Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH HADIS EKONOMI

HADIS RIWAYAT BUKHARI


“ REALISASI IMAN DALAM MENGHADAPI TAMU ”
Makalah ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hadis Ekonomi
Dosen Pengampuh : Dr. Sulaemang L, M.Th.I

DI SUSUN OLEH :

 Nama : NURUL FADILLAH K.HAMZAH


 Nim : 2021050101113
 No Urut : 36
 PRODI/SMT : EKONOMI SYARIAH B/2

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) KENDARI
TAHUN AKADEMIK 2021/2022

i
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Puja dan Puji
syukur kami panjatkan kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan Rahmat, Hidayah, dan
Inayah-Nya sehingga kami dapat merampungkan penyusunan makalah Hadis Ekonomi
dengan judul “HADIS RIWAYAT BUKHARI REALISASI IMAN DALAM
MENGHADAPI TAMU”.Penulisan makalah ini telah semaksimal mungkin kami
upayakan dan didukung bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar dalam
penyusunannya. Untuk itu tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah ini.Namun tidak lepas dari semua
itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat kekurangan baik dari segi
penyusunan bahasa dan aspek lainnya.Oleh karena itu, dengan lapang dada kami membuka
selebar-lebarnya pintu bagi pembaca yang ingin memberi saran maupun kritik demi
memperbaiki makalah ini.

BARUGA, 15 April 2022

NURUL FADILLAH K.HAMZAH

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................................iii
BAB I.................................................................................................................................................i
PENDAHULUAN.............................................................................................................................i
A. Latar Belakang Masalah............................................................................................................ii
B. Rumusa Masalah.........................................................................................................................ii
C. Tujuan Penulisan........................................................................................................................ii
BAB 2...............................................................................................................................................iii
PEMBAHASAN..............................................................................................................................iii
A.Iman dan Hakikatnya.................................................................................................................iii
B. Hadist realisasi iman dalam menghadapi tamu.......................................................................iii
C. Adab memuliakan tamu.............................................................................................................v
BAB III...........................................................................................................................................viii
PENUTUP......................................................................................................................................viii
A.Kesimpulan................................................................................................................................viii
B.Penutup........................................................................................................................................ix
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................ix

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Seorang mukmin yang ingin mendapat ridha Allah Swt., harus berusaha untuk
melakukan perbuatan-perbuatan yang diridhain-Nya. Salah satunya adalah mencintai
sesama saudaranya seiman seperti ia mencintai dirinya. Islam sangat menghargai
persaudaraan dalam arti sebenarnya. Persaudaraan yang datang dari hati nurani, yang
dasarnya keimanan bukan hal-hal lain sehingga betul-betul merupakn persaudaraan murni
dan suci. Orang yang mencintai saudaranya karena Allah akan memandang bahwa dirinya
merupakan salah satu anggota masyarakat, yang harus membangun suatu tatanan untuk
kebahagiaan bersama apapun yang dirasakan oleh saudaranya, baik kebahagiaan maupun
kesengsaraan. Persaudaraan yang mencerminkan betapa kokoh dan kuatnya keimanan
seseorang, ia selalu siap menolong saudaranya seiman tanpa diminta bahkan tidak jarang
mengorbankan kepentingannya sendiri demi menolong saudaranya. Perbuatan baik seperti
itulah yang akan mendapat pahala besar disisi Allah Swt.

B. Rumusan Masalah

1. Iman dan hakikatnya?


2. Bagaimana Hadis tentang Realisasi Iman dalam Menghadapi Tamu?
3. Bagaimana adab memumuliakan tamu?

C. Tujuan Penulisan

1. Kita mengetahui iman dan hakikatnya?


2. Supaya kita mengetahui bagaimana hadis tentang realisasi iman dalam
menghadapi tamu?
3. Agar kita mengetahui adab memuliakan tamu

i
BAB 2

PEMBAHASAN
A. Iman dan Hakikatnya

Allah Swt., telah menjelaskan kepada hamba-Nya mengenai hakikat keimanan yang
menjadi syarat diterimanya amal dan terwujudnya apa yang telah dijanjikan oleh Allah
Swt.Selanjutnya dikatakan bahwa hakikat iman adalah Iman adalah Keyakinan dan
Perbuatan
Iman yang berasal dari bahasa Arab ini memang mempunyai arti keyakinan, dan
tersirat adanya perbuatan. Iman yang diucapkan dengan lisan saja belum menghasilkan
apa-apa. Oleh karena itu, dalam realisasinya iman itu perlu adanya perbuatan sesuai
dengan yang kita yakini. Misalnya kita beriman adanya Allah Swt, maka untuk
membuktikannya kita harus mematuhi segala yang diperintahkan oleh Allah Swt.

