Anda di halaman 1dari 13

AYAT DAN HADIST BERKAITAN DENGAN PRODUKSI

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ayat dan Hadist Ekonomi

Dosen Pengampu : H. M. Rasyid Redho Pratama, Lc., M. E. Sy

Disusun Oleh:

Merta Julia Ramadona 2220602222


Renza Putri Sari 2230602226
Wulan Dewi Listiana 2230602242
Ira Dwi Agustin 2230602258

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH

FAKUTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG


KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan yang Maha
Pengasih dan Maha Penyayang, atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam
senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, utusan Allah yang telah
membawa petunjuk dan cahaya bagi umat manusia.

Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada bapak H. M. Rasyid Redho


Pratama, Lc., M. E. Sy sebagai dosen pengampu mata kuliah ayat dan hadist
ekonomi yang telah membantu memberikan arahan dan pemahaman dalam
penyusunan makalah ini dan juga kami ucapkan terima kasih kepada teman-teman
yang sudah bekerja sama dan memberi dukungan sehingga terselesaikannya
makalah ini.

Kami sadar bahwa penulisan makalah kami ini tentunya masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari Ibu dosen dan
teman-teman sangat berguna untuk memperbaiki tugas makalah kami yang
selanjutnya.

Palembang, Februari 2024

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... iv

1.1 Latar Belakang ...................................................................................... iv

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................. iv

1.3 Tujuan ..................................................................................................... v

BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................... 5

A. Pengertian Produksi ..................................................................................... 5

B. Sumber Daya Alam Sebagai Faktor Produksi .............................................. 7

C. Kewajiban Pemanfaatan Sumber Daya Alam .............................................. 9

BAB III PENUTUP ............................................................................................ 11

A. Kesimpulan ................................................................................................ 11

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 12

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kegiatan ekonomi tidak dapat dipisahkan dari pengelolaan, produksi,
distribusi, dan penggunaan. Dalam istilah ekonomi produksi, distribusi dan
konsumsi ketiganya mempunyai keterkaitan yang sangat erat dalam hal itu manusia
harus mengelola sesuatu hal sehingga memenuhi kebutuhannya. Semua aktivitas
tersebut sudah diatur dalam Al-Quran Dan Hadist. Satu-satunya pertanyaan yang
tersisa bagi manusia adalah apakah mereka ingin mendapatkan keridhoan Allah
dalam setiap apa yang dilakukan atau ingin melakukan sesuai dengan keinginan
mereka sendiri. Semua itu mendapatkan balasannya masing-masing. Dalam
makalah ini kami akan memaparkan bagaimana manusia dapat memanfaatkan
sumber daya alam sesuai ketentuan Allah dan Rasulullah sehingga manusia dapat
hidup bahagia baik di dunia maupun di akhirat.
Produksi sangat prinsip bagi kelangsungan hidup dan juga peradaban
manusia dan bumi. Sesungguhnya produksi lahir dan tumbuh dari menyatunya
manusia dengan alam. Kegiatan produksi merupakan mata rantai dari konsumsi dan
distribusi. Kegiatan produksilah yang menghasikan barang dan jasa,
kemudian dikonsumsi oleh para konsumen. Tanpa produksi maka kegiatan
ekonomi akan berhenti, begitu pula sebaliknya. Untuk menghasilkan barang dan
jasa kegiatan produksi melibatkan banyak faktor produksi. Fungsi produksi
menggambarkan hubungan antar jumlah input dengan output yang dapat
dihasilkan dalam satu waktu periode tertentu.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dari prodksi menurut ayat dan hadist?
2. Apa penafsiran ayat dan hadist sumber daya alam sebagai faktor produksi?
3. Apa ayat dan hadist pemanfaatan sumber daya alam?

