Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

REALISASI IMAN DALAM MENGHADAPI TAMU DAN TETANGGA

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Akidah Akhlak


Dosen Pengampu: Luthfi Fadilah, M.Pd

Disusun Oleh:

Aprilia Evita 2322600


Azizah Baiti Ningrum 232260069

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS MA’ARIF LAMPUNG
TAHUN AKADEMIK 2023/2024
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .........................................................................................i


KATA PENGANTAR .......................................................................................ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................1
A. Latar Belakang .............................................................................................1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................1
C. Tujuan ..........................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................2
A. Pengertian Iman ...........................................................................................2
B. Cinta Sesama Muslim Sebagian Dari Iman .................................................3
C. Ciri Seorang Muslim Tidak Mengganggu Orang Lain ................................4
D. Realisasi Iman dalam Menghadapi Tamu dan Tetangga .............................7
E. Bertutur Kata Yang Baik Atau Diam ...........................................................11
BAB III PENUTUP ...........................................................................................13
A. Kesimpulan ..................................................................................................13
B. Saran ............................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA

ii
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh

Segala puji bagi Allah SWT,yang telah memberi nikmat,rahmat serta hidayah-
Nya.Sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “ Realisasi
Iman Dalam Menghadapi Tamu Dan Tetangga” dengan tepat waktu. Makalah
ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Akidah Ahklak. FakultasTarbiyah dan
ilmu keguruan pada semester dua.

Kami ucapkan terimakasih kepada Ibu Luthfi Fadillah M.Pd selaku dosen
pembimbing Mata kuliah Akidah Akhlak dan kepada segenap pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini.

Akhirnya kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih ada
banyak kekurangan,maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran yang
konstruktif dari pembaca dapat bermanfaat bagi kita semua.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Cinta sesama muslim sebagian dari iman, muslim itu saudara muslim,
Nabi SAW bersabda: Agama islam memang lah ampuh, saat manusia
memperbanyak perang antar kelompok ,islam justru mempersatukannya
(kelompok /suku kabilah) dan diganti dengan ikatan akidah, kita pun
dikenalkan dengan istilah ukhuwah islamiyyah, persaudaraan islam salah satu
tandanya adalah mencintai sesama muslim Nabi SAW,bersabda: “belum
sempurna iman seseorang sampai ia mencintai saudaranya seperti ia mencintai
dirinya sendiri
Berangkat dari hadis diatas kita mencoba mengulas lebih dalam tentang
realisasi iman dalam kehidupan sosial. Dengan menyajikan hadis-hadis tentang
cinta sesama muslim dan cara-cara berperilaku /bersosialisasi dengan muslim
yang lain.

B. Rumusan Masalah
Untuk membatasi pembahasan dan mempermudah dalam penyajian
makalah ini, penulis menyusun rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian iman itu?
2. Apa yang dimaksud dengan cinta sesama muslim ?
3. Apa ciri seorang muslim tidak mengganggu orang lain ?
4. Bagaimana realisasi iman dalam menghadapi tamu dan tetangga ?
5. Mengapa Bertutur kata yang baik lebih utama ?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian iman
2. Mengetahui tentang cinta sesama muslim
3. Mengetahui ciri seorang muslim tidak mengganggu orang lain
4. Mengetahui realisasi iman dalam menghadapi tamu
5. Mengetahui keutamaan bertutur kata yang baik

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Realisasi Iman Dalam Kehidupan Sosial


1. Pengertian iman

Berbicara tentang iman ini adalah sesuatu yang abstrak ,hal yang
berkenaan dengan hati tentunya tidak satu pun yang tahu akan sesuatu yang
ada didalamnya kecuali individu masing-masing yang maha menguasai
setiap hati yakni Allah SWT. Namun sebagai manusia yang lemah ,kita
dapat menilai apakah seorang itu benar-benar beriman yang baik/tidak
tentangnya dapat dinilai dari perbuatan baik maupun buruk yang nyata
dalam kehidupannya.

Karena iman tidak hanya cukup dengan pengakuan hati tetapi harus
tersosialisasi dalam kehidupanya. Bila baik perilakunya itu adalah indikasi
bahwa imanya bagus ,sebaliknya bila jelek berarti imanya rusak, maka
penting bagi kami untuk membahas tentang hal tersebut.