B. Hadist realisasi iman dalam menghadapi tamu

َ ?‫ح ع َْن َأبِي هُ َر ْي‬


ِ ‫?رةَ قَ??ا َل قَ??ا َل َر ُس?و ُل هَّللا‬ ٍ ِ‫ص?ال‬َ ‫ين ع َْن َأبِي‬ ٍ ?‫ص‬ِ ‫ص ع َْن َأبِي َح‬ ِ ‫َح َّدثَنَا قُتَ ْيبَةُ بْنُ َس ِعي ٍد َح َّدثَنَا َأبُو اَألحْ? َو‬
ُ ‫صلَّى هَّللا‬َ ‫اآلخ ِر فَالَ يُْؤ ِذ َجا َرهُ َو َم ْن َكانَ يُْؤ ِمنُ بِاهَّلل ِ َو ْاليَوْ ِم اآل ِخ ِر فَ ْليُ ْك ِر ْم‬
ِ ‫َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َم ْن َكانَ يُْؤ ِمنُ بِاهَّلل ِ َو ْاليَوْ ِم‬
َ‫ض ْيفَهُ َو َم ْن َكان‬
َ ْ ‫يُْؤ ِمنُ بِاهَّلل ِ َو ْاليَوْ ِم اآل ِخ ِر فَ ْليَقُلْ خَ ْيرًا َأوْ لِيَصْ ُم‬
)‫ (رواه البخارى‬.‫ت‬

Artinya: Qutaibah bin Sa’id telah menceritakan kepada kami, Abu al-Ahwash telah
menceritakan kepada kami, dari Abu Hashin, dari Abu Shalih, dari Abu Hurairah
r.a, ia berkata: Rasulullah saw. telah bersabda: “Barangsiapa yang beriman kepada
Allah dan hari akhir, hendaklah memuliakan tamunya; barangsiapa yang beriman
kepada Allah dan hari akhir, hendaklah berbuat baik kepada tetangganya, dan
baranKetiga ciri yang digsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir,
hendaklah berkata baik atau diam” (H.R. Bukhori)

ii
Hadis di atas menyebutkan tiga di antara sekian banyak ciri dan sekaligus
konsekuensi dari pengakuan keimanan seseorang kepada Allah swt. dan hari akhirat.
maksudkan adalah: memuliakan tamu, menghormati tetangga, dan berbicara yang
baik atau diam. Meskipun keimanan kepada Allah dan hari akhirat merupakan
perbuatan yang bersifat abstrak, namun keimanan tidak berhenti sebatas pengakuan,
tetapi harus diaplikasikan dalam bentuk-bentuk nyata. Hadis di atas hanya
menyebutkan tiga indikator yang menggambarkan sikap seorang yang beriman, dan
tidak berarti bahwa segala indikator keberimanan seseorang sudah tercakup dalam
hadis tersebut.
Demikian pula, ciri-ciri orang beriman yang disebutkan dalam hadis di atas tidaklah
berarti bahwa orang yang tidak memenuhi hal itu diklaim sebagai orang yang keluar
dari keimanan, sehingga orang yang tidak memuliakan tamu dan tetangga, serta tidak
berkata yang baik dianggap tidak beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Maksud
hadis di atas bahwa ketiga sifat yang disebutkan dalam hadis termasuk aspek
pelengkap keimanan kepada Allah dan hari akhir-Nya. Ketiga sifat tersebut di atas
jika diwujudkan dengan baik, mempunyai arti sangat besar dalam kehidupan sosial.

Ciri orang beriman yang disebutkan dalam hadis di atas, adakalanya terkait dengan
hak-hak Allah swt., yaitu melaksanakan kewajiban-kewajiban dan meninggalkan
larangan-larangan, seperti diam atau berkata baik, dan adakalanya terkait dengan
hak-hak hamba-Nya, seperti tidak menyakiti tetangga dan memuliakan tamu.

