Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

BISNIS YANG DIPERBOLEHKAN DALAM ISLAM


Disusun untuk memenuhi tugas
Mata kuliah : Etika Bisnis Dalam Islam
Dosen pengampu : Jumasrah, S.E,.M.E

OLEH : KELOMPOK 5
1. Nita Amelia Ramadani FEBI.11.21.016
2. Nur Adnin FEBI.11.21.017
3. Nurfadillah FEBI.11.21.018
4. Zalsyakila Amelia Putri FEBI.11.21.026
5. Ahmar FSH.11.20.003
6. Muhammad Haikal Harun FSH.11.20.008

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUS AGAMA ISLAM AL-MAWADDAH WARAHMAH
KOLAKA
2023
Kata pengantar

Alhamdulillah, Puji syukur kehadirat Allah (Tuhan yang maha Esa) maha kuasa
atas segala limpahan rahmat, inayah, taufiknya sehingga kami bisa menuntaskan
penyusunan makalah ini dalam bentuk juga isinya yg sangat sederhana. Semoga
makalah ini bisa dipergunakan sebagai keliru satu acuan, petunjuk maupun panduan
bagi pembaca mengenai Bisnis yang Diperbolehkan dalam Islam.

Harapan kamih semogah makalah inih bisah membantuh menambahi


pengetahuan serta pengalamani bagih parah pembaca, sehinggah kamih bisa
mempebaiki bentuki maupun isi makalah ini sebagai akibatnya kedepannya dapat lebih
baik.

Makalah inih kamih akui masih banyak sekali kekurangan karenah pengalaman
yg kami milikih sangat kurang. oleh sebab itu, kamih harapkan kepada pembaca buat
memberikan masukan-masukan yg bersifat membangun buat kesempurnaan makalah
ini.

Kolaka,24 Maret 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ............................................................................................. ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
BAB I. PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 2
C. Tujuan .......................................................................................................... 2
BAB II. PEMBAHASAN ........................................................................................ 3
A. Definisi Bisnis dalam Islam ........................................................................... 3
B. Bisnis yang Diperbolehkan ........................................................................... 5
C. Kriteria Bisnis yang Diperbolehkan ............................................................... 7
D. Ketentuan Barang yang Diperbolehkan.......................................................... 9
E. Cara Bisnis yang Diperbolehkan .................................................................... 9
BAB III. PENUTUP ...............................................................................................13
A. Kesimpulan .................................................................................................13
B. Saran ...........................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Bisnis dapat dikatakan sebuah kegiatan yang terorganisir karena didalam bisnis
ada banyak kegiatan yang dilakukan. Kegiatan dimulai dengan input berupa mengelola
barang lalu diproses setelah itu menghasilkan output berupa barang setengah jadi atau
barang jadi. Sedangkan secara etimologi, bisnis memiliki arti dimana seseorang atau
sekelompok dalam keadaan yang sibuk dan menghasilkan keuntungan atau profit bagi
dirinya atau kelompok.

Bisnis adalah pertukaran barang, jasa, atau uang yang saling menguntungkan
atau memberikan manfaat. Menurut arti dasarnya, bisnis memiliki makna sebagai “the
buying and selling of goods and services”. Bisnis berlangsung karena adanya
kebergantungan antar individu., adanya peluang internasional, usaha untuk
mempertahankan dan meningkatkan standar hidup, dan lain sebagainya..1

Perubahan dan perkembangan yang terjadi dewasa ini menunjukkan


kecenderungan yang cukup memprihatinkan, namun sangat menarik untuk dikritisi.
Praktek atau aktivitas hidup yang dijalani umat manusia di dunia pada umumnya dan
di Indonesia pada khususnya, menunjukkan kecenderungan pada aktivitas yang banyak
menanggalkan nilai-nilai atau etika ke-Islaman, terutama dalam dunia bisnis.

