Wasilah 1901414053
Syntia 1901414047
Walianti 1901414082
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
KATA PENGANTAR.............................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................4
1.1 Latar belakang................................................................................................4
1.2 Rumusan masalah...........................................................................................5
1.3 Tujuan.............................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................6
2.1 Tokoh-tokoh perintis psikologi perkembangan anak.....................................6
BAB III PENUTUP...............................................................................................15
3.1 Kesimpulan...................................................................................................15
3.2 Saran.............................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................16
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Pendidikan anak selalu menarik dan menjadi topik permbicaraan para ahli
pendidikan dari masa ke masa, seiring dengan perubahan zaman. Para ahli
pendidikan Islam, seperti al-Qabisi, Ibnu Sina, dan al-Ghazali telah
membicarakannya beberapa abad yang lampau.Demikian juga dengan para pakar
pendidikan Barat seperti, John Amos Comenius, Jean Jacques Rousseau, Johan
eindrick Pestalozzi, Friederich Wilhelm Frobel, dan John Dewey. Masing-masing
memiliki pemikiran khas yang berbeda, namun masih ada benang merahnya,
yakni perhatian mereka terhadap anak.Berbagai pemikiran tentang pendidikan
anak menjadi sangat urgen, ketika dikaitkan dengan kondisi pendidikan anak di
Indonesia saat ini.
Masih banyak pihak yang memiliki ambisi dan obsesi yang begitu besar
terhadap diri anaknya. Sebagian besar dari orang-orang yang demikian, hanya
berorientasi pada hasil tanpa memperhatikan proses pendidikan yang dialami oleh
sang anak. Gejala yang demikian telah menjadi pemandangan umum, yaitu anak
diperkosa dan ditekan untuk melakukan hal-hal yang bersifat akademis, padahal
mereka pada masa kanak-kanak lebih sesuai dengan berbagai permainan, bukan
hal-hal yang bersifat akademis.Meskipun demikian, sebagian dari mereka belum
menyadari akan perlakuan buruk tersebut. Mereka lebih bangga ketika anaknya
mampu berprestasi lebih tinggi dibanding dengan anak lainnya. Dari sini saja
dapat diketahui bahwa semua keunggulan dan prestasi yang dicapai anak
sebetulnya bukanlah keinginan murni sang anak, melainkan merupakan keinginan
dan ambisi sang orang tua. Oleh karena itu, layak kiranya di sini dilihat
bagaimana konsep pemikiran pendidikan anak dilihat dari parspektif pakar
pendidikan itu sendiri baik dari dunia Islam maupun dinia Barat.
1.2 Rumusan masalah
1. Mengetahui siapa saja tokoh-tokoh perintis psikologi perkembangan anak
1.3 Tujuan
1. Dapat mengetahui siapa saja tokoh-tokoh perintis psikologi perkembangan
anak
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Tokoh-Tokoh Perintis Psikologi Perkembangan Anak
1. Johan Amos Comenius (1592-1671)
- Comenius seorang ahli pendidikan dari Cekoslowakia.
- Comenius menyatakan bahwa anak bukan miniatur orang dewasa.
- Dalam bukunya yang berjudul Didactica Magna, dia mengajurkan agar
pembelajaran dapat menarik perhatian anak, oleh karena itu pembelajaran harus
diperagakan agar anak-anak dapat mengamati, menyelidiki, dan mengalaminya
sendiri.
John Amos Comenius (1592-1670) Ia adalah tokoh Eropa yang pertama
kah membenkan perhatian tedmdap dunia pendidikan anak. Ia mengarang buku
pelajaran bahasa dengan menggunakan gambar. Di bawah setiap gambar is tulis
nama atau keterangan dalam bahasa ibu dan bahasa Latin. Bukunya yang ber udul
School Infancy, merupakan lanjutan dan sebagian isi bukunya yang sangat
terkenal (The Great Deductic William Boyd, 1959:242). Ia sangat mencintai anak,
dan corak pendidikan yang diinginkannya adalah bercorak agama.Anak dalam
pandangannya adalah kumia Tuhan kepada manusia yang, karenanya, harus
dirawat, dipelihara dan dididik dengan baik, tidak dengan kekerasan dan pukulan.
Pendapat tersebut itu merupakan proles atas perlakuan keras dan kasar terhadap
anak dalam kegiatan pendidikan di zamannya. Tujuan pendidikan digariskan
kepada:
1) mencapai ilmu pengetahuan
2) mencapai akhlak,
3) mencapai kesalehan dan ketakwaan (Agnes Soejono, 1978: 10).
Ia berpendapat bahwa semua anak dari semua tingkatan harus mendapat
kesempatan yang sama dalam menflunati pendidikan. 01eh karena itu, sekolah
harus didirikan sebanyak-banyaknya, sehingga anak putera dan puteri, dapat
memasukinya tanpa perbedaan.Dalam mendidik dan mengajar Comenius sebagai
pegangan atau contoh seluruh alam besar sebagai makro-kosmos yang selalu
bedalan tertib. Tuhan memberi contoh alamdalam mengembangkan tumbuhan,
hewan dan manusia. Manusia hanyalah micro-cosmos, yang berbentuk kecil
sepadan dengan makro-cosmos.Perkembangan anak menurut Comenius melalui
empat tingkatan, yang didasarkan pads perkembangan bahasa anak. Pertama, dari
lahir sampai umur 6 tahun, masa anak belajar dalam school Infancy dengan lokasi
yang paling baik adalah pangkuan ibu. Kedua, dari umur 6 sampai 12 tahun, mass
anak memasuki sekolah pertama dan bahasa ibu dipakai sebagai bahasa pengantar.
Ketiga, dari umur 12 sampai 18 tahun, mass anak belajar di sekolah menengah
(sekolah Latin) dengan bahasa Latin sebagai bahasa pengantar. Keempat, dari
umur 18 sampai 24 tahun, mass anak belajar di perguruan tinggi dengan syarat
hares memilih perguruan tinggi di negen lain. Tingkat ini hanya ditempuh oleh
anak-anak yang cerdas yang dinamakan The Flowers of Mankind.Tentang
peraturan sekolah, ia mengatakan bahwa semua sekolah wajib diatur baik-baik
(tats tertib) dan dijaga kebersihannya demi kesehatan pars murid. Guru wajib
ramah tamah, banyak menggunakan hadiah, sedikit menggunakan hukuman dan
tidak menjatuhkan hukumanbadan, apabila mend kurang kemajuan dalam
pelajaran. Dengan cara yang tepat, cepat dan mudah mend akan dapat menerima
pelajaran dalam suasana gembira (Agnes Soejono, 1978:11).
2. Jean Jaques Rousseau (1712-1671)
- Rousseau seorang pemikir dari Perancis.
- Dalam bukunya Emile Ou l’education, dia menyatakan bahwa segala-galanya
baik ketika datang dari tangan Sang Pencipta, dan segala-galanya memburuk
dalam tangan manusia.
- Bahwa pada dasarnya kodrat anak baik, namun apa yang baik tersebut dapat
menjadi buruk karena kesalahan manusia.
- Untuk mencegah terjadinya hal-hal yang buruk dalam mendidik anak, maka
pendidik hendaknya membekali diri dengan pengetahuan tentang segi kejiwaan
anak.
Jean Jacques Rousseau (selanjutnya disebut J.J. Rousseau) dilahirkan
dalam keluarga berada di Geneva Swiss, tetapi sebagian besar dari kehidupannya
berada. di Perancis. Ia adalah tokoh yang dikenal berkat buku .'Emile': Odu de
'education, dimana ia menggambarkan cara pendidikan anak sejak lahir sampai
remaja yang ideal. Pembukaan buku Emile tidak hanya memberikan pandangan
yang berorientasi pads pendidikan saja, tetapi juga menunjukkan pemikiran yang
berorientasi politik. Dikatakannya bahwa "Tuhan menciptakan segalanya baik,
karena adanya camper tangan manusia, menjadikamyajahaf'.Rousseau
menyarankan Ternbali ke alam' (a return to nature) dan pendekatan yang bersifat
alamiah dalam pendidikan anak yang dikenal dengan naturalisme. Menurut
Rousseau, dengan naturalisme anak akan berkembang tanpa hambatan. Oleh
karenanya, ia menolak adanya pakaian seragam (dress code), wajib hadir,
ketrampilan dasar yang minimum, tes yang distandardisasi dan kemampuan
pengelompokan karena semuanya berorientasi pads hal-hal yang bersifat tidak
alamiah.Pendidikan yang bersifat alamiah menghasilkan dan memacu
berkembangnya kualitas semacam kebahagiaan, spontanitas, dan rasa ingin tabu.
Dalam buku Emile dikemukakan bahwa segala yang tidak ads sejak seseorang dan
dibutuhkan pads saat perkembangan akan diperoleh dalam pendidikan.
Pendidikan tersebut akan didapat dari alam, manusia, atau bends.
Rousseau percaya bahwa walaupun kita telah melakukan kontrol terhadap
pendidikan yang diperoleh dari pengalaman sosial dan sensoris, kita tetap tidak
dapat mengontrol pertumbuhan alami. Intinya, inilah yang disebut sebagai konsep
`unfolding', di mana bawaan dari anak menuju siap yang akan terjadi; `unfolf
adalah hasil dari kematangan yang dikaitkan dengan jadwal perkembangan yang
sifatnya bawaan. Rousseau sangat yakin bahwa ibu yang dapat menjamin
Pendidikan secara alamiah. Pads saat itu ia menganjurkan agar para ibu kembali
mau menyusui anaknya sendiri. Pads mass itu banyak ibu terutama dari kalangan
atas tidak suka menyusui anaknya walaupun hal tersebut memungkinkan. Prinsip
bahwa dalam mendidik anak, orang tea perlu memberi kebebasan kepada anak
agar tumbuh dan berkembang secara alamiah (Soemantri Patinodewono, 1998:4).
3. J.P. Pestalozzi (1746-1827)
-Pestalozzi seorang pendidik dari Swiss yang sangat memperhatikan kehidupan
anak-anak
.- Ia menganjurkan agar pendidikan untuk anak disesuaikan dengan
perkembangan jiwa anak.
- Proses pembelajaran untuk anak, menurut dia, hendaknya didasarkan pada
pengalaman, dimulai dari tingkat paling mudah menuju pada tingkat yang lebih
sulit.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pendidikan anak selalu menarik dan menjadi topik permbicaraan para ahli
pendidikan dari masa ke masa, seiring dengan perubahan zaman. Para ahli
pendidikan Islam, seperti al-Qabisi, Ibnu Sina, dan al-Ghazali telah
membicarakannya beberapa abad yang lampau.Demikian juga dengan para pakar
pendidikan Barat seperti, John Amos Comenius, Jean Jacques Rousseau, Johan
eindrick Pestalozzi, Friederich Wilhelm Frobel, dan John Dewey. Masing-masing
memiliki pemikiran khas yang berbeda, namun masih ada benang merahnya,
yakni perhatian mereka terhadap anak.Berbagai pemikiran tentang pendidikan
anak menjadi sangat urgen, ketika dikaitkan dengan kondisi pendidikan anak di
Indonesia saat ini.
3.2 Saran
Makalah ini tentu masih mempunyai banyak kekurangan dan kesalahan,
karena itu kepada pembaca untuk berkenan menyumbangkan kritik dan saran
yang bersifat membangun dan bertambahnya wawasan kami di bidang
ini,akhirnya kepada allah jualah penulis memohon taufik dan hidayah semoga
usaha penulis ini mendapat manfaat yang baik, serta mendapat ridho Allah SWT .
Amin ya rabbal ‘alamin.
DAFTAR PUSTAKA
https://sumsel.kemenag.go.id