicus akan selalu mendambakan keadilan dan
kemakmuran yang menyeluruh. Ibn Sina menandaskan bahwa ada dua hal yang dilalui
individu, yaitu income (mencari/kasab) dan expenditure (pengeluaran ) dan kemudian Ibn
Sina menerangkan dengan cermat berbagai macam pengaturan keduanya.
5. Aspek Legalitas dalam Bisnis Islam
Segala pembahasan ekonomi yang mendukung kegiatan bisnis, tentunya sangat
memerlukan aspek legalitas. Ketika fikih muamalat menyerap beberapa praktik
perdagangan yang berlaku, maka ahli fikih mengukuhkan pengetahuan mengenai
perjanjian tertulis sebagai kebutuhan mutlak dala perdagangan. Yaitu dengan membuat
berbagai persyaratan untuk beberapa perjanjian tersebut.Adalah al-Tahawy, seseorang
ulama Hanafiyah yang membahas ilmu shuruf yang diperuntukan khusus sebagai
pengetahuan notariat. Para praktisi ilmu shuruf bertugas melaksanakan dua fungsi

7
pelengap, yaitu notaritas umum (notary public)dan saksi ahli (professional witness. Ilmu
notariat yang digagas oleh Tahawy, juga merupakan pengejawantahan dari pemerintah
untuk menulis segala bentuk utang, seperti yang tertulis dalam surat Al Baqarah (2)
ayat282. Dan harus digarisbawahi bahwa segala usaha di atas berimplikasi pada adanaya
kepercayaan yang transenden (transcendental trust).
6. Penggairaan Sektor Pertanian
Ada satu hal lagi yang menarik dan saat ini kurang mendapatkan perhatian yang memadai
dari segala pihak, yaitu bahasan tentang pentingnya penggairahan sektor pertanian untuk
memperkuat ekonnomi. Sektor pertanian adalah salah satu cara untuk bias mencukupi
kebutuhan primer masyarakat. Apabila masyarakat bias mengakses kebutuan primernya
secara mandiri, maka dengan sendiririnya kepercayaan yang transenden (transcendental
trust) akan terbentuk dan menguat. Ada keseragaman pemkiran dari para pemikir Muslim
bawa sektor pertanian adalah urat nadi suatu pemerintahan. Pendapat tersebut banyak
yang digulirkan pada saat dunia Islam sedang maju dalam bidang perdagangan.
Ali bin Abi Thalib sewaktu menjadi khalifah, menuliskan surat kepada bawahannya
untuk menggairahkan sektor pertanian dan melarang bawaannya untuk memungut pajak
pertanian sebelum produktifitasnya baik. Abu Yusuf juga menolak pajak untuk pertanian
dan Muhammad bin Hasan Al Shaybany mngungkapkan bahwa pertanian adalah
lapangan kerja terbaik. Hal ini bias disimpulkan bawa bisnis pertanian seharusnya
menjadi bisnis pertama yang harus didukung, dikembangkan dan diawasi
perkembangannya. Agar pemerintah bias mandiri menopang kebutuhan hidup rakyatnya,
dan tidak menjadi tenang karena telah puas menjadi actor dibalik pengimporan bahan-
bahan pokok.

C. Periodisasi Pemikiran Ekonomi Muslim

Untuk mengetahui sumbangsih para ekonomi Muslim dalam perekonomian islam, maka
akan ditampilkan periodisasi pemikiran ekonomi Muslim. Hal ini dilakukan untuk bisa
mengidentifikasi pembahasan tentang ajaran-ajaran kepecayaan (the spirit of trust) di
dalamnya, khususnya yang termasuk dalam ekonomi bisnis Islam. Periodisasi ini ini
dilakukan melalui beberapa proses penjelajahan beberapa buku sejarah pemikiran Islam, dan

8
mengurutkan beberapa ulam yang mempunyai perhatian terhadap ekonomi Islam.
Selanjutnya, disusun kembali nama-nama ekonom Muslim menurut tahun wafatny a dan
menempatkannya secara runtut menurut periode perjalanan sejarah Islam. Mulai dari khulafa
al-Rashidin, dinasti Umaiyah, Abbasiyah dan lain sebagainya. Dengan periodisasi ini,
diharapkan akan bisa mendapatkan gambaran tentang ajaran-ajaran kepercayaan (the spirit of
trust) dalm ekonomi Islam, yang selanjutnya dipersempit lagiuntuk bahasan bisnis Islam.
Sebelum akhirnya ajaran tentang kepercayaan (the spirit of trust) tersebut menjadi konstruksi
bagi kepecayaan transenden (transcendental trust).

9
BAB II

PENUTUP

A. Kesimpulan

Di dalam persaingan dunia usaha yang sangat ketat ini, etika bisnis merupakan sebuah
harga mati, yang tidak dapat ditawar lagi. Dalam zaman keterbukaan dan luasnya informasi
saat ini, baik-buruknya sebuah dunia usaha dapat tersebar dengan cepat dan luas.
Memposisikan karyawan, konsumen, pemasok, pemodal dan masyarakat umum secara etis
dan jujur adalah satu-satunya cara supaya dapat bertahan di dalam dunia bisnis saat ini.
Ketatnya persaingan bisnis menyebabkan beberapa pelaku bisnisnya kurang memperhatikan
etika dalam bisnis.
Etika bisnis mempengaruhi tingkat kepercayaan atau trust dari masing-masing elemen
dalam lingkaran bisnis. Pemasok (supplier), perusahaan, dan konsumen, adalah elemen yang
saling mempengaruhi. Masing-masing elemen tersebut harus menjaga etika, sehingga
kepercayaan yang menjadi prinsip kerja dapat terjaga dengan baik. Etika berbisnis ini bisa
dilakukan dalam segala aspek. Saling menjaga kepercayaan dalam kerjasama akan
berpengaruh besar terhadap reputasi perusahaan tersebut, baik dalam lingkup mikro maupun
makro. Sikap atau etika disini meliputi sopan santun dalam melayani pembeli yang sesuai
dengan yang dibenarkan Islam, menjaga sikap agar pembeli senang dan nyaman dalam
memilih sesuatu yang ingin dibelinya, seperti tidak menunjukkan sikap curiga dan lain
sebagainya.
B. Saran
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca, dan pembahasan dalam
makalah ini tidak semua tentang materi yang dibahas dipaparkan. Oleh karena itu,
diharapkan kepada pembaca agar membaca lebih banyak lagi dari buku-buku yang kalian
ketahui.

10
DAFTAR PUSTAKA

Dr. Ika Yunia Fauzia,Lc., M.E.I. , ETIKA BISNIS DALAM ISLAM,(Kencana 2018-
235 halaman)

11

Anda mungkin juga menyukai