Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

Perkataan dan Perbuatan yang Membatalkan Iman dan Tauhid

DOSEN PENGAMPU:

Arif Marsal ,Lc,M.A

DISUSUN OLEH:

Aldi fahroza 11950314484

Frendi ardiansyah 11950311554

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

SISTEM INFORMASI

TAHUN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Segala puji bagi Allah SWT. yang mana atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Shalawat serta salam tak lupa pula kita hadiahkan kepada Nabi besar Muhammad
saw semoga dengan bershalawat kepadanya kita mendapatkan syafa’atnya di
akhirat kelak nanti.

Makalah ini dibuat sebagai salah satu tugas mata kuliah Aqidah Akhlak
yang telah diberikan oleh Dosen. Makalah ini membahas tentang materi yang
berjudul “Perbuatan dan Perkataan yang dapat Membatalkan Iman dan
Tauhid.”

Kami tentu menyadari bahwa dalam makalah ini masih jauh dari kata
kesempurnaan dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan yang ada d
dalamnya. Hal itu dikarenakaan keterbatasan kemampuan dan pengetahuan kami.
Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik serta saran dari pembaca
supaya makalah ini nantinya menjadi makalah yang lebih baik lagi.

Demikianlah, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Kami


ucapkan terima kasih.
DAFTAR ISI

JUDUL........................................................................................... i

KATA PENGANTAR................................................................... ii

DAFTAR ISI.................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN.............................................................. 1

A. Latar Belakang...................................................................... 1

B. Rumusan Masalah................................................................. 2

C. Tujuan Pembahasan............................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ..............................................................

A. Iman dan Tauhid...................................................................


B. Hal-hal yang dapat Membatalkan Iman dan Tauhid.............
1. Syirik ...............................................................................
2. Sihir .................................................................................
3. Kafir/Kufur......................................................................
4. Murtad .............................................................................

C.SIFAT SIFAT SEORANG MUKMIN………………………..

BAB III PENUTUP.......................................................................

A. Kesimpulan...........................................................................
DAFTAR PUSTAKA

BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Tauhid merupakan landasan utama dan pertama keyakinan Islam dan


implementasi ajaran-ajarannya. Tanpa Tauhid tidak ada Iman, tidak ada akidah
dan tidak ada Islam dalam arti yang sebenarnya. Akidah dalam Islam berpangkal
pada keyakinan Tauhid, yaitu keyakinan tentang wujud Allah, tidak ada yang
menyekutukannya baik dalam zat, sifat, maupun perbuatannya. Allah SWT telah
berfirman:

َ ‫ت ْال ِج َّن َواإْل ِ ْن‬


‫س إِاَّل لِيَ ْعبُ ُدو ِن‬ ُ ‫َو َما خَ لَ ْق‬

“Tidaklah aku ciptakan Jin dan Manusia melainkan hanya untuk beribadah
kepadaku” (QS. Az-Zariyat : 56)

Ayat diatas menjelaskan bahwasanya penciptaan Jin dan Manusia hanyalah


untuk beribadah kepada Allah SWT. Tapi, pada zaman modern saat ini banyak
krisis yang harus dihadapi manusia, seperti krisis moneter, krisis pangan, krisis
bahan bakar, dan yang patut kita renungkan adalah krisis iman. Krisis iman
dikarenakan kurangnya nutrisi rohani serta kurangnya fungsi tauhid dalam
kehidupan sehari-hari manusia saat ini.
Kebanyakan manusia hanya mementingkan kepentingan dunia dibanding
kepentingan akhirat. Sehingga yang terealisasi hanyalah sifat-sifat manusia yang
berbau duniawi, seperti hedonisme, fashionisme, kepuasan hawa nafsu, dan lain-
lain. Hanya sedikit manusia yang dapat memanfaatkan fungsi dan menempatkan
peran tauhid secara benar dan sesuai dengan keadaan zaman manusia sekarang
ini.

Padahal, jika masyarakat modern saat ini menempatkan tauhid dalam


kehidupan sehari-harinya, insyaallah akan tercipta masyarakat yang damai, aman,
dan terjauh dari sifat-sifat tercela, seperti korupsi, kolusi, nepotisme, penipuan,
dan tindakan-tindakan yang dapat melanggar hukum agama, maupun hukum
perdata dan pidana Negara.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, hal yang menjadi pokok


permasalahan adalah sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud dengan Iman dan Tauhid?