Padahal secara tegas Rasulullah pernah bersabda bahwa perdagangan (bisnis)


adalah suatu lahan yang paling banyak mendatangkan keberkahan. Dengan demikian,
aktivitas perdagangan atau bisnis nampaknya merupakan arena yang paling
memberikan keuntungan. Namun harus dipahami, bahwa praktek-praktek bisnis yang

1
Ika Yunia Fauzia, Etika Bisnis dalam Islam, Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2013, h. 3.

1
seharusnya dilakukan setiap manusia, menurut ajaran Islam, telah ditentukan batasan-
batasannya. Oleh karena itu, Islam memberikan kategorisasi bisnis yang diperbolehkan
(halal) dan bisnis yang dilarang (haram).

B. RUMUSAN MASALAH
1. Jelaskan definisi bisnis dalam islam ?
2. Jelaskan pengertian bisnis yang diperbolehkan ?
3. Apa saja kriteria bisnis yang diperbolehkan?
4. Apa ketentuan barang bisnis yang diperbolehkan?
5. Bagaimana cara bisnis yang diperbolehkan?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui definisi bisnis dalam islam
2. Untuk mengetahui pengertian bisnis yang diperbolehkan.
3. Untuk mengetahui kriteria bisnis yang di perbolehkan.
4. Untuk mengetahui ketentuan barang bisnis yang diperbolehkan
5. Untuk mengetahui cara bisnis yang diperbolehkan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. DEFINISI BISNIS DALAM ISLAM


Agama Islam mewajibkan setiap orang untuk bekerja, dan tidak ada peluang
bagi orang yang beriman untuk menganggur. Al-Qur’an menjelaskan tentang konsep
bisnis dengan beberapa kata diantaranya: al Tijarah (berdagang, berniaga), al-bai’u
(menjual), dan tadayantum (muamalah). 2

Mua·malah Yang dimaksud adalah kegiatan ekonomi, seperti: jual-beli, sewa


menyewa, dan hutang piutang, dan lainnya. Al-qur·an seringkali menyebut bisnis
dengan menggunakan kata-kata jual-beli, untung-rugi dan lainnya. Dalam Al-qur·an
Surah At-Taubah ayat 111.3

َ‫س ُه ْم َواَ ْم َوالَ ُه ْم بِا َ َّن لَ ُه ُم ا ْل َجنَّة‬


َ ُ‫شتَ ٰرى ِم َن ا ْل ُم ْؤ ِمنِي َْن اَ ْنف‬ َ ‫ا َِّن ه‬
ْ ‫ّٰللا ا‬
ِ ْ ‫علَ ْي ِه َحقًّا فِى التَّ ْو ٰرى ِة َو‬
‫اْل ْن ِج ْي ِل‬ َ ‫ّٰللاِ فَيَ ْقتُلُ ْو َن َويُ ْقتَلُ ْو َن َو ْعدًا‬ َ ‫يُقَاتِلُ ْو َن فِ ْي‬
‫سبِ ْي ِل ه‬
ۗۗ‫ِي بَايَ ْعت ُ ْم بِه‬ ْ ‫ستَ ْبش ُِر ْوا بِبَ ْي ِع ُك ُم الَّذ‬ ِ ‫َوا ْلقُ ْر ٰا ِن َو َم ْن اَ ْو ٰفى بِعَ ْهدِهۗ ِم َن ه‬
ْ ‫ّٰللا فَا‬
‫َو ٰذ ِلكَ هُ َو ا ْلفَ ْو ُز ا ْلعَ ِظ ْي ُم‬
“Sesungguhnya Allah membeli dari orang-orang mukmin, baik diri mau-pun
harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang di
jalan Allah; sehingga mereka membunuh atau terbunuh, (sebagai) janji yang
benar dari Allah di dalam Taurat, Injil, dan Al-Qur'an. Dan siapakah yang
lebih menepati janjinya selain Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli

2
Akhmad Nur Zaroni, Bisnis Dalam Perspektif Islam (Telaah Aspek Keagamaan dalam Kehidupan
Ekonomi), Mazahib Vol. IV, No. 2, 2007, h. 177-179
3
Muhammad dan R. Luqman Faurori, Visi ..., h. 26.