Maksud memuliakan tamu dalm hadis diatas mencakup perseorangan maupun


kelompok. Tentu saja hal ini dilakukan berdasarkan kemampuan,bukan karna riya.
Dalam syari’at islam,batas memuliakan tamu adalah tiga hari tiga malam,sedangkan
selebihnya merupakan sedekah, hal itu didasarkan pada hadis Rasulullah SAW.:

iii
‫ سمعت رسول الل‬:‫عن ابى ثر يح خو يلد بن عمرو ( الخزاعى) رضيا هلل عنه قال‬
:‫ال‬RR‫ ق‬,‫ه‬RR‫ا عزت‬RR‫يفه ج‬RR‫رم ض‬RR‫ر فليك‬RR‫وم االخ‬RR‫ا هلل والي‬RR‫و من ب‬RR‫ان ي‬RR‫ من ك‬:‫ول‬RR‫لّم يق‬R‫ه وس‬RR‫ل هللا علي‬RR‫ص‬
. ‫ه‬RR‫ة علي‬RR‫د ق‬RR‫ فما كا ن وراء ذ لك فهم ص‬, ‫ضيا فة ثال ثة اياّم‬
ّ ‫ يومه وليلته وال‬:‫يارسوالهلل ؟ وماجا عزته؟ قال‬
‫> < متفق عليه‬

Artinya:
“Abu syuaih (khuwailid) bin Amru Al- khuza ‘ir r.a. berkata ,saya telah
mendengar Rasulullah SAW. bersabda ‘siapa yang percaya kepada Allah dan hari
kemudian ,ia harus menghormati tamunya pada bagian keistimewaannya. Sahabat
bertanya, “Apakah yang dimaksud dengan keistimewaannya itu? Jawab Nabi,
hormat tamu itu sampai tiga hari, sedangkan selebihnya dari shadaqah.”(Mutafaq
Alaih)

Diantara hal-hal yan harus diperhatikan dalam memuliakan tamu adalah


memberikan sambutan yang hangat. Hal ini akan lebih baik dari pada di sambut
hidangan yang mahal-mahal, tetapi dengan muka masam dan kecut. Namun dalm
menjamu tamunya ini haruslah sesuai dengan kemampuan. Seandainya kedatangan
tamu yang bermaksud meminta tolong tentang suatu masalah atau kesulitan, sebagai
orang muslim kita harus memberinya bantuan semampunya. Apabila tamunya tidak
mengatakan suatu kebutuhan, tetapi kita mengetahui bahwa tamu tersebut dalam
keadaan kafir,sedangkan kita mampu,berilah bantuan apalagi kalau tamu tersebut
masih kerabat. Dan sebaiknya pihak tamu pun harus mengerti ketentuan bertamu
dalam islam.

C. Adab memuliakan tamu

Dikutip dari buku Adab Bertamu oleh Alik al Adhim, dalam memuliakan tamu ada
beberapa cara yaitu:
 Disunnahkan menyambut tamu dengan mengucapkan selamat datang kepada
mereka.
 Menghormati dan menyediakan hidangan untuk tamu semampunya saja.

iv
 Dalam pelayanannya, diniatkan untuk memberikan kegembiraan.

Dalam hadist riwayat Muslim dan Bukhari, Rasulullah SAW bersabda:

َ ‫ألخ ِر فَ ْليُ ْك ِر ْم‬


ُ‫ض ْيفَه‬ ِ ‫َم ْن َكانَ يُْؤ ِمنُ بِاهللِ َو ْاليَوْ ِم ْا‬

Artinya: “Barang siapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaknya ia
memuliakan tamunya.’’

Hadist ini memberikan penjelasan bahwa ada kaitan antara iman seseorang dan
memuliakan tamu. Islam memandang memuliakan tamu tidak hanya sebagai faktor
penting dalam membangun kehidupan manusia, tetapi juga menjadi ukuran keimanan
seseorang. Memuliakan tamu juga dicontohkan oleh Nabi Ibrahim AS. Dikutip dari
buku Informasi Kapuas 2019 Oleh Jum'atil Fajar, kisah ini tercantum dalam Alquran
pada Surat Adh-Daariyat ayat 24-27. “Sudah sampai kepadamu (Muhammad) cerita
tentang tamu Ibrahim (yaitu malaikat-malaikat) yang dimuliakan? (Ingatlah) ketika
mereka masuk ke tempatnya lalu mengucapkan: Salamun. Ibrahim menjawab:
Salamamun (kamu) adalah orang-orang yang tidak dikenal. Maka dia pergi dengan
diam-diam menemui keluarganya, kemudian dibawanya daging anak sapi gemuk.
Lalu dihidangkannya kepada mereka. Ibrahim lalu berkata: Silakan Anda makan.”