2. Apa saja yang dapat membatalkan Iman dan Tauhid?
3. Bagaimana sifat seorang mukmin?

C. TUJUAN

1. Agar memperoleh kepuasan batin, keselamatan dan kebahagiaan hidup di


dunia maupun akhirat.
2. Agar terhindar dari pengaruh akidah-akidah yang menyesatkan.
3. Mengarahan hati, akal, dan anggota badan manusia untuk bergantung hanya
kepada Allah SWT.
4. Memotivasi agar bersungguh-sungguh menjalankan terhadap segala hal yang
diperintahkan oleh Allah SWT. untuk mendapatkan keridhoan-Nya.
5. Membentuk umat yang kuat dalam aqidah dan imannya.
BAB II

PEMBAHASAN

A.    TAUHID DAN IMAN


Kekuatan iman dan tauhid seorang muslim itu berbeda – beda, ada yang
sangat kuat sekali iman dan tauhidnya ada juga yang sedang – sedang saja atau
bahkan ada pula yang sangat lemah sehingga mudah sekali terkoyak iman dan
tauhidnya.
Dalam hal ini banyak sekali hubunganya antara batalnya iman dan tauhid
seorang muslim. Sebelum membahas lebih jauh mengenai batalnya iman dan
tauhid seorang muslim, alangkah baiknya jika sedikit memahami mengenai
apakah iman dan tauhid itu sendiri. Tauhid,yaitu seorang hamba meyakini bahwa
Allah SWT adalah Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya dalam rububiyah(ketuhanan),
uluhiyah(ibadah), Asma` dan Sifat-Nya. 1

Mustahil ada yang mampu menyamai-Nya. Dalilnya dari firman-firman


Allah, di samping dalil-dalil aqliyah :

Artinya :
(Dia) Pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagi kamu dari jenis kamu
sendiri pasangan-pasangan dan dari jenis binatang ternak pasangan- pasangan
(pula), dijadikan-Nya kamu berkembang biak dengan jalan itu. Tidak ada
sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha Mendengar dan
Melihat. (QS. Asy-Syuraa: 11)

1 Muhammad bin Ibrahim At-Tuwaijri dalam Ringkasan Fiqih Iman, (Buraidah,


IslamHouse.com: 1433), hlm. 11.
Kemudian pengertian Iman, kata Iman berasal dari bahasa Arab yang
berarti tasdiq (membenarkan). Iman ialah kepercayaan dalam hati meyakini dan
membenarkan adanya Tuhan dan membenarkan semua yang dibawa oleh Nabi
Muhammad SAW. Karena iman, seseorang mengakui adanya hal-hal yang wajib
dan hal-hal yang mustahil bagi Allah. 2

Jadi, iman artinya percaya sedangkan iman terhadap rukun artinya percaya
kepada rukun iman yaitu Iman Kepada Allah, Iman Kepada Malaikat , Iman
Kepada Kitab – Kitab Allah , Iman Kepada Rasul Allah, Iman Kepada Hari Akhir
dan Iman Kepada Qada dan Qodar. Sehingga apabila seorang muslim tidak
mempercayai salah satu rukun iman diatas maka seorang muslim tersebut bisa
dikatakan telah batal imanya.

Allah SWT. Berfirman:

Artinya :
Dia-lah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang
mukmin supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang
telah ada). Dan kepunyaan Allah-lah tentara langit dan bumi dan adalah Allah
Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (QS. Al Fath: 4)

2 Muhammad Ahmad, Tauhid dan Ilmu Kalam, (Bandung: CV PUSTAKA SETIA, 1998), hlm. 19.
Sehingga dapat diambil pengertian mengenai pembatal iman dan tauhid
secara keseluruhan berdasarkan pengertian – pengertian iman dan tauhid. Iman
dan tauhid seseorang telah batal apabila seseorang telah mengingkari definisi –
definisi iman dan tauhid. Meskipun itu hal kecil yang menyangkut iman dan
tauhid maka sama saja seseorang telah batal iman dan tauhidnuya. Jika seseorang
telah mengingkari iman dan tauhid maka sama halnya dia telah mengingkari Allah
SWT. Maka batal iman dan tauhid seseorang muslim sehingga bisa dikatakan
telah murtad.
Allah SWT. Berfirman:

Artinya :
Dan setelah datang kepada mereka Al Quran dari Allah yang
membenarkan apa yang ada pada mereka, padahal sebelumnya mereka biasa
memohon (kedatangan Nabi) untuk mendapat kemenangan atas orang-orang kafir,
maka setelah datang kepada mereka apa yang telah mereka ketahui, mereka lalu
ingkar kepadanya. Maka la'nat Allah-lah atas orang-orang yang ingkar itu. (QS:
Al Baqarah: 89)

B. HAL YANG DAPAT MEMBATALKAN IMAN DAN TAUHID


1. SYIRIK
Secara bahasa syirik berasal dari Bahasa Arab as-syirku, yang artinya (1)
ta’addudul aalihati (kemusyrikan), (2) al-musyariku (sekutu, peserta), an-nashibu
(bagian), dan asy-syirkatu wasysyarikatu (persekutuan, perseroan).
Secara istilah, syirik adalah perbuatan, anggapan atau itikad menyekutukan
Allah Swt. dengan yang lain, seakan-akan ada yang maha kuasa di samping Allah
Swt. Orang yang menyekutukan Allah disebut musyrik. Syirik merupakan dosa besar
yang tidak terampuni.

