Anda di halaman 1dari 8

NAMA:Aditya Gunawan

KELAS:PMT 2A

MAKUL:KAPSEL PENDIDIKAN

PELOPOR DALAM DUNIA PENDIDIKAN DAN PENDIDIKAN


ISLAM
A.Pelopor pendidikan dunia

1.Comenius 1592-1670
Jan Komensky atau Comensius lahir di Moravian, beliau hidup
pada pasca-reformasi perang antar agama katolik dan protestan. Beliau
seorang menteri dan pendidik di Moravian Bretheren, dan selalu
dianiaya, penganiayaan agama ini kemudian memaksa Comenius
untuk meninggalkan kampung halamannya dan mengungsi ke negara
eropa lainnya yang kemudian dia membangun suatu filosofy pendidikan baru Pansophism.
Beliau meyakini bahwa pengetahuan universal mampu meninggalkan kebencian manusia
terhadap etnik dan agama dan hidup dalam kedamaian.
Pandangan beliau mengenai tujuan pendidikan sangat berkaitan dengan tumbuh
kembang anak yang natural yang kemudian berkontribusi pada pemahaman dan perdamaian.
metode pembelajarannya menggunakan perasaan dibanding menghafal. Pembelajaran
dimulai dengan mengajarkan yang mudah, kemudian mempelajari frase yang simpel
bertahap menuju kalimat yang lebih rumit.
Beliau menolak doktrin yang menyatakan bahwa anak-anak yang dilahirkan
membawa sifat yang buruk sehingga guru perlu menghukum untuk mendisiplinkan mereka.
Beliau menginginkan seorang guru harus mampu membuat kelas yang nyaman bagi setiap
individu. Tidak terburu-buru dan tidak menekan anak, Comenius meyakini bahwa anak akan
belajar efisien ketika mereka siap belajar suatu keahlian atau subjek tertentu. Pembelajaran
disesuaikan dengan tahapan anak. Guru harus menyusu suatu pelajaran dengan asimilasi

1
yang ringan sesuai dengan tahapan pengajaran dan menyenangkan. Adapun tahapan yang
harus disiapkan guru dalam sebuah pembelajaran menurut Comenius adalah sebagai berikut:
1. Menggunakan objek atau gambar untuk mengilustrasikan suatu konsep
2. Menghubungkan pembelajaran dengan kehidupan peserta didik
3. Pembelajaran disampaikan secara mudah
4. Menjelaskan dari yang umum kemudian lebih detail
5. Menekankan pada bagian objek yang ada pada alam semesta (real)
6. Menghadirkan pembelajaran pada satu hal (fokus)
7. Tidak meninggalkan pengetahuan yang spesifik sampai peserta didik memahami
pembelajaran dengan baik.
Pengaruh Comenius terhadap pendidikan dan sekolah adalah pengelolaan sekolah
yang berdasarkan pada tahapan anak. Disarankan agar pendidik menggunakan gambaran
berupa objek yang konkret untuk menstimulus perasaan peserta didik saat belajar, tidak
boleh menekan anak, namun harus menciptakan suasana belajar yang nyaman dalam kelas.

2.Rousseau (1712-1778)

Jean-Jacques Rousseau merupakan kaum intelektual Paris yang


hidup pada abad ke 18. Bukunya yang berjudul On the Origin of the
Inequality of Mankind dan The social Contract yang mengutuk
perbedaan kekayaan, harta benda, dan martabat karena kesenjangan sosial.
Menurut beliau posisi manusia di alam ini adalah sebagai “noble savages” yang bebas dari
kerusakan ekonomi sosial. Rousseau juga dikritik mengenai tidak konsistennya mengenai
anak, meskipun dia menulis mengenai kebebasan anak, dia meninggalkan anaknya sendiri
dan membesarkan juga mendidik yatim piatu.
Novelnya yang berjudul Emile cerita tentang pendidikan bayi sampai dewasa,
Rousseau berpendapat bahwa insting anak dan kebutuhannya secara alami harus dipenuhi,
maka dengan sekolah dan guru hanya akan memaksakan dan memenjarakan kebebasan
siswa. Menurut beliau Identifikasi perkembangan anak itu terbagi pada 4 tahapan, yaitu:
1. Infancy (sejak lahir – 5 tahun): Pada uisa ini bayi mempelajari langsung menggunakan
indera untuk memeriksa objek di lingkungannya.

