Anda di halaman 1dari 11

PRODUKSI ISLAMI SOLUSI ISLAM DALAM MENCIPTAKAN KEMAKMURAN

Aldi Hidayatullah1, Uswatun Hasanah2

PASCASARJANA UIN KH ACHMAD SIDDIQ JEMBER

1
aldippdh@gmail.com , 2uswahtunhasanah449@gmail.com

Abstrac

Islam is a way of life in which it does not only contain problems between humans and their
gods but also human problems with each other, therefore islam upholds the realization of
prosperity, whereas prosperity can be realizet if there is a balance, that is the relationship
between man and this gods and the relationship between man and his fellow human beings
can go hand to hand, not infrequently in oder to get high profits traders tend to do negative
action such as chating and manipulating, islam does not allow any action without being
based on ethics including in economic activities, the research method used in this research
using literature study, the result of this research is that when a businessman uses the concept
of Islamic production economic actors especially consumers, will not feel disadvantaget,
and mutual prosperity will be created.

Keyword: Islamic production, Islamic solution, prosperity

Abstak

Islam merupakan Way Of life yang didalamnya tidak hanya berisi tentang permasalahan
manusia dengan tuhannya, melainkan juga berisi tentang permasalahan manusia dan
sesamanya bahkan dengan lingkungannya, maka islam menjunjung tinggi akan terwujudnya
kemakmuran dan kesejahteraan dalam hidup dan kehidupan, agar kemakmuran itu sendiri
bisa terwujud maka harus tercipta keseimbangan, dan keseimbangan itu akan tercipta
apabila manusia sama-sama menjaga antara hubungannya dengan tuhannya serta
hubungannya dengan sesamanya termasuk dalam kegiatan perekonomian, dalam penelitian
ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif dengan pendekatan studi
kepustakaan, hasil dari penelitian ini adalah ketika seorang pembisnis menggunakan konsep
produksi islami maka tidak akan ada pihak yang dirugikan khususnya konsumen, sehingga
kemakmuran bersama akan tercipta.

Kata Kunci: Produksi islami, Solusi islam, Kemakmuran

1
1. PENDAHULUAN

Islam merupakan Way Of life yang didalamnya tidak hanya berisi tentang
permasalahan manusia dengan tuhannya, melainkan juga berisi tentang permasalahan
manusia dan sesamanya bahkan dengan lingkungannya, maka islam menjunjung tinggi
akan terwujudnya kemakmuran dan kesejahteraan dalam hidup dan kehidupan, agar
kemakmuran itu sendiri bisa terwujud maka harus tercipta keseimbangan, dan
keseimbangan itu akan tercipta apabila manusia sama-sama menjaga antara hubungannya
dengan tuhannya serta hubungannya dengan sesamanya sehingga tidak terjadi
ketimpangan1

Dalam rangka memenuhi segala kebutuhannya, manusia membutuhkan bekerja agar


mendapat penghasilan sebagaimana firman Allah yang memerintahkan untuk bekerja:

‫ش َهبدَةِ فَيُنَبِّئ ُ ُك ْى ِب ًَب‬ ِ ‫عب ِن ِى ْانغَ ْي‬


‫ب َوان ه‬ َ ‫سىنُوُ َو ْان ًُؤْ ِينُىٌَ َو‬
َ ًَ‫ست ُ َزدُّوٌَ ِإن‬ ُ ‫ع ًَهَ ُك ْى َو َر‬ َ َ‫َوقُ ِم ا ْع ًَهُىا ف‬
‫سيَ َزي ه‬
َ ُ‫َّللا‬
ٌ‫ُك ْنت ُ ْى ت َ ْع ًَهُى‬
Artinya: Dan katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-
orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan
kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang gaib dan yang nyata, lalu
diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan"(QS. At-Taubah
105).2
Dipekuat dengan sabda Nabi: 3