Dari ayat di atas, dapat diketahui salah satu sifat mulia Nabi Ibrahim adalah senang
memuliakan tamu, padahal beliau tidak kenal dengan tamunya. Beliau tidak tahu
bahwa tamu tersebut adalah malaikat, tapi ia tetap memperlakukan mereka dengan
istimewa.

Selanjutnya, ada beberapa adab memuliakan tamu dalam Islam. Dikutip dari buku
Adab Bertamu oleh Alik al Adhim, dalam memuliakan tamu ada beberapa cara yaitu:

1. Disunnahkan menyambut tamu dengan mengucapkan selamat datang kepada


mereka.
2. Menghormati dan menyediakan hidangan untuk tamu semampunya saja. Akan
tetapi, tetap berusaha sebaik mungkin untuk menyediakan hidangan terbaik.
3. Dalam pelayanannya, diniatkan untuk memberikan kegembiraan.

v
4. Mendahulukan tamu yang lebih tua daripada tamu yang lebih muda, sebagaimana
sabda dari Rasulullah SAW berikut:

"Barang siapa yang tidak mengasihi yang lebih kecil dari kami serta tidak
menghormati yang lebih tua dari kami bukanlah golongan kami." (HR Bukhari
dalam kitab Adabul Mufrad)

5. Mempercepat untuk menghidangkan makanan bagi tamu, karena hal tersebut


merupakan penghormatan bagi mereka.
6. Di antara adab orang yang memberikan hidangan ialah mengajak mereka
berbincang-bincang dengan topik yang menyenangkan, tidak tidur sebelum mereka
tidur, tidak mengeluhkan kehadiran mereka, bermuka manis ketika mereka datang,
dan merasa kehilangan tatkala pamitan pulang.
7. Tidak membereskan hidangan sebelum tamu selesai menikmati.
8. Setidaknya mengantarkan tamu saat hendak mau pulang hingga ke depan rumah.
9. Tidak mengkhususkan mengundang orang-orang kaya saja tanpa mengundang
orang miskin. Ini sesuai dengan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:

“Sejelek-jelek makanan adalah makanan walimah di mana orang-orang kayanya


diundang dan orang-orang miskinnya ditinggalkan.” (HR. Bukhari Muslim)

vi
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Salah satu kesempurnaan iman seorang mukmin adalah mencintai saudaranya


sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri. hal itu direalisasikan dalam kehidupan
sehari-hari dengan berusaha untuk menolong dan merasakan kesusahan maupun
kebahagiaan saudaranya seiman yang didasarkan atas keimanan yang teguh kepada
allah swt 
Diantara ciri kesempurnaan iman seseorang adalah tidak mau menyakiti saudaranya
seiman selain itu, ia pun berusaha untuk berhijrah (pindah )dari melakukan perbuatan
yang dilaranga Allah kepada perbuaytan yang diridhai-Nya .
Untuk keesempurnaan iman dan sebagai salah satu tanda keimanan kepada Allah
SWT. dan hari akhir, seorang  mukmin  harus memuliakan tetangga, tamu, dan berkata
atau diam.

B. Penutup

Demikianlah isi dari makalah saya ini. Dan saya sangat menyadari bahwa dalam
penulisan maupun penyusunan makalah ini terdapat banyak kesalahan dan kekurangan.
Untuk itu, saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari
para pembaca demi perbaikan makalah ini agar menjadi lebih baik lagi selanjutnya.
Akhirnya, saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam penulisan kata-
kata, dan kepada semua pihak yang telah membantu saya dalam penyelesaian
makalah ini saya ucapkan terima kasih.

vii
DAFTAR PUSTAKA

Mardani. Hadis Ahkam, Jakarta: Rajawali Pera, 2012.

Sumber:http://kiflipaputungan.wordpress.com/2010/03/29/realisasi-iman-dalam-
kehidupan-sosial/

Sumber: http://www.elitha-eri.net/2007/06/28/biografi-singkat-abu-hurairah/

Sumber: http://yuari.wordpress.com/2008/01/10/imam-ibnu-majah-perawi-hadis-dan-ahli-
sejarah/

http://pmiitebo.blogspot.com/2011/11/makalah-hadits-realisasi-iman-dalam.html

http://rumpit.wordpress.com/2010/03/29/realisasi-iman-dalam-kehidupan-sosial/

viii

Anda mungkin juga menyukai