OLEH : KELOMPOK 5
1. Nita Amelia Ramadani FEBI.11.21.016
2. Nur Adnin FEBI.11.21.017
3. Nurfadillah FEBI.11.21.018
4. Zalsyakila Amelia Putri FEBI.11.21.026
5. Ahmar FSH.11.20.003
6. Muhammad Haikal Harun FSH.11.20.008
Alhamdulillah, Puji syukur kehadirat Allah (Tuhan yang maha Esa) maha kuasa
atas segala limpahan rahmat, inayah, taufiknya sehingga kami bisa menuntaskan
penyusunan makalah ini dalam bentuk juga isinya yg sangat sederhana. Semoga
makalah ini bisa dipergunakan sebagai keliru satu acuan, petunjuk maupun panduan
bagi pembaca mengenai Bisnis yang Diperbolehkan dalam Islam.
Makalah inih kamih akui masih banyak sekali kekurangan karenah pengalaman
yg kami milikih sangat kurang. oleh sebab itu, kamih harapkan kepada pembaca buat
memberikan masukan-masukan yg bersifat membangun buat kesempurnaan makalah
ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ............................................................................................. ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
BAB I. PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 2
C. Tujuan .......................................................................................................... 2
BAB II. PEMBAHASAN ........................................................................................ 3
A. Definisi Bisnis dalam Islam ........................................................................... 3
B. Bisnis yang Diperbolehkan ........................................................................... 5
C. Kriteria Bisnis yang Diperbolehkan ............................................................... 7
D. Ketentuan Barang yang Diperbolehkan.......................................................... 9
E. Cara Bisnis yang Diperbolehkan .................................................................... 9
BAB III. PENUTUP ...............................................................................................13
A. Kesimpulan .................................................................................................13
B. Saran ...........................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Bisnis dapat dikatakan sebuah kegiatan yang terorganisir karena didalam bisnis
ada banyak kegiatan yang dilakukan. Kegiatan dimulai dengan input berupa mengelola
barang lalu diproses setelah itu menghasilkan output berupa barang setengah jadi atau
barang jadi. Sedangkan secara etimologi, bisnis memiliki arti dimana seseorang atau
sekelompok dalam keadaan yang sibuk dan menghasilkan keuntungan atau profit bagi
dirinya atau kelompok.
Bisnis adalah pertukaran barang, jasa, atau uang yang saling menguntungkan
atau memberikan manfaat. Menurut arti dasarnya, bisnis memiliki makna sebagai “the
buying and selling of goods and services”. Bisnis berlangsung karena adanya
kebergantungan antar individu., adanya peluang internasional, usaha untuk
mempertahankan dan meningkatkan standar hidup, dan lain sebagainya..1
1
Ika Yunia Fauzia, Etika Bisnis dalam Islam, Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2013, h. 3.
1
seharusnya dilakukan setiap manusia, menurut ajaran Islam, telah ditentukan batasan-
batasannya. Oleh karena itu, Islam memberikan kategorisasi bisnis yang diperbolehkan
(halal) dan bisnis yang dilarang (haram).
B. RUMUSAN MASALAH
1. Jelaskan definisi bisnis dalam islam ?
2. Jelaskan pengertian bisnis yang diperbolehkan ?
3. Apa saja kriteria bisnis yang diperbolehkan?
4. Apa ketentuan barang bisnis yang diperbolehkan?
5. Bagaimana cara bisnis yang diperbolehkan?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui definisi bisnis dalam islam
2. Untuk mengetahui pengertian bisnis yang diperbolehkan.
3. Untuk mengetahui kriteria bisnis yang di perbolehkan.
4. Untuk mengetahui ketentuan barang bisnis yang diperbolehkan
5. Untuk mengetahui cara bisnis yang diperbolehkan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2
Akhmad Nur Zaroni, Bisnis Dalam Perspektif Islam (Telaah Aspek Keagamaan dalam Kehidupan
Ekonomi), Mazahib Vol. IV, No. 2, 2007, h. 177-179
3
Muhammad dan R. Luqman Faurori, Visi ..., h. 26.
3
yang telah kamu lakukan itu, dan demikian itulah kemenangan yang agung.”