iv
1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian produksi menurut ayat dan hadist
2. Mengetahui penafsiran ayat dan hadist tentang sumber daya alam sebagai
faktor produksi
3. Mengetahui apa saja ayat dan hadist yang berhubungan dengan
pemanfaaatan sumber daya alam

v
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Produksi
Kegiatan produksi dalam perspektif ekonomi Islam adalah terkait dengan
manusia dan eksistensinya dalam aktivitas ekonomi, produksi merupakan kegiatan
menciptakan kekayaan dengan pemanfaatan sumber alam oleh manusia.
Berproduksi lazim diartikan menciptakan nilai barang atau menambah nilai
terhadap sesuatu produk, barang dan jasa yang diproduksi itu haruslah hanya yang
dibolehkan dan menguntungkan (yakni halal dan baik) menurut Islam. Dengan kata
lain ada yang menyatakan bahwa pertimbangan produsen juga buka semata pada
hal yang bersifat sumber daya yang memiliki hubungan teknis dengan output,
namun juga pertimbangan kandungan berkah (non teknis) yang ada pada sumber
daya maupun output Dalam Al-Qur’an surat al-Hadid ayat 7, Allah berfirman:
‫سو ِل ِه َوأ َ ْن ِفقُوا مِ َما َجعَلَ ُك ْم ُم ْست َ ْخلَفِينَ فِي ِه ۖ فَالَذِينَ آ َمنُوا مِ ْن ُك ْم َوأَ ْنفَقُوا لَ ُه ْم‬ ِ َ ِ‫آمِ نُوا ب‬
ُ ‫اّلل َو َر‬
‫أ َ ْجر َك ِبير‬
Artinya: Berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan nafkahkanlah sebagian
dari hartamu yang Allah telah menjadikan kamu menguasainya. Maka orang-orang
yang beriman di antara kamu dan menafkahkan (sebagian) dari hartanya
memperoleh pahala yang besar. (Q.S al-Hadid ayat 7)
Ayat di atas menguraikan konsekuensi dari hal yang telah dijelaskan sebelumnya
mengenai penciptaan dan kuasa Allah dengan menyatakan: Berimanlah kamu
semua kepada Allah dan Rasul yang diutusnya dalam menyampaikan tuntunan-
tuntunanNya dan nafkahkanlah sebagian dari apa yakni harta apapun yang Dia
yakni Allah titipkan kepada kamu dan telah menjadikan kamu berwenang dalam
penggunaan-nya selama kamu masih hidup. Maka orang-orang yang beriman di
antara kamu dan berinfak walau sekadar apapun, selama sesuai dengan tuntunan
Allah, bagi mereka pahala yang besar.
Rasulullah mendorong umat Islam agar rajin bekerja untuk mencari karunia
Allah agar dapat memberi dan berbagi nikmat kepada orang lain, tidak meminta,
minta dan agar dapat memenuhi kebutuhan orang-orang yang menjadi tanggung
jawab mereka. Nabi bersabda:

5
‫ظ ْه ِر ِه‬ َ ‫علَى‬
َ ‫ب‬َ ِ‫سله َم يَقُو ُل ََل َ ْن يَ ْغد َُو أ َ َحدُ ُك ْم فَيَحْط‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ ‫صلهى ه‬
َ ُ‫َّللا‬ ِ ‫سو َل ه‬
َ ‫َّللا‬ ُ ‫سمِ ْعتُ َر‬ َ ‫ع ْن أَبِي ه َُري َْرة َ قَا َل‬ َ
ْ‫ض ُل مِ ن‬ ْ َ ْ ْ ْ ‫ه‬ َ َ َ َ َ ‫ا‬ َ ْ َ
َ ‫اس َخي ٌْر لهُ مِ ن أن يَ ْسأ َل َر ُجًل أ ْعطاهُ أ ْو َمنَعَهُ ذلِكَ فإِن اليَدَ العُليَا أف‬ ْ َ ‫ه‬ ْ
ِ ‫ِي بِ ِه مِ ن الن‬ ْ َ
َ ‫صدهقَ بِ ِه َويَ ْستغن‬ َ ‫فَيَت‬
َ
ُّ ‫ْال َي ِد ال‬
‫س ْفلَى َوا ْبدَأ َ ِب َم ْن تَعُو ُل‬

