PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa saja aliran klasik pendidikan yang berkembang di dunia ?
2. Apa saja gerakan-gerakan baru dalam pendidikan ?
3. Apa saja dua aliran pokok pendidikan di Indonesia ?
C. TUJUAN
1. Mengetahui aliran klasik pendidikan yang berkembang di dunia
2. Mengetahui gerakan-gerakan baru dalam pendidikan
3. Mengetahui dua aliran pokok pendidikan di Indonesia
1
BAB II
PEMBAHASAN
1. Aliran Empiris me
2
Tokoh perintis pandangan ini adalah seorang filsuf Inggris bernama John Locke (
1704 – 1932 ) yang mengembangkan teori “ Tabula Rasa “, yakni anak lahir didunia
bagaikan kertas putih yang bersih. Sehingga kertas putihpun akan diberi warna untuk
membuat kertas putih itu menjadi kesatuan yang menarik. Kertas putih akan
mempunyai corak dan tulisan yang digores oleh lingkungan. Pengalaman empirik
yang diperoleh dari lingkungan akan berpengaruh besar dalam menentukan
perkembangan anak. Aliran ini dipandang sebelah mata, karena aliran ini hanya
mementingkan adanya peran lingkungan saja dan menganggap pengaruh
pembawaan sejak lahir itu tidak penting. Padahal pada kehidupan nyata banya
seorang anak yang berhasil karena mempunyai bakat – bakat atau kemampuan,
walaupun lingkungan sekitarnya sama sekali tidak mendukung. Keberhasilan
tersebut berasal dari diri sendiri berupa kecerdasan atau kemaunan keras, seseorang
berusaha mencari lingkungan yang dapat mengambangkan potensi sesuai dengan
bakat yang dimiliki. Namun penganut aliran ini masih memandang manusia sebagai
mahluk pasif dan dapat dimanipulasi, seperti modifikasi tingkah laku. Hal tersebut
terlihat dari pandangan scientific psychologi dari B. F. Skinner atupun pandangan
behavioral (behaviorisme) lainnya.
2. Aliran Nativisme
3
Hasil pendidikan tergantung pada pembawaan. Schopenhauer (filsuf Jerman
1788-1860) berpendapat bahwa bayi itu lahir sudah dengan pembawaan baik dan
pembawaan buruk.
Namun jika dilihat dalam kehidupan sehari-hari memang sering ditemukan anak
yang mirip dengan orang tuanya baik dari fisik ataupun potensi – potensi (bakat).
Walaupun demikian pembawaan tidak sepenuhnya mempengaruhi pembentukan dan
perkembangans anak menuju kedewasaan.
3. Aliran Naturalisme
4
J.J.Rosseau ingin menjauhkan anak dari segala keburukan masyarakat yang serba
dibuat- buat (artificial) sehingga kebaikan anak- anak yang diperoleh secara alamiah
sejak saat kelahirannya itu dapat tampak secara spontan dan bebas. Ia mengusulkan
perlunyapermainan bebas kepada anak didik untuk mengembangkan pembawaan,
kemampuan- kemampuannya, dan kecenderungan-kecenderungannya. Tetapi seperti
telah diketahui, bahwa gagasan naturalisme yang menolak campur tangan
pendidikan, sampai saat ini ternyata tidak terbukti, sebaliknya pendidikan makin
lama makin diperlukan.
4. Aliran Konvergensi
Perintis aliran ini dalah William Stern (1871- 1939), seorang ahli pendidikan
bangsa Jerman yang berpendapat bahwa seorang anak lahir di dunia sudah disertai
pembawaan baik maupun buruk. Aliran ini menganggap antara bakat dan
lingkungan itu seimbang dan harus dioptimalkan untuk membentuk suatu karakter
yng sempurna.Jadi bakat juga harus dikembangkan secara optimal dan
lingkunganpun juga harus mendukung dalam sistem pengembangannya. Bakat yang
dibawa pada waktu lahir tidak akan berkembang dengan baik tanpa danya dukungan
lingkungan yang sesuai dengan bakat itu. Sebaliknya, lingkungan yang baik tidak
dapat menghasilkan perkembangan anak yang optimal, kalau memang pada diri anak
tidak terdapat bakat yang diperlukan untuk mengembangkan itu. Sebagai contoh,
hakikat kemampuan anak berbahasa dengan kata- kata adalah juga hasil konvergensi.