ً‫ قبل رسىل هللا صه‬:‫عى ِاو رضً هللا عنو قبل‬ ‫يز بٍ ان ه‬ِ ‫وعٍ ابً عب ِذ هللا انز َب‬
ً‫ب عه‬ َ ‫ً ان َجبَ َم فيأ ِتً ِب ُح ْز َي ٍت ِيٍ َح‬
ٍ ‫ط‬ َ ِ‫ألٌ يأخذَ احذ ُكى ا َ ْحبُهَوُ ثى يأت‬:‫سهى‬
ْ ‫هللا عهيو و‬
َ ‫اننبس ا َ ْع‬
‫ط ْىهُ ْاو َي َنعُىهُ (رواه‬ َ ‫ف هللا بهب َو ْج َهو خي ٌْز نو ِيٍ ا َ ٌْ َيسْأ َ َل‬
‫ظهزه ف َي ِب ْي َعهب فَ َيقُ ه‬
ِ
)‫انبخبري‬

“Hendaklah salah seorang diantara kamu pergi dengan seutas tali lalu kembali dengan
setumpuk kayu bakar yang terikat pada punggungnya kemudian ia menjualnya dan dengan

1
Tim Pengembangan Perbankan Syariah, Konsep, produk dan iplementasi Operasional Bank
Syari’ah(Jakarta: Djambatan, 2002), 8
2
Departemen Agama RI , Al-quran dan Terjemahannya, (Jakarta :Pustaka Al-mubin ,2013 ) ,203
3
Imam Nawawi, Riyadhus Sholihin, Terj. Ahmad Sunarto, (Jakarta: Pustaka Amani, 1999), hlm, 515

2
itu Allah menjaga kemulyaan wajahnya, perbuatan seperti itu lebih baik dari pada
meminta-minta kepada orang ramai, baik mereka memberinya atau tidak”.

Hadits diatas menerangkan bahwasanya mencari kayu bakar itu lebih mulya dari pada
harus meminta- minta meskipun ia harus rela berpayah-payah diri untuk mencarinya.
Islam memerintahkan kepada para pengikutnya untuk mencari rezeki, dengan catatan
rezeki yang ia peroleh harus dengan cara yang halal, semua aturan ini bertujuan agar harta
milik orang lain tidak terdholimi.

Tidak jarang karena ingin mendapatkan keuntungan yang tinggi, para pedagang
cenderung melakukan perbuatan negatif, seperti menipu, memanipulasi, bsrsumpah palsu,
serta mengambil keuntungan dalam kesempitan. Islam tidak membiarkan perbuatan
apapun tanpa disertai etika/akhlaq termasuk dalam persoalan perekonomian seperti jual-
beli,

Agar supaya semua ummat manusia tidak terjerumus kepada jalan yang salah, serta
lebih memahami tentang tata cara berbisnis yang benar menurut Al-Quran dan hadits¸
kajian ini membahas tentang” Memahami Konsep Produksi Islami Demi Terwujudnya
Kemakmuran Bersama” .

2. METODOLOGI

Dalam penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif deskriptis dengan yang


digunakan studi kepustakaan, terdapat empat ciri dalam studi kepustakaan yakni: 1)
Seorang peneliti akan melihat langsung teks atau data yang diperoleh,, akan tetapi data
tersebut tidak dengan pengetahuan lapangan, 2) Data pustaka bersifat langsung artinya
dapat digunakan langsung oleh seorang peneliti meskipun tidak terjun ke lapangan, 3)
Data pustaka umumnya bersifat sekunder yang artinya dalam hal ini seorang peneliti
mendapatkan data tersebut dari penelitian sebelumnya, 4) tidak adanya batasan ruang dan
waktu, penelitian seperti ini sering disebut Library Research atau penelitian kepustakaan.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Produksi Dalam Islam
Urat nadi dalam setiap kegiatan ekonomi adalah produksi, sehingga kegiatan
konsumsi dan kegiatan distribusi tidak akan pernah ada kecuali dengan diawali dengan
proses produksi,karena kegiatan produksi merupakan awal dari kegiatan perekonomian.
Kegiatan produksi merupakan kegiatan suatu perusahaan dengan cara

