Disusun oleh :
Diva Mumtazah Putri Zulferry (0502201019)
Nabila Huwaidaa (0502201049)
Rizul Aulia (0502202004)
Haya Fadiyah Hanin (0502202021)
Segala puji kami panjatkan hanya kepada Allah SWT yang telah memberikan hidayah
dan taufik-Nya, sehingga kami dapat menyusun makalah ini. Rahmat dan salam semoga
dilimpahkan-Nya kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW dan kepada para keluarganya,
para sahabatnya, serta para pengikutnya sampai hari kiamat.
Tentu saja dalam penyusunan makalah ini masih terdapat kekurangan baik didalam
penyajiannya maupun teknis penyusunannya. Oleh sebab itu, kritik dan saran dari berbagai pihak
yang sifatnya membangun senantiasa kami harapkan.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................. ii
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................... 1
A. Latar Belakang.......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah..................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan ..................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................... 2
A. Hadis Tentang Mencintai Sesama Muslim ................................................... 2
B. Iman dan Hakikatnya..................................................................................... 3
C. Hadis Tentang Ciri-Ciri Seorang Muslim Tidak Menggangu Orang
Lain........................................................................................................................ 4
D. Hadis Tentang Realisasi Iman dalam Menghadapi Tamu ........................... 5
BAB III PENUTUP ..................................................................................... 9
A. Kesimpulan ............................................................................... 9
B. Saran .......................................................................................... 9
DAFTAR
PUSTAKA ...................................................................................................... 10
BAB I
PENDAHULUAN
Seorang mukmin yang ingin mendapat ridha Allah Swt., harus berusaha untuk melakukan
perbuatan-perbuatan yang diridhain-Nya. Salah satunya adalah mencintai sesama saudaranya
seiman seperti ia mencintai dirinya. Islam sangat menghargai persaudaraan dalam arti
sebenarnya. Persaudaraan yang datang dari hati nurani, yang dasarnya keimanan bukan hal-hal
lain sehingga betul-betul merupakn persaudaraan murni dan suci. Orang yang mencintai
saudaranya karena Allah akan memandang bahwa dirinya merupakan salah satu anggota
masyarakat, yang harus membangun suatu tatanan untuk kebahagiaan bersama apapun yang
dirasakan oleh saudaranya, baik kebahagiaan maupun kesengsaraan. Persaudaraan yang
mencerminkan betapa kokoh dan kuatnya keimanan seseorang, ia selalu siap menolong
saudaranya seiman tanpa diminta bahkan tidak jarang mengorbankan kepentingannya sendiri
demi menolong saudaranya. Perbuatan baik seperti itulah yang akan mendapat pahala besar disisi
Allah Swt.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
Syarah Hadis
ال يؤ من احد كم Artinya tidak sempurna iman salah seorang dari kamu sekalian. Penafsian
(peniadaan) di sini untuk menafikan (menindakan) kesempurnaan. Bukan manafikkan asal iman.
حتى يحب Kata “ ”حتىbermakna sampai, berarti makna hadis di atas “n sampai ia mencintai
saudaranya.
ال خيه Maksudnya adalah saudara semuslim
يحبما لنفسه maknanya, sesuatu yang ia cintai untuk dirinya berupa kebaikan, keselamatan
dan pembelaaan kehormatan serta yang lainnya.
Dalam hadis lain disebutkan sebagai berikut:
ه منjjون احب اليjjتى اكjjدكم حjj فو الدي نفسى بيده اليؤمن اح: قال النبي صلى هللا عليه وسلم,عن ابي هريرة رضي هللا عنه قال
)والده وولده (رواه البخاري
Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Nabi Saw. telah bersabda: “demi zat yang diriku
ditangan-Nya, seseorang tidak beriman hingga aku lebih ia cintai dari pada orang tua dan
anaknya”. (H.R Bukhari).
Hadis di atas menggambarkan bahwa Islam sangat menghargai persaudaraan dalam arti
sebenarnya. Persaudaraan yang datang dari hati nurani, yang dasarnya keimanan dan bukan hal-
hal lain, sehingga betul-betul merupakan persaudaraan murni dan suci.