Seseorang tidaklah cukup hanya menganut islam tanpa mengiringinya


iman. Begitu pula sebaliknya islam tanpa iman tidaklah berarti. Akan tetapi
iman dan islam juga belumlah cukup karena harus dibarengi ihsan.iman
adalah percaya kepada Allah SWT.para malaikat-Nya berhadapan pada
Allah,percaya pada rosul-rosul-Nya dan percaya pada hari berbangkit dari
kubur.

2. Dalil Tentang Iman


ٓ
‫ٱَّلل َو َملَئِ َكتِِۦه َو ُكتُبِ ِهۦ‬ ِ ُ ‫سو ُل بِ َما ٓ أ‬
ِ َّ ِ‫نز َل إِلَ ْي ِه مِ ن َّربِِۦه َو ْٱل ُمؤْ مِ نُونَ ۚ ُك ٌّل َءا َمنَ ب‬ ُ ‫ٱلر‬
َّ َ‫َءا َمن‬
‫ير‬
ُ ‫ص‬ِ ‫غ ْف َرانَكَ َربَّنَا َوإِلَيْكَ ْٱل َم‬ ُ ۖ ‫ط ْعنَا‬َ َ ‫سمِ ْعنَا َوأ‬
َ ‫وا‬۟ ُ‫س ِلِۦه ۚ َوقَال‬ُ ‫س ِلِۦه ََل نُف َِر ُق بَيْنَ أ َ َح ٍد ِمن ُّر‬
ُ ‫َو ُر‬

285. Rasul telah beriman kepada Al Quran yang diturunkan kepadanya dari
Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman
kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya.
(mereka mengatakan): “Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun
(dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya”, dan mereka mengatakan: “Kami

2
dengar dan Kami taat.” (mereka berdoa): “Ampunilah Kami Ya Tuhan Kami
dan kepada Engkaulah tempat kembali.” (QS. Al-Baqoroh 285)

B. Cinta Sesama Muslim Sebagian Dari Iman

Berikut beberapa hadist yang menjelaskan tentang cinta sesama muslim

‫ َل ي ِومن احد كم حتى يحب َل خيه ما‬: ‫عن انس رضي هللا عنه عن النبي صلى هللا عليه وسلم قا ل‬
)‫( رواهالبخا رى ومسلم واحمد والنسائ‬.‫يحب لنفسه‬

“Anas r.a.berkata bahwa Nabi SAW. Bersabda, “Tidaklah termasuk beriman


seseorang diantara kamu sehingga mencintai saudaranya sebagaimana ia
mencintai dirinya sendiri.” (H.R. Bukhari,Muslim,Ahmad,dan Nasa’i)

Kita tidak mengetahui bahwa cinta sesama muslim merupakan hubungan


horizontal yang masih dipupuk dan dilestarikan, bahkan dalam sebuah hadist
menyatakan,bila salah seorang diantara kamu kita pun mengalami hal yang
sama, kita harus yakin seberat apapun beban yang ada dipundak akan terasa
ringan bila kita saling membagi.

Seseorang mukmin yang ingin mendapat ridho Allah SWT. Harus


berusaha untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang diridhai-Nya. Salah
satunya adalah mencintai sesama saudaranya seiman seperti ia mencintai
dirinya,sebagaimana dinyatakan dalam hadist diatas.

Namun demikian,hadis di atas tidak dapat diartikan bahwa seorang


mukmin yang tidak mencintai saudaranya seperti mencintai dirinya berarti
tidak beriman. Maksut pernyataan ‫ احممدَليممومممن كممم‬pada hadis diatas “tidak
sempurna keimanan seseorang “jika tidak mencintai saudaranya seperti
mencintai dirinya sendiri.