Pada anak manusia ada pembawaan untuk berbicara melalui situasi lingkungannya,
anak belajar berbicara dalam bahasa tertentu. Lingkunganpun mempengaruhi anak
didik dalam mengembangkan pembawaanbahasanya. Karena itu tiap anak manusia
mula- mula menggunakan bahasa lingkungannya, misalnya bahasa Jawa, bahasa
Sunda, bahasa Inggris, dan sebagainya.
Kemampuan dua orang anak ( yang tinggal dalam satu lingkungan yang sama )
untuk mempelajari bahasa mungkin tidak sama. Itu disebabkan oleh adanya
perbedaan kuantitas pembawaan dan perbedaaan situasi lingkungan, biarpun
5
lingkungan kedua anak tersebut menggunakan bahasa yang sama. William Stern
berpendapat bahwa hasil pendidikan itu tergantung dari pembawaan dan lingkungan.
Karena itu teori William Stern disebut teori konvergensi ( konvergen, artinya
memusat ke satu titik ). Jadi menurut teori konvergensi :
Aliran konvergensi pada umumnya diterima secara luas sebagai pandangan yang
tepat dalam memahami tumbuh kembang manusia. Pendapat ini semua bermaksud
menghilangkan pendapat berat sebelah dari aliran nativisme dan empirisme dengan
mengkombinasikan. Pada mulanya pendapat ini diterima oleh banyak orang karena
mampu menerangkan kejadian- kejadian dalam kehidupan masyarakat. Tetapi dalam
perkembangan selanjutnya banyak orang yang berkeberatan dengan pendapat
tersebut yang mengatakan kalau perkembangan manusia itu hanya ditentukan oleh
pembawaan dan lingkungan, maka hal ini tak ubahnya kehidupan hewan, sebab
hewan itu pertumbuhannya hasil dari pembawaan keturunannya dan pengaruh-
pengaruh lingkungannya. Perkembangan pada hewan seluruhnya ditentukan oleh
kodrat, oleh hukum alam.
5. Aliran Progresivisme
Tokoh aliran Progresivisme adalah Jonh Dewey. Aliran ini berpendapat bahwa
manusia mempunyai kemampuan-kemampuan yang wajar dan dapat menghadapi
serta mengatasi masalah yang bersifat menekan,ataupun masalah-masalah yang
bersifat mengancam dirinya. Aliran ini memandang bahwa peserta didik mampunyai
akal dan kecerdasan.
Hal ini ditunjukkan dengan fakta bahwa manusia mempunyai kelebihan jika
disbanding makhluk lain. Manusia memiliki sifat dinamis dan kreatif dan didukung
6
oleh kecerdasannya sebagai bekal menghadapi dan memecahkan masalah.
Peningkatan kecerdasan menjadi tugas utama pendidik, yang secara teori mengerti
karakter peserta didiknya.
Peserta didik tidak hanya dipandang sebagai kesatuan jasmani dan rohani, namun
juga termanivestasikan di dalam tingkah laku dan perbuatan yang berada dalam
pengalamannya. Jasmani dan rohani, terutama kecerdasan, perlu dioptimalkan.
Artinya, peserta didik diberi kesempatan untuk bebas dan sebanyak mungkin
mengambil bagian dalam kejadian-kejadian yang berlangsung di sekitarnya, sehingga
suasana belajar timbul di dalam maupun di luar sekolah.
6. Aliran Esensialisme
7
teruji oleh waktu, bersifat menuntun, dan telah turun menurun dari zaman ke zaman
sejak zaman Renaisans.