Dalam kaitan ini Rachmat Syafi’i mengutip hadis riwayat Muslim:
اين المتحابون بجال لي اليوم:ان هللا تعالى يقول يوم القيامة:قل رسول هللا صلى هللا عليه وسلم:عن ابى هريرة رضي هللا عنه قال
)اظلهم في ظلي يوم ال ظل اال ظلي (روه مسلم
Dari Abu Hurairah r.a ia berkata: rasulullah Saw. telah bersabda: pada hari kiamat Allah Swt.
akan berfirman: “dimanakah orang yang saling berkasih sayang karena kebesaran-Ku, kini aku
naungi di bawah naungan-Ku, pada saat tiada naungan, kecuali naungan-Ku” (H.R Muslim).
B. Iman dan Hakikatnya
Allah Swt., telah menjelaskan kepada hamba-Nya mengenai hakikat keimanan yang
menjadi syarat diterimanya amal dan terwujudnya apa yang telah dijanjikan oleh Allah Swt.
Selanjutnya dikatakan bahwa hakikat iman adalah:
2. Macam-macam Perbuatan
a. Perbuatan hati, misalnya kita takut kepada Allah, beribadah kepada-Nya dan bertawakal
kepada-Nya;
b. Perbuatan lidah, misalnya mengucapkan dua kalimat syahadat, bertasbih, beristighfar, dan
berdakwah;
c. Perbuatan anggota badan, misalnya shalat, zakat, puasa, jihad di jalan Allah, mencari ilmu
karena Allah, berdagang, bertani, dan bekerja di bidang industri dalam rangka melaksanakan
perintah Allah untuk mengelola bumi sesuai dengan ajaran-ajaran Islam.
C. Hadis Tentang Ciri-Ciri Seorang Muslim Tidak Mengganggu Orang Lain
انهى هللاjjاجر مjjاجر من هjj المسلم من سلم المسلمون من لسانه ويده والمه:عن عبدهللا بن عمر عن النبي صلى هللا عليه وسلم قل
)عنه (روه البخاري وابو داود والنسائ
Dari Abdullah bin Umar berkata, bahwa Nabi saw, telah bersabda: “Seorang muslim adalah
orang yang menyebabkan orang-orang ( islam yang lain) selamat dari lisan dan tangannya, dan
orang yanghijrah adalah orang yang berpindah dari apa yang telah dilarangoleh Allah swt.
(H.R Bukhari, Abu Dawud, dan Nasa”i)
Penjelasan:
Hadits di atas mengandung dua pokok bahasan, yakni tentang hakikat seorang muslim,
dalam membina hubungan dengan sesama muslim dalam kehidupannya sehari-hari. Juga
menjelaskan tentang hakikat hijrah dalam perspektif Islam.
Seorang muslim dalam bertindak dan bersikap senantiasa berbuat adil dan tidak
menyinggung perasaan orang lain. Dia sangat hati-hati dalam berbicara dan berbuat.
Seorang muslim idealnya tidak boleh menyakiti saudaranya sendiri, baik dengan cara
menghina, memfitnah maupun menjelek-jelekan saudaranya dihadapan orang lain. Dalam hadis
di atas adalah memberi motivasi agar umat Islam senantiasa berlaku baik terhadap sesamanya
muslim dan tidak menyakitinya, baik secara fisik maupun hati. Mengingat pentingnya hubungan
baik dengan sesama muslim, maka Rasulullah saw. menggambarkannya sebagai ciri tingkat
keislaman seseorang. Orang yang tidak memberikan rasa tenang dan nyaman terhadap
sesamanya muslim dikategorikan orang muslim sejati. Inilah ciri-ciri muslim yang tidak
mengganggu orang lain.
Oleh sebab itu, seorang muslim yang sejati harus mampu menjaga dirinya sehingga orang
lain selamat dari kezaliman atau perbuatan jelek tangan dan mulutnya. Dengan kata lain, ia harus
berusaha agar saudaranya sesama muslim tidak merasa disakiti oleh tangannya, baik fisik seperti
dengan memukulnya, merusak harta bendanya, dan lain-lain ataupun dengan lisannya.