Hadis diatas juga menggambarkan bahwa islam sangat menghargai


persaudaraan dalam arti sebenarnya. Persaudaraan yang datang dari hati
nurani,yang dasarnya keimanandan bukan hal-hal lain,sehingga betul-betul
merupakan persaudaraan murni dan suci. Persaudaraan yang akan abadi
seabadi imannya kepada Allah SWT. Dengan kata lain,persaudaraan yang
3
didasarkan lillah, sebagaimana diterangkan dalam banyak hadis tentang
keutamaan orang yang saling mencintai Karena Allah SWT. Dalam hadis lain,
Rasulullah SAW menyatakan:

)‫ان ا لمؤ من للمؤ من كا لبنيا ن يثد بعضهم بعظا ( روا ها لبخا ر ى ومسلم‬

Artinya :

“Sesungguhnya antara seorang mukmin dengan mukmin lainya bagaikan


bangunan yang saling melengkapi (memperkokoh) satu sama lainnya.” (H. R.
Bukhari dan Muslim )

Sebaiknya, dalam mencintai sesama muslim, harus mengutamakan


saudara-saudara seiman yang betul-betul taat kepada Allah SWT. Rasulullah
SAW. Memberikan contoh siapa saja yang harus terlebih dahulu dicintai, yakni
mereka yang berilmu, orang-orang terkemuka, orang-orang yang suku berbuat
kebaikan, dan lain-lain sebagaimana diceritakan dalam hadis:

‫ليلينى منكم او لوا‬:‫ قا ل ر سو ل هللا صلى هللا عليه و سلم‬: ‫عن عبد هللا ا بن مسعو د ر ضي هللا عنه قا ل‬
) ‫ ( رواه مسلم‬.‫َلحال م وا لنهى ثم يلو نهم ثال ثا وا ياكم و هيشا ت اَلسوا ق‬

Artinya :
“Abdullah Ibn Mas’ud R.A., Ia berkata rasulullah saw.bersabda , hendaknya
mendekat kepadaku orang-orang dewasa dan yang pandai,ahli-ahli pikir.
Kemudian berikutnya lagi. Awaslah! Janganlah berdesak-desakan seperti orang-
orang pasar.” (H. R.Muslim)

Hal itu tidak berarti diskriminatif karena islam pun memerintahkan umatnya
untuk mendekati orang-orang yang suka berbuat maksiat dan memberikan
nasihat kepada mereka atau melaksanakan amar ma’ruf dan nahi munkar.

C. Ciri Seorang Muslim Tidak Mengganggu Orang Lain

‫ المها جر من‬, ‫ المسلم من سلم المسلمون من لسا نه و يد ه‬: ‫م قا ل‬.‫عن عبد هللا بن عمرعن النبي ص‬
.‫هجر ما نهى هللا عنه‬

4
Terjemah hadis:

“Abdullah bin Umar berkata bahwa Nabi SAW. Telah bersabda “seseorang
muslim adalah orang yang menyebabkan orang-orang islam (yang lain)
selamat dari lisan dan tanganya dan orang yang hijrah adalah orang yang
hijrah dari apa yang telah dilarang Allah SWT.” (H.R. Bukhari,Abu Dawud,
dan Nasa’i )

Hadis di atas mengandung dua pokok bahasan, yakni tentang hakikat


seorang muslim,dalam membina hubungan dengan sesama muslim dalam
kehidupan sehari-hari, dan juga menjelaskan hakikat hijrah dalam pandangan
islam.

Orang yang mengucapkan dua kalimah syahadat telah tergolong muslim.


Akan tetapi, untuk dikatakan muslim yang sebenarnya ( haqiqi ), ia harus
memiliki tingkah laku yang sesuai dengan ketentuan islam, tanpa memilih atau
membedakan syari’at yang disukai atau tidak disukai olehnya.

Tidak dikatakan sempurna keislaman seseorang jika ia hanya


memperhatikan ibadah rutual yang berhubungan dengan Allah SWT.,Tetapi
melupakan atau meremehkan hubungan dengan manusia. Dalam Al-Qur’an,
banyak ayat yang mengatur tentang hal ini sehingga tercipta keharmonisan
hidup,tidak terjadi pertentangan atau bentrokan antar sesama muslim.

Dalam hadis diatas dinyatakan bahwa seorang muslim adalah oramg yang
mampu menjaga dirinya sehingga orang lain selamat dari kezaliman atau
perbuatan jelek tangan dan mulutnya. Dengan kata lain,ia harus berusaha agar
saudaranya sesama muslim tidak merasa disakiti oleh tangannya, baik fisik
seperti dengan memukulnya,merusak harta bendanya,dan lain-lain atau pun
dengan lisannya.kalaupun ia pernah menyakiti saudaranya tanpa disengaja,ia
harus segera memberikan pertolongan sesuai kemampuanya.