2
2. Childhood (masa anak-anak 5-12 tahun): Pada usia ini anak akan mempelajari keadaan
dengan dirinya sendiri, dengan menggunakan indera, mata, telinga, tangan dan kakinya,
hal ini lebih efektif dibandingkan dengan mengajarkan anak-anak dengan kata yang tidak
mereka pahami. Tutor sengaja menahan diri untuk mengenalkan buku pada tahap ini
sehingga tidak menghalangi pengalaman anak untuk berinteraksi dengan alam. Artinya
dalam tahap ini anak berinteraksi secara intuitif karena berhubungan langsung dengan
gerakan tubuh dan indera.
3. Boyhood (masa anak-anak akhir 12-15 tahun): Dalam novel ini menceritakan bahwa
Emile belajar ilmu alam dengan mengobservasi pertumbuhan siklus tumbuhan dan
hewan. Menjelajahi lingkungannya secara langsung, belajar berdagang juga mengerjakan
pekerjaan tukang kayu. Menghubungkan pekerjaan mental dan fisik. Artinya anak pada
usia memiliki perkembangan dari segi kognitif dan fisik, seperti mampu menyelesaikan
masalah geografis dan science.
4. Adolescence (dewasa 15-18 th): Emil siap mempelajari dunia sosial ekonomi, bisnis, dll.
Mengunjungi museum, teater, galei, laboratorium dll.
Dari novel yang bejudul Emile maka dapat disimpulkan filosofi pendidikan menurut
rousseau adalah: 1. Bayi sebagai pondasi alami untuk perkembangan dan pertumbuhan
manusia di masa depan; 2. Insting anak-anak mampu memimpin untuk menjelajahi
lingkungannya; 3. manusia memiliki siklus perkembangan; 4. Perkembangan anak
mempengaruhi masa dewasanya. Pandangan Rosseau tentang kurikulum yang harus
dikembangkan berdasarkan kebutuhan dan ketertarikaan siswa telah memengaruhi
pemikiran pendidikan yang harus berpusat pada siswa. Guru harus memperhatikan
ketertarikan siswa (children’s interests) dan siswa harus belajar melalui interaksi langsung
dengan lingkungannya.
3.Pestalozzi (1746-1827)

Pendidik dari Swiss yang memiliki nama lengkap Johan Heinrich


Pestalozzi ini hidup pada masa revolusi industri di Eropa yang
mempengaruhi perekonomian dan kehidupan anak dalam keluarga.
Berpijak pada pengaruh tersebut, Pestalozzi mengembangkan sekolah

3
yang dibuat seperti sebuah keluarga sehingga mampu memelihara proses perkembangan
anak.
Sekolah menurut Pestalozzi dapat menjadi pusat belajar yang efektif jika terorganisasi
dengan baik. Pestalozzi pun mengembangkan sebuah program persiapan guru dan
memberikan pelayanan sebagai mentor bagi guru yang dilatih dengan metodenya.
Pembelajaran yang dikembangkan berbasis prinsip-prinsip alamiah dan menekankan pada
emosi manusia. Pembelajaran kelompok cenderung digunakan daripada pengajaran individu
atau home schooling. Menurutnya anak harus belajar secara bertahap dan mendapatkan
pemahaman melalui apa yang dipelajarinya.
Adapun metode yang dilakukan adalah: 1. Guru memulai dengan objek yang konkret
sebelum menjelaskan konsepnya; 2. belajar langsung secara dekat sebelum yang yang jauh;
3. diawali dengan yang mudah sebelum mempelajari yang sulit; 4. latihan yang sederhana
dan selalu dilakukan secara berangsur dan terakumulasi.
Pengaruh pemikirannya pada pendidikan terkini adalah penekanan pembelajaran pada
kemampuan siswa dalam memanipulasi objek di lingkungannya sendiri sebagai dasar dari
belajar berbasis proses. Pendidikan pun harus langsung menstimulasi pikiran dan emosi
untuk mengembangkan pembelajaran dalam mendorong kemampuan afektif dan kognitif
siswa

B.Pelopor Pendidikan di Dunia Islam


1. Ibnu Maskawaih
Filosof dari Rayy yang bernama lengkap Abu Ali Ahmad
bin Muhammad bin Ya’kub bin Maskawaih yang lahir pada
tahun 320 H/932 M dan wafat pada tanggal 9 Shafar 421 H/16
Februari 1030 M. Beliau memahami bahwa pendidikan
dirumuskan dari konsep manusia (daya nafsu, daya berani, daya
berpikir), dan konsep akhlak (teori pertengahan), adapun rumusannya adalah sebagai
berikut:

4
a. Tujuan Pendidikan akhlak: Terwujudnya sikap batin yang mendorong pada kebaikan
sehingga menemukan kebahagiaan sejati
b. Materi Pendidikan: Menurut beliau materi pendidikan difokuskan pada hal yang
wajib bagi manusia, bagi jiwa dan hal yang wajib bagi hubungan manusia.
c. Pendidik dan Anak didik: guru dan peserta didik sebagi instrumen dalam
pembelajaran, dan menempatkan guru paling tinggi derajatnya adalah seorang
mu’allim al-misal, mu’allim al-hakim, atau mu’allim al-hikmat.
d. Lingkungan pendidikan: manusia memerlukan lingkungan yang baik dari luar
dirinya sendiri
e. Metodologi pendidikan: dalam hal ini beliau lebih menitikberatkan pada metodologi
perbaikan akhlak.
2. Ibnu Sina

Ibnu Sina bernama lengkap Abu ‘Ali al-Husayn ibn


Abdullah ibn Hasan ibn Ali ibn Sina. Ia lahir pada tahun 370 H/980
M di Afshana (Kharmisin), sebuah kota kecil dekat Bukhara,
sekarang wilayah Uzbekistan (bagian dari Persia).
Ibnu sina membagi hakikat manusia pada dua bagian utama yaitu jasad
dan jiwa, sehingga beliau mengonsep tujuan pendidikan yang berkaitan dengan jiwa dan
jasad manusia, dengan fungsi normatif yaitu tujuan pendidikan itu menentukan proses
pendidikan, merangsang peserta didik, dan memiliki nilai. Adapun kurikulum menurut
beliau harus disesuaikan dengan perkembangan peserta didik, belau membagi
tahapannya sebagai berikut:
a. Usia 3-5 tahun: Pada tahap ini anak diberikan pendidikan seperti olahraga
(disesuaikan dengan bakat), budi pekerti (sopan-santun), dan kebersihan. Lebih
menekankan pada aspek afektif
b. Usia 6-14 tahun: Pada usia ini anak dibekali dengan pendidikan menghafal al-
Qur’an, membaca, agama, sya’ir dan olahraga. Lebih menekankan pada aspek
kognitif.
c. Usia 14 tahun ke atas: beliau lebih menekankan pada ilmu teoritis dan praktis,
diberikan kepada anak sesuai dengan bakat yang dimilikinya.

5
Sedangkan metode yang digunakan dala pembelajaran menurut Ibnu sina adalah
dengan metode Talqin, demonstrasi, kebiasaan dan keteladanan, diskusi, magang,
penegasan, dan metode targhib tarhib. Konsep guru menurut beliau adalah guru yang
mampu mengajarkan tiga aspek yaitu afektif, kognitif dan psikomotor dengan seimbang,
cerdas, cakap, dan berkepribadian yang baik. Beliau lebih menitikberatkan pada
pendidikan akhlak, pendidikan al-Qur’an, Pendidikan bagi anak usia dini.

3. Al-Gazali

Nama lengkapnya, Abu Hamid Muhammad ibn Muhammmad bn


Muhammad al-Ghazali lahir di Ghazaleh, suatu
Tujuan pendidikan menurut al-Ghazali yaitu tercapainya
kesempurnaan insani yang bermuara kepada Allah dan kebahagiaan dunia akahirat,
beliau juga membagi ilmu menjadi ilmu terkutuk dan ilmu terpuji, sedangkan konsep
pendidik menurut beliau yaitu pendidik yang harus memiliki kecerdasan, kesempurnaan
akhlaknya dan kuat fisiknya. Metode pembelajaran beliau lebih ditujukan kepada metode
khusus bagi pengajaran agaman, yaitu dengan memberikan teladan yang baik bagi
peserta didik untuk membentuk mental dan budi pekerti yang ada dalam diri peserta
didik.

4. Ikhwan al-Shafa
Pendidikan yang ditawarkan oleh Ikhwan al-Shafa adalah pendidikan yang
bersifat penalaran, dan memperoleh ilmu pengetahuan dengan tiga cara, 1. menggunakan
panca indera untuk mendapatkan ilmu pengetahuan yang ada dalam setiap zamannya; 2.
mendengarkan, menyimak dan memahami berbagai perkara yang terikat maupun yang
tidak terikat oleh waktu dan tempat; 3. dengan menulis dan membaca.
Menurut beliau seorang guru harus berpegang teguh terhadap aliran dan
madzhabnya, mendarmabaktikan tujuannya terhadap politik, dan menyebarkan dakwah.
Adapun metode pengajaran menurut beliau adalah metode hafalan.

6
C.Pelopor pendidikan indonesia

1. K.H Ahmad Dahlan


Riwayat Hidup K.H Ahmad Dahlan, dilahirkan pada tahun 1869 di Yogyakarta dengan nama
Darwisy. Ayahnya bernama Kiai Haji Abu Bakar bin Kiai Sulaiman, seorang khatib tetap di
Masjid Sultan di kota tersebut. Ibunya adalah anak seorang penghulu, Haji Ibrahim.
Sewaktu kecil, Ahmad Dahlan tidak sempat menikmati pendidikan Barat untuk anak-
anak kaum ningrat yang lulusannya biasanya disebut kapir landa. Malahan ia mendapatkan
pendidikan tradisional di Kauman, Yogyakarta, dimana ayahnya sendiri, Kiai haji Abu Bakar
menjadi guru utamanya yang mengajarkan pelajaran-pelajaran dasar mengenai agama Islam.

Setelah menyelesaikan pendidikan dasarnya di madrasah dan pesantren di Yogyakarta


dan sekitarnya, ia berangkat ke Makkah untuk pertama kali pada 1890. Selama setahun ia belajar
disana. Salah sorang gurunya adalah Syaikh Ahmad Khatib, seorang pembaru dari Minang-
Kabau, Sumatra Barat. Sekitar tiga tahun kemudian, 1903, untuk kedua kalinya ia berkunjung ke
Makkah. Kali ini ia menetap lebih lama, dua tahun.1 Sumber lain menyebutkan bahwa kakeknya
dari garis Ibu bernama Haji Ibrahim, yang merupakan seorang penghulu di Yogyakarta.
Diyakini, bahwa selama tinggalnya di kotasuci Makkah itulah Ahmad Dahlan bertemu
dengan ide-ide pembaruan Islam yang dipelopori Jamaluddin Al- Afghani, Muhamad Abduh dan
Rasyid Ridha.
Ahmad Dahlan bukan seorang seorang penulis sebagaimana Muhammad Natsir. Oleh
karena itu, gagasan-gagasan pemikirannya ia sampaikan secara lisan dan karya nyata. Untuk itu
ia lebih dikenal sebagai pelaku dibandingkan sebagai pemikir. Ahmad Dahlan juga menjadi
khatib di Masjid Kesultanan Yogyakarta, di samping sebagai guru disekolah-sekolah pemerintah
seperti Kweekschool di Yogyakarta dan OSVIA di Magelang.
Ketika berusia empat puluh tahun, 1909, Ahmad Dahlan telah membuat terobosan dan
strategi dakwah; ia memasuki perkumpulan Budi Utomo. Melalui perkumpulan ini, Dahlan
berharap dapat memberikan pelajaran agama kepada anggotanya. Lebih dari itu, karena anggota-
anggota Budi Utomo pada umumnya bekerja di sekolah-sekolah dan kantor-kantor pemerintah,
Ahmad Dahlan berharap dapat mengajarkan pelajaran agama di sekolah-sekolah pemerintah.
Rupanya, pelajaran dan cara mengajar agama yang diberikan Ahmad Dahlan dapat diterima baik
oleh anggota-anggota Budi Utomo. Terbukti, mereka menyarankan agar Ahmad Dahlan

7
membuka sendiri sekolah secara terpisah. Sekolah tersebut hendaknya didukung oleh suatu
organisasi yang bersifat permanen. Melalui organisasi tersebut, selain sistem pengajaran dapat
diatur sedemikian rupa, juga lebih dapat terhindar dari kebangkrutan manakala pendirinya telah
meninggal, sebagaimana sistem pesantren tradisional ketika kiainya telah wafat.
Akhirnya, pada 18 November 1912, Kiai Haji Ahmad Dahlan mendirikan organisasi
Muhammadiyah di Yogyakarta. Organisasi ini mempunyai maksud “menyebarkan pengajaran
kanjeng Nabi Muhammad SAW kepada penduduk bumi putra”, dan “memajukan hal agama
Islam kepada anggota-anggotanya”.5
Dalam mengarahkan kegiatan-kegiatan organisasi ini dalam tahun-tahun pertama tidaklah
mengadakan pembagian tugas yang jelas di antara anggota pengurus. Hal ini semata-mata
disebabkan oleh ruang gerak yang masih sangat terbatas, yaitu sampai sekurang-kurangnya tahun
1917 pada daerah Kauman, Yogyakarta saja.
Sudah barang tentu Kiai Haji Ahmad Dahlan tidak bekerja sendirian. Ia dibantu oleh
kawan-kawannya dari Kauman, seperti Haji Sujak, Haji Fachruddin,Haji Tamim, Haji Hisyam,
Haji Syarwank, dan Haji Abdulgani. Sedangkan anggota Budi Utomo yang paling keras
mendukung segera didirikan sekolah agama yang bersifat modern adalah Mas Rasyidi, siswa
Kweekschool di Yogyakarta, dan R. Sosrosugondo seorang guru di sekolah tersebut. Sekitar
sebelas tahun kemudian setelah organisasi Muhammadiyah didirikan , Kiai Haji Ahmad Dahlan
meninggal dunia pada tanggal 23 Februari 1923.

Anda mungkin juga menyukai