Q.S. At-taubah 111
Jual beli atau dalam bahasa Arab al-bai’ menurut etimologi adalah tukar
menukar sesuatu dengan sesuatu yang lain. Sayid Sabiq mengartikan jual beli menurut
bahasa sebagai tukar menukar secara mutlak. Dari pengertian tersebut dapat dipahami
bahwa jual beli menurut bahasa sebagai tukar menukar apa saja, baik antara barang
dengan barang, maupun barang dengan uang.4
4
Dimyauddin Djuwani, Pengantar Fiqh Muamalah, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008, h. 69
4
menghasilkan barang atau jasa yang dijual kepada para konsumen dengan tujuan
memperoleh keuntungan.5
Dari pengertian tersebut, bisnis berbasis syariah adalah kegiatan bisnis yang
dilakukan oleh seseorang dengan berlandaskan syariat agama Islam, dimana setiap cara
memperoleh dan menggunakan harta yang mereka dapatkan harus sesuai dengan aturan
agama Islam (halal dan haram). Dalam bisnis syariah seseorang harus selalu mengingat
dan menyerahkan semua hasil usaha yang telah dilakukan kepada Allah SWT, dengan
berserah diri kepada Allah dan menganggap kerja sebagai ibadah seseorang akan selalu
ikhlas dalam bekerja inilah yang dimaksud dengan tauhid uluhiyah. 6
Bisnis dalam padangan Al-Qur'an mempunyai visi masa depan yang tidak
semata-mata mecari keuntungan sesaat, melainkan mencari keuntungan yang hakiki,
baik dan berakibat baik pula bagi kesudahannya. Dasarnya adalah QS. At-Taubah: 111
yang intinya adalah orang yang hanya bertujuan keuntungan semata dalam hidupnya,
ditantang oleh Allah dengan tawaran suatu bursa yang tidak mengenal kerugian atau
penipuan. Maka dari itu. Islam memberikan rambu-rambu atau prinsip (syariat) yang
harus ditaati umatnya ketika menjalankan bisnis." 7 Jadi dapat disimpulkan bisnis yang
diperbolehkan adalah bisnis yang tidak melanggar syariat islam, tidak hanya
berorientasi pada keuntungan tetapi Fallah atau kemaslahatan.
Beberapa prinsip yang harus dijalankan dalam praktik bisnis Islam, diantaranya
sebagai berikut. Pertama halal, Allah SWT telah memerintahkan kepada umatnya
untuk mencari rezeki yang halal. Dalam AlQur’an surah al-baqarah: 275. Kedua,
5
Maheshwari, Principles Of Business Studies (New Delhi: Pitambur Publishing Company PVT. LTD,
1989), hlm. 1.
6
Abdullah, Ma·ruf. Wirausaha Berbasis Syariah, Banjarmasin: Antasari Press, 2011
7
A Riawan Amin. Menggugas Manajemen Syariah. Jakarta: Salemba Empat.10), him, 30
5
Thayyib. Selain mewajibkan bisnis yang halal, Islam juga mengutamankan bisnis yang
Thayyibah. 8Ketiga, kejujuran. Agar tidak merugikan mitra transaksi atau pelanggan,
maka bisnis menurut Islam mengutamakan kejujuran. Keempat, kewajaran. Bisnis
harus dijalankan secara wajar (fair). Salah satu bentuk kewajaran dalam berbisnis
adalah dalam mengambil keuntungan. Kelima, seimbang. Berbisnis menurut ajaran
Islam haruslah dilakukan untuk menjaga keseimbangan dan keselarasan. Keenam,
bersaing secara sehat. Pesaing dalam bisnis bukanlah sesuatu yang dilarang. Ketujuh,
etos kerja. Islam adalah agama amal (kerja), baik untuk kepentingan hidup di dunia
maupun kehidupan setelah mati di akhirat. Kedelapan, profesional. Profesional adalah
sebutan bagi orang yang ahli dalam bidang tertentu, yang dipelajari secara khusus. 9
Istilah bisnis dapat dilihat dari berbagai aspek, antara lain:jenis kegiatannya,
kegunaan dan manfaatnya, motif dilaksanakannya, dan siapa pelakunya. Dilihat dari
jenis kegiatannya bisnis dibedakan menjadi empat, yaitu :
a. bisnis yang bergerak dalam pertambangan bisnis ini disebut dengan bisnis
eksekutif.
b. bisnis agraris atau bisnis yang berkaitan dengan bercocok tanam atau
dibidang pertanian.
c. bisnis industri.
d. bisnis yang bergerak dibidang jasa.