Dengan demikian, seseorang harus berusaha untuk tidak menyakiti


saudaranya dengan cara apapun dan kapan pun. Sebaliknya ia selalu berusaha
menolong dan menyayangi saudaranya seiman sesuai.

5
Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai
pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati,
semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.engan kemampuan yang
dimilikinya.

Hal itu karena menjaga orang lain, baik fisik maupun perasaannya sangat
penting dalam islam. Tidak heran kalau amalan-amalan sedekah akan batal jika
disertai dengan sikap yang dapat menyakiti mereka yang diberi sedekah. Allah
SWT. Berfirman:

‫اَّلل َو ْاليَ ْو ِم ْاَلخِ ِر‬ ِ َّ‫ي يُ ْن ِف ُق َمالَهٗ ِرئ َۤا َء الن‬


ِ ‫اس َو ََل يُؤْ مِ نُ بِ ه‬ َ ْ ‫صدَقتِ ُك ْم بِ ْال َم ِن َو‬
ْ ‫اَلذ ۙى كَالَّ ِذ‬ َ ‫يٓاَيُّ َها الَّ ِذيْنَ ا َمنُ ْوا ََل تُبْطِ لُ ْوا‬

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala)


sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima)
seperti orang yang menginfakkan hartanya karena riya (pamer) kepada
manusia, sedangkan dia tidak beriman kepada Allah dan hari Akhir,………..”

(Q.S. Al- Baqarah: 264 )

Oleh karena itu,setiap muslim harus berhati-hati dalam bertingkah laku.


Jangan asal berbicara bila tidak ada manfaatnya. Jangan berbuat sesuatu bila
hanya menyebabkan penderitaan orang lain.karena segala tindakan dan
perbuatan akan dimintai pertanggungjawabannya kelak diakhirat sebagaimana
dinyatakan dalam firma –Nya:
ۤ
َ َ‫ص َر َو ْالفُ َؤادَ ُك ُّل اُولىِٕكَ َكان‬
٣ ‫ع ْنهُ َمسْمُٔ ْو ًَل‬
‫۝‬ َ َ‫س ْم َع َو ْالب‬
َّ ‫ْس لَكَ بِ ٖه ع ِْلم ا َِّن ال‬ ُ ‫َو ََل ت َ ْق‬
َ ‫ف َما لَي‬

“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai


pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati,
semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya. ( Q. S. Al-Isra: 36)

Disamping itu, jika seseorang berbuat doasa kepada sesama manusia,


Allah SWT. Tidak akan mengampuni dosanya sebelum orang yang pernah
disakitinya itu memaafkannya.

Memang sangat berat bagi orang yang terbiasa melakukan sesuatu yang
dilarang agama maupun melakukan sesuatu yang telah diperintahkan agama

6
untuk mengubah perilakunya,pada hal ia mengakui bahwa dirinya
beriman.dalam hati kecilnya, ia mengakui bahwa perbuatan yang selama
ini dilakukannya adalah salah. Akan tetapi,kalau didasari niat yang betul,
semuanya akan mudah. Ia akan berpindah dari jalan yang dimurkai Allah
SWT. Menuju jalan yang diridhoi-Nya Allah SWT. Pasti akan menyertai
orang-orang yang ingin taat kepada-Nya dan memberikan pahala dan
kebahagiaan kepada mereka. Sebagaimana firman-Nya:
ۤ
٢٠ َ‫للا َواُولىِٕكَ هُ ُم ْالف َۤا ِٕى ُز ْون‬
‫۝‬ ِ ‫ظ ُم د ََر َجةً ِع ْندَ ه‬
َ ‫للا ِبا َ ْم َوا ِل ِه ْم َوا َ ْنفُ ِس ِه ۙ ْم ا َ ْع‬ َ ‫اَلَّ ِذيْنَ ا َمنُ ْوا َوهَا َج ُر ْوا َو َجا َهد ُْوا فِ ْي‬
ِ ‫س ِب ْي ِل ه‬

“Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah


dengan harta, benda dan diri mereka, adalah lebih Tinggi derajatnya di sisi
Allah; dan Itulah orang-orang yang mendapat kemenangan.”(Q.S. At-
Taubah:20)

Hijrah dapat diartikan sebagai perjalanan pajang untuk meraih masa depan
yang lebih cerah. Dapat juga diartikan perjalanan pajang untuk memperoleh
ridha-Nya. Untuk menempuh suatu perjalanan diperlukan bekal yang cukup.
Bekal tersebut dalam islam adalah aqidah yang kuat. Oarang yang kuat
imannya tidak akan mudah tergelincir pada perbuatan yang menyimpang
perintah-Nya. Jika tergelincir kepada perbuatan yang salah, ia segera berhijrah
dari perbuatan jelek tersebut kepada perbuatan-perbuatan baik,sesuai perintah-
Nya.