Allah SWT. Berfirman:

Artinya:
Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia
mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang
dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, Maka
sungguh ia telah berbuat dosa yang besar. (QS. an-Nisa: 48) 3

a. Bentuk-bentuk Syirik

Syirik ada dua macam: syirik besar dan syirik kecil. Syirik besar yaitu
syirik yang menyebabkan seseorang kekal dalam Naar. Dosa syirik ini tidak dapat
diampuni oleh Allah, kecuali dengan bertaubat dan membebaskan diri dari
perbuatan syirik tersebut.

 Macam-macam Syirik Besar


1. Syirik dalam Berdoa

3 KEMENTERIAN AGAMA, Akidah Akhlak/Kementerian Agama, (Jakarta : Kementerian Agama


2014.) hlm. 135.
Yaitu berdoa kepada selain Allah, baik kepada para nabi, atau yang
dianggap sebagai wali untuk meminta atau kesembuhan dari sakit.

“Dan janganlah kamu menyembah apa-apa yang tidak memberi manfaat dan tidak
(pula) memberi mudharat kepadamu selain Allah; sebab jika kamu berbuat (yang
demikian), itu, maka sesungguhnya kamu kalau begitu termasuk orang-orang
yang zalim.” (QS Yunus: 106)

2. Syirik Kecintaan
Yakni menjadikan selain Allah sebagai tandingan bagi-Nya yang dicintai
seperti kecintaan kepada Allah.
Allah SWT. Berfirman:

Artinya:
“Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-
tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai
Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah.”
(QS Al-Baqarah: 165)

3. Syirik Ketaatan
Yakni, mentaati alim ulama dan para pemimpin dalam bermaksiat kepada
Allah. Bentuknya adalah dengan menganggap halal sesuatu yang haram
dan menganggap haram sesuatu yang dihalalkan Allah, dengan keyakinan,
bahwa yang demikian itu adalah boleh.
4. Menyembelih Untuk Selain Allah
Sesungguhnya menyembelih karena Allah adalah ibadah maliah (harta)
yang sangat mulia dan sangat dicintai oleh Allah. Karenanya sering Allah
mensyari’atkan ibadah tersebut.

5. Bernadzar Untuk Selain Allah


Hal tersebut, karena nadzar adalah bentuk ibadah yang tidak boleh
diperuntukkan kepada selain Allah

6. Meminta Dipenuhi Kebutuhannya kepada Orang Mati, Memohon


Keselamatan Darinya dan Beribadah Kepadanya
Ini adalah sumber segala kemusyrikan di dunia. Karena sesungguhnya
orang mati sudah terputus amal perbuatannya, sehingga ia tidak dapat
memberikan ataupun mudharrat untuk dirinya sendiri, apalagi untuk orang
lain, yang memohon keselamatan kepadanya dan meminta kepadanya
untuk memenuhi kebutuhannya. Lebih dari itu, orang mati itu justru
membutuhkan orang lain untuk mendoakannya, memintakan rahmat dan
permohonan ampunan kepada Allah untuk dirinya.

7. Memohon Perlindungan Kepada Selain Allah


Memohon perlindungan, artinya mencari tempat perlindungan dan
penjagaan. Barang siapa yang meminta perlindungan kepada selain Allah,
berarti telah menyekutukan-Nya dengan makhluk
Syirik Kecil

1. Riya yang ringan


2. Berpura-pura beribadah dihadapan mahkluk
3. Bersumpah atas nama selain Allah. 4

2. SIHIR
Sihir secara bahasa berati sesuatu yang halus dan lembut sebabnya.
Disebut sihir karena ia terjadi dengan perkara yang tersembunyi yang tidak
terjangkau oleh penglihatan manusia. Sedangkan menurut syariah sihir
adalah ‘azimah, ruqyah, buhulan (tali), ucapan, obat-obatan dan asap
kemenyan’. 5

Allah SWT. Berfirman:

‫ان َو ٰلَ ِك َّن‬ َ ‫ين َعلَ ٰى ُم ْل ِك ُسلَ ْي َم‬


ُ ‫ان ۖ َو َما َكفَ َر ُسلَ ْي َم‬ ِ َ‫َواتَّبَعُوا َما تَ ْتلُو ال َّشي‬
pُ ‫اط‬
‫اس ال ِّسحْ َر َو َما أُ ْن ِز َل َعلَى ْال َملَ َكي ِْن‬ َ َّ‫ون الن‬َ ‫ين َكفَرُوا يُ َعلِّ ُم‬
َ ‫اط‬ِ َ‫ال َّشي‬
‫ان ِم ْن أَ َح ٍد َحتَّ ٰى يَقُواَل إِنَّ َما نَحْ ُن‬ ِ ‫ُوت ۚ َو َما يُ َعلِّ َم‬
َ ‫ُوت َو َمار‬ َ ‫بِبَابِ َل هَار‬
ۚ ‫ون بِ ِه بَي َْن ْال َمرْ ِء َو َز ْو ِج ِه‬
َ ُ‫ون ِم ْنهُ َما َما يُفَرِّ ق‬َ ‫فِ ْتنَةٌ فَاَل تَ ْكفُرْ ۖ فَيَتَ َعلَّ ُم‬
‫ون َما يَضُرُّ هُ ْم َواَل‬ َ ‫ين ِب ِه ِم ْن أَ َح ٍد إِاَّل بِإ ِ ْذ ِن هَّللا ِ ۚ َويَتَ َعلَّ ُم‬ َ ‫َو َما هُ ْم ِب‬
َ ِّ‫ضار‬
‫س‬َ ‫ق ۚ َولَبِ ْئ‬ٍ ‫يَ ْنفَ ُعهُ ْم ۚ َولَقَ ْد َعلِ ُموا لَ َم ِن ا ْشتَ َراهُ َما لَهُ فِي اآْل ِخ َر ِة ِم ْن َخاَل‬
َ ‫َما َش َر ْوا بِ ِه أَ ْنفُ َسهُ ْم ۚ لَ ْو َكانُوا يَ ْعلَ ُم‬
‫ون‬

4 Muhammad b.Ahmad Rasyid Ahman, DOSA Bahaya dan Pencegahannya, (Solo: At-Tibyan,
2001), Cet 1, hlm. 23-29.
5 Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al Fauzan, KITAB TAUHID jilid 3.
Artinya : “Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh syaitan-syaitan
pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman
itu mengerjakan sihir), padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan
sihir), hanya syaitan-syaitan lah yang kafir (mengerjakan sihir). Mereka
mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua
orang malaikat di negeri Babil yaitu Harut dan Marut, sedang keduanya
tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorangpun sebelum mengatakan:
"Sesungguhnya kami hanya cobaan (bagimu), sebab itu janganlah kamu
kafir". Maka mereka mempelajari dari kedua malaikat itu apa yang dengan
sihir itu, mereka dapat menceraikan antara seorang (suami) dengan
isterinya. Dan mereka itu (ahli sihir) tidak memberi mudharat dengan
sihirnya kepada seorangpun, kecuali dengan izin Allah. Dan mereka
mempelajari sesuatu yang tidak memberi mudharat kepadanya dan tidak
memberi manfaat. Demi, sesungguhnya mereka telah meyakini bahwa
barangsiapa yang menukarnya (kitab Allah) dengan sihir itu, tiadalah
baginya keuntungan di akhirat, dan amat jahatlah perbuatan mereka
menjual dirinya dengan sihir, kalau mereka mengetahui”. (Q.S. Al-
Baqarah:102)

Dalam mengajarkan sihir kepada manusia, setan tidak mempunyai maksud


kecuali agar ia menjadi musyrik.

Anda dapat menyaksikan betapa banyak orang tersesat, memasuki wilayah


sihir dan menyangka bahwa hukum sihir itu haram saja.mereka tidak
menyangka bahwa hukum sebenarnya adalah kufur. Mereka mengajarkan
hokum Simia dan mengamalkannya, padahal ia sihir ansich. Ada juga mengikat
seseorang (mengguna-gunai/memelet) dari istrinya,dan yang sejenisnya dengan
kalimat-kalimat tak bermaknayang kebanyakan syirik dan kesesatan. 6

6Samsyuddin Muhammad, Dosa Dosa Besar. (Solo: Pustaka Arafah, 2007), hlm. 29.
Hukum bagi penyihir adalah dibunuh. Sebab sihir itu kufur kepada Allah
atau mendekatinya. Rasulullah saw bersabda, “Jauhila 7 perkara yang
membinasakan!” Lalu beliau menyebutkan diantaranya sihir. Maka seorang
hamba mestinya bertaqwa kepada Rabb-Nya dan tidak memasuki wilayah yang
membuatnya merugi dunia akhirat. Telah sampai kabar dari Nabi Muhammad
saw bahwa hukuman bagi penyihir adalah dipancung dengan pedang. Namun
yang benar, ini adalah pernyataan sahabat jundub. 7

