Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH ETIKA BISNIS ISLAM

“TELADAN RASULULLAH DAN KARIR BISNISNYA”

Dosen pengampuh:
Dr. Desi Isnaini, MA

Disusun oleh:
Agung Permana Putra Zena (2011140019)
Elya Saputri (2011140024)
Cindy Oliva (2011140034)
Heny Janjry Harlinda (2011140035)

Kelas: Perbankan Syariah 4A


Kelompok: 7 (tujuh)

PRODI PERBANKAN SYARI’AH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BENGKULU
2022
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi wabarakatuh.


Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya
terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga kami bisa menyelesaikan
makalah ini dengan tepat waktu. Shalawat serta salam kita sampaikan kepada Nabi
besar kita Muhammad SAW yang telah memberikan pedoman hidup yakni Al-Qur’an
dan sunnah untuk keselamatan umat di dunia. Makalah ini disusun guna memenuhi
tugas Ibu Dr. Desi Isnaini, MA pada mata kuliah Etika Bisnis Islam. Dengan adanya
makalah ini, penulis berharap semoga dapat menambah wawasan bagi pembaca
tentang Teladan Rasulullah Dan Karir Bisnisnya.
Kami menyadari bahwa terdapat banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini,
maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Terima kasih.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Bengkulu, 09 April 2022

Kelompok 7

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................. i


DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB 1 ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 3
1.3 Tujuan ............................................................................................................ 3
BAB II ..................................................................................................................... 4
PEMBAHASAN ...................................................................................................... 4
2.1 AWAL KELAHIRAN RASULULLAH ........................................................ 5
2.2 PERJALANAN DAGANG RASULULLAH SAW ...................................... 7
2.3. BISNIS SETELAH PERKAWINAN ......................................................... 10
2.3.1. Transaksi Dagang................................................................................. 11
A. Transaksi-transaksi Penjualan ................................................................ 11
B. Transaksi-transaksi Pembelian ................................................................ 12
C. Pembelian Berdasarkan Kredit ................................................................ 13
BAB III .................................................................................................................. 15
PENUTUP ............................................................................................................. 15
3.1 Kesimpulan .................................................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 16

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Muhammad Saw telah melakukan transaksi transaksi perdagangannya secara
jujur, adil dan tidak pernah membuat pelanggannya mengeluh ataukecewa. Ia selalu
menepati janji dan mengantarkan barang dagangan dengan standar kualitas sesuai
permintaan pelanggan. Reputasinya sebagai pedagang yang benar-benar jujur telah
tertanam dengan baik sejak muda. Ia selalu memperlihatkan rasa tanggungjawabnya
terhadap setiap transaksi yang dilakukan. Lebih dari itu, Muhammad juga meletakkan
prinsip-prinsip dasar dalam melakukan transaksi dagang secara adil. Kejujuran dan
keterbukaan Muhammad dalam. melakukan transaksi perdagangan merupakan
teladan abadi bagi para pengusaha generasi selanjutnya Ucapan-ucapan Muhammad
berikut ini menjadi kaidah yang sangat berharga bagi para pekerja keras yang
menjunjung tinggi kejujuran. 1
Salah satu cara mewujudkan kemaslahatan tersebut yakni dengan kegiatan bisnis.
Etika bisnis dalam islam menuntut perilaku yang baik, sebab saat ini banyak terjadi
kerusakan moral yang makin meluas pada perusahaan. Kuatnya pemberdayaan etika
yang unggul mencerminkan nama baik perusahaan. (Naranjo, 2014).
Saat ini banyak pelaku bisnis yang hanya mementingkan tujuan guna mendapat
keuntungan dengan menghalalkan banyak cara (Muhammad Saifullah, 2011) bahkan
tak jarang mereka mengabaikan etika bisnis maupun tnaggungjawa sosial. Dalam
islam umat muslim telah mengenal Nabi Muhammad SAW sebagai pelaku usaha
yang sukses. Kesuksesan beliau tak terlepas dari keteladanan dan kebijaksanaan