3
mengkombinasikan beberapa input yang ada untuk menghasilkan suatau barang atau
jasa sehingga lebih bernilai.
As-syaibani berpendapat usaha produktif merupakan suatu usaha dengan
tujuan untuk mendapatkan atau menghasilkan harta dengan tata cara yang tidak
melanggar syariat yang ada. Sehingga dalam pengertian ini secara tidak langsung telah
memberikan barasan pada manusia khususnya ummat islam antara teori produksi islami
dengan teori produksi konvensional. Dalam ekonomi islam nilai syari‟ah menjadi
patokan utama dalam semua kegiatan perekonomian termasuk kegiatan produksi. Imam
Syatibi juga mengungkapkan bahwasannya apabila seseorang memelihara maqosid
syari‟ah yang 5 yakni agama jiwa, akal, keturunan, serta harta maka sebuah
kemakmuran dapat tercapai.4
Manusia merupakan kholifah di muka bumi, dengan predikatnya sebagai
kholifah manusia diberi amanah untuk memakmurkan bumi yang ia pijak diantaranya
dengan mendayagunakan serta mengolah sumber daya yang ada menjadi lebih bernilai
itu semua dilakukan melalui kegiatan produksi. Oleh karena itu kepentingan manusia
yang selaras dengan moral islam harus menjadi fokus atau target kegiatan produksi.
Secara umum aktivitas produksi bertujuan efisiensi dan memaksimalkan
keuntungan yang akan didapat, sedangkan dalam islam tujuan aktivitas produksi yaitu
untuk memenuhi kebutuhan bagi mereka yang membutuhkan. Sebagaimana yang
dikutip dari Yusuf Qordhowi, menurut islam ada 4 yang menjadi tujuan produksi:5
1) Sebagai bentuk pemenuhan kebutuhan hidup
2) Sebagai bentuk pencapaian kemaslahatan keluarga
3) Sebagai bentuk pencapaian kemaslahatan masyarakat
4) Sebagai bentuk pemakmuran bumi
pada tujuan produksi yang pertama yakni segala bentuk pemenuhan kebutuhan hidup,
hal ini setidaknya akan menimbulkan dua implikasi yaitu: Pertama, seorang produsen
akan hanya menghasilkan suatu barang atau jasa yang menjadi kebutuhan walaupun
barang atau jasa tersebut bukan merupakan keinginan konsumen. Kedua, kuantitas
produksi tidak akan berlebihan, akan tetapi sebatas kebutuhan yang wajar.
Sehingga dapat disimpulkan bahwasannya aktivitas produki secara islami
memiliki perbedaan dengan aktivitas produksi secara konvensional, dalam aktivitas

4
Efitra Norman dkk, “Konsep Produksi Islami” el- mal Jurnal kajian ekonomi dan bisnis islam, Vol. 1,
No. 2, 2018, 165
5
Fitri Eka Ali dkk, manajemen Keuangan Islami, (Yogyakarta: Quantum Madani, 2020) 95