Bisnis yang dilihat dari sisi kegunaan dan manfaatnya dibagi menjadi empat
yaitu:
a. bentuk barang yang diubah dari mentah ke benda yang telah jadi
b. kegunaan tempat
c. kegunaan waktu
8
M. Azrul Tanjung, Fikri, dkk, Meraih Surga dengan Berbisnis, Jakarta: Gema Insani, 2013, h. 87.
9
M. Ma’rul Abdullah, Wirausaha ..., h. 41.
6
d. kegunaan kepemilikan.
Sebuah bisnis hanya boleh dijalankan jika tidak melanggar syariat islam,
Berikut kriteria yang harus diperhatikan dalam praktik bisnis syariah, diantaranya
sebagai berikut:10
10
Sofyan S. Harahap, Etika Bisnis Dalam Perspektif Islam (Jakarta: Salemba Empat, 2011), hlm. 135
7
1. Gharar, Jual beli gharar adalah jual beli barang yang masih samar-
samar.
2. Tidak menipu (al-Gabn dan Tadlis), Gabn adalah harga yang ditetapkan
jauh dari rata-rata yang ada baik lebih rendah atau lebih tinggi.
Sedangkan Tadlis adalah penipuan dengan menutupi kecacatan sebuah
barang yang akan dijual saat transaksi terjadi
3. Riba jual beli yaitu riba fadlal yaitu kelebihan yang diperoleh dalam
tukar-menukar barang.
4. Ihtikar atau menimbun barang untuk mendapatkan harga yang tinggi
dikemudian hari. Ihtikar tidak diperbolehkan karena akan
mengakibatkan kerugian bagi banyak orang.
5. Mengurangi timbangan atau takaran Perdagangan identik dengan
timbangan atau takaran sebagai alat penjualan.
3. Tidak memonopoli pasar.
Dengan mengambil keuntungan yang terlalu besar karena hanya dia sendiri
yang memiliki barang tersebut. Monopoli sendiri tidak diperbolehkan dalam ajaran
Islam, semua orang boleh berbisnis. Kegiatan bisnis dengan satu-satunya penjual
(monopoli) tidak masalah selama penjual tidak melakukan ikhtikar (menimbun) barang
untuk mendapatkan keuntungan yang lebih atau istilah ekonominya monopoly·s rent.
Praktik yang dilarang dalam Islam dilakukan agar manusia tetap pada jalan yang baik
dengan selalu mengamalkan ajaran agama dalam setiap kegiatannya. Kehendak bebes
yang dilakukan sesuai dengan ajaran Islam akan membawa pada kesejahteraan.11
11
Agoes, Sukrisno dan I Cenik Ardana. Etika Bisnis dan Profesi Tantangan Membangun Manusia
Seutuhnya, Jakarta: Salemba Empat, 2014.
8
D. KETENTUAN BARANG BISNIS YANG DIPERBOLEHKAN
1. Kejujuran
"Tidak dibenarkan seorang muslim menjual satu jualan yang mempunyai aib,
kecuali la menjelaskan aihnya" (H.R Al-Quzwani).
12
M. Azrul Tanjung. Fikri, dkk, Meraih Surga dengan Berbisnis. (Jakarta: Gema Insani, 2013), hlm.
87
13
syraf Muhammad Dawwabah, Meneladani Keunggulan Bisnis Rasulullah. (Semarang: Pustaka
Nuun, 2007), hlm. 58-59
9
"Siapa yang menipu kami, maka dia bukan kelompok kami (HR. Muslim).