Dari Abu Hurayrah r.a., katanya, aku mendengarkan Rasulullah SAW bersabda:
“Hendaklah seseorang di antara kalian berangkat pagi-pagi sekali mencari kayu
bakar, lalu bersedekah dengannya dan menjaga diri (tidak meminta-minta) dari
manusia lebih baik dari pada meminta kepada seseorang baik ataupun tidak. Tangan
di atas lebih baik daripada tangan dibawah. Mulailah (memberi) kepada orang yang
menjadi tanggung jawabmu.” (HR. Muslim).
Hadist tersebut lebih menegaskan untuk tidak melakukan meminta-minta
walaupun orang tersebut baik atau tidak, tetap saja tidak dianjurkan. Rasulullah
menganjurkan untuk manusia umatnya bekerja sehingga dapat memenuhi
kebutuhan sendiri dan orang yang menjadi tanggung jawabnya. Bekerja disini
bukanlah sesuatu seperti kerja kantor atau sejenisnya. Namun, bekerja mencari,
membuat, berusaha untuk menghasilkan dan memanfaatkan apa yang didapatkan
sehingga bermanfaat bagi semuanya. Contohnya seperti pertanian. Apabila umat
Islam tidak mampu untuk melakukan penyuburan akan tanah maka hendaklah
diserahkan kepada orang lain agar memproduksinya.
Jangan sampai lahan produksi itu dibiarkan sehingga menggangur. Sebagaimana
Rasulullah SAW bersabda:
َ‫ع ْن َها فَ ْليَ ْمنَ ْح َها أَخَاهُ ْال ُمسل َِم َول‬
َ َ‫ع َجز‬ َ ‫َت لَهُ أَ ْرض فَ ْليَ ْز َر ْغ َها فَإِ ْن لَ ْم يَ ْستَطِ ْع أ َ ْن يَ ْز َر‬
َ ‫ع َها َو‬ ْ ‫َم ْن كَان‬
ُ‫اج ْرهَا ِإيَاه‬
ِ ‫يُ َؤ‬
“Barang siapa memiliki sebidang tanah, maka hendaknya ia menggarap dan
menanaminya. Dan bila ia tidak bisa menanaminya atau telah kerepotan untuk
menanaminya, maka hendaknya ia memberikannya kepada saudaranya sesama
muslim. Dan tidak pantas baginya untuk menyewakan tanah tersebut kepada
saudaranya.” (H.R Muslim)
Hadist ini menjelaskan faktor produksi berupa tanah yang menjadi faktor penting
dalam produksi. dan apabila tidak bisa mampu untuk di kelola atau dimakmurkan
tanah tersebut sehingga menghasilkan manfaat bagi kebutuhan maka dianjurkan
untuk menyerahkan izin untuk mengelolah tanah kepada orang lain tetapi tidak
untuk disewakan seperti yang biasa dilakukan dikalangan masyarakat sekarang ini.