7. Aliran Perenialisme
Tokoh aliran Perenialisme adalah Plato, Aris Toteles, dan Thomas Aquino.
Perenialisme memandangbahwa kepercayaan aksiomatis zaman kuno dan abad
pertengahan perlu dijadikan dasar pendidikan sekarang. Pandangan aliran ini tentang
pendidikan adalah belajar untauk berpikir. Oleh sebab itu, pesrta didik harus
dibiasakan untuk berlatih berpikir sejak dini. Pada awalnya, peserta didik diberi
kecakapan-kecakapan dasar seperti membaca, menulis, dan berhitung. Selanjutnya
perlu dilatih pula kemampuan yang lebih tinggi seperti berlogika, retorika, dan
bahasa.
8. Aliran Konstruktivisme
Gagasan pokok aliran ini dawali oleh Giambatista Vico, seorang estimolog Italia.
Ia dipandang sebagai cikal bakal lahirnya Konstruksionisme. Ia mengatakan bahwa
Tuhan adalah pencipta alam semesta dan manusia adalah tuan dari ciptaan. Bagi
Vico, pengetahuan dapat menunjuk pada skruktur konsep yang dibentuk.
Pengetahuan tidak bisa lepas dari subyek yang mengetahui.
Aliran ini dikembangkan oleh Jean Piaget. Melalui teori perkembangan kognitif,
Piaget mengemukakan bahwa pengetahuan interaksi kontinyu antara individu satu
dengan lingkungannya. Artinya, pengatahuan merupakan suatu proses, bukan suatu
barang. Menurut Piaget, mengerti adalah proses adaptasi intelektual antara
pengalaman dan ide baru dengan pengetahuan yang telah dimilikinya, sehingga dapat
terbentuk pengertian baru (Paul Supamo).
Piaget juga berpendapat bahwa perkembangan kognitif dipengaruhi oleh tiga
proses dasar, yaitu asimilasi, akomodasi, ekuilibrasi. Asimilasi adalah perpaduan
data baru dengan struktur kognitif yang dimiliki.Akomodasi adalah penyesuaian
8
struktur kognitif terhadap situasi baru, dan Ekuilibrasi adalah penyesuain kembali
yang secara terus menerus dilakukan antara asimilasi dan akomodasi (Suwardi).
Kesimpulannya, aliran ini menegaskan bahwa pengetahuan mutlak diperoleh dari
hasil konstruksi kognitif dalam dari seseorang, melalui pemgalaman yamg diterima
lewat panca indera, yaitu indra penglihatan, pendengaran, peraba, penciuman dan
perasa.
Dengan demikian, aliran ini menolak adanya transfer pengetahuan yang
dilakukan dengan seseorang kepada orang lain, dengan alasan pengetahuan bukan
barang yang bisa dipindahkan, sehingga jika pembelajaran ditujukan untuk
mentransfer ilmu, perbuatan itu akan sia-sia saja. Sebaliknya, kondisi ini akan
berbeda jika pembalajaran ini ditujukan untuk menggali pengalaman.
9
a. Dengan pengajaran alam sekitar itu guru dapat meragakan secara langsung.
Betapa pentingnya pengajaran dengan meragakan atau mewujudkan itu sesuai
dengan sifat-sifat atau dasar-dasar orang pengajaran.
b. Pengajaran alam sekitar memberikan kesempatan sebanyak-banyaknya agar anak
aktif atau giat tidak hanya duduk, dengar, dan catat saja.
c. Penganjaran alam sekitar memungkinkan untuk memberikan pengajaran totalitas,
yaitu suatu bentuk pengajaran dengan ciri-ciri dalam garis besarnya sebagai
berikut:
Suatu pengajaran yang tidak mengenai pembagian mata pengajaran dalam
daftar pengajaran, tetapi guru memahami tujuan pengajaran dan mengarahkan
usahanya untuk mencapai tujuan.
Suatu pengajaran yanag menarik minat, karena segala sesuatu dipusatkan atas
suatu bahan pengajaran yang menarik perhatian anak dan diambil dari alam
sekitar.