Yang termasuk kedalam perbuatan sihir adalah Tamaim/ Tamimah dan


Tilawah. Tamaim/ Tamimah adalah sesuatu yang dikalungkan oleh orang-
orang jahil pada leher mereka, leher anak-anak mereka, dan binatang
peliharaan mereka. Mereka menyangka benda itu dapat menangkal ‘ain. Ini
termasuk perbuatan jahiliyah. Siapapun yang menyakininya telah syirik.
Sedangkan Tilawah, adalah salah satu jenis sihir untuk menguna-gunai
perempuan agar mencintai laki-laki. Hal itu dikategorikan sihir karena orang-
orang jahil yang akan menyangka bahwa hal itu dapat memberikan pengaruh
yang berbeda dengan takdir Allah SWT. 8

3. KAFIR/KUFUR
Menurut Hasan Muhammad Musa, didalam didalam Qamus Qur’ani kata
kafir mempunyai banyak pengertian yang saling berdekatan, seperti:
menyembunyikannya, menutupi, menghalangi dinding, selubung,
mengingkari, dan menentang. 9 Secarah istilah para ulama berbeda pengertian
tentang kafir. Ibn Taimiyah menjelaskan, kafir adalah tidak beriman kepada
Allah SWT. dan para Rasulnya, baik disertai pendustaan atau tidak, atau
karena berpaling dari mengikuti Rasulullah saw karena dengki (hasad) atau
sombong, atau karena mengikuti hawa nafsu yang memalingkan pemiliknya
dari mengikuti risalah. 10

7 Ibid, hlm 30.


8 Ibid, hlm 31
9 Azyuzumardi Azra, Kajian Tematik al-Qur’an Tentang Ketuhanan. (Bandung: Angkasa, 2008),
hlm. 348.
10 Taqy ad-Din ahmad Ibn Abd Halim In Taimiyah, majmu’ fatawa, (Madinah: Mujjama’ al-Malik
Fadh li Tiba’ah al-Mushaf asy Syarif,2003 M /1426 H), Juz XXI, hlm 335.
Kufur adalah lawan dari iman yang mengindikasikan penentangan
terhadap nikmat Allah SWT. Sedangkan kafir adalah lawan dari muslim.
Maka kufur menyeluruh dari segala jenisnya, macam-macamnya, serta
pelakunya, yaitu menentang apa-apa yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw
atau menentang sebagiannya. 11

Allah SWT. berfirman:

ۗ ‫ْس لَهُ ْم بِ ِه ِع ْل ٌم‬


َ ‫ون هَّللا ِ َما لَ ْم يُنَ ِّزلْ بِ ِه س ُْلطَانًا َو َما لَي‬
ِ ‫ون ِم ْن ُد‬
َ ‫َويَ ْعبُ ُد‬
‫ف‬ُ ‫ْر‬ ِ ‫ت تَع‬ ٍ ‫ تُ ْتلَ ٰى َعلَ ْي ِه ْم آيَاتُنَا بَيِّنَا‬p‫﴾وإِ َذا‬
َ ٧١﴿‫ير‬
ٍ ‫ص‬ ِ َ‫ين ِم ْن ن‬َ ‫َو َما لِلظَّالِ ِم‬
‫ون َعلَ ْي ِه ْم‬ َ ‫ون بِالَّ ِذ‬
َ ُ‫ين يَ ْتل‬ َ ُ‫ون يَ ْسط‬ َ ‫ين َكفَرُوا ْال ُم ْن َك َر ۖ يَ َكا ُد‬ َ ‫فِي ُوجُو ِه الَّ ِذ‬
ۖ ‫ين َكفَرُوا‬َ ‫آيَاتِنَا ۗ قُلْ أَفَأُنَبِّئُ ُك ْم بِ َشرٍّ ِم ْن ٰ َذلِ ُك ُم ۗ النَّا ُر َو َع َدهَا هَّللا ُ الَّ ِذ‬
ِ ‫س ْال َم‬
‫صي ُر‬ َ ‫َوبِ ْئ‬
Artinya: Dan mereka menyembah selain Allâh, sesuatu yang Allâh tidak
menurunkan keterangan tentang itu dan apa yang mereka sendiri tidak
mempunyai pengetahuan tentangnya. Dan orang-orang yang zhalim sekali-kali
tidak memiliki seorang penolong pun. Dan apabila dibacakan di hadapan mereka
ayat-ayat Kami yang terang, niscaya kamu melihat tanda-tanda keingkaran pada
muka orang-orang yang kafir itu. Hampir-hampir mereka menyerang orang-
orang yang membacakan ayat-ayat Kami di hadapan mereka. Katakanlah,
‘Apakah akan aku kabarkan kepada kalian yang lebih buruk daripada itu?’ Yaitu
neraka yang Allâh telah mengancamkan orang-orang yang kafir dengannya. Dan
(neraka itu) adalah seburuk-buruknya tempat kembali. (Q.S. Al-Maidah: 72)