6
B. Sumber Daya Alam Sebagai Faktor Produksi
Sumber Daya Alam Kekayaan alam meliputi tanah dan keadaan iklim, kekayaan
hutan kekayaan dibawah tanah (bahan pertambangan), kekayaan air.
Sumber daya alam diciptakan Allah untuk dikelola umat manusia. Seluruh isi
bumi, secara sengaja diciptakan olehNya untuk kepentingan dan kebutuhan
manusia. Allah berfirman:
‫ت َوه َُو بِ ُك ِل‬
ٍ ‫س َم َاوا‬
َ ‫س ْب َع‬ َ َ‫س َماءِ ف‬
َ ‫س َواه َُن‬ ِ ‫ه َُو الَذِي َخلَقَ لَ ُك ْم َما فِي ْاْل َ ْر‬
َ ‫ض َجمِ يعًا ث ُ َم ا ْست ََوى إِلَى ال‬
‫علِيم‬
َ ٍ‫ش ْيء‬
َ
Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia
berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. dan Dia Maha
mengetahui segala sesuatu. (Q.S al-Baqarah :29)
Ayat ini menjelaskan tidak hanya menghidupkan makhluk di dunia, tetapi Allah
juga menyiapkan sarana kehidupan di dunia seperti tanah, gunung, laut, Sungai,
untuk kelangsungan dan kenyamanan, inilah bukti bahwa Allah Maha Kuasa. Dan
dengan kekuasaan-Nya Allah dapat menghidupkan yang mati dan itu semua
diciptakan dalam keadaan sempurna dan amat teliti. Dan itu semua mudah bagi Nya
karena Dia maha mengetahui segala sesuatu.
Tanah merupakan sumber daya alam yang diperuntukan bagi manusia agar
dikelola sehingga dapat menjadi lahan produksi. Allah menempatkan manusia di
tanah (bumi) sebagai tempat untuk hidup dan ajal menjemput. Sebagaimana dalam
firman Allah:
‫ض‬ِ ‫عدُو ۖ َو َل ُك ْم فِي اْل ْ َْر‬ ٍ ‫ض ُك ْم ِل َب ْع‬
َ ‫ض‬ ُ ‫ع ْن َها فَأ َ ْخ َر َج ُه َما مِ َما َكانَ ا فِي ِه ۖ َوقُ ْلنَا ا ْه ِب‬
ُ ‫طوا َب ْع‬ َ ‫طا ُن‬ َ ‫فَأَزَ لَ ُه َما ال‬
َ ‫ش ْي‬
ٍ ِ‫ُم ْستَقَر َو َمتَ اع ِإلَى ح‬
‫ين‬
Artinya: “lalu Kedua nya di gelincirkan oleh syaitan dari surga itu dan
dikeluarkan dari keadaan semula dan kami berfirman: Turunlah kamu! sebagian
kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat dikediaman bumi,
dan kesenangan sampai waktu yang ditentukan.” (Q.S al-Baqarah: 36)
Pada arti “dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup
sampai waktu yang ditentukan”, menjelaskan kepada manusia yaitu Allah telah
menempatkan manusia di bumi sampai dia meninggal. salah satu perilaku manusia
untuk dia dapat bertahan hidup adalah dengan melakukan produksi. Maka manusia