3
yang telah kamu lakukan itu, dan demikian itulah kemenangan yang agung.”
Q.S. At-taubah 111

Jual beli atau dalam bahasa Arab al-bai’ menurut etimologi adalah tukar
menukar sesuatu dengan sesuatu yang lain. Sayid Sabiq mengartikan jual beli menurut
bahasa sebagai tukar menukar secara mutlak. Dari pengertian tersebut dapat dipahami
bahwa jual beli menurut bahasa sebagai tukar menukar apa saja, baik antara barang
dengan barang, maupun barang dengan uang.4

Al-Qur·an menjelaskan tentang konsep bisnis dengan beberapa kata yang


diantaranya adalah kata: al Tijarah (berdagang, berniaga), al-bai·u (menjual), dan
tadayantum (muamalah). Al-Tijarah dari kata dasar t-j-r, tajara, tajaratan wal tajiratan
yang memiliki makna dagang, berniaga. Kata tijarah dalam Al-Qur·an dapat ditemui
di surat al-Baqarah ayat 282, an-Nisa ayat 29, at-Taubah ayat 24, an-Nur ayat 37, Fatir
ayat 29, as-Shaff ayat 10, dan al-Jumu·ah ayat 11. Beberapa ayat tersebut menjelaskan
tentang perniagaan dalam konteks material dan non material. Surat atTaubah ayat 24,
an-Nur ayat 37, dan al- Jumu·ah ayat 11 menjelaskan tentang jual-beli dalam konteks
material. Sedangkan ayat yang menjelaskan tentang konteks material dan nonmaterial
ada di al-Baqarah ayat 282, anNisa ayat 29, Fatir ayat 29, dan as-Shaff ayat 10

Business may be defined as an activity, in which different persons exchange


something of value whether goods or services for mutual again or profit, it may be
called on organized and systematized activity for profit.

Maksudnya, bisnis dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan, di mana orang-


orang yang berbeda bertukar sesuatu yang bernilai baik barang atau jasa saling
menguntungkan, itu dapat disebut aktivitas yang terorganisir dan sistematis untuk
mendapatkan keuntungan. Dari beberapa definisi bisnis yang telah dikemukan oleh
para ahli, penulis berkesimpulan bahwa bisnis adalah segala bentuk usaha yang

4
Dimyauddin Djuwani, Pengantar Fiqh Muamalah, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008, h. 69

4
menghasilkan barang atau jasa yang dijual kepada para konsumen dengan tujuan
memperoleh keuntungan.5

Dari pengertian tersebut, bisnis berbasis syariah adalah kegiatan bisnis yang
dilakukan oleh seseorang dengan berlandaskan syariat agama Islam, dimana setiap cara
memperoleh dan menggunakan harta yang mereka dapatkan harus sesuai dengan aturan
agama Islam (halal dan haram). Dalam bisnis syariah seseorang harus selalu mengingat
dan menyerahkan semua hasil usaha yang telah dilakukan kepada Allah SWT, dengan
berserah diri kepada Allah dan menganggap kerja sebagai ibadah seseorang akan selalu
ikhlas dalam bekerja inilah yang dimaksud dengan tauhid uluhiyah. 6

B. BISNIS YANG DIPERBOLEHKAN

Bisnis dalam padangan Al-Qur'an mempunyai visi masa depan yang tidak
semata-mata mecari keuntungan sesaat, melainkan mencari keuntungan yang hakiki,
baik dan berakibat baik pula bagi kesudahannya. Dasarnya adalah QS. At-Taubah: 111
yang intinya adalah orang yang hanya bertujuan keuntungan semata dalam hidupnya,
ditantang oleh Allah dengan tawaran suatu bursa yang tidak mengenal kerugian atau
penipuan. Maka dari itu. Islam memberikan rambu-rambu atau prinsip (syariat) yang
harus ditaati umatnya ketika menjalankan bisnis." 7 Jadi dapat disimpulkan bisnis yang
diperbolehkan adalah bisnis yang tidak melanggar syariat islam, tidak hanya
berorientasi pada keuntungan tetapi Fallah atau kemaslahatan.