D. Realisasi Iman dalam Menghadapi Tamu dan Tetangga

1. Dalil Memuliakan Tamu dan Tetangga

‫ من كا ن يؤ من با هلل و‬: ‫ قا ل رسول هللا صلى هللا عليه وسلم‬: ‫عن اب هر يرة رضي هللا عنه قال‬
‫اليوم اَلخر فليكرم ضيفه ومن كا ن يؤ من با هلل وا ليوم اَل خر فليكرم ضيفه ومن كا ن يؤ من باهلل‬
.‫واليوم اَل خر فليقل خير اوليصمت‬

Terjemahan hadis:

“ Abu Hurairah r.a.,ia berkata bahwa Rasulullah SAW. Bersabda “ barang


siapa yang beriman kepada allah dan hari akhir,dia harus memuliakan

7
tamunya : barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, dia
harus berbuat baik kepada tetangganya ;dan barang siapa yang beriman
kepada Allah dan hari akhir, dia harus berkata baik atau diam.”(H.R.
Syaikhani dan Ibnu Majah)

Dalam hadis diatas, ada tiga perkara yang didasarkan atas keimanan
kepada Allah dan hari akhir, yakni:

a. Memuliakan tamu
b. Memuliakan tetangga
c. Berbicara baik atau diam

Adapun alasan penyebutan dua keimanan, yakni :

a. Iman kepada Allah


b. Iman kepada hari akhir

Karena iman kepada Allah adalah merupakan permulaan segala sesuatu


dan tangan-Nya lah segala kebaikan dan kejelekan sedangkan hari akhir
adalah merupakan akhir kehidupan dunia,yang didalamnya mencakup hari
kebangkitan mahsyar, hisab, dan surga-,neraka, dan banyak sekali yang
harus diimani pada hari akhir tersebut. Dengan demikian,seandainya
manusia betul-betul beriman kepada Allah dan hari akhir, ia akan berbuat
kebaikan dan menjauhi segala kemungkaran dan kemaksiatan.

Namun tidak berarti bahwa orang yang tidak memuliakan tamu dan
tetangga,serta tidak berkata yang baik dianggap tidak beriman kepada Allah
dan Rasul-Nya. Maksut iman kepada Allah dan hari akhir adalah sebagai
penyempurna iman. Ketiga hal diatas sangat penting dalam kehidupan
sosial.

2. Memuliakan Tamu

Maksud memuliakan tamu dalm hadis diatas mencakup perseorangan


maupun kelompok. Tentu saja hal ini dilakukan berdasarkan
kemampuan,bukan karna riya. Dalam syari’at islam,batas memuliakan tamu

8
adalah tiga hari tiga malam,sedangkan selebihnya merupakan sedekah, hal
itu didasarkan pada hadis Rasulullah SAW.:

‫ سمعت رسول هللا صل هللا عليه‬:‫عن ابى ثر يح خو يلد بن عمرو ( الخزاعى) رضيا هلل عنه قال‬
‫ يارسوَلهلل ؟ وماجا‬:‫ قال‬,‫ من كان يو من با هلل واليوم اَلخر فليكرم ضيفه جا عزته‬:‫وسلم يقول‬
)‫(متفق عليه‬. ‫ فما كا ن وراء ذ لك فهم صد قة عليه‬, ‫ يومه وليلته والضيا فة ثال ثة ايام‬:‫عزته؟ قال‬

Artinya:

“Abu syuaih (khuwailid) bin Amru Al- khuza ‘ir r.a. berkata ,saya telah
mendengar Rasulullah SAW. Bersabda ‘siapa yang percaya kepada Allah
dan hari kemudian ,ia harus menghormati tamunya pada bagian
keistimewaannya. Sahabat bertanya, “Apakah yang dimaksud dengan
keistimewaannya itu? Jawab Nabi, hormat tamu itu sampai tiga hari,
sedangkan selebihnya dari shadaqah.”(Mutafaq Alaih)

Diantara hal-hal yan harus diperhatikan dalam memuliakan tamu adalah


memberikan sambutan yang hangat. Hal ini akan lebih baik dari pada di
sambut hidangan yang mahal-mahal, tetapi dengan muka masam dan kecut.
Namun dalm menjamu tamunya ini haruslah sesuai dengan kemampuan.