7
yang telah memiliki akal diberikan kesempatan oleh Allah untuk mengelola alam
ini dengan sebaik-baiknya sesuai dengan ketentuan syariah.
Allah menurunkan hujan sehingga tanah atau bumi menjadi dan
menumbuhkan banyak tumbuh-tumbuhan yang dapat dikonsumsi oleh manusia dan
binatang yang ada diatasnya. Allah berfirman:
َ ‫ض َر ًۗة ً ا َِن ه‬
‫ّٰللا لَطِ يْف َخ ِبيْر‬ َ ‫ض ُم ْخ‬
ُ ‫ال ْر‬ ْ ُ ‫س َم ۤاءِ َم ۤا ۖ ًء فَت‬
َ ْ ‫ص ِب ُح‬ َ ‫اَلَ ْم ت ََر ا َ َن ه‬
َ ‫ّٰللا ا َ ْنزَ َل مِ نَ ال‬
Artinya: “Apakah kamu tiada melihat, bahwasanya Allah menurunkan air dari
langit, lalu jadilah bumi itu hijau? Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha
mengetahui.” (Q.S al-Hajj: 63)
Allah menerangkan bahwa bukan hanya tanah hijau yang Allah suburkan,
namun tanah yang mati (tandus). Allah menghidupkan tanah itu dan membuat tanah
tersebut menghasilkan biji-bijian atau manfaat untuk kehidupan manusia. Maka
dari itu, manusia harus pandai bersyukur karna Allah akan memberikan apa yang
dibutuhkan umatnya.
Adapun konsep tanah sebagai sumber daya alam mengandung arti yang luas
termasuk semua sumber yang dapat diperoleh dari udara, laut, gunung, sampai
dengan keadaan geografi, angin, dan iklim terkandung dalam cakupan makna tanah
Lebih jelasnya, tanah (land) yang merupakan sumber alam meliputi segala yang ada
didalamnya, diluar, ataupun di sekitar bumi yang menjadi sumber- sumber
ekonomi, seperti pertambangan, pasir, tanah pertanian, sungai, dan lain sebagainya.
Bumi biasa diberdayakan untuk pertanian, perternakan, pendirian kawasan industri,
perdagangan, sarana transportasi, ataupun pertambangan. Sebagaimana dari fungsi
tanah antara lain dijelaskan dalam Al- Qur’an surat as-Sajadah ayat 27 sebagai
berikut:
ُ ُ‫ض ْال ُج ُر ِز فَنُ ْخ ِر ُج بِه زَ ْرعًا ت َأ ْ ُك ُل مِ ْنهُ اَ ْنعَا ُم ُه ْم َوا َ ْنف‬
‫س ُه ًۗ ْم اَفَ َل‬ َ ْ ‫س ْو ُق ْال َم ۤا َء اِلَى‬
ِ ‫ال ْر‬ ُ َ‫ا َ َولَ ْم يَ َر ْوا اَنَا ن‬
َ‫ْص ُر ْون‬
ِ ‫يُب‬
Artinya: “Tidakkah mereka memperhatikan bahwa Kami mengarahkan (awan yang
mengandung) air ke bumi yang tandus, lalu Kami menumbuhkan dengannya (air
hujan) tanam-tanaman, sehingga hewan-hewan ternak mereka dan mereka sendiri
dapat makan darinya. Maka, mengapa mereka tidak memperhatikan?”
Ayat di atas menjelaskan tentang fungsi tanah sebagai penyerap air hujan dan
kemudian tumbuh tanaman-tanaman dengan beragam jenisnya. Tanaman itu dapat

8
dimanfaatkan manusia sebagai faktor produksi alam. Tanaman tersebut juga
dikonsumsi oleh hewan ternak, hewan ternak diambil manfaatnya (diproduksi) oleh
manusia dalam berbagai bentuk seperti diambil daging, susu dan lain sebagainya.
Dapat dilihat bahwa adanya siklus produksi seperti atas rantai makanan yang
berkesinambungan yang dilakukan harus disertai dengan prinsip efisiensi dalam
memanfaatkan seluruh hasil produksi. Mulai dari proses turunnya hujan kemudian
tumbuh tanaman, menghasilkan dedauan dan buah-buahan yang segar, lalu
dikonsumsi oleh manusia.