4
produksi secara islami pencarian keuntungan bukanlah tujuan utama, akan tetapi lebih
kepada orientasi ibadah, dimana apapun barang yang diproduksi etika ditekankan
didalamnya.
B. Faktor Produksi
An- Najar berpendapat bahwasannya faktor produksi terdirii dari dua unsur yaitu: 6
1) Amal/ kerja
Dalam islam amal merupakan segala kemampuan dan kekuatan yang dicurahkan
untuk menghasilkan serta meningkatkan nilai guna suatu barang atau jasa, baik itu
berbentuk teoritis ( pikiran, ide, konsep) maupun aplikasi (tenaga dan gerakan) yang
semua itu memiliki kesesuaian dengan syari‟ah, Ibn Kholdun berpendapat
bahwasannya bekerja merupakan unsur yang paling utama dalam proses produksi,
serta merupakan standar ukuran dalam sebuah nilai, proses seatu produksi sangat
bergantung pada kinerja yang dilakukan seorang kayawan., sehingga semakin
professional seseorang dalam bekerja maka akan semakin meningkatkan nilai suatu
produksi yang dihasilkan.
2) Modal/ capital
Modal dalam pandangan ekonomi berarti suatu harta yang dipergunakan untuk
menghasilkan barang atau jasa seperti transportasi, alat- alat produksi, fasilitas
kantor, mesin dll. Modal dalam oprasionalnya memiliki kontribusi yang sangat
berarti dalam penciptaan barang dan jasa.
C. Prinsip- Prinsip Aktivitas Produksi
1) Prisip Tauhid (at- tauhid)
Landasan ekonomi islam adalah ketuhanan¸ dimana prinsip ini mengajarkan
manusia untuk memnyembah kepada tuhannya, ketika manusia memegang prinsip
ini selalu, ia tidak akan berbuat kedholiman karena ia selalu merasa tengah diawasi
disetiap keadaannya.
Berdasarkan prinsip ini pula, Allah menegaskan kepada para manusia akan
kewajibannya terhadap Allah SWT, sesama manusia, dan alam sekitar. Dalam
manifestasi ketundukan pada sang pencipta, prinsip tauhid menempati kedudukan
tertingi, sehingga aktivitas produksi merupakan perwujudan dari bentuk ketundukan
kepada penciptanya. Kitika sseorang ekonom hendak melakukan aktivitas produksi
hendaknya prinsip tauhid menjadiacuannya, sehingga ia dalam aktivitasnya tidak

6
Efrita norman dan samsul Basri, “ Konsep Produksi Ilami”, EL- MAL Jurnal Kajian Ekonomi Dan
Bisnis Islam , vol. 1, No. 2 , 2018 ,166

5
akan menimbulkan kemudhorotan. Bentuk pengaplikasian dari prinsip tauhid ini
terwujud dalam produksi yang dihasailkan berupa produk yang halal lagi baik, serta
pemodalannya bersumber dari modal yang diperoleh dari hasil yang halal.
2) Prinsip Kemanusiaan (al-insaniyah)
Prinsip kemanusiaan memiliki 2 unsur, yang pertama manusia wajib untuk
menyembah tuhannya(QS. Hud 11:6), dan yang kedua adalah diantara manusia
memiliki kapasitas dan kemampuan yang berbedaakan meneingkatkan nilai , dengan
adanya perbedaan itu akan meningkatkan kemampuan manusia.
Bentuk pengaplikasian dari prinsip ini adalah dengan kemampuan yang
berbeda- beda itu manusia dapat mengoptimalkan kemampuannya. Semua itu
dikarenakan manusia memiliki keinginan yang spesifik.
Pengimplementasian prinsip kemanusiaan melahirkan beberapa konsekuensi:7
a) Kegiatan produksi yang ada diarahkan pada peningkatan kesejahteraan ummat
manusia
b) Pemanfatan serta pengelolaan sumber daya yang ada merupakan hak setiap
manusia, yang dimana implementasinya disusun oleh kebijakan masyarakat
setempat
c) Kegiatan produksi merupakan salah satu kegiatan ketundukan pada sang pencipta
sehingga bernilai ibadah
d) Tujuan kegiatan produksi yang berprinsip kemanusiaan adalah meningkatnya
kesejahteraan individu dan masyarakat
3) Prinsip Keadilan (al-„adl)
Dalam prinsip ini bersikap adil kepada siapapun sangat ditegaskan, hal ini
dapat meningkatkan kapasitas dan mutu hidup manusia. Prinsip ini merupakan entuk
pengimplementasian hubungan sesama manusia, oleh karena itu pengupayaan
keadilan dalam kehidupan harus dilakukan, sehingga kesejahteraan akan didapat.
Didalam konsep produksi islami bentuk keadilannya adalah distributive yang
memiliki 2 pengertian: pertama, kesesuaiannya porsi kesejahteraan yang didapat
dengan input yang diberikan secara proposional, kedua, produsen harus memenuhi
yang menjadi hak masyarakat dan konsumen dimana mereka yang menjadi
stakeholder kegiatan produksi.