1
"Disarikan dari buku Muhammad as A Trader, karya Afzalurrahman yang dimuat dalam
"Muhammad Encyclopedia of Seerah" Volume Il buku ke tiga. London: The Musiim Schools Trust,
1982

1
sebagai pelaku usaha sejati. Agar dalam pelaksanaannya selaras untuk menghasilkan
kebermanfaatan, maka kita wajib untuk melaksanakan nilai-nilai etika bisnis
(Hamzah et al., 2017). Dalam usaha meperoleh rizki yang halal merupakan sebuah
kewajiban. Hal tersebut akan erdampak pada kehidupan sosial (Antonio, 2018).2

2
Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 7(01), 2021, 514

2
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana awal kelahiran Rasulullah SAW?
2. Bagaimana perjalanan dagang Rasulullah SAW?
3. Bagaimana bisnis setelah perkawinan Rasulullah SAW?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui awal kelahiran Rasulullah SAW.
2. Untuk mengetahui perjalanan dagang Rasulullah SAW.
3. Dan untuk memahami bisnis setelah perkawinan Rasulullah SAW.

3
BAB II

PEMBAHASAN

MUHAMMAD SAW telah melakukan transaksi transaksi perdagangannya


secara jujur, adil dan tidak pernah membuat pelanggannya mengeluh atau kecewa. Ia
selalu menepati janji dan mengantarkan barang dagangan dengan standar kualitas
sesuai permintaan pelanggan. Reputasinya sebagai pedagang yang benar-benar jujur
telah tertanam dengan baik sejak muda. Ia selalu memperlihatkan rasa
tanggungjawabnya terhadap setiap transaksi yang dilakukan. Lebih dari itu.
Muhammad juga meletakkan prinsip-prinsip dasar dalam melakukan transaksi dagang
secara adil. Kejujuran dan keterbukaan Muhammad dalam melakukan transaksi
perdagangan merupakan teladan abadi bagi para pengusaha generasi selanjutnya.
Ucapan-ucapan Muhammad berikut ini menjadi kaidah yang sangat berharga
bagi para pekerja keras yang menjunjung tinggi kejujuran.3
“Berusaha untuk mendapatkan penghasilan halal merupakan kewajiban di
samping sejumlah tugas lain yang telah diwajibkan’’
(HR. Baihaqi)

“Tidak ada satu pun makanan yang lebih baik daripada yang di makan dari
hasil keringat sendiri’’
(HR. Bukhari)

“Pedagang yang jujur dan dapat dipercaya termasuk dalam golongan para
namn, orang-orang yang benar-benar tulus dan para syuhada”
(HR. Tirmidzi, Darimi dan Daraqutni)

3
Disaran dan buay Muammat a A Duder kay Atau dalam hammad Excyclopedia of Seerat volute Il
buku ke figa London The Musam Sonoos Trust, 192

4
“Allah memberikan rahmat-Nya kepada setiap orang yang bersikap baik
ketika meniual, membeli dan membuat suutu pernyataan’’
(HR. Bukhari).

2.1 AWAL KELAHIRAN RASULULLAH


Kelahiran Rasulullah SAW., Beliau dilahirkan di Mekah pada tahun Gajah bulan
Rabiul Awal, tanggal dua belas, hari Senin. Sebagian ulama mengatakan bahwa
beliau dilahirkan setelah tiga puluh tahun dari tahun gajah. Sebagian lagi mengatakan
setelah empat puluh tahun dari tahun gajah. Pendapat yang benar adalah pada tahun
gajah. 4
Setelah kematian kakeknya, Abdul Muthalib, Muhammad tinggal bersama
pamannya, Abu Thalib, yang berprofesi sebagai pedagang sebagaimana kebanyakan
pemimpin Quraisy lain sebab pedagang merupakan pendapatan utama penduduk kota
Makkah.
Ketika pertama kali melakukan perjalanan dagang ke Syiria bersama pamannya
Muhammad baru berusia 12 tahun. Kebetulan, Abu Thalib Ibnu Abdul Muthalib telah
merencanakan melakukan perjalanan bersama sekelompok pedagang dalam ekspedisi
dagang ke sini ya. Ketika semua perbekalan telah siap dan kelompok tersebut
berkumpul untuk meninggalkan maka Nabi yang waktu itu masih seorang pemuda
kecil merangkul pamannya dan memperlihatkan kasih sayangnya yang sangat besar
sehingga Abu Thalib merasa iba. Beliau berkata: "Aku akan membawanya
bersamaku, dan kami tidak akan pernah berpisah." Selanjutnya Muhammad diajak
dalam perjalanan ini.
Di bursa (Syiria) ada seorang pendeta bernama Bahira yang tinggal di sebuah
biara. Pendeta ini sangat luas pengetahuannya mengenai kisah-kisah di kalangan
orang-orang Kristen. Sudah sejak lama biar tersebut selalu ditempati oleh seorang
pendeta titik di biara itu yang terdapat sebuah manuskrip kuno yang tersimpan
sebagai kepercayaan yang telah diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya.