4. MURTAD
11 Sa’id Ibn ‘Ali Ibn Wahf al-Qahtani, Kapan Manusia Menjadi Kafir?, terj. Khairul Anwar, (Solo:
Pustaka al-‘Alaq, 2007), hlm. 56.
Murtad adalah perbuatan kafir setelah islam, baik dengan
perkataan, perbuatan maupun dengan keragu-raguan. Inilah yang 12

dimaksud dengan kekafiran besar yang mengeluaran pelakunya


dari keimanan secara total, yaitu al-kufr al-I’tiqadi yang menafikan
perkataan dan amalan hati atau salah satunya. 13

Istilah murtad dalam bahasa Arab diambil dari kata


yang bermakna kembali berbalik ke belakang. Sedangkan menurut
syariat, orang murtad adalah seorang Muslim yang menjadi kafir
setelah keislamannya, tanpa ada paksaan, dalam usia tamyiiz
(sudah mampu memilah dan memilih perkara, antara yang baik
dari yang buruk) serta berakal sehat. Secara etimologi, murtad
dimaknai para ahli fikih sebagai al-rujū` `an al-islām (berbalik dari
Islam). Sedangkan secara terminologis, murtad diartikan
Abdurraḥman al-Juzairī dalam al-Fiqh `alā al-Madhāhib al-Arba`aṯ,
sebagai orang Islam yang memilih menjadi kafir setelah
sebelumnya mengucapkan dua kalimat syahadat dan menjalankan
syariat Islam. Kemurtadan itu diungkapkan secara jelas (sharīḥ),
misalnya, “usyriku bi Allah” (saya menyekutukan Allah).14

C. SIFAT – SIFAT SEORANG MUSLIM

SIFAT-SIFAT MUKMIN SEJATI DALAM AL-QUR`AN

12 Ibid, hlm. 55
13 Hafizh Hakami, 200 Tanya Jawab Akidah Islam, (Jakarta: GIP, 2005), hlm. 196.
14 Arieff Salleh Rosman, Murtad Menurut Perundangan Islam (Univ. Teknologi Malaysia,
Skudai, 2001), hlm. 7
Keimanan merupakan kunci kebaikan dan keberuntungan
seseorang di dunia dan akhirat. Oleh karena itu, Allâh Azza wa
Jalla sering sekali menyebutkan kata ‘iman’ ini dalam al-
Qur’ân, baik dalam konteks perintah, larangan, anjuran, pujian
dan lain sebagainya. Jika penyebutan lafazh ‘iman’ itu dalam
konteks perintah, larangan atau penetapan hukum di dunia,
maka itu berarti, ucapan itu diarahkan kepada seluruh kaum
Mukminin, baik yang imannya sempurna ataupun kurang .
Sedangkan, jika penyebutan kata ‘iman’ itu dalam konteks
pujian kepada orang-orangnya dan penjelasan balasannya, maka
itu berarti, ucapan itu diarahkan untuk orang-orang yang
imannya sempurna. Kelompok yang kedua inilah yang hendak
dijelaskan di sini.

Dalam al-Qur’ân, Allâh Azza wa Jalla menyebutkan


bahwa orang Mukmin yaitu orang yang mengakui dan
mengimani semua pokok akidah, menginginkan dan melakukan
apa Allâh Azza wa Jalla sukai dan ridhai, meninggalkan semua
perbuatan maksiat dan bergegas untuk bertaubat dari perbuatan
dosa yang dia lakukan. Allâh Azza wa Jalla juga menyebutkan
bahwa keimanan mereka memberikan dampak positif pada
akhlak, perkataan dan tindak-tanduk mereka.

Allâh Azza wa Jalla telah menyebutkan sifat kaum Mukminin


itu yaitu yang beriman kepada semua rukun iman, mendengar dan taat
serta patuh, baik secara lahir maupun batin. Allâh Azza wa Jalla juga
menyebutkan sifat mereka yang lain dalam firman-Nya :
ْ َ‫إِنَّ َما ْال ُم ْؤ ِمنُونَ الَّ ِذينَ إِ َذا ُذ ِك َر هَّللا ُ َو ِجل‬
ْ َ‫م َوإِ َذا تُلِي‬pُْ‫ت قُلُوبُه‬
‫ت َعلَ ْي ِه ْم آيَاتُهُ زَا َد ْتهُ ْم إِي َمانًا َو َعلَ ٰى َربِّ ِه ْم‬
‫﴾أُو ٰلَئِكَ هُ ُم ْال ُم ْؤ ِمنُونَ َحقًّا ۚ لَهُ ْم‬٣﴿ َ‫م يُ ْنفِقُون‬pُْ‫صاَل ةَ َو ِم َّما َرزَ ْقنَاه‬ َّ ‫﴾الَّ ِذينَ يُقِي ُمونَ ال‬٢﴿ َ‫يَت ََو َّكلُون‬
pٌ ‫ات ِع ْن َد َربِّ ِه ْم َو َم ْغفِ َرةٌ َو ِر ْز‬
‫ق َك ِري ٌم‬ ٌ ‫َد َر َج‬