Beberapa prinsip yang harus dijalankan dalam praktik bisnis Islam, diantaranya
sebagai berikut. Pertama halal, Allah SWT telah memerintahkan kepada umatnya
untuk mencari rezeki yang halal. Dalam AlQur’an surah al-baqarah: 275. Kedua,

5
Maheshwari, Principles Of Business Studies (New Delhi: Pitambur Publishing Company PVT. LTD,
1989), hlm. 1.
6
Abdullah, Ma·ruf. Wirausaha Berbasis Syariah, Banjarmasin: Antasari Press, 2011
7
A Riawan Amin. Menggugas Manajemen Syariah. Jakarta: Salemba Empat.10), him, 30

5
Thayyib. Selain mewajibkan bisnis yang halal, Islam juga mengutamankan bisnis yang
Thayyibah. 8Ketiga, kejujuran. Agar tidak merugikan mitra transaksi atau pelanggan,
maka bisnis menurut Islam mengutamakan kejujuran. Keempat, kewajaran. Bisnis
harus dijalankan secara wajar (fair). Salah satu bentuk kewajaran dalam berbisnis
adalah dalam mengambil keuntungan. Kelima, seimbang. Berbisnis menurut ajaran
Islam haruslah dilakukan untuk menjaga keseimbangan dan keselarasan. Keenam,
bersaing secara sehat. Pesaing dalam bisnis bukanlah sesuatu yang dilarang. Ketujuh,
etos kerja. Islam adalah agama amal (kerja), baik untuk kepentingan hidup di dunia
maupun kehidupan setelah mati di akhirat. Kedelapan, profesional. Profesional adalah
sebutan bagi orang yang ahli dalam bidang tertentu, yang dipelajari secara khusus. 9

Istilah bisnis dapat dilihat dari berbagai aspek, antara lain:jenis kegiatannya,
kegunaan dan manfaatnya, motif dilaksanakannya, dan siapa pelakunya. Dilihat dari
jenis kegiatannya bisnis dibedakan menjadi empat, yaitu :

a. bisnis yang bergerak dalam pertambangan bisnis ini disebut dengan bisnis
eksekutif.
b. bisnis agraris atau bisnis yang berkaitan dengan bercocok tanam atau
dibidang pertanian.
c. bisnis industri.
d. bisnis yang bergerak dibidang jasa.

Bisnis yang dilihat dari sisi kegunaan dan manfaatnya dibagi menjadi empat
yaitu:

a. bentuk barang yang diubah dari mentah ke benda yang telah jadi
b. kegunaan tempat
c. kegunaan waktu

8
M. Azrul Tanjung, Fikri, dkk, Meraih Surga dengan Berbisnis, Jakarta: Gema Insani, 2013, h. 87.
9
M. Ma’rul Abdullah, Wirausaha ..., h. 41.

6
d. kegunaan kepemilikan.

C. KRITERIA BISNIS YANG DIPERBOLEHKAN

Sebuah bisnis hanya boleh dijalankan jika tidak melanggar syariat islam,
Berikut kriteria yang harus diperhatikan dalam praktik bisnis syariah, diantaranya
sebagai berikut:10

1. Barang yang dibisniskan bukan zat yang haram.

Tidak mengandung bahan-bahan haram, misalnya daging babi,narkoba dan


lain-lainnya. Barang yang dijual belikan haruslah halal lagi bermanfaat bagi orang lain.
Barang yang boleh diperjual belikan adalah suci dari najis, berguna, dan halal. Selain
itu bisnis dalam bidang jasa diperbolehkan jika dalam jasa yang diberikan tidak
merugikan orang lain dan sifatnya membantu dalam hal kebaikan. Misalnya saja
seorang penjahit yang membantu membuatkan baju untuk orang lain yang
membutuhkan.