4
Al-Hafiz Abdul Ghani bin Abdul Wahid Al-Maqdisy, Sejarah Rasulullah, 2011, hlm 4

5
Ketika rombongan Abu Thalib berkemah di dekat biar aku loh pendeta itu keluar
dari mengundang rombongan untuk menghadiri jamuan yang sudah dipersiapkan bagi
mereka titik pada kesempatan-kesempatan terdahulu, para pedagang juga melewati
biara ini namun mereka belum pernah diundang makan malam bersama pernyataan
tersebut.
Bahira, yang sangat baik ini telah mengatur sebuah pesta besar yang
diperuntukkan bagi orang-orang ini. Sebab dari dalam biara Bahira melihat seorang
kafir yang singgah bersama seorang anak muda yang dilindungi oleh sekumpulan
awan putih mengesampingkan yang lainnya ia juga memperhatikan cabang-cabang
pohon tempat anak muda tersebut beristirahat; seluruhnya merunduk, sehingga anak
muda itu dapat berlindung. Ketika melihat ini, Bahira keluar dari biaranya dan
berkata: " Saya telah menyediakan makanan untuk kalian wahai kaum Quraisy, dan
saya ingin kalau semua datang baik yang besar maupun kecil, yang termasuk para
budak.
Mereka terkejut dan berkata: "Wahai bahira apa yang telah terjadi pada mu hari
ini? Engkau tidak biasanya melayani kami seperti ini, meskipun mereka berkali-kali
melewati biaramu." Dengan sopan Bahira menjawab: "Kalian adalah tamuku hari ini,
dan aku senang sekali dapat memulihkan kalian."
Beberapa waktu kemudian, semuanya memenuhi undangan Bahira tetapi pemuda
Muhammad tinggal di belakang untuk menjaga barang dagangan. Bahira meneliti
setiap orang dan berseru: "Wahai kaum Quraisy, tak satu pun dari kalian yang tidak
hadir memenuhi undanganku." "Ya," jawab mereka, "Kecuali seorang anak laki-laki
yang tinggal di belakangan bersama barang-barang bawaannya." Bahira pun merasa
bingung dan berkata: "Itu tidak adil. Suruh dia masuk." Muhammad dibawa masuk.
Ketika Bahira melihatnya, ya mulai menatapnya dengan seksama. Selesai makan dan
berpencar, Bahira mendekati anak laki-laki itu serta menanyakan beberapa
pertanyaan. Akhirnya bahira dapat melihat "Tanda-tanda kenabian" yang terdapat
diantara kedua bahunya. Ini mirip seperti tanda dari sebuah kaca melengkung. Lalu
mendekati Abu Thalib dan berkata: "Baagaimana hubunganmu dengan anak laki-laki