Seandainya kedatangan tamu yang bermaksud meminta tolong tentang


suatu masalah atau kesulitan, sebagai orang muslim kita harus memberinya
bantuan semampunya. Apabila tamunya tidak mengatakan suatu kebutuhan,
tetapi kita mengetahui bahwa tamu tersebut dalam keadaan kafir,sedangkan
kita mampu,berilah bantuan apalagi kalau tamu tersebut masih kerabat.

Dan sebaiknya pihak tamu pun harus mengerti ketentuan bertamu


dalam islam.

3. Memuliakan Tetangga
Maksut tetangga disini adalah umum, baik yang dekat maupun jauh,
muslim, kafir, ahli ibadah, orang fasik, musuh dan lain-lain, yang bertempat
tinggal dilingkungan rumah kita. Namun demikian, dalam memuliakan
mereka, terdapat tingkatan-tingkatan antara satu tetangga dengan lainnya.

9
Seorang ahli ibadah yang dapat dipercaya dan dekat rumahnya lebih utama
untuk dihormati dari pada para tetangga lainya.
Berbuat baik kepada tetangga itu dapat dilakukan dengan berbagai cara,
misalnya memberi pertolongan , memberikan pinjaman, menengoknya jika
sakit , melayat jika ada keluarganya yang meninggal ,dan lain-lain.
Selain itu,diharuskan pula menjaga mereka dari ancaman gangguan dan
bahaya. Dalam hadis lain yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari Siti
Aisyah disebutkan.

‫ما زال جبريل يو صين با لجار حتى ظننت ا نه سيورثه‬


Artinya:
“Malaikat Jibril senantiasa memberi wasiat kepada ku (untuk menjaga )
tetangga sehingga aku menyangka bahwa dia (malaikat Jibril) akan
mewarisinya (tetangga).”

Perintah untuk berbuat baik terhadap tetangga juga terdapat dalam Al-
Qur’an, sebagaimana firman-Nya:
"Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-
anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang
jauh, dan teman sejawat, Ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya
Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-
banggakan diri.

Dekat dan jauh di sini ada yang mengartikan dengan tempat, hubungan
kekeluargaan, dan ada pula antara yang Muslim dan yang bukan Muslim.
Diantara akhlak yang terpenting kepada tetangga adalah :
1) Menyampaikan ucapan selamat ketika tetangga sedang bergembira.
2) Menjenguknya tatkala sakit.
3) Bertakziyah ketika ada keluarganya yang meninggal.
4) Menolongnya ketika memohon pertolongan
5) Memberikan nasihat dalam bebagai urusan dengan cara yang ma’ruf,dll

10
E. Bertutur Kata yang Baik Atau Diam

Sesungguhnya ucapan seseorang menentukan kebahagiaan dan


kesengsaraan dirinya. Orang yang selalu menggunakan lidahnya untuk
berbicara baik, memerintah kepada kebaikan dan melarang kepada kejelekan,
membaca Al-Qur’an,membaca ilmu pengetahuan,dan lain-lain,ia akan
mendapatkan kebaikan dan dirinya pun terjaga dari kejelekan. Sebaliknya orang
yang apabila menggunakan lidahnya untuk berkata-kata jelek atau menyakiti
orang lain,ia akan mendapat dosa dan tidak mustahil orang lain pun akan
berbuat demikian kepadanya. Maka perintah Rasulullah untuk berkata baik atau
diam merupakan suatu pilihan yang akan mendatangkan kebaikan.