C. Kewajiban Pemanfaatan Sumber Daya Alam


Pada penjelasan-penjelasan sebelumnya sudah dijelaskan bahwa Allah memberikan
potensi kepada manusia untuk mengelola dan memanfaatkan akan tetapi pegelolaan
harus dilakukan secara hati-hati baik serta tidak dilakukan secara eksploitatif dan
besar-besaran. Adanya kesalahan manusia dalam memanfaatkan sumber daya alam
di atas tidak menjadi larangan bagi manusia untuk mengelola alam secara mutlak.
Tetapi yang perlu ditekankan adalah perlunya pengelolaan yang tepat dengan
memperhatikan analisis dampak lingkungan serta tidak dilakukan secara berlebih-
lebihan. Tindakan berlebih-lebihan ini disebut dalam Al-Quran dengan istilah Israf
Firman Allah:
ٍۗ ًۗۗ ‫صاد ِۖه َو َل تُس ِْرفُ ْو ًۗا اِنَه َل يُحِ ب ْال ُمس ِْرفِيْن‬
َ ‫ُكلُ ْوا مِ ْن ث َ َم ِره اِذَا اَثْ َم َر َوات ُ ْوا َحقَه يَ ْو َم َح‬
“Makanlah buahnya apabila ia berbuah dan berikanlah haknya (zakatnya) pada
waktu memetik hasilnya. Akan tetapi, janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya
Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.” (Q.S Al-An’am:141)
Ayat di atas menegaskan bahwa meskipun manusia diperkenankan untuk
memakan hasil tanamannya, tetapi janganlah bertindak berlebih-lebihan. Wahbah
al-Zuhaili menambahkan bahwa tindakan berlebih-lebihan juga dilarang dalam hal
apapun. Meskipun pada dzahir ayatnya menjelaskan tindakan makan secara
berlebih-lebihan, namun ayat ini memberikan kesan bahwa meskipun barang
tersebut merupakan milik pribadi, dalam penggunaannya tidak boleh dilakukan
secara berlebihan. Begitu pula dalam pengelolaan sumber daya alam.

9
Rasulullah menganjurkan kita agar hemat pada zat ciptaan Allah itu.
Rasulullah sendiri sudah mencontohkan bahwa beliau berwudhu biasanya
menghabiskan air sebanyak satu mud, kisaran 675gram atau 4 liter. Hal ini
sebagaimana dijelaskan dalam hadis riwayat Anas:
‫ َو َيت ََوضهأ ُ بالمد‬،ٍ‫اع إلى خمس ِة أ ْمدَاد‬
ِ ‫ص‬‫كان رسول هللا صلى هللا عليه وسلم َي ْغت َ ِس ُل بال ه‬

"Rasulullah SAW mandi menggunakan air sebanyak satu sha hingga lima mud.
Sedangkan pada saat wudhu', beliau SAW menghabiskan air sebanyak satu mud,"
(HR: Bukhari dan Muslim)
Dari hadits ini, kita dapat menyimpulkan bahwa
konsep sustainability sudah diterapkan sejak zaman Rasulullah, khususnya
dalam penggunaan air. Demikian pula, para ulama berpendapat bahwa
menghambur-hamburkan air meskipun untuk berwudhu hukumnya makruh
atau tidak disukai Allah.
َ ‫سأ َ ْلتُهُ فَأ َ ْع‬
‫طانِي ث ُ هم‬ َ ‫سأ َ ْلتُهُ فَأ َ ْع‬
َ ‫طانِي ث ُ هم‬ َ ‫سله َم فَأ َ ْع‬
َ ‫طانِي ث ُ هم‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬ ‫صلهى ه‬
َ ُ‫َّللا‬ َ ‫ي‬ ‫سأ َ ْلتُ النه ِب ه‬ َ ‫ِيم ب ِْن حِ زَ ٍام قَا َل‬
ِ ‫ع ْن َحك‬َ
‫ار ْك َلهُ فِي ِه‬َ ‫ُوركَ َلهُ فِي ِه َو َم ْن أ َ َخذَهُ ِبإِ ْش َرافِ نَ ْف ٍس َل ْم يُ َب‬ ِ ‫ب نَ ْف ٍس ب‬ ِ ‫ض َرة ٌ ُح ْل َوة ٌ فَ َم ْن أ َ َخذَهُ ِبطِ ي‬
ِ ‫ ِإ هن َهذَا ْال َما َل َح‬:َ‫قَال‬
)‫(ر َواهُ ُم ْس ِل ٌم‬ ُّ ‫و َكانَ كَالهذِي َيأ ْ ُك ُل َو ََل َي ْش َب ُع َو ْال َيدُ ْالعُ ْل َيا َخي ٌْر مِ نَ ْال َي ِد ال‬.
َ ‫س ْفلَى‬ َ