7
Ibid,173

6
4) Prinsip Kebajikan (al- maslahah)
Prinsip ini mengajarkan kepada menusia agar selalu berbuat kebajikan dalam
setiap hidup.prinsip ini memiliki 2 implikasi yakni horizontal dan vertical, aada
dimensi yang vertical, prinsip ini merupakan salah suatu perintah dari Allah yang
dimana ketika dilakukan akan mendapatkan balasan berupa pahala, dimensi yang
horizontal merupakan kebaikan yang dilakukan kepada sesamanya dan lingkungan
alam sekitarnya.
Immplementasi prinsip kebajikan dalam setiapa kegiatan produksi
memberikan beberapa konsekuensi sebagai berikut:
a) Barang dan jasa yang diproduksi produsen halal serta tidak merusak lingkungan
sekitar
b) Stakeholder mendapat perhatian yang sangat besar dari produsen berupa respon
yang baik
c) Produsen diharuskan menjaga sumber daya alam dan sumber daya ekonomi demi
stabilnya kegiatan produksi yang berkesinambungan.
5) Prinsip Kebebasan (al- hurriyah) dan Tanggung jawab ( al- fardh)
Islam sangat menghargai kebebasan manusia karena manusia diciptakan
memiliki tujuan yang jelas yakni tidak tunduk kepada sesuatu apapun selain Allah.
Prinsip kebebasan dan prinsip tanggung jawab berjalan beriringan dimana setiap
perbuatan bebas yang manusia lakukan arus mengandung implikasi moral yaitu
berupa rasa tanggung jawab terhadap dirinya, masyarakat dan tuhannya.
Implementasi prinsip kebebasan dan prinsip tanggung jawab dalam kegiatan
produksi menimbulkan bebberapa konsenkuensi antara lain:
a) Setiap manusia diberi kebebasan oleh tuhannya dalam menjaani kehidupannya
sesuai fitrah yang mereka miliki akan tetapi disetiap kebebasan yang mereka
jalani akan dimintai pertanggung jawaban di akhirat nanti.
b) Setiap produksi yang dilakukan produsen diberi kebebasan dengan diiringi
tanggung jawab guna terciptanya kesejahteraan umum.
c) Tangung jawab produsen merupakan konsekuensi yang harus dilakukan dari
kebebasan yang ia terima demi mengembangkan kapasitas produksinya.
D. Solusi Islam Dalam Menciptakan Kemakmuran Dengan Produksi Islami

7
Terdapat 3 unsur utama dalam system ajaran agama islam, dimana diantara
ketiganya saling berhubungan antara yang satu dan yang lain , ketiga unsur tersebut
adalah iman, islam dan ihsan(akhlaq), unsur yang ketiga memiliki fungsi atau peran
yang sangat penting terhadap 2 unsur yang lain, yaitu sebagai pemberi warna terhadap
2 unsur pertama dalam kerangka dasar islam yakni unsur keimanan dan unsur
keislaman, dengan kata lain unsur yang terakhir ini pasti ada disetiap aktivitas ummat
muslim, baik dalam ajaran tauhid, politik dan social, baik muamalah dalam artian luas
maupun dalam artian sempit (aktifitas ekonomi).8

Usaha manusia dalam mencari rezeki untuk memenuhi kehidupannya baik


dalam kehidupan jangka pendek atau jangka panjang itu semua termasuk aktivitas
ekonomi, dan seluruh aktivitas dalam kehidupan sudah diatur dalam pandangan agama
islam termasuk didalamnya adalah aktivitas ekonomi.