2. Berbisnis dengan tidak merusak akad.

Bisnis yang terhindar dari MAGHRIB (Maysir/Judi/togel,


Gharar/ketidakjelasan, Riba) Ikhtikar/penimbunan dan sebagainya. Praktek mal bisnis
adalah praktek-praktek bisnis yang tidak terpuji karena merugikan pihak lain dan
melanggar hukum yang ada. Perilaku yang ada dalam praktek bisnis mal sangat
bertentangan dengan nila-nilai yang ada dalam Al-Qur·an. Jenis praktek mal bisnis
antara lain:

10
Sofyan S. Harahap, Etika Bisnis Dalam Perspektif Islam (Jakarta: Salemba Empat, 2011), hlm. 135

7
1. Gharar, Jual beli gharar adalah jual beli barang yang masih samar-
samar.
2. Tidak menipu (al-Gabn dan Tadlis), Gabn adalah harga yang ditetapkan
jauh dari rata-rata yang ada baik lebih rendah atau lebih tinggi.
Sedangkan Tadlis adalah penipuan dengan menutupi kecacatan sebuah
barang yang akan dijual saat transaksi terjadi
3. Riba jual beli yaitu riba fadlal yaitu kelebihan yang diperoleh dalam
tukar-menukar barang.
4. Ihtikar atau menimbun barang untuk mendapatkan harga yang tinggi
dikemudian hari. Ihtikar tidak diperbolehkan karena akan
mengakibatkan kerugian bagi banyak orang.
5. Mengurangi timbangan atau takaran Perdagangan identik dengan
timbangan atau takaran sebagai alat penjualan.
3. Tidak memonopoli pasar.

Dengan mengambil keuntungan yang terlalu besar karena hanya dia sendiri
yang memiliki barang tersebut. Monopoli sendiri tidak diperbolehkan dalam ajaran
Islam, semua orang boleh berbisnis. Kegiatan bisnis dengan satu-satunya penjual
(monopoli) tidak masalah selama penjual tidak melakukan ikhtikar (menimbun) barang
untuk mendapatkan keuntungan yang lebih atau istilah ekonominya monopoly·s rent.
Praktik yang dilarang dalam Islam dilakukan agar manusia tetap pada jalan yang baik
dengan selalu mengamalkan ajaran agama dalam setiap kegiatannya. Kehendak bebes
yang dilakukan sesuai dengan ajaran Islam akan membawa pada kesejahteraan.11

11
Agoes, Sukrisno dan I Cenik Ardana. Etika Bisnis dan Profesi Tantangan Membangun Manusia
Seutuhnya, Jakarta: Salemba Empat, 2014.

8
D. KETENTUAN BARANG BISNIS YANG DIPERBOLEHKAN

Ketentuan barang dalam bisnis syariah adalah sebagai berikut: 12

1. Terjaga zatnya (Halal), artinya barang yang dibisniskan bukan barang-


barang yang zatnya haram, Misalnya: minuman keras, narkoba/obat-obatan
terlarang lainnya, daging babi hewan yang haram lainnya dan sebagainya.
2. Higenis (tayyiban), dalam bisnis syariah bisnis yang diperbolehkan barang
yang dibisniskan bukan hanya harus halal, akan tetapi juga harus bersih,
sehat, bebas dari penyakit, sedikit mudharat dan bermanfaat bagi yang
mengonsumsi.
3. Didapat dari cara yang baik, artinya dalam bisnis kita tidak boleh menjual
barang yang bukan milik kita tanpa sepengatuhuan sang pemilik, bukan
barang curian dan lain sebagainya.