Rasulullah sendiri selalu bersikap jujur dalam berbisnis. Beliau melarang para
pedagang meletakkan barang, busuk di sebelah bawah dan barang baru di bagian atas
2. Amanah
Nabi Muhammad SAW sangat intens melarang para pelaku bisnis melakukan
sumpah palsu dalam melakukan transaksi bisnis. Dalam sebuah hadis riwayat Bukhari,
Nabi bersabda:
4. Ramah-tamah
Seorang pelaku bisnis, harus bersikap ramah dalam melakukan bisnis, Nabi
Muhammad Saw mengatakan,
“Allah merahmati seseorang yang ramah dan teran dalam berbisnis" (HR.
Bukhari dan Tarmizi)
10
6. Takaran, ukuran dan timbangan yang benar
Firman Allah, "Orang yang tidak dilalaikan oleh bisnis lantaran mengingat
Allah, dan dari mendirikan shalat dan membayar zakat Mereka takut kepada hari yang
hari ini, hati dan penglihatan menjadi goncang".
11
Sabda Nabi Saw, “Barang siapa yang menangguhkan orang yang kesulitan
membayar hutang atau membebaskannya, Allah akan memberinya naungan di bawah
naunganNya pada hari yang tak ada naungan kecuali naungan-Nya" (HR. Muslim).
12
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Agama Islam mewajibkan setiap orang untuk bekerja, dan tidak ada peluang bagi
orang yang beriman untuk menganggur. Al-Qur’an menjelaskan tentang konsep bisnis
dengan beberapa kata diantaranya: al Tijarah (berdagang, berniaga), al-bai’u (menjual),
dan tadayantum (muamalah). Bisnis yang diperbolehkan adalah bisnis yang tidak
melanggar syariat islam, tidak hanya berorientasi pada keuntungan tetapi Fallah atau
kemashlahatan.
Kriteria bisnis yang diperbolehkan: Tidak berhubungan dengan zat yang haram,
Tidak merusak akad dalam bisnis, Tidak memonopoli pasar. Ketentuan barang bisnis
yang diperbolehkan: Terjaga zatnya (halal), Higenis (tayyiban), Didapat dengan cara
yang baik. Cara bisnis yang diperbolehkan: Jujur, Amanah, Tidak memakai sumpah
palsu, Ramah tamah, Tidak menjelekkan bisnis orang lain. Takaran dan timbangan
yang benar, Tidak mengganggu waktu ibadah, Membayar upah tepat waktu, Sukarela
tanpa paksaan, Segera membayar utang, Memberi tenggang waktu bagi orang yang
berutang.
B. SARAN
Demikian makalah yang kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca.
apabila ada saran dan kritik yang ingin disampaikan, silahkan disampaikan agar dapat
menjadi pelajaran dipembuatan makalah berikutnya.
13
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Ma·ruf. Wirausaha Berbasis Syariah, Banjarmasin: Antasari Press,
2011.
Agoes, Sukrisno dan I Cenik Ardana. Etika Bisnis dan Profesi Tantangan
Membangun Manusia Seutuhnya, Jakarta: Salemba Empat, 2014.
Akhmad Nur Zaroni, Bisnis Dalam Perspektif Islam (Telaah Aspek Keagamaan
dalam Kehidupan Ekonomi), Mazahib Vol. IV, No. 2, 2007
A Riawan Amin. Menggugas Manajemen Syariah. Jakarta: Salemba Empat.10),
Dimyauddin Djuwani, Pengantar Fiqh Muamalah, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2008.
Ika Yunia Fauzia, Etika Bisnis dalam Islam, Jakarta: Kencana Prenada Media
Grup, 2013.
Maheshwari, Principles Of Business Studies (New Delhi: Pitambur Publishing
Company PVT. LTD, 1989),
M. Azrul Tanjung, Fikri, dkk, Meraih Surga dengan Berbisnis, Jakarta: Gema
Insani, 2013.
Muhammad dan R. Luqman Faurori, Visi.
Sofyan S. Harahap, Etika Bisnis Dalam Perspektif Islam (Jakarta: Salemba
Empat, 2011).
syraf Muhammad Dawwabah, Meneladani Keunggulan Bisnis Rasulullah.
(Semarang: Pustaka Nuun, 2007).
14