Dalam ekonomi islam terdapat seperangkat nilai yang diyakini dimana hal
tersebut dijadikan landasan paradigm ekonomi islam, seperangkat nilai tersebut
didasarkan pada Al- Quran dan Hadits, islam menekankan kepada para penganutnya
agar aktivitas bisnis yang mereka jalani tidak hanya dimaksudkan semata-mata untuk
mencari keuntungan dunia saja, tetapi lebih kepada upaya pencarian kehidupan yang
seimbang antara dunia dan akhiratnya, oleh karenanya islam mengajarkan kepada para
penganutnya dalam berbisnis harus berdasarkan norma-norma dan etika islam.

Tidak jarang karena ingin mendapatkan keuntungan yang tinggi, para pedagang
cenderung melakukan perbuatan negatif, seperti menipu, memanipulasi, bsrsumpah
palsu, serta mengambil keuntungan dalam kesempitan. Islam tidak membiarkan
perbuatan apapun tanpa disertai etika/akhlaq termasuk dalam persoalan perekonomian
seperti jual-beli,

Islam mengajarkan kepada para pengikutnya supaya mengedepankan kawajiban


terlebih dahulu, setelah kewajibannya ia penuhi baru boleh menuntut haknya9, hal itu
dapat diimplementasiakan dalam aktivitas ekonomi:

8
Hilman Taqiyuddin, “Konsep Etika Muamalah Dalam Islam”, Muamalatuna, Vol. 1, No. 1, (Januari-
Juni, 2019), hlm 81
9
Ahmad Dahlan, “Penerapan Etika Jual Beli Dalam Islam” (Tesis Progam Pascasarjana UIN Sultan
Syarif Kasim, Riau, 2012), 27

8
“Konsumen berhak akan produk yang baik, berkualitas, halal, serta kuantitasnya
yang terjamin, pedagang tidak memiliki alasan apapun untuk tidak memberikan produk
yang diinginkan konsumen atau menipu konsumen dalam bentuk apapun, karena
pembeli merupakan seorang yang membayar uang, hal itu harus dilakukan seorang
pedagang karena produk yang menjadi hak konsumen itu justru menjadi kewajiban
pedagang untuk memenuhinya, begitupun sebaliknya yang menjadi kewajiban seorang
konsumen justru itu menjadi hak seorang pedagang”. Apabila keseimbangan antara hak
dan kewajiban itu terjadi, maka kebaikan / kesejahteraaan akan terwujud, karena
kesejahteraan merupakan dambaan setiap lapisan masyarakat, oleh karena itu
instrument yang dapat mewujudkan keinginan tersebut harus dilaksanakan seperti
transaksi yang bersih dari tindak penipuan dan kacurangan, seandainya dalam semua
‫َو ا‬
aktivitas ekonomi menerapkan kaidah fiqh nomer tiga yang berbunyi “َ ‫َل‬ ‫ار ا‬ ‫لا َ ا‬
‫ضر ا‬ َ
‫ض ارار‬
ِ ” bisa dipastikan ketimpangan dalam aktivitas ekonomi tidak akan terjadi.10Islam
juga mengajarkan kepada para penganutnya khususnya yang memiliki profesi sebagai
pedaganga melakukan sedekah, dimana hal tersebut dimaksudkan untuk membersihkan
pergaulan mereka dari tipu daya , berbohong dan sumpah palsu.11

Dalam ekonomi islam terdapat seperangkat nilai yang diyakini dimana hal
tersebut dijadikan landasan berpikir dalam ekonomi islam, seperangkat nilai tersebut
didasarkan pada Al- Quran dan Hadits, islam menekankan kepada para penganutnya
agar aktivitas bisnis yang mereka jalani tidak hanya dimaksudkan semata-mata untuk
mencari keuntungan dunia saja, tetapi lebih kepada upaya pencarian kehidupan yang
seimbang antara dunia dan akhiratnya sehingga selain mendapat keuntungan ia akan
mendapat keberkahan, oleh karenanya islam mengajarkan kepada para penganutnya
dalam berbisnis harus berdasarkan norma-norma dan etika islam, agar keberkahan bisa
didapat pelaku bisnis harus memperhatikan beberapa etika yang sudah disebutkan
didalam Al-Qur‟an dan Hadits dan itu semua telah diaplikasikan oleh panutan ummat
manusia Rosulullah SAW.