Secara tekstual hadis di atas menyebutkan bahwa hijrah yang sesungguhnya adalah
meninggalkan apa yang dimurkai Allah swt. Pengertian itu pulalah yang terkandung dalam hijrah
Rasulullah saw., yaitu meninggalkan tanah tumpah darahnya karena mencari daerah aman yang
dapat menjamin terlaksananya ketaatan kepada Allah Swt. Oleh sebab itu, orang yang
meninggalkan kampung halaman dan berpindah ke daerah yang tidak ada jaminan bagi
terlaksananya ketaatan kepada Allah tidak termasuk dalam pengertian hijrah dalam pengertian
syariat, meskipun secara bahasa mengandung pengertian tersebut.
Dalam hadits riwayat Tirmidzi disebutkan bahwa nabi telah bersabda:
نjjدث حسjj ح.هjjا ال يعنjjه مjjرء تركjjالم المjjن اسjj من حس:قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم:عن ابى هريرة رضي هللا عنه قال
)(روه الترمدي وغيره
Dari Abi Hurairah r.a ia berkata: Rasulullah saw. Bersabda : “Diantara baiknya keislaman
seseorang adalah ia meninggalkan apa yang tidak berguna baginya. Hadits Hasan ( H.R
Tirmidzi dan lainnya).
Hadits di atas diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dalam az-Zuhd, Bab: “Hadis-Hadits
tentang siapa yang berbicara mengenai apa yang tidak berguna baginya”, 2318. Hadits ini shohih
berdasarkan berbagai syahidnya. Lihat cetakan Darul Makmun, hal 46.
Pelajaran yang Terkandung dalam Hadits di atas
Setiap muslim idealnya dapat mengisi waktunya dengan kegiatan yang membawa kepada
kebaikan dirinya di dunia atau di akhirat serta berpaling dari hal-hal yang tidak berguna baginya,
apalagi hal yang membahayakan dan menyakitkan dirinya, serta jangan pula ia ikut campur
urusan orang lain, karena itu semua merupakan pertanda sempurnanya keistiqamahan dirinya.
من كان يؤمن باهلل واليوم االخر فليكرم ضيفه ومن كان: قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم:عن ابى هريرة رضي هللا عنه قال
يؤمن باهللا واليوم االخر فليحسن الى جاره ومن كان يؤمن باهلل واليوم االخر فليقل خيرا اوليصمت متفق عليه
Dari Abu Huarairah r.a. ia berkata, bahwa Rasulallah saw., bersabda: “Barang siapa yang
beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia menghormati tamunya, dan barng
siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhirat hendaklah bebuat baik kepada tetangganya,
dan barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhirat maka hendaklah ia berkata yang
baik atau lebih baik diam (Hadits dikeluarkan oleh Bukhari dan Muslim).
Hadits di atas menerangkan bahwa ada tiga perkara yang didasarkan atas keimanan
seseorang kepada Allah dari hari akhir, yaitu :
1. Memuliakan Tamu
Yang dimaksud dengan memuliakan tamu adalah memperbaiki pelayanan terhadap
mereka sebaik mungkin. Pelayanan yang baik tentu saja dilakukan berdasarkan kemampuan dan
tidak memaksakan di luar dari kemampuan. Dalam sejumlah hadis dijelaskan bahwa batas
kewajiban memuliakan tamu adalah tiga hari tiga malam. Pelayanan lebih dari tiga hari tersebut
termasuk sedekah. Hal itu didasarkan pada sabda Rasulullah saw.:
ا هللاjjمن كان يؤمن ب: سمعت رسول هللا صلى هللا عليه وسلم يقول:عن ابى شريح خويلد بن عمر و لخزاعي رضي هللا عنه قال
ك فهمjjان وراء دلjjا كjjفم,امjjة ايjjيافة ثالثjjه والضjjيومه وليلت:يا رسول هللا؟وماجاىزته؟قال:قال,واليوم االخر فاليكرم ضيفه جاىزته
صدقة عليه
Abu syuraih Khuwailid bin Amru Al-Khuzai’ir r.a., berkata, saya telah mendengar Rasulullah
Saw. bersabda, “siapa yang percaya kepada Allah dan hari akhir, ia harus menghormati tamunya
pada bagian keistimewaannya. Sahabat bertanya, “apakah yang dimaksud dengan keistimewaan
itu? Jawab Nabi, “hormati tamu itu sampai tiga hari, sedangkan selebihnya dari sadaqah”.