E. CARA BISNIS YANG DIPERBOLEHKAN

Berbisnis dengan etika seperti yang diajarkan Rasulullah SAW, diantaranya: 13

1. Kejujuran

Dalam doktrin Islam, kejujuran merupakan syarat paling mendasar dalam


kegiatan bisnis. Rasulullah sangat menganjurkan kejujuran dalam aktivitas bisnis.
Dalam hal ini, beliau bersabda:

"Tidak dibenarkan seorang muslim menjual satu jualan yang mempunyai aib,
kecuali la menjelaskan aihnya" (H.R Al-Quzwani).

12
M. Azrul Tanjung. Fikri, dkk, Meraih Surga dengan Berbisnis. (Jakarta: Gema Insani, 2013), hlm.
87
13
syraf Muhammad Dawwabah, Meneladani Keunggulan Bisnis Rasulullah. (Semarang: Pustaka
Nuun, 2007), hlm. 58-59

9
"Siapa yang menipu kami, maka dia bukan kelompok kami (HR. Muslim).

Rasulullah sendiri selalu bersikap jujur dalam berbisnis. Beliau melarang para
pedagang meletakkan barang, busuk di sebelah bawah dan barang baru di bagian atas

2. Amanah

Islam menginginkan pebisnis mempunyai hati nurani sehingga bias menjaga


hak-hak Allah dan hak-hak manusia, dan bisa Memproteksi muamalahnya dari tingkah
laku yang mendorong berbuat remeh dan lalai

3. Tidak Melakukan Sumpah Palsu

Nabi Muhammad SAW sangat intens melarang para pelaku bisnis melakukan
sumpah palsu dalam melakukan transaksi bisnis. Dalam sebuah hadis riwayat Bukhari,
Nabi bersabda:

"Dengan melakukan sumpah palsu, barang-barang memang terjual tetapi


hasilnya tidak berkah.” Dalam hadis riwayat Abu Zar, Rasulullah saw mengancam
dengan azab yang pedih bagi orang yang bersumpah palsu dalam bisnis, dan Allah
tidak akan memperdulikannya nanti di hari kiamat (HR. Muslim).

4. Ramah-tamah

Seorang pelaku bisnis, harus bersikap ramah dalam melakukan bisnis, Nabi
Muhammad Saw mengatakan,

“Allah merahmati seseorang yang ramah dan teran dalam berbisnis" (HR.
Bukhari dan Tarmizi)

5. Tidak menjelekkan bisnis orang lain, agar orang membeli kepadanya

Nabi Muhammad Saw bersabda. “Janganlah seorang di antara kalian menjual


dengan maksud und menjelekkan upa yang dijual oleh orang lain" (H.R. Muttafaq
'alaih).

10
6. Takaran, ukuran dan timbangan yang benar

Dalam perdagangan, timbangan yang benar dan tepat harus benar-benar


diutamakan. Firman Allah: “Celakalah bagi orang yang curang, yaitu orang
yang apabila menerima takaran dari orang lain, mereka minta dipenuhi, dan
apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka
mengurangi" (QS. 83: 112).

7. Bisnis tidak boleh menggangu kegiatan ibadah kepada Allah.

Firman Allah, "Orang yang tidak dilalaikan oleh bisnis lantaran mengingat
Allah, dan dari mendirikan shalat dan membayar zakat Mereka takut kepada hari yang
hari ini, hati dan penglihatan menjadi goncang".

8. Membayar upah sebelum kering keringat karyawan.

Nabi Muhammad Saw bersabda, "Berikanlah upah kepada karyawan, sebelum


kering keringatnya". Hadist ini mengindikasikan bahwa pembayaran upah tidak boleh
ditunda-tunda. Pembayaran upah harus sesuai dengan kerja yang dilakukan.