Dari hakim ibn Hizam, katanya : Aku meminta (sesuatu) kepada Nabi SAW lalu ia
memberikannya kepadaku kemudian aku memintanya lagi dan memberikan
kepadaku,lalu aku minta lagi dan ia memberiku lagi. Kamudian Nabi bersabda, “
wahai hakim, sesungguhnya harta ini hijau (indah) lagi manis. Barangsiapa yang
mengambilnya dengan jiwa yang baik, maka akan diberkahi dan barangsiapa yang
mengambilnya dengan jiwa yang boros, maka tidak akan diberkah seperti orang
yang makan tapi tidak kenyang-kenyang. Tangan di atas lebih baik dari pada tangan
di bawah. (HR. Muslim)
hadis ini menggambarkan sikap mubazir atau boros. Sesuatu hal yang berlebihan
maka Allah tidak akan memberkahinya. Menurut Idris aktivitas produksi dan
konsumsi haruslah balance atau seimbang. Dan ini juga berkaitann dengan kita
sebagai umat muslim yang Dimana kita harus menjaga sumber daya alam di bumi
dengan bersikap tidak boros dan berlebih-lebihan dalam mengelola sumber daya
alam.

10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kegiatan produksi dalam perspektif ekonomi Islam adalah terkait dengan
manusia dan eksistensinya dalam aktivitas ekonomi, produksi merupakan kegiatan
menciptakan kekayaan dengan pemanfaatan sumber alam oleh manusia. Sumber
daya alam diciptakan Allah untuk dikelola umat manusia. Seluruh isi bumi, secara
sengaja diciptakan olehNya untuk kepentingan dan kebutuhan manusia. Allah
berfirman dalam surah al-baqarah :29. “Dia-lah Allah, yang menjadikan segala
yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu
dijadikan-Nya tujuh langit. dan Dia Maha mengetahui segala sesuatu.”
Adapun konsep tanah sebagai sumber daya alam mengandung arti yang luas
termasuk semua sumber yang dapat diperoleh dari udara, laut, gunung, sampai
dengan keadaan geografi, angin, dan iklim terkandung dalam cakupan makna tanah
Lebih jelasnya, tanah (land) yang merupakan sumber alam meliputi segala yang ada
didalamnya, diluar, ataupun di sekitar bumi yang menjadi sumber- sumber
ekonomi, seperti pertambangan, pasir, tanah pertanian, sungai, dan lain sebagainya.
Bumi biasa diberdayakan untuk pertanian, perternakan, pendirian kawasan industri,
perdagangan, sarana transportasi, ataupun pertambangan
Pemanfaatan sumber daya alam perlu pengelolaan yang tepat dengan
memperhatikan analisis dampak lingkungan serta tidak dilakukan secara berlebih-
lebihan. Manusia diperkenankan untuk memakan hasil tanamannya, tetapi
janganlah bertindak berlebih-lebihan. Wahbah al-Zuhaili menambahkan bahwa
tindakan berlebih-lebihan juga dilarang dalam hal apapun.

11
DAFTAR PUSTAKA

aslaf, H. M. (2010). pemikiran ekonomi islam kontemporer. jakarta : PT


rajagrafindo persada..

Assalamah, ( 2017) Alquran dan Terjemahannya, Semarang: CV. Asy-Syifa’,

Idris. (2015). Hadist Ekonomi "Ekonomi Dalam presfektif Nabi". jakarta:


prenadamedia Group.

lubis, R. f. (2017). WAWASAN AYAT-AYAT AL-QUR’AN DAN HADIS


TENTANG PRODUKSI. 136-152.

Al-Bukhari, Sahih, (Maktabah al-Syamilah : sahih al-Bukhari, ta’liq Muhammad

Fuad Abd al-Baqi

Quraish, M. (2002). Tafsir Al Misbah . Jakarta: Lentera Hati .

12

Anda mungkin juga menyukai