Memang sangat sulit untuk mengatur lidah agar selalu berkata baik atau
diam. Akan tetapi,kalau berusaha untuk membiasakannya, tidaklah sulit apalagi
kalau sekedar diam. Bagaimana pun juga,lebih baik diam dari pada berbicara
yang tiada berguna dan tidak karuan

‫قال رسو ل هللا صل هللا عليه و سلم الصمت حكمة و قليل فاعل‬: ‫عن انس قال‬.

Artinya:
“Dari Anas .ia berkata, telah bersabda Rasulullah SAW.,” Diam itu suatu
kebijaksanaan, tetapi sedikit orang yang berbuatnya .”
(Dikeluarkan oleh Al-Baihaqi, dengan sanad yang dha’if,dan ia menyahihkan
bahwa hadis tersebut mauquf dari ucapan Luqman Hakim).
Namun demikian,jika selamanya diam tentu saja bukanlah tingkah laku
yang bijak sana ,karena akan ada anggapan yang tidak baik dari orang lain. Ada
pepatah mengatakan, “the silent is gold’ tetapi ada juga pepatah lain ” lebih
baik banyak berbuat dan berkata walaupun salah daripada tidak pernah
melakukan sesuatu dan tidak pernah berbicara.” Yang paling baik tentu saja
berbicara baik sesuai kondisi, pepatah Arab mengatakan.

‫لكل مقا م مقال و لكل مقا ل مقا م‬


Artinya :
“ Tiap-tiap tempat ada perkataannya dan tiap-tiap ucapan ada tempatnya.”

11
Ucapan yang baik serta bersikap pemaaf lebih baik dari pada sedekah yang
disertai ucapan yang menyakitkan :
Allah SWT berfirman :
‫۝‬
٢ ‫ي َح ِليْم‬
ٌّ ِ‫غن‬ ‫صدَقَ ٍة يَّتْبَعُ َها ٓ اَذًى َو ه‬
َ ُ‫للا‬ َ ‫قَ ْول َّم ْع ُر ْوف َّو َم ْغف َِرة َخيْر ِم ْن‬
“Perkataan yang baik dan pemberian maaf, lebih baik dari sedekah yang
diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan si penerima). Allah Maha
Kaya lagi Maha Penyantun.”(Q.S Al-Baqoroh 263)

12
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Salah satu kesempurnaan iman seorang mukmin adalah mencintai
saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri. Hal itu direalisasikan
dalam kehidupan sehari-hari dengan berusaha untuk menolong dan merasakan
kesusahan maupun kebahagiaan saudaranya seiman yang didasarkan atas
keimanan yang teguh kepada allah swt.

Diantara ciri kesempurnaan iman seseorang adalah tidak mau menyakiti


saudaranya seiman selain itu, ia pun berusaha untuk berhijrah (pindah )dari
melakukan perbuatan yang dilaranga Allah kepada perbuaytan yang diridhai-
Nya .

Untuk keesempurnaan iman dan sebagai salah satu tanda keimanan kepada
Allah SWT. Dan hari akhir, seorang mukmin. Harus memuliakan tetangga,
tamu, dan berkata baik atau diam.

B. Saran
Demikian makalah ini kami buat, tentu masih banyak kesalahan dan
kekurangan. Saran dan kritik senantiasa kami harapkan agar menjadi lebih baik
lagi dalam membuat makalah ini semoga makalah ini bermanfaat dan memberi
pengetahuan bagi para pembaca.

13
DAFTAR PUSTAKA

Az-Zabidi, Imam. (2004). Mukhtasar Shahih Bukhari, Selangor Malaysia:


Percetakan Zafar.
Haqqi Ahmad Muadz. (2003). 40 Hadis Akhlak. Surabaya: As-Sunah
Ghazali, Imam. (1998). Ihya Ulumuddin atau Mengembangkan Ilmu-Ilmu Agama
Jilid II. Singapura: Pustaka Nasional Pte Ltd

Nashiruddin Al-Albani, Muhammad. (2007). Shahih Sunan Tirmidzi, Jakarta:


Puataka Azzam.

Rajab,Ibnu. (2002). Panduan Ilmu & Hikmah, Syarah Lengkap Al-Arbain- An-
Nawawi. Jakarta: Darul Falah.

Syafe’i Rachmad,dkk.(2000). Al-Hadis (Aqidah ,Akhlak, Sosial dan hukum).


Bandung: CV Pustaka Setia.

14

Anda mungkin juga menyukai