4. PENUTUP
As-syaibani berpendapat usaha produktif merupakan suatu usaha dengan tujuan untuk
mendapatkan atau menghasilkan harta dengan tata cara yang tidak melanggar syariat yang
10
Khoiruddin Habsis, “Simple dan mudah dalam memahami 175 kaidah fiqh”,(Situbondo:Tanwirul
Afkar,2018), 30
11
Masykur Hakim dan Tanu Wijaya, “Model masyarakat Madani “, (Jakarta: Cipta Grafika, 2003), 37

9
ada. Dalam ekonomi islam nilai syari‟ah menjadi patokan utama dalam semua kegiatan
perekonomian termasuk kegiatan produksi. Imam Syatibi juga mengungkapkan
bahwasannya apabila seseorang memelihara maqosid syari‟ah yang 5 yakni agama jiwa,
akal, keturunan, serta harta maka sebuah kemakmuran dapat tercapai.

An- Najar berpendapat bahwasannya faktor produksi terdirii dari dua unsur yaitu:
pertama, Amal/ kerja dn yang kedua Modal/ capital. Sedangkan prinsip- prinsip aktivitas
produksi itu ada 5 yaitu: 1) Prinsip tauhid (at- tauhid), 2) Prinsip kemanusiaan (al-
insaniyah), 3) Prinsip keadilan (al- „adl), 4) Prinsip kebajikan (al- maslahah), 5) Prinsip
kebebasan (al- hurriyah) dan tanggung jawab (al- fard).

Dalam ekonomi islam terdapat seperangkat nilai yang diyakini dimana hal tersebut
dijadikan landasan paradigm ekonomi islam, seperangkat nilai tersebut didasarkan pada
Al- Quran dan Hadits, islam menekankan kepada para penganutnya agar aktivitas bisnis
yang mereka jalani tidak hanya dimaksudkan semata-mata untuk mencari keuntungan
dunia saja, tetapi lebih kepada upaya pencarian kehidupan yang seimbang antara dunia dan
akhiratnya, oleh karenanya islam mengajarkan kepada para penganutnya dalam berbisnis
harus berdasarkan norma-norma dan etika islam.

10
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Dahlan, “Penerapan Etika Jual Beli Dalam Islam” Tesis Progam Pascasarjana UIN
Sultan Syarif Kasim, Riau, 2012
Departemen Agama RI , Al-quran dan Terjemahannya, (Jakarta :Pustaka Al-mubin ,2013
Efitra Norman dkk, “Konsep Produksi Islami” el- mal Jurnal kajian ekonomi dan bisnis
islam, Vol. 1, No. 2, 2018
Fitri Eka Ali dkk, manajemen Keuangan Islami, Yogyakarta: Quantum Madani, 2020
Hilman Taqiyuddin, “Konsep Etika Muamalah Dalam Islam”, Muamalatuna, Vol. 1, No. 1,
Januari- Juni, 2019
Imam Nawawi, Riyadhus Sholihin, Terj. Ahmad Sunarto, Jakarta: Pustaka Amani, 1999),
hlm, 515
Khoiruddin Habsis, “Simple dan mudah dalam memahami 175 kaidah
fiqh”,Situbondo:Tanwirul Afkar,2018
Masykur Hakim dan Tanu Wijaya, “Model masyarakat Madani “, Jakarta: Cipta Grafika,
2003
Tim Pengembangan Perbankan Syariah, Konsep, produk dan iplementasi Operasional Bank
Syari’ah,Jakarta: Djambatan, 2002

11

Anda mungkin juga menyukai