9. Bisnis dilakukan dengan suka rela, tanpa paksaan,

Firman Allah, “Hai orang-orang yang beriman, Janganlah kamu saling


memakan harta sesamamu dengan cara yang batil, kecuali dengan jalan bisnis yang
berlaku dengan suka-sama suka di antara kamu" (QS. 4:29)

10. Segera melunasi kredit yang menjadi kewajibannya.

Rasulullah memuji seorang muslim yang memiliki perhatian serius dalam


pelunasan hutangnya Sabda Nabi Saw. “Sebaik-baik kamu, adalah orang yang paling
segera membayar hutang”. (HR. Hakim)

11. Memberi tenggang waktu apabila pengutang (kreditor) belum mampu


membayar

11
Sabda Nabi Saw, “Barang siapa yang menangguhkan orang yang kesulitan
membayar hutang atau membebaskannya, Allah akan memberinya naungan di bawah
naunganNya pada hari yang tak ada naungan kecuali naungan-Nya" (HR. Muslim).

12
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Agama Islam mewajibkan setiap orang untuk bekerja, dan tidak ada peluang bagi
orang yang beriman untuk menganggur. Al-Qur’an menjelaskan tentang konsep bisnis
dengan beberapa kata diantaranya: al Tijarah (berdagang, berniaga), al-bai’u (menjual),
dan tadayantum (muamalah). Bisnis yang diperbolehkan adalah bisnis yang tidak
melanggar syariat islam, tidak hanya berorientasi pada keuntungan tetapi Fallah atau
kemashlahatan.

Kriteria bisnis yang diperbolehkan: Tidak berhubungan dengan zat yang haram,
Tidak merusak akad dalam bisnis, Tidak memonopoli pasar. Ketentuan barang bisnis
yang diperbolehkan: Terjaga zatnya (halal), Higenis (tayyiban), Didapat dengan cara
yang baik. Cara bisnis yang diperbolehkan: Jujur, Amanah, Tidak memakai sumpah
palsu, Ramah tamah, Tidak menjelekkan bisnis orang lain. Takaran dan timbangan
yang benar, Tidak mengganggu waktu ibadah, Membayar upah tepat waktu, Sukarela
tanpa paksaan, Segera membayar utang, Memberi tenggang waktu bagi orang yang
berutang.

B. SARAN

Demikian makalah yang kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca.
apabila ada saran dan kritik yang ingin disampaikan, silahkan disampaikan agar dapat
menjadi pelajaran dipembuatan makalah berikutnya.

13
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Ma·ruf. Wirausaha Berbasis Syariah, Banjarmasin: Antasari Press,
2011.
Agoes, Sukrisno dan I Cenik Ardana. Etika Bisnis dan Profesi Tantangan
Membangun Manusia Seutuhnya, Jakarta: Salemba Empat, 2014.
Akhmad Nur Zaroni, Bisnis Dalam Perspektif Islam (Telaah Aspek Keagamaan
dalam Kehidupan Ekonomi), Mazahib Vol. IV, No. 2, 2007
A Riawan Amin. Menggugas Manajemen Syariah. Jakarta: Salemba Empat.10),
Dimyauddin Djuwani, Pengantar Fiqh Muamalah, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2008.
Ika Yunia Fauzia, Etika Bisnis dalam Islam, Jakarta: Kencana Prenada Media
Grup, 2013.
Maheshwari, Principles Of Business Studies (New Delhi: Pitambur Publishing
Company PVT. LTD, 1989),
M. Azrul Tanjung, Fikri, dkk, Meraih Surga dengan Berbisnis, Jakarta: Gema
Insani, 2013.
Muhammad dan R. Luqman Faurori, Visi.
Sofyan S. Harahap, Etika Bisnis Dalam Perspektif Islam (Jakarta: Salemba
Empat, 2011).
syraf Muhammad Dawwabah, Meneladani Keunggulan Bisnis Rasulullah.
(Semarang: Pustaka Nuun, 2007).

14

Anda mungkin juga menyukai