Jika ketentuan-ketentuan seperti disebutkan di atas dilaksanakan oleh segenap umat
Islam, maka dengan sendirinya terjalin keharmonisan di kalangan umat Islam. Keharmonisan di
antara umat Islam merupakan modal utama dalam menciptakan masyarakat yang aman dan
damai.
2. Menghormati Tetangga
Maksud tetangga disini adalah umum, baik yang dekat maupun jauh, muslim, kafir, ahli
ibadah, orang fasik, musuh dan lain-lain. Yang bertempat tinggal dilingkungan rumah kita.
Berbuat baik kepada tetangga itu dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya memberikan
pertolongan, menengoknya saat sakit, melayat saat ada keluarganya yang meninggal dan lain-
lain.
Selain itu, diharuskan pula menjaga mereka dari ancaman, gangguan dan bahaya. Dalam
hadis lain yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari Siti ‘Aisyah. Nabi SAW. menggambarkan
pentingnya memuliakan tetangga sebagai berikut:
َك ع َْن يَحْ يَى ْب ِن َس ِعي ٍد قَا َل أَ ْخبَ َرنِي أَبُو بَ ْك ِر بْنُ ُم َح َّم ٍد ع َْن َع ْم َرةَ ع َْن عَائِ َشة ٌ ِس قَا َل َح َّدثَنِي َمال ٍ َح َّدثَنَا إِ ْس َما ِعي ُل بْنُ أَبِي أُ َو ْي
ُت أَنَّهُ َسي َُو ِّرثه
ُ ار َحتَّى ظَنَ ْن ْ
ِ صينِي ِجب ِْري ُل بِال َج َّ هَّللا
ِ صلى ُ َعلَ ْي ِه َو َسل َم قَا َل َما زَ ا َل يُو َّ َ ض َي هَّللا ُ َع ْنهَا ع َْن النَّبِ ِّي
ِ َر
Isma’il bin Abi Uways telah menceritakan kepada kami, ia berkata bahwa Malik telah
menceritakan kepadaku, dari Yahya bin Sa’id, ia berkata Abu Bakar bin Muhammad telah
mengabarkan kepadaku dari ‘Amrah, dari ‘Aisyah r.a. bahwa Nabi saw. bersabda: “Malaikat
Jibril senantiasa berwasiat kepadaku (untuk memuliakan) tetangga sehingga aku menyangka
bahwa Jibril akan memberi kepada tetangga hak waris”. (H.R.Bukhari)
Dari An-Nawas bin Sam’an ra., berkata: saya bertanya kepada Rasulallah saw., tentang bakti
dan dosa, Rasulallah menjawab: “Bakti itu adalah baik budi pekerti dan dosa itu ialah semua
hal yang meragukan hati dan tidak suka diketahui orang” (H.R. Muslim).
Yang dimaksud dengan ungkapan al-Birru Husnul Khuluqi adalah semua tingkah laku
atau perbuatan dan perkataan yang baik (ma’ruf) itu, merupakan budi pekerti atau akhlak yang
terpuji, termasuk di dalamnya berbuat baik terhadap tetangga.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam mencintai seorang mukmin, harus didasari lillah. Oleh karena itu, harus tetap
memperhatikan rambu-rambu syara’. Tidaklah benar, dengan alasan mencintai saudaranya
seiman sehingga ia mau menolong saudaranya tersebut dalam berlaku maksiat dan dosa kepada
Allah Swt. Ciri kesempurnaan iman seseorang adalah bahwa ia mencintai sesamanya seperti
mencintai dirinya sendiri. Kecintaan yang dimaksudkan termasuk di dalam rasa bahagia jika
melihat sesamanya muslim mendapatkan kebaikan yang ia senangi, dan tidak senang jika
sesamanya muslim mendapat kesulitan dan musibah yang ia sendiri membencinya.
B. Saran
Dalam penyusunan makalah ini masih terdapat kekurangan baik didalam penyajiannya
maupun teknis penyusunannya. Oleh sebab itu, kritik dan saran dari berbagai pihak yang sifatnya
membangun senantiasa kami harapkan.
DAFTAR PUSTAKA