6
ini?". "Ia adalah putraku." Kata Abu Thalib. "Bukan" kata Bahira. "Ia bukan putramu.
Bapaknya tidak mungkin masih hidup." "Memang," kata Abu Thalib meminta maaf,
"Ia adalah putra saudara aku dan saudaraku telah meninggal."
Selanjutnya Bahira menasehati Abu Thalib, "Kembalilah ke negerimu bersama
keponakanmu itu dan jagalah ia dari orang-orang Yahudi. Sebab, demi Tuhan, jika
mereka melihatnya serta tahu tentang iya sebagaimana yang aku ketahui, pastilah
mereka akan melakukan penganiayaan terhadap nya. Suatu masa depan yang sangat
besar di bentang baginya. Maka segeralah kembali ke negerimu bersama anak muda
ini" (IBN Hisyam, Hal. 115-7; lihat juga Al Tirmidzi, 46 : 3). Abu Thalib merasa
agak takut, dan membawa Muhammad pulang kembali ke Makkah segera setelah ia
selesai berdagang di Syiria. Inilah perjalanan pertama kali Muhammad ke Syiria. 5

2.2 PERJALANAN DAGANG RASULULLAH SAW


Dalam sejarah dikisahkan kalau semenjak kecil Nabi Muhammad SAW
mengembalakan ternak para peternak kambing. Jumlah ternaknya juga terbilang tidak
sedikit, ratusan. Secara tidak langsung sebagai media pendidikan pembelajaran bisnis
awal beliau, ialah gimana mengorganisasi, memanage, serta mengelola seluruh suatu
yang dipercayakan kepadanya. Sehingga dia berkembang jadi pribadi yang kredibel,
bertanggung jawab, cermat, empati, terbuka, mandiri, berani, gampang menyesuaikan
diri, tabah, lugas, visioner, dll dalam usia yang masih sangat muda. Beliau sering
turut dalam lawatan- lawtan bisnis ke negara- negara orang sebelah yang sekarang
dikenal dengan nama, Irak, Yordania, Bahrain, Suriah, serta Yaman.
Dikala itulah eliau sudah belajar bagaimana sebagai seseorang eksportir handal
sekaligus menyandang posisi sebagai eksekutif muda di masa itu.
Beranjak dewasa, Nabi Muhammad SAW kian mantap memilah karirnya
bagaikan pebisis. Beliau mengawalinya dengan jadi seseorang manajer perdagangan
yang mencerna modal investor dengan sistem untuk hasil. Serta memanglah, berkat
keahlian dandidikan bisnis sejak kecil, para investor senantiasa merasa puas hendak

5
Muhammad, Etika Bisnis Islami, 2004, hlm xii-xiii

7
hasil yang dicapai olehNabi Muhammad SAW. Dalam menggapai kesuksesan
semacam itu pastinya beliau mempraktikkan satu prinsip serta strategi manajemen
bisnis yang sangat profesional. Prinsip- prinsipnya antara lain: jujur, setia, serta
handal. Serta ini mendadak jadi satu teladan etika bisnis yang ditiru oleh segenap
bangsa Arab. Kita ketahui sendiri keadaan bangsa Arab dikala itu semacam apa.
Terlebih, kala itu Muhammad mengutamakan customer satisfaction, excellence
service, kompetensi, efisiensi, tranparansi dan persaingan yang sehat serta kompetitif.
Hal ini menjadi fondasi etika bisnis serta style manajemen yang luar biasa kepada
bangsa Arab, sistem bisnis yang dibangunnya telah tertata sedemikian rupa, sampai
tanpa kedatangan dirinya juga bisnis senantiasa berjalan baik, kalua istilah saat ini
bisa jadi dapat diistilahkan dengan passive income. 6
Dengan demikian, Muhammad tumbuh dewasa di bawah asuhan Abu Thalib dan
harus belajar mengenai bisnis perdagangan dari pamannya. Ketika dewasa dan
menyadari bahwa pamannya bukanlah orang berada serta memiliki keluarga besar
yang harus diberi nafkah, ia mulai berdagang sendiri di kota Makkah. Tampaknya
profesi sebagai pedagang ini telah dimulai lebih awal daripada yang dikenal umum
dengan modal dari Khadijah. Ia melakukan bisnis pada taraf kecil dan pribadi di
Makkah. Ia membeli barang-barang dari suatu pasar lalu menjualnya kepada orang
lain. Hal ini ditegaskan dengan peristiwa-peristiwa selanjutnya yang menunjukkan
bahwa ia telah memasuki kerjasama bisnis bersama sejumlah kecil orang sebelum
berhubungan dengan Khadijah.Nabi adalah salah seorang dari anggota keluarga besar
suku Quraisy, dan karenanya ia diharapkan berprofesi - sebagai mutu pencahariannya
- sebagaimana anggota suku Quraisy lainnya. 7
Meskipun tidak memiliki uang untuk berbisnis, tetapi ia banyak menerima modal
dari para janda kaya dan anak-anak yatim yang tidak sanggup menjalankan sendiri
dana mereka. dan menyambut baik seseorang yang jujur untuk menjalankan bisnis

6
urnal Ilmiah Ekonomi Islam, 7(01), 2021, 515
7
Muhammad, Etika Bisnis Islami, 2004, hlm xiii-xiv

8
dengan uang yang mereka miliki berdasarkan kerjasama. Dengan demikian, terbuka
kesempatan luas bagi Muhammad untuk memasuki dunia bisnis dengan cara
menjalankan modal orang lain, baik dengan upah maupun berdasarkan persetujuan
bagi hasil sebagai mitra. Khadijah adalah salah seorang dari banyak wanita kaya di
Makkah yang menjalankan bisnisnya melalui agen-agen berdasarkan berbagai jenis
kontrak. Karena Muhammad sejak kecilnya terkenal rajin dan percaya diri, ia
memperoleh reputasi yang baik ketika dewasa. Ia dikenal karena kejujuran dan
integritasnya. Penduduk Makkah sendiri memanggilnya dengan sebutan Siddiq
(jujur) dan Amin (terpercaya). Tidak heran jika Khadijah pun menganggapnya
sebagai mitra yang dapat dipercaya dan menguntungkan, sehingga ia mengutusnya
dalam beberapa perjalanan dagang ke berbagai pasar di Utara dan Selatan dengan
modalnya. Terkadang dengan memberi upah, tidak jarang berdasarkan bagi hasil
sebagai seorang mitra dagang.
Selanjutnya, Nabi banyak melakukan perjalanan dagang dengan modal dari
Khadijah. Salah satu perjalanan ini menjadi sangat terkenal sebab pada akhirnya
Khadijah melayangkan usulan untuk menikah melalui pembantunya. Tepatnya adalah
pada perjalanan ke Busra di Syina Keterangan mendetail mengenai ini terdapat dalam
kitab-kitab hadits, tarikh (sejarah) dan sirah. Muhammad melakukan perjalanan ini
ketika berusia 25 tahun. Meskipun demikian, sebelumnya dia sudah banyak
melakukan perjalanan dagang, dan sebagian dilakukan atas nama Khadijah.
Sedangkan perjalanan-perjalanan lainnya hanya disebutkan oleh para ahli sejarah,
tanpa perincian mengenai sifat perjalanan tersebut. Pernyataan beberapa penulis
sangat kabur sehingga akan keliru menyebut perjalanan-perjalanan ini sebagai
perjalanan dagang, meskipun memang ada kemungkinan demikian, karena tidak
diketemukan alasan lain bagi Nabi untuk melakukan perjalanan ke luar negeri pada
waktu itu.
Jelas bahwa Nabi telah membina dirinya menjadi seorang pedagang profesional,
yang memiliki reputasi dan integritas luar biasa. Selain itu, ia juga berhasil mengukir
namanya di kalangan masyarakat bisnis pada khususnya, dan kaum Quraisy pada

9
umumnya, sejak sebelum dipekerjakan oleh Khadijah berdagang ke kota Busra di
Syiria. Agaknya Nabi telah melakukan sebagian besar perjalanan dagangannya ke
Yaman, dan untuk maksud inilah ia melakukan banyak perlawatan ke berbagai kota
dagang di Yaman. Ia telah melakukan empat perjalanan seperti ini untuk Khadijah.
Pengarah sirah Halabiyah tampaknya telah meletakkan kesalahan karena
mencampuradukkan dua kota dagang: ia mengira bahwa Habasyah dan Jorasy adalah
nama nama pusat perdagangan yang sama, tetapi ia jelas keliru sebab keduanya
adalah dua kota yang terpisah di Yaman. Menurut geografi Arabia waktu itu salah
satu dari kota ini berada di Yaman dan satunya lagi di Tahamah. Menurut seorang
ahli geografi Arab, Yaqut Hamawi, Jorasy adalah sebuah propinsi di Yaman ke arah
kota Makkah. Habasyah merupakan salah satu pasar terkenal di Tahamah pada masa
Arab jahiliyah.
Seorang ahli hadits, Abdur Razzaq, menyebutkan sebuah riwayat dari Ma'amer
berdasarkan sumber dari Imam Zahri bahwa ketika mencapai usia dewasa, Nabi telah
menjadi seorang pedagang. Karena tidak memiliki modal sendiri, Nabi pun
berdagang dengan modal orang lain Khadijah telah mempekerjakannya untuk
membawa barang-barang dagangannya ke pasar Habasyah. Dengan demikian,
menurut sejumlah laporan yang disebutkan dalam Sirah Halabiyah, Nabi telah
melakukan, selain perlawatannya ke Syiria, empat perlawatan dagang lagi untuk
Khadijah, dua ke Habasyah dan dua lagi ke Jorasy. 8

2.3. BISNIS SETELAH PERKAWINAN


Setelah menikah dengan Khadijah, Nabi tetap melangsungkan usaha
perdagangannya seperti biasa, namun sekarang Nabi bertindak sebagai manajer
sekaligus mitra dalam usaha istrinya. Sejak perkawinannya (dalam usia 25 tahun)
hingga datangnya penggilan tugas kenabian (di usia 40 tahun), Nabi telah melakukan

8
Muhammad, Etika Bisnis Islami, 2004, hlm xiv-xv

10
perjalanan dagang ke berbagai daerah Semenanjung Arab dan negeri-negeri
perbatasan Yaman, Bahrain, Irak, dan Syiria.
Benar bahwa di penghujung usia 30-an, Nabi lebih berkecenderungan ke arah
meditasi dan ibadah, dan untuk tujuan ini Nabi sering menghabiskan waktunya
berhari-hari, bahkan berminggu-minggu di gunung Hira (Jabal Nur). Tetapi sebelum
itu hingga pertengahan usia 30-an, Nabi banyak terlibat dalam bidang perdagangan
seperti kebanyakan pedagang-pedagang lainnya. Tiga dan perjalanan dagang Nabi
setelah menikah telah dicatat dalam sejarah Pertama. perjalanan dagang ke Yaman;
Kedua, ke Najd, dan ketiga ke Najarn.
Diceritakan juga bahwa di samping perjalanan-perjalanan tersebut, Nabi terlibat
dalam urusan dagang yang besar, selama musim-musim haji, di festival dagang Ukaz
dan Dzul Majaz Sedangkan musim lain Nabi sibuk mengurus perdagangan grosir di
pasar-pasar kota Makkah.

2.3.1. Transaksi Dagang


Terdapat cukup bukti untuk mendukung adanya transaksi dagang Muhammad
sebelum dan sesudah kenabian, di Makkah maupun Madinah. Diriwayatkan bahwa
Nabi melakukan transaksi, baik untuk penjualan maupun pembelian. Namun, di
antara masa kenabian dan hijrah ke kota Madinah, terdapat lebih banyak transaksi
pembelian daripada transaksi penjualan. Setelah hijrah ke Madinah, transaksi
penjualan sangat sedikit jumlahnya - menurut sebuah laporan terbukti hanya ada tiga
sementara transaksi pembelian banyak sekali. Beberapa transaksi akan dikemukakan
di bawah ini untuk memperlihatkan sifat dan ruang lingkup hubungan Muhammad
dengan orang lain.

A. Transaksi-transaksi Penjualan
Anas meriwayatkan bahwa Nabi pernah menawarkan sebuah kain pelana dan
bejana untuk minum seraya mengatakan, "Siapa yang ingin membeli kain pelana dan
bejana air minum?" Seorang laki-laki menawarnya seharga satu dirham, dan Nabi
menanyakan apakah ada orang yang akan membayar yang lebih mahal. Seorang laki-

11
laki menawar padanya dengan harga dua dirham, dan ia pun menjual barang tersebut
padanya (Tirmidzi, Abu Dawud dan Ibn Majah).
Abdullah ibn Abdul Hamzah mengatakan: "Aku telah membeli sesuatu dari Nabi
sebelum ia menerima tugas kenabian, dan karena masih ada suatu urusan dengannya,
maka aku menjanjikan untuk mengantarkan padanya, tetapi aku lupa. Ketika teringat
tiga hari kemudian, aku pun pergi ke tempat tersebut dan menemukan Nabi masih
berada di sana." Nabi berkata, "Engkau telah membuatku resah, aku berada di sini
selama tiga hari menunggumu." (Abu Dawud).

B. Transaksi-transaksi Pembelian
Muhammad melakukan sejumlah besar transaksi pembelian, terutama sebelum
kenabiannya. Sebagian dari transaksi tersebut adalah sebagai berikut:
Jabir berkata, "Saya sedang melakukan perjalanan dengan menunggang seekor
unta yang sudah kelelahan, tetapi ketika Nabi lewat dan memukulnya, unta tadi
berjalan lagi. Ini belum pernah ia lakukan sebelumnya. Nabi SAW lalu berkata:
"Juallah unta itu padaku seharga satu uqiyah (40 dirham). Saya setuju, tetapi dengan
syarat boleh mengendarainya sampai ke rumah. Ketika sampai di Madinah, saya
serahkan unta tersebut dan ia membayar kontan," Dalam versi lain, Jabir berkata,
"Nabi membayar dengan harga tersebut dan mengembalikannya pada saya." Dan
dalam versi Bukhari. "Nabi berkata pada Bilal, bayarlah ia dan berikan padanya
sesuatu sebagai tambahan, dan Bilal pun memberikan uang tersebut dengan
menambah satu qirat." (Bukhari dan Muslim). Urwah ibn Abu al-Ja'd al-Barigi
mengatakan, Nabi telah memberikan padanya satu dinar untuk membeli seekor biri-
biri. Ia pun membeli dua ekor biri-biri untuk Nabi, dan menjual satu di antaranya
scharga satu dinar. Maka Nabi pun memohon berkah atas transaksi dagang ini dan
membawakan untuknya seekor biri-biri dan uang satu dinar, dan berkata bahwa ia
memiliki bakat sedemikian rupa sehingga jika membeli sebutir debu pun, ia akan
mendapatkan untung (HR. Bukhari).

12
Hakim ibn Hizam berkata, Nabi mengirimkan padanya uang satu dinar untuk
membeli seekor hewan kurban untuknya, ia membeli seekor domba seharga satu
dinar, menjualnya kembali seharga dua dinar, membeli seekor hewan kurban seharga
satu dinar, dan membawanya bersama keuntungan satu dinar yang didapatnya. Nabi
memberikan uang satu dinar tadi sebagai sedekah serta memohonkan berkah atasnya
(Tirmidzi dan Abu Dawud).

C. Pembelian Berdasarkan Kredit


Nabi kadang-kadang membeli barang secara kredit, jika tidak mempunyai sesuatu
untuk dibayarkan. Kadang-kadang ia membeli sesuatu, dan menggadaikan baju
besinya pada pedagang. Abu Rafi' berkata, "Nabi telah meminjam seekor unta yang
masih muda, dan ketika unta-unta sedekah datang padanya, ia menyuruh saya untuk
membayar orang vang menjual unta yang masih mudah itu. Ketika saya katakan
padanya bahwa saya hanya mampu mendapatkan seekor unta bagus yang umurnya
tujuh tahun, beliau mengatakan, “berikan padanya unta tersebut, sebab orang yang
paling utama adalah yang menehus utangnya dengan cara yang paling baik"
(Muslim).
Ali menceritakan, Nabi meminjam beberapa dinar dari seorang tabib Yahudi yang
meminta pelunasan dari Nabi. Ketika Nabi memberitahukan pada Yahudi itu, bahwa
ia tidak punya apa-apa untuk membayar, Yahudi tersebut berkata, "Saya tidak akan
meninggalkanmu Muhammad, hingga engkau membayar saya." Nabi berkata, "Kalau
begitu saya akan duduk bersamamu," dan Nabi pun melakukan hal itu. Nabi shalat
zuhur, ashar, maghrib, isya' dan esoknya shalat subuh, dan para sahabat Nabi
mengancam orang tersebut, Nabi menyadari tindakan mereka. Lalu mereka berkata,
"Rasulullah, apakah orang Yahudi ini yang menahanmu?" Terhadap pertanyaan ini
Nabi menjawab "Tuhanku menahanku untuk tidak menyalahi kesepakatan yang telah
ku buat, dengan Yahudi tersebut atau dengan orang lain." Ketika beberapa hari
berlalu, Yahudi itu lalu berkata, "Saya bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah
dan engkau adalah Rasulullah; separuh kekayaan saya akan saya belanjakan di jalan

13
Allah. Saya bersumpah, tujuan saya memperlakukan engkau seperti ini semata-mata
untuk memastikan gambaran tentang engkau yang telah diungkapkan dalam Taurat:
"Muhammad Ibn Abdullah, yang bertanah kelahiran di kota Makkah, yang hijrah ke
Taiba, dan yang memiliki kerajaan di Syiria; ia tidak bersifat kasar, keras, atau suka
berteriak di jalan-jalan, dan tidak dikenali karena kekasaran atau pembicaraannya
yang tidak senonoh. Saya bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, dan saya
bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah. Berikanlah keputusan tentang harta
saya ini menurut apa yang Allah telah perlihatkan padamu," Orang-orang Yahudi itu
sangat kaya (Baihaqi dalam Dalail an Nubuwwah).
Muhammad pernah membeli seekor unta, kemudian datanglah penjualnya dan
meminta uangnya dengan kata-kata yang sangat kasar. Para sahabat Nabi
menangkapnya, tetapi ia berkata, "Biarkan ia, sebab si pemegang hak berhak untuk
berbicara." Pernah, pada suatu hari, Nabi membeli sesuatu tetapi tidak mempunyai
uang untuk membayarnya. Kemudian Nabi menjualnya supaya mendapat keuntungan
dan membelanjakan keuntungan tersebut untuk pada janda dari Bani Muttalib dan
mengatakan, "Nanti saya tidak akan membeli sesuatu sampai saya memiliki uang
untuk membayar harganya" (Abu Dawud)9

9
Muhammad, Etika Bisnis Islami, 2004, hlm xv-xviii

14
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, kesimpulan yang didapatkan adalah bahwa
pelaku usaha harus mengikuti etika bisnis yang telah dicontohkan oleh Rasulullah
saw. Namun, terdapat beberapa aspek yang harusterpenuhi diakibatkan beberapa
pihak yang tidak bertanggung jawab, seperti pelapak yang tidak jujur, pelapak yang
tidak menjaga hak konsumen, pembeli yang kurang ramah atau menggunakan bahasa
yang kurang sopan, pembeli yang tidak menjaga hak pelapak, dan pelaku usaha yang
tidak menanggapi keluhan pelanggan dan pelapak secara cepat dan tepat.
Implementasi maqashid syariah, empat penjagaan diantaranya sudah dapat
melindungi konsumen dari hak-haknya. Seperti perlindungan terhadap agama, jiwa,
akal dan keturunan.

15
DAFTAR PUSTAKA

Al-Maqdisy, A.-H. A. (2011). Sejarah Rasulullah Saw. 57.


Hardiati, N. (2021). Etika Bisnis Rasulullah Saw Sebagai Pelaku Usaha Sukses dalam
Perspektif Maqashid Syariah. 6.
Muhammad. (2004). Etika Bisnis Islami. Yogyakarta: Akademi Manajemen
Perusahaan YKPN.

16

Anda mungkin juga menyukai