Artinya : Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah


mereka yang bila disebut nama Allâh , gemetarlah hati mereka, dan
apabila dibacakan ayat-ayat-Nya keiman mereka bertambah, dan
hanya kepada Rabblah mereka bertawakkal. (Yaitu) orang-orang
yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezki
yang kami berikan kepada mereka. Itulah orang-orang yang beriman
dengan sebenar-benarnya. mereka akan memperoleh beberapa
derajat ketinggian di sisi Rabb mereka dan ampunan serta rezki
(nikmat) yang mulia. [al-Anfâl/8:2-4]

Sifat-sifat lain yang Allâh Azza wa Jalla sebutkan yaitu jika


mendengar ayat-ayat Allâh Azza wa Jalla dan mengingat Allâh
Azza wa Jalla mereka gemetar, menangis namun hati mereka
lembut dan tenang; mereka senantiasa takut kepada Rabb mereka;
khusyu’ dalam shalat, menjauh dari perbuatan sia-sia, menunaikan
zakat, menjaga kemaluan, memberikan persaksian yang benar dan
menunaikan amanah.

Allâh Azza wa Jalla juga menyatakan bahwa diantara sifat


kaum Mukminin adalah yakin dengan sepenuh hati tanpa ada ragu
sedikitpun, berjihad di jalan Allâh Azza wa Jalla dengan harta dan
jiwa raga mereka dan mereka ikhlas dalam semua perbuatan
mereka, cinta kepada sesama kaum Mukminin, mendoakan
kebaikan untuk kaum Mukminin di masa lalu dan yang akan
datang, berusaha menghilangkan kebencian terhadap kaum
Muslimin dari hati mereka, senantiasa loyal kepada Allâh Azza wa
Jalla , Rasul-Nya dan kaum Muslimin serta berlepas diri dari semua
musuh Islam, menyuruh melakukan yang ma’ruf dan meninggalkan
kemungkaran dan mereka senantiasa taat kepada Allâh Azza wa
Jalla dan Rasul-Nya dalam segala kondisi.

Inilah di antara sifat Mukmin sejati. Dalam diri mereka berpadu


antara akidah yang benar, keyakinan yang sempurna dan keinginan
kuat untuk senantiasa bertaubat. Ini semua melahirkan sikap patuh
untuk melaksanakan perintah dan meninggalkan larangan. Semua
sifat ini merupakan sifat Mukmin sejati yang akan terhindar dari
siksa Allâh Azza wa Jalla , yang berhak mendapatkan pahala serta
berhak meraih semua kebaikan yang merupakan buah dari
keimanan. Setelah mengetahui sifat-sifat ini, seyogyanya bagi
seorang Mukmin mengintrospeksi dan melihat dirinya, sudahkah
dia memiliki sifat ini? Jika sudah, sudahkah sifat-sifat terpuji ini
sempurna ataukah masih banyak kekurangannya? Introspeksi
seperti ini sangat urgens untuk memacu semangat memperbaiki diri.
Kalau sebatas mengetahui sifat-sifat terpuji yang merupakan kunci
kebahagiaan di dunia dan akhirat ini tanpa ada tindak-lanjut dengan
menilai diri, maka alangkah ruginya. Sebab, dengan menilai diri,
dia akan mengetahui kekurangan-kekurangannya sehingga terpacu
untuk menyempurnakannya dengan bertaubat dan istighfâr. Inilah
yang menyebabkan proses introspeksi ini menjadi penting. Karena
semua yang dijanjikan untuk kaum Mukminin itu akan bisa diraih
hanya dengan iman yang sempurna.
Allâh Azza wa Jalla telah menetapkan lebih dari seratus
kebaikan yang bisa diraih dengan iman. Nilai satu kebaikan
melebihi nilai dunia dan seisinya. Diantara kebaikan yang bisa
diraih dengan keimanan yaitu ridha Allâh Azza wa Jalla yang
merupakan karunia tertinggi. Iman juga bisa menyebabkan
seseorang masuk surga, selamat dari siksa neraka, terhindar dari
siksa kubur, terhindar dari berbagai kesulitan pada hari Kiamat,
gembira di dunia dan akhirat, teguh dalam keimanan di dunia dan
istiqamah dalam ketaatan dan ketika meninggal dan dikubur tetap
diatas iman, tauhid dan bisa menjawab dengan benar.

Dengan iman seseorang bisa meraih kehidupan yang baik di


dunia, rizki, kebaikan, kemudahan, terhindar dari berbagai
kesulitan, ketenangan hati dan jiwa, qana’ah, hidup nyaman, anak
keturunan yang baik dan menjadikan mereka sebagai penghibur
bagi seorang mukmin, sabar ketika mendapat ujian dan musibah.

Dengan sebab keimanan, Allâh Azza wa Jalla menghilangkan


berbagai beban dari kaum Mukminin, melindungi mereka dari
berbagai keburukan, menolong mereka dalam menghadapi musuh,
tidak menyiksa kaum Mukminin yang lupa, yang tidak tahu dan
yang keliru. Allâh tidak memberikan beban kepada mereka bahkan
Allâh Azza wa Jalla menghilangkannya dan tidak membebankan
kepada mereka sesuatu diluar batas kemampuan mereka. Dengan
sebab iman, Allâh mengampuni dosa-dosa kaum Mukminin dan
memberikan taufik kepada mereka untuk segera bertaubat.

Jadi keimanan merupakan sarana terbaik untuk mendekatkan


diri kepada Allâh Azza wa Jalla , mendekat kepada rahmat Allâh
Azza wa Jalla dan meraih pahala dari Allâh Azza wa Jalla . Iman
juga merupakan sarana ampuh untuk meraih ampunan Allâh Azza
wa Jalla dan menghilangkan atau meringankan semua kesulitan.

Secara rinci, manfaat yang bisa diraih dengan keimanan itu


sangat banyak. Singkatnya, kebaikan dunia dan akhirat merupakan
buah dari keimanan sebaliknya keburukan-keburukan itu ada akibat
dari hilangnya keimanan. Wallâhu a’lam
BAB III

PENUTUP

A.KESIMPULAN

Aqidah,Tahuid,Iman dalam kehidupan umat muslim perlukita


pelajari dan amalkan,Akidah adalah beberapa perkara yang wajibdi
yakini kebenaran yang wajib di yakini kebenarannya oleh hati,dapat
mendapatakan ketenraman jiwa dan menjadikan keyakinan.

Tauhid adalah konsep dalam aqidah islam yang menyatakan


keesaan Allah .

Iman adalah keyakinan atau kepercayan yang meresap ke dalam


hati,dengan penuh kayakinan,tidak bercampur syak dan ragu serta
memberi pengaruh bagi pandangan hidup.

Maka seorang hamba tidaklah mencapai keimanan kecuali jika


seorang hamba telah mampu mewujudkan keislamanya.
DAFTAR PUSTAKA

Muhammad bin Ibrahim At-Tuwaijri. 1433 M. Ringkasan Fiqih Iman, Buraidah:


IslamHouse.com.
(https://d1.islamhouse.com/data/id/ih_books/chain/Summary_of_the_Islamic_Fiq
h_Tuwajre/id_01_summary_of_the_islamic_fiqh_tuwajre.pdf, di akses pada
tanggal )

Ahmad, Muhammad. 1998. Tauhid dan Ilmu Kalam. Bandung: CV PUSTAKA


SETIA.

KEMENTERIAN AGAMA. 2014. Buku Siswa Akidah Akhlak. Jakarta :


Kementerian Agama.

Muhammad b.Ahmad Rasyid Ahman. 2001. DOSA Bahaya dan Pencegahannya.


Solo: At-Tibyan.

Muhammad, Syamsuddin. 2007. Dosa Dosa Besar. Solo: Pustaka Arafah.


(https://drive.google.com/file/d/0BzDT5zrhbMyDbmxMN3M2bjlwRms/view, di
akses tanggal 17 september 2019)

Azra, Azyuzumardi. 2008. Kajian Tematik al-Qur’an Tentang Ketuhanan.


Bandung: Angkasa.

Taqy ad-Din ahmad Ibn Abd Halim In Taimiyah. 2003 M /1426 H. Majmu’
Fatawa. Madinah: Mujjama’ al-Malik Fadh li Tiba’ah al-Mushaf asy Syarif.
Sa’id Ibn ‘Ali Ibn Wahf al-Qahtani. 2007. Kapan Manusia Menjadi Kafir?, terj.
Khairul Anwar. Solo: Pustaka al-‘Alaq.

Hakami, Hafizh. 2005. 200 Tanya Jawab Akidah Islam. Jakarta: GIP.

Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al Fauzan. KITAB TAUHID jilid 3.

Arieff Salleh Rosman. 2001. Murtad Menurut Perundangan Islam. Skudai: Univ.
Teknologi Malaysia.

Kitab Tauhid jilid 2 Dr. shalih bin Fauzan bin Abdullah AL Fauzan dkk.

(Dikutip dari kitab Al-Qawâidul Hisân, Syaikh Abdurrahmân bin Nâshir as-Sa`di,
halaman. 77-80)

Anda mungkin juga menyukai