Suatu pengajaran yang memungkinkan segala pengajaran itu berhubung-
hubungan satu sama yang lain seerat-eratnya secara teratur.
d. Pengajaran alam sekitar memberi kepada anak bahan apersepsi intelektual yang
kukuh dan tidak verbalistis. Yang dimaksud dengan apersepsi intelektual ialah
segaa sesuatu yang baru dan masuk dalam intelek anak, harus luluh menjadi satu
dengan kekayaan pengetahuan yang dimiliki oleh anak. Harus terjadi proses
asimilasi antara pengetahuan lama degan pengetahuan baru.
e. Pengajaran alam sekitar memberikan apersepsi emosional, karena alam sekitar
mempunyai ikatan emosional dengan anak.
Untuk anak pun alam sekitar tidak berbeda dengan orang dewasa yaitu segala
kejadian di alam sekitarnya merupakan bagian dari hidupnya sendiri, dalam duka
maupun suka. Demikianlah alam sekitar sebagai fundamen pendidikan dan
pengajaran memberikan dasar emosional , sehingga anak menaruh perhatian yang
spontan terhadap segala sesuatu yang diberikan kepadanya asal itu didasarkan atas
lam sekitarnya. Sedangkan J. Lingthart mengemukakan pegangan dalam Het Volle
Leven sebagai berikut:
10
a. Anak harus mengetahui barangnya terlebih dahulu sebeum mendengar namanya,
tidak sebaliknya, sebab suatu kata itu hanya tanda dari pengetian tentang barang
itu.
b. Pengajaran sesungguhnya harus mendasarkan pada pengajaran selanjutnya atau
mata pengajaran yang lain harus dipusatkan atas pengajaran itu.
c. Haruslah dilakukan perjalanan memasuki hidup senyatanya ke semua jurusan,
agar murid paham akan hubungan bermacam-macam lapangan dalam hidupnya
(pengajaran alam sekitar).
11
a. sekolah berhubungan langsung dengan alam dan penghidupan sekitarnya
b. pendidikan dan pengajaran berdasarkan atas perkembangan anak.Tiap- tiap anak
mempunyai perbedaan antara lain kesanggupan,tingkat kepandaian,tempo irama
perkembangan,perhatian,pembawaan,bakat dan sebagainya
c. sekolah kerja
d. pendidikan yang fungsional dan praktis
e. pendidikan kesosialan dan kesusilaan dengan member kesempatan untuk
bekerjasama
f. kerjasama antar rumah dan sekolah
g. edukasi
h. mempergunakan alat baru seperti percetakan, pengmpulan alat pelajaran oleh
peserta didik sendiri.Semua hal ini telah diperaktekkan oleh Decroly di
sekolahnya.
3. Sekolah Kerja
12
Tujuan Sekolah Kerja
Menurut G.Kereschensteiner tujuan sekolah kerja adalah:
a. Menambah pengetahuan anak, yaitu pengetahuan yang dididapat dari buku atau
orang lain, dan yang didapat dari pengalaman sendiri
b. Agar anak dapat memiliki kemampuan dan kemahiran tertentu
c. Agar anak dapat memiliki pekerjaan sebagai persiapan jabatan dalam mengabdi
Negara
13
e. Sekolah kerja tidak mementingkan pegetahuan yang bersifat hafalan atau hasil
peniruan, melainkan pengetahuan fungsional dan dapat dipergunakan untuk
berprakarsa, mencipta dan berbuat
f. Pendidikan kecerdasan tidak dapat diberikan dengan memberitahukan atau
menceritakannya kepada anak melainkan anka sendiri yang harus menjalani
proses berfikir sesuai dengan tingkat perkembangan anak
g. Sekolah kerja merupakan suatu bentuk masyarakat kecil yang didalamnya anak-
anak mendapatkan latihan dan pengalaman yang amat penting artinya bagi
pendidikan moral, soail, dan kecerdasan
Gerakan sekolah kerja dapat dipandang sebagai titik kulminasi dari pandangan-
pandangan yang mementingkan pendidikan keterampilan dalam pendidikan.J.A
Comenius (1592-1670) menekankan agar pendidikan mengembangkan pikiran,
ingatan, bahasa, dan tangan (keterampilan kerja tangan) J.H Pestalozzi (1746-1827)
mengajarkan bermacam-macam mata pelajaran peryukarab disekolahnya. Namun
yang sering dipandang sebagai bapak sekolah kerja adalah G. Kerchensteiner,
menurut G. Kerchensteiner tujuan sekolah kerja adalah :
a. Menambah pengetahuan anak, yaitu pengetahuan yang didapat dari buku atau
orang lain.
b. Agar anak dapat memiliki kemampuan dan kemahiran tertentu
c. Agar anak dapat memiliki pekerjaan sebagai persiapan jabatan dalam mengabdi
negara.
14
4. Pengajaran Proyek
Dasar filosofis dan pedagosis diletakkan pada John Dewey (1859-1952) namun
pelaksanaannya dilakukan oleh W.H.kilpartrick.Dalam pengajaran proyek anak
bebas menentukan pilihannya, merancang serta memimpinya.Proyek yang ditentukan
oleh anak mendorongnya mencari jalan pemecahan bila dia menemui kesukaran.
Anak dengan sendirinya giat dan aktif karena sesuai dengan apa yang
diinginkannya.Dalam pengajaran proyek, pekerjaan dikerjakan secara berkelompok
untuk menghidupkan rasa gotong-royong.
Pengajaran proyek digunakan sebagai salah satu metode mengajar di Indonesia,
yang perlu ditekankan bahwa pengajaran proyek akan menumbuhkan kemampuan
untuk memandang dan memecahkan persoalan secara komprehensif.
15
Taman Dewasa merangkap Taman Guru ( Mulo-Kweekschool ). Sekarang ini telah
dikembangkan sehingga meliputi pula taman Madya, Prasarjana, dan Sarjana Wiyata.
Dengan demikian Taman Siswa telah meliputi semua jenjang persekolahan, dari
pendidikan prasekolah, pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan
tinggi.
16
Asas Kebudayaan
Asas Kebangsaan
Asas Kemanusiaan
17
c. Hasil-hasil yang Dicapai
Berbagai hal seperti pemikiran tentang pendidikan nasional, lembaga –
lembaga pendidikan dari Taman Indria sampai dengan Sarjana Wiyata, dan
sejumlah besar alumni perguruan. Ketiga pencapaian itu merupakan pencapaian
sebagai suatu yayasan pendidikan.
18
Bertanggung jawab akan keselamatan nusa dan bangsa, Berjiwa aktif positif,
Mempunyai daya cipta, Cerdas, logis dan rasional, Berperasaan tajam, halus dan
estetis,Gigih atau ulet yang sehat,Correct atau tepat,Emosional atau
terharu,Jasmani sehat dan kuat,Cakap berbahasa,Sanggup hidup sederhana,
Sanggup mengerjakan sesuatu pekerjaan, Sebanyak mungkin memakai kebuyaan
nasional, Waktu mengajar para guru menjadi objek dan murid sebagai subjek,
Para guru mencontohkan pelajaran-pelajarannya, Diusahakan agar pelajar
mempunyai darah ksatria, Mempunyai jiwa konsentrasi,
Pemeliharaan(perawatan) sesuatu usaha, Menepati janji, Sebelum pekerjaan
dimulai dibiasakan menimbangnya dulu sebaik-baiknya, Kewajiban harus
dipenuhi, Hemat.
19
c. Hasil yang Dicapai Ruang Pendidik INS Kayu Tanam
Mengupayakan gagasan – gagasan tentang pendidikan nasional (terutama
pendidikan keterampilan / kerajinan), beberapa ruang pendidikan ( jenjang
persekolahan ), dan sejumlah alumni.
20
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
21
DAFTAR